Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK

CORPORATE GOVERNANCE
JUDUL :
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PT.
ANGKASA PURA II
Dosen Pengampu : Prof. Dr. KIRMIZI, MBA, Ak, CA

Disusun oleh :
Kelompok

DWI ANDAYANI
FEBRI YULISA
WINDI WULANDARI
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
2016

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .....................................................................................................i
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
BAB II

TATA KELOLA PERUSAHAAN ................................................

1Roadmap GCG......................................................................................
2Memperkuat Implementasi GCG..........................................................
3Assesment GCG....................................................................................
4Struktur dan Mekanisme GCG.............................................................
5RUPS....................................................................................................
6Manajemen Risiko................................................................................
7Code of Conduct...................................................................................
8
BAB III UPAYA PT. ANGKASA PURA II DALAM MENERAPKAN
GCG ..................................................................................................
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA


PT. ANGKASA PURA II
I.

PENDAHULUAN
PT Angkasa Pura II (Persero), selanjutnya disebut Angkasa Pura II atau
Perusahaan merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam
bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara
di wilayah Indonesia Barat. Angkasa Pura II telah mendapatkan kepercayaan dari
Pemerintah Republik Indonesia untuk mengelola dan mengupayakan pengusahaan
Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang kini berubah nama menjadi Bandara
Internasional Jakarta Soekarno-Hatta serta Bandara Halim Perdanakusuma sejak 13
Agustus 1984.
Keberadaan Angkasa Pura II berawal dari Perusahaan Umum dengan nama
Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20
tahun 1984, kemudian pada 19 Mei 1986 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26
tahun 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II. Selanjutnya, pada 17 Maret 1992
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1992 berubah menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero). Seiring perjalanan perusahaan, pada 18 November 2008 sesuai
dengan Akta Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, SpN Nomor 38 resmi berubah menjadi
PT Angkasa Pura II (Persero).
Berdirinya Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan dan
pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar udara dengan
mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang dimiliki dan penerapan
praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut diharapkan agar dapat
menghasilkan produk dan layanan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat
sehingga dapat meningkatkan nilai Perusahaan dan kepercayaan masyarakat.

Kiprah Angkasa Pura II telah menunjukkan kemajuan dan peningkatan usaha


yang pesat dalam bisnis jasa kebandarudaraan melalui penambahan berbagai sarana
prasarana dan peningkatan kualitas pelayanan pada bandara yang dikelolanya.
Angkasa Pura II telah mengelola 13 Bandara, antara lain yaitu Bandara
Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu (Medan),
Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang), Sultan Mahmud Badaruddin II
(Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung),
Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjungpinang), Sultan
Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal Pinang) dan Silangit (Tapanuli Utara).
Angkasa Pura II telah berhasil memperoleh berbagai penghargaan dari
berbagai instansi. Penghargaan yang diperoleh merupakan bentuk apresiasi
kepercayaan masyarakat atas performance Perusahaan dalam memberikan pelayanan,
diantaranya adalah The Best BUMN in Logistic Sector dari Kementerian Negara
BUMN RI (2004-2006), The Best I in Good Corporate Governance (2006), Juara I
Annual Report Award 2007 kategori BUMN Non-Keuangan Non-Listed, dan sebagai
BUMN Terbaik dan Terpercaya dalam bidang Good Corporate Governance pada
Corporate Governance Perception Index 2007 Award. Pada tahun 2009, Angkasa Pura
II berhasil meraih penghargaan sebagai 1st The Best Non Listed Company dari
Anugerah Business Review 2009 dan juga sebagai The World 2nd Most On Time
Airport untuk Bandara Soekarno-Hatta dari Forbestraveller.com, Juara III Annual
Report Award 2009 kategori BUMN Non- Keuangan Non-Listed, The Best Prize
INACRAFT Award 2010 in category natural fibers, GCG Award 2011 as Trusted
Company Based on Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2010,
Penghargaan Penggunaan Bahasa Indonesia Tahun 2011 dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, penghargaan untuk Bandara Internasional Minangkabau Padang
sebagai Indonesia Leading Airport dalam Indonesia Travel & Tourism Award 2011, dan
Penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accident) selama 2.084.872 jam kerja terhitung
mulai 1 Januari 2009-31 Desember 2011 untuk Bandara Sultan Syarif Kasim II
Pekanbaru, serta berbagai penghargaan di tahun 2012 dari Majalah Bandara kategori
Best Airport 2012 untuk Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru) dan
Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), kategori Good Airport Services
untuk Bandara Internasional Minangkabau dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta

Terminal 3 (Cengkareng) dan kategori Progressive Airport Service 2012 untuk Bandara
Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3 (Cengkareng)
Sebagai Badan Usaha Milik Negara, Angkasa Pura II selalu melaksanakan
kewajiban untuk membayar dividen kepada negara selaku pemegang saham. Angkasa
Pura II juga senantiasa berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan
perlindungan konsumen kepada pengguna jasa bandara, menerapkan praktik tata kelola
perusahaan yang baik, meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya serta
meningkatkan kepedulian sosial terhadap masyarakat umum dan lingkungan sekitar
bandara melalui program Corporate Social Responsibility.
II.

TATA KELOLA PERUSAHAAN


Komitmen penerapan GCG merupakan hal yang mutlak bagi Angkasa Pura II.
Hal tersebut dilakukan melalui penguatan infrastruktur yang dimiliki dan secara
berkesinambungan meningkatkan sistem dan prosedur untuk mendukung efektivitas
pelaksanaan GCG di Angkasa Pura II.
Untuk mewujudkan perusahaan yang tumbuh berkembang dan berdaya saing
tinggi, Angkasa Pura II telah mengembangkan struktur dan sistem tata kelola
perusahaan (Good Corporate Governance) dengan memperhatikan prinsip-prinsip GCG
sesuai ketentuan dan peraturan serta best practise yang berlaku. Pelaksanaan GCG
merupakan tindak lanjut Keputusan Menteri BUMN No. 117/M-MBU/2002 tanggal 31
Juli 2002 yang kemudian diperbarui dengan Peraturan Menteri Negara BUMN No.
PER 01/MBU/2011 tanggal 01 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola yang Baik
pada BUMN, yang menyebutkan bahwa BUMN wajib melaksanakan operasional
perusahaan dengan berpegang pada prinsip-prinsip GCG yaitu transparansi,
akuntanbilitas, responsibilitas, independensi dan kewajaran.
Semangat yang terkandung dalam penerapan GCG di Angkasa Pura II adalah
niat dan tekad manajemen Angkasa Pura II untuk menjadikan Angkasa Pura II sebuah
perusahaan yang terus tumbuh dan berkembang dengan kualitas Produk dan Proses
Kerja yang baik, serta memiliki Code of Conduct, termasuk tanggung jawab terhadap
lingkungannya.
Tujuan Penerapan GCG di Angkasa Pura II adalah sebagai berikut:

Mengendalikan dan mengarahkan hubungan antara Organ Perseroan (Pemegang


Saham, Dewan Komisaris, Direksi), karyawan, pelanggan, mitra kerja, serta
masyarakat dan lingkungan berjalan secara baik dan kepentingan semua pihak
terpenuhi.
Mendorong dan mendukung pengembangan Angkasa Pura II.
Mengelola sumber daya secara lebih amanah.
Mengelola risiko secara lebih baik.
Meningkatkan pertanggungjawaban kepada stakeholders.
Mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan Angkasa Pura II.
Memperbaiki budaya kerja Angkasa Pura II.
Meningkatkan citra Angkasa Pura II (image) menjadi semakin baik.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Angkasa Pura II memiliki komitmen penuh
dan secara konsisten menegakkan penerapan GCG dengan mengacu kepada beberapa
aturan formal yang menjadi landasan bagi Angkasa Pura II dalam penerapan GCG
yaitu:
Undang Undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN(Pasal 5 ayat 3).
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha No. PER- 01/MBU/2011 tentang
Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada
Badan Usaha Milik Negara dan perubahannya Peraturan Menteri Badan Usaha
Milik Negara No. PER-09/MBU/2012 tanggal 06 Juli 2012.
Keputusan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara No. SK16/S.MBU/2012 tanggal 06 Juni 2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian dan
Evaluasi atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate
Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara.
Undang Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang diperbaharui
oleh Undang Undang No. 40 Tahun 2007 tanggal 16 Agustus 2007.
Keputusan

Bersama

Dewan

Komisaris

dan

Direksi

Nomor:

KEP.448/UM.004/X/AP II2007 dan Nomor: KEP.02.03.01/00/10/2007 461


tentang Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) dan Pedoman
Perilaku (Code of Conduct) di Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero).

Prinsip-prinsip GCG sesuai dengan PER-01/MBU/2011 tanggal 01 Agustus


2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate
Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara, meliputi:
1. Transparansi (transparancy), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material
dan relevan mengenai perusahaan;
2. Akuntabilitas

(accountability),

yaitu

kejelasan

fungsi,

pelaksanaan

dan

pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara


efektif;
3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi
yang sehat;
4. Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat;
5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak
Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan
peraturan perundang-undangan.
Adapun untuk mewujudkan GCG tersebut, tata kelola perusahaan dibagi
dalam:
1. Roadmap GCG
2. Memperkuat implementasi GCG
3. Assesment GCG
4. Struktur dan mekanisme GCG
5. RUPS
6. Manajemen Resiko
7. Code of Conduct
II.1. Roadmap GCG
Angkasa Pura II menetapkan arah implementasi GCG dalam bentuk
Roadmap GCG yang diharapkan menjadi panduan dalam pelaksanaan
implementasi GCG di seluruh tingkatan. Roadmap GCG diarahkan untuk

menjadikan GCG sebagai acuan dalam setiap aktivitas operasional. Sasaran akhir
Roadmap GCG adalah terwujudnya Angkasa Pura II sebagai good corporate
citizen. Diharapkan dengan dicapainya sasaran akhir tersebut, Angkasa Pura II
optimis

dapat

meningkatkan

dan

mempertahankan

kinerja

secara

berkesinambungan.

GOOD
GOVERNANCE
GOOD
CORPORATE
GOVERNANCE

Tolak Ukur

Sasaran

GOOD
GOVERNANCE

Menjadi warga
industri maupun
masyarakat sosial
yang etikal dan
bertanggungjawab

Memenuhi
Dapat
ketentuan
dan Implementasi
mengendalikan
II.2.
Memperkuat
GCG
peraturan
operasi bisnis
Dalam
memaknai tata
kelola perusahaan
(mandatory
dan
terutama
aspek yang baik, Angkasa Pura II
voluntary)
dalam
risikoyaitu
usaha
secara GCG sebagai bagian dari
memiliki prinsip-prinsip
dasar
mendorong
tata kelola
efektif
pengelolaan
Perusahaan melalui penerapan suatu sistem yang mencerminkan
perusahaan
prinsip-prinsip keterbukaan informasi, akuntabilitas, kesetaraan dan tanggung
jawab.
Angkasa Pura II telah melakukan berbagai inisiatif implementasi GCG,
baik yang dilakukan secara mandiri maupun dibantu oleh pihak independen

dalam mencapai tata kelola perusahaan yang berkelanjutan (sustainable


governance).
Selama

tahun

2012,

pencapaian

program

dalam

memperkuat

implementasi GCG di Angkasa Pura II telah selesai dilakukan, mencakup:


1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Pelaksanaan Assessment Penerapan GCG periode tahun 2011


Revisi Pedoman GCG
Revisi Pedoman Perilaku
Penandatanganan Pakta Integritas
Surat Edaran Larangan Penerimaan Parcel/Hadiah
Sosialisasi GCG secara intensif ke seluruh Insan Angkasa Pura II
Pembentukan Unit Kepatuhan yang berada di Manajemen Risiko
Surat Edaran tentang Larangan Berusaha/Berbisnis bagi Direksi dan
Karyawan di Bandar Udara yang Dikelola oleh Angkasa Pura II

II.3. Assesment GCG


Landasan yuridis pelaksanaan assessment GCG di Angkasa Pura II
mengacu pada Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 tanggal 01
Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good
Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara.
Indikator parameter yang digunakan adalah Company Corporate
Governance Scorecard (CCGS) yang dikeluarkan oleh Kementerian BUMN.
Dalam perkembangannya, CCGS telah mengalami beberapa perkembangan dan
penyempurnaan, yakni pada tahun 2005, 2008 dan 2011.
Pada tahun 2012, penilaian penerapan GCG dilakukan melalui Self
Assessment secara mandiri (internal) menggunakan indikator parameter
assessment berdasarkan Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN Nomor: SK16/S.MBU/2012 Tentang Indikator Parameter Penilaian dan Evaluasi Atas
Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance)
Pada Badan Usaha Milik Negara yang diterbitkan pada tanggal 06 Juni 2012.
Adapun indikator tersebut terdiri dari:
1) Komitmen terhadap penerapan tata kelola perusahaan yang baik secara
berkelanjutan
2) Pemegang saham dan RUPS/pemilik modal
3) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas
4) Direksi

5) Pengungkapan informasi dan transparansi


6) Aspek lainnya

Self Assessment GCG Tahun 2012


Hasil penilaian Self Assessment GCG oleh pihak independen untuk
praktek tahun 2012 menunjukkan hasil dengan predikat BAIK dengan capaian
skor sebesar 82,08% mencakup 6 (enam) aspek yang diukur yaitu: Komitmen
terhadap Penerapan Tata Kelola Secara Berkelanjutan, Pemegang Saham dan
RUPS, Dewan Komisaris, Direksi, Pengungkapan Informasi dan Transparansi,
dan Aspek Lainnya.
Informasi Mengenai Pihak yang Melakukan Self Assessment
Self assessment GCG tahun 2012 dilakukan oleh pihak internal Angkasa
Pura II dengan menggunakan metode self assessment, sementara Assessment
GCG tahun 2011 dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) Perwakilan Provinsi Banten.
II.4. Struktur dan Mekanisme GCG
Governance Structure

Rapat Umum Pemegang

Direksi

Dewan Komisaris

Komite
Audit

Komite
Manajemen
Risiko

Sekretaris
Perusahaan

Satuan
Pengawas
Internal

Unit
Kerja
Lainnya

Sesuai dengan Undang Undang No. 40 tahun 2007 Bab I Mengenai


Ketentuan Umum Pasal 1, Organ Perseroan terdiri dari Rapat Umum Pemegang
Saham, Direksi dan Dewan Komisaris.
Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS adalah
Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam UndangUndang dan/atau Anggaran Dasar.
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di
luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.
Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan Anggaran Dasar serta
memberi nasihat kepada Direksi.
Organ Perseroan tersebut memainkan peran kunci dalam keberhasilan
pelaksanaan GCG. Organ Perseroan menjalankan fungsinya sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan, Anggaran Dasar Perseroan dan ketentuan lainnya
atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ mempunyai independensi dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya untuk kepentingan Perseroan.
RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi saling menghormati tugas,
tanggung jawab dan wewenang masing-masing sesuai Peraturan Perundangundangan dan Anggaran Dasar.
Dalam menjalankan tugas pengurusan perusahaan, Direksi dibantu oleh
Sekretaris Perusahaan dan Satuan Pengawas Internal serta satuan kerja lain yang
menjalankan fungsi kepengurusan Perseroan.
Dalam menjalankan tugas pengawasan, Dewan Komisaris dapat
membentuk komite, yang anggotanya seorang atau lebih adalah anggota Dewan
Komisaris. Komite-komite tersebut bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.
Governance Mechanism

Governance Mechanism merupakan mekanisme implementasi GCG


yang tercermin dalam sistem yang kuat. Hal ini menjadi penting, karena
implementasi GCG tidak cukup hanya dengan mengandalkan pilar governance
structure, melainkan dibutuhkan adanya aturan main yang jelas dalam bentuk
mekanisme. Governance mechanism dapat diartikan sebagai aturan main,
prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan
dengan pihak yang melakukan kontrol (pengawasan) terhadap keputusan tersebut.
Angkasa Pura II memiliki Pedoman Good Corporate Governance yang
disahkan

melalui

Keputusan

Bersama

Dewan

Komisaris

Nomor:

KEP.258.1/GCG/X/APII- 2004 dan Direksi Nomor: KEP.484.1/KS.005/APII2004. Perusahaan terus melakukan penyempurnaan kebijakan GCG (softstructure GCG) yang dimiliki agar sejalan dengan kebutuhan proses bisnis
maupun ketentuan pelaksanaan GCG bagi perusahaan.
Selain pedoman GCG, Angkasa Pura II telah menyusun Code of
Conduct, Charter Komite Audit, Charter Internal Audit dan berbagai kebijakan
dan prosedur dalam mendukung terlaksananya tata kelola yang baik. Semua
kebijakan dan prosedur tersebut dimaksudkan untuk mendorong Perusahaan
mampu melakukan check and balance pada setiap aktivitas bisnis berdasarkan
prinsip-prinsip GCG yang berlaku.
II.5. RUPS
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai instansi tertinggi dalam
Angkasa Pura II, mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Dewan
Komisaris atau Direksi dalam batas yang ditentukan dalam Anggaran Dasar dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Wewenang tersebut mencakup
meminta pertanggungjawaban Dewan Komisaris dan Direksi terkait dengan
pengelolaan Angkasa Pura II, mengubah anggaran dasar, mengangkat dan
memberhentikan Direktur dan Anggota Dewan Komisaris, memutuskan
pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara Direktur dan lain-lain.
Selama tahun 2012 Angkasa Pura II melakukan 1 (satu) kali RUPS
Tahunan dan 1 (satu) kali RUPS Luar Biasa.
RUPS Tahunan

Pada tanggal 15 Mei 2012, Angkasa Pura II melakukan RUPS Tahunan


bertempat di Ruang Rapat Infrastruktur & Logistik Lantai 12 Kementerian
BUMN.
RUPS Luar Biasa
Pada tanggal 19 Juli 2012, Angkasa Pura II melakukan RUPS Luar Biasa
bertempat di Lantai 21 Kementerian BUMN.
II.6. Manajemen Resiko
Angkasa Pura II menyadari pelaksanaan manajemen risiko korporat
semakin menjadi tuntutan, karena keberhasilannya merupakan faktor kunci
sukses pencapaian tujuan dan kemenangan persaingan di tingkat global.
Angkasa Pura II sebagai Perusahaan yang bergerak dibidang jasa
kebandarudaraan dan jasa terkait bandar udara terus melakukan pembenahan
dalam mewujudkan visi dan misinya. Program transformasi terus dijalankan di
segala bidang sampai pada fungsi-fungsi penunjang, termasuk diantaranya
penanganan risiko. Perusahaan menyadari, pelaksanaan manajemen risiko
korporat semakin menjadi tuntutan, karena keberhasilannya menjadi faktor kunci
sukses pencapaian tujuan dan kemenangan persaingan di tingkat global.
Penerapan manajemen risiko dapat meningkatkan shareholder value,
sekaligus memberikan gambaran komprehensif kepada stakeholder maupun
pengelola Perusahaan mengenai potensi peluang maupun kerugian, dengan
demikian pengambil keputusan dan pembuat kebijakan internal memiliki
ketersediaan data dan informasi mengenai kinerja Perusahaan, sehingga
memungkinkan pembuatan keputusan yang lebih efektif dan efisien.
Dalam aktivitas usaha, Angkasa Pura II menghadapi beberapa risiko
yang melekat. Risiko tersebut secara umum dapat dibagi menjadi risiko yang
berpengaruh terhadap manusia, aset, lingkungan, dan reputasi. Sedangkan secara
khusus, risiko yang dihadapi sesuai karakteristiknya dapat berbentuk risiko
kegagalan operasional penerbangan, kegagalan operasi bandara, kegagalan
layanan dan ketidakpatuhan pada regulasi. Berbagai risiko tersebut ditangani
melalui upaya pencegahan risiko, mitigasi risiko, ataupun pengalihan risiko.
Evaluasi selalu dilakukan secara berkala sesuai dengan perubahan parameter
risikonya.
Secara berkelanjutan mengembangkan dan meningkatkan kerangka
sistem pengelolaan risiko dan struktur pengendalian internal yang terpadu dan

komprehensif, sehingga dapat memberikan informasi adanya potensi risiko secara


lebih dini dan selanjutnya dapat diambil langkah-langkah yang memadai untuk
meminimalkan dampak risiko. Kerangka manajemen risiko ini dituangkan dalam
kebijakan, prosedur, limitlimit transaksi, kewenangan dan ketentuan lain serta
berbagai perangkat manajemen risiko yang berlaku di seluruh lingkup aktivitas
usaha.
Dalam rangka pengembangan manajemen risiko yang sesuai dengan
standar bandara internasional, manajemen Angkasa Pura II telah menyusun profil
risiko, dan melaksanakan safety security services through compliance serta
pembangunan

Enterprise

Risk

Management-Integrated

Framework

and

Application Techniques yang diterbitkan oleh The Committee of Sponsoring


Organizations of the Treadway Commission (ERM-COSO).
Esensi dari penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan
metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha Perusahaan tetap
terkendali (manageable) pada batas atau limit yang dapat diterima serta
menguntungkan.
Dasar Pelaksanaan Manajemen Risiko
Sebagai BUMN, Angkasa Pura II harus tunduk pada peraturan dan
perundang-undangan yang ada. Sejalan dengan Peraturan Menteri Negara BUMN
RI Nomor PER- 01/MBU/2011 pasal 25, Angkasa Pura II wajib menerapkan halhal berikut:
Direksi, dalam setiap pengambilan keputusan/ tindakan korporasi, harus
mempertimbangkan risiko usaha.
Direksi wajib membangun dan melaksanakan program manajemen risiko
korporasi secara terpadu yang merupakan bagian dari pelaksanaan program GCG.
Pelaksanaan program manajemen risiko dapat dilakukan dengan
membentuk unit kerja tersendiri yang ada di bawah Direksi; atau memberi
penugasan kepada unit kerja yang ada dan relevan untuk menjalankan fungsi
manajemen risiko.
Pengelola Manajemen Risiko
Angkasa Pura II menetapkan Unit Corporate Risk Management sebagai
penanggung jawab dalam pengelolaan manajemen risiko dengan lingkup kerja
meliputi Kantor Pusat dan 12 (dua belas) Kantor Cabang Angkasa Pura II, dengan

spesialisasi kerja Safety Management System, Facility Risk Management, dan


Business Risk Management.
Kebijakan Manajemen Risiko
Kebijakan manajemen risiko Angkasa Pura II mengacu pada ISO
31000:2009 Risk ManagementPrinciples and Guidelines, yang telah diadopsi
menjadi standar nasional SNI ISO 31000:2011.
Strategi Manajemen Risiko
Angkasa Pura II telah meletakkan kerangka pengembangan manajemen
berbasis risiko dalam format Risk Management Standard Perusahaan.
Pengembangan dan implementasi manajemen risiko telah dimulai sejak tahun
2006 dengan menggunakan pendekatan metode internal sebagai bagian dari
pengelolaan risiko serta diharapkan selesai seluruhnya pada tahun 2015, hal ini
selaras dengan roadmap Corporate Risk Management yang diusulkan dalam
program rolling plan RJPP Perusahaan Tahun 2011-2015.
Sebagai faktor pendukung tercapainya strategi implementasi manajemen
risiko, Angkasa Pura II berupaya menanamkan budaya sadar risiko pada
karyawan dengan memberikan pemahaman yang memadai mengenai faktorfaktor risiko yang terkait dengan pekerjaan dan/atau fungsinya sehari-hari.
II.7. Code of Conduct
Dalam rangka mencapai keberhasilan Perusahaan, pelaksanaan GCG
perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi. Oleh karena itu, pada tahun 2007
Angkasa Pura II telah menyusun Pedoman Perilaku (Code of Conduct) yang
menjelaskan mengenai moral Perusahaan dalam menjalankan usaha. Buku
Pedoman Perilaku yang memuat pernyataan komitmen seluruh pegawai Angkasa
Pura II tersebut juga telah ditandatangani oleh seluruh pegawai dan Pimpinan
Perusahaan pada tahun 2008 sebagai komitmen pribadi untuk mematuhi Code of
Conduct yang didokumentasikan di Unit Sekretaris Perusahaan. Secara berkala,
setiap tahun pegawai memperbaharui pernyataan komitmen terhadap Code of
Conduct.
Keberlakuan dan Isi Code of Conduct
Code of Conduct berlaku bagi seluruh Insan Angkasa Pura II, mulai dari
Dewan Komisaris, Direksi, dan seluruh pegawai Angkasa Pura II. Selain itu,

pihak eksternal yang berhubungan dengan Angkasa Pura II pun diwajibkan untuk
mengikuti berbagai ketentuan yang ada di dalam Code of Conduct.
Code of Conduct mengatur kebijakan nilai-nilai etis yang dinyatakan
secara eksplisit sebagai suatu standar perilaku yang harus dipedomani oleh
seluruh Insan Angkasa Pura II.
Beberapa hal penting yang diatur dalam Code of Conduct Angkasa Pura
II antara lain:
a) Pernyataan komitmen bersama.
b) Penandatanganan komitmen bersama Dewan Komisaris, Direksi, Serikat
c)
d)
e)
f)
g)

Pekerja dan pegawai.


Visi, Misi dan Falsafah/Budaya Perusahaan.
Komitmen Perusahaan terhadap pemangku kepentingan.
Komitmen dan perilaku Insan Angkasa Pura II.
Penegakan Pedoman Perilaku.
Pernyataan komitmen untuk mematuhi code of conduct.
Dalam menjaga hubungan yang beretika dengan semua pihak, Angkasa

Pura II merumuskan komitmen Perusahaan terhadap pemegang saham


(shareholders) maupun pemangku kepentingan (stakeholders) adalah sebagai
berikut:
1) Komitmen terhadap Pemegang Saham, dengan memberikan nilai perusahaan
yang terbaik dari aspek financial dan non financial; memberikan laporan
yang lengkap, akurat dan tepat waktu serta menerapkan tata kelola
perusahaan yang baik;
2) Komitmen terhadap Pelanggan, dalam rangka menjaga reputasi, integritas,
dan kredibilitas perusahaan serta meningkatkan keharmonisan hubungan
perusahaan dengan para pelanggan;
3) Komitmen terhadap insan Angkasa Pura II, dalam rangka mewujudkan
hubungan yang berkualitas, adil serta dapat mendorong intensitas dan
kualitas partisipasi insan Angkasa Pura II perusahaan akan memperlakukan
insan Angkasa Pura II sebagai anggota perusahaan dengan adil (fair);
4) Komitmen terhadap Pemasok/Supplier, perusahaan mengelola hubungan
dengan jujur dan fair dalam berbisnis dengan pemasok/supplier;
5) Komitmen terhadap Mitra Usaha, hubungan antara perusahaan dengan mitra
usaha dilandasi prinsip kesetaraan, transparan, serta etika bisnis;

6) Komitmen terhadap Mitra Kerja, dengan senantiasa melakukan koordinasi


untuk menjaga kepentingan perusahaan dan memberikan akses secara
proporsional untuk kelancaran pelaksanaan tugas mitra kerja;
7) Komitmen terhadap Anak perusahaan dan Perusahaan Afiliasi, dengan
senantiasa melakukan pembinaan dan memberikan penghargaan serta
menjaga kemandirian (independensi) anak perusahaan dan perusahaan
afiliasi dalam mengembangkan usaha secara keseluruhan;
8) Komitmen terhadap Pemerintah, dengan menjalankan bisnis secara
profesional dengan memperhatikan dan mematuhi peraturan perundangundangan, dan kebijakan pemerintah yang terkait dengan aktivitas usaha
perusahaan dan berperilaku etis dalam berhubungan dengan instansi
pemerintah;
9) Komitmen terhadap Masyarakat dan Lingkungan, dengan mewujudkan
tanggung jawab social perusahaan sebagai wujud Good Corporate
Citizenship.
Pengungkapan Code of Conduct kepada Seluruh Insan Angkasa Pura II
Sosialisasi terhadap penerapan Code of Conduct senantiasa dilakukan
kepada segenap insan Angkasa Pura II, mulai dari Top Management sampai
dengan level operasional melalui berbagai media yang dimiliki Angkasa Pura II ,
termasuk pemanfaatan melalui media teknologi informasi yang dapat diakses oleh
semua pegawai dengan mudah setiap saat. Secara periodik, kepada segenap insan
Angkasa Pura II disampaikan melalui media Memo dan/atau Surat Edaran dari
Direksi tentang pelaksanaan etika bisnis.
Media Sosialisasi Penyebaran Code of Conduct antara lain melalui:

Website
Buku saku
Spanduk
Banner
Buletin
Pernyataan Komitmen
Iklan di koran
Dan lain sebagainya.
Selain itu, Angkasa Pura II melakukan Sosialisasi Code of Conduct

dalam forum upgrading atau pembekalan pegawai baru, Penandatanganan


pernyataan komitmen terhadap Code of Conduct oleh insan Angkasa Pura II dan

Sosialisasi pembentukan Tim Kelompok Pemeriksa Pelanggaran Disiplin


Karyawan (KP2DK) kepada seluruh karyawan.
Sebelum menandatangani pernyataan kepatuhan terhadap Code of
Conduct, setiap pegawai Angkasa Pura II diwajibkan untuk membaca, memahami
dan menghayati Code of Conduct dengan baik dan benar.
Upaya Penerapan dan Penegakan Pedoman Perilaku
Pada tahun 2012, upaya penegakkan Pedoman Perilaku dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya:
Penanggung jawab penegakan Etika dan Perilaku bagi seluruh insan
Angkasa Pura II adalah Direksi. Dalam rangka membantu efektifitas penegakan
Code of Conduct, perusahaan membentuk tim Kelompok Pemeriksa Pelanggaran
Disiplin Karyawan (KP2DK).
Pelaporan tindakan penyimpangan. Setiap pegawai diwajibkan untuk
melaporkan pelanggaran atas penerapan Code of Conduct kepada tim KP2DK di
masing-masing wilayah kerjanya. Seluruh laporan tersebut harus disertai data
dan/atau bukti pendukung yang akurat agar pelanggaran dapat diproses lebih
lanjut. Setiap pelanggaran terhadap Standar Etika dan Perilaku Perusahaan akan
dikenai sanksi sesuai dengan tingkat pelanggarannya.
Sanksi pelanggaran. Setiap insan Angkasa Pura II yang terbukti
melakukan pelanggaran terhadap Pedoman Perilaku akan dijatuhkan sanksi.
Sanksi bagi karyawan ditetapkan oleh Direksi, sedangkan sanksi bagi Direksi dan
Dewan Komisaris diputuskan oleh Pemegang Saham melalui RUPS.

III.

UPAYA PT. ANGKASA PURA II DALAM MENERAPKAN GCG


Angkasa Pura II selalu berupaya menciptakan budaya Perusahaan yang
menjunjung tinggi integritas. Pendekatan internalisasi budaya dilakukan melalui
intervensi pada ketiga aspek yaitu kepemimpinan, sistem dan pegawai. Dengan
pendekatan tersebut, budaya Angkasa Pura II selain tertulis dalam kebijakan dan

prosedur juga menjadi suatu disiplin (soft skills) yang dipraktikkan oleh Dewan
Komisaris, Direksi dan karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari.
Angkasa Pura II telah memiliki nilai-nilai dasar atau core value yang kuat,
yang dikenal dengan istilah THE BEST. THE BEST sendiri merupakan singkatan dari:
Team Work
Hospitality
Excellence
Balance
Effectiveness and Efficiency
Satisfaction
Trustworthy
Adapun penjabaran dari istilah THE BEST tersebut sebagai berikut:
Team Work
Kooperatif dan mampu bekerjasama secara efektif
Saling menghargai dan dapat menerima perbedaan pendapat
Proaktif dalam memberikan masukan konstruktif
Hospitality
Ramah dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap pelanggan internal dan

eksternal
Harmonis dalam membina hubungan sinergetik dengan semua pemangku

kepentingan
Peduli (care) terhadap lingkungan sekitar
Excellence
Selalu bersikap dan bertindak yang terbaik
Konsisten melakukan perbaikan berkesinambungan
Zero Tolerance to Errors and Zero Complaints
Balance

Seimbang dalam pencapaian tujuan (jangka pendek dan jangka panjang)


Adil dalam tindakan dan pengambilan keputusan
Seimbang dalam pemenuhan kebutuhan pemangku kepentingan internal dan
eksternal

Effectiveness and Efficiency

Efektif dalam pengambilan keputusan dan pencapaian tujuan


Efisien dalam pemakaian sumber daya serta sadar akan biaya dan profitabilitas
(cost and profitability concern)

Efektif dalam bekerja (3AS: Kerja KerAS, Kerja IkhlAS, Kerja CerdAS)

Satisfaction

Fokus pada kepuasaan, kepentingan dan kebutuhan pelanggan


Komitmen penuh untuk senantiasa meningkatkan kepuasan pelanggan internal dan

eksternal
Teguh menerapkan prinsip PEDULI (Pelayanan Prima, Efektif dan Efisien,
Dedikasi Tinggi, Unggul, Lingkungan dan Internasional)

Trustworthy

Patuh terhadap kebijakan, peraturan, hukum dan undang-undang yang berlaku


Selaras antara kata dan perbuatan
Konsisten dalam penerapan jiwa/karakter Keteladanan, Keberanian, Ketelitian,
Kerahasiaan, Keadilan, Husnuzon (tidak berburuk sangka), Loyalitas dan Tidak
Pendendam (K5HLT)
Komitmen PT Angkasa Pura II dalam menerapkan GCG dimulai sejak PT

Angkasa Pura II (Persero) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan


(BPKP) melakukan kerja sama dalam Penerapan dan Penguatan Tata Kelola yang Baik
atau Good Corporate Governance (GCG) pada PT Angkasa Pura II (Persero).
Penandatangan nota kesepahaman yang diwakili oleh Direktur Utama PT Angkasa Pura
II (Persero), Tri S Sunoko dan Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Banten, Riyani
Budiastuti, ini dilakukan di Jakarta, Kamis, (13/12/2012). Tri S Sunoko menjelaskan,
target utama dari penerapan kerja sama ini adalah untuk lebih meningkatkan keyakinan
manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip GCG yang baik dan benar untuk
memacu dan meningkatkan kinerja perusahaan dalam mencapai visi dan misi. "GCG
merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan
dalam jangka panjang, sekaligus menjadi modal jangka panjang untuk memenangkan
persaingan bisnis global," jelas Tri Sunoko. Menurut dia, GCG berkaitan erat dengan
tingkat kepercayaan publik terhadap perusahaan yang melaksanakannya. Penerapan
prinsip-prinsip GCG yang baik, lanjut Tri Sunoko, sangat diperlukan dalam
meningkatkan kinerja BUMN. "Karena penerapan GCG yang baik dan benar dari sisi
etika maupun peraturan akan mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim
usaha yang kondusif," jelasnya. (dikutip dari Harian Kompas-Ekonomi/Bisnis dan
Keuangan, Kamis 13 Desember 2012)

Dalam melakukan pengelolaan bandara wilayah barat, PT Angkasa Pura II


juga menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memberikan
pelayanan

terbaik

kepada

penumpang

di

bandara.

Hal ini diwujudkan dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU)


yang ditandatangani oleh Direktur Utama PT Angkasa Pura II Try S Sunoko, Komisaris
Utama PT Angkasa Pura II Mohammad Ikhsan Tatang dan Direktur Gratifikasi KPK
Giri Suprapdiono, pada acara Rapat Kerja Perusahaan di Transluxury Hotel Bandung,
Kamis(14/2/2013).
Direktur SDM dan Umum PT Angkasa Pura II, Hari Cahyono yang
bertanggungjawab mengimplementasikan MOU ini menjelaskan, penerapan awal
dimulai dari penciptaan integritas di internal karyawan. Nantinya, akan dibuat sistem
atau

whistle

blowing

system

terhadap

aktivitas

korporasi

dan

karyawan.

"Sebetulnya kita menata PT Angkasa Pura II supaya lebih baik misalnya menata
dokumen-dokumen yang terkait GCG. Perusahaan pelayan publik kalau itu (GCG)
tidak dipenuhi mustahil pelayaan publik baik. Ini dalam rangka perbaikan pelayanan.
Ini dimulai dari integritas di internal PT Angkasa Pura II. Tatanan harus dibuat," tutur
Hari. Nantinya dengan pembenahan yang dimulai dari internal perseroan, pihaknya
akan mengimplementasikan pelaporan yang bisa datang dari internal perusahaan dan
juga bisa dari penumpang di 13 bandara yang dikelola PT Angkasa Pura II.
"Kerjasama sistem pelaporan, adanya laporan. Rasa pelayanan tidak menyenangkan
pelayanan publik melalui whistle blowing system. Hal ini untuk menuju customer
satisfaction

index.

Kita

benahi

secara

bertahap,

"tambahnya.

Harapannya, setelah MOU ini berhasil diimplementasikan, PT Angkasa Pura II bisa


menjadi pemicu pemberian pelayanan terbaik yang juga bisa diberikan oleh beberapa
insitusi seperti Bea Cukai dan Imigrasi yang ada di bandara. (dikutip dari detik
finance/ekonomi bisnis/detail berita, Kamis 14 Februari 2013)
Komitmen PT Angkasa Pura II dalam menerapkan salah satu prinsip dasar
GCG

yaitu

Akuntabilitas

(Accountability)

dimana

Perusahaan

harus

dapat

mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu


perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk
mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Untuk menerapkan akuntabilitas ini PT Angkasa Pura II terus menggandeng


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memberangus gratifikasi di lingkungan
PT Angkasa Pura II. Hal ini diawali dengan acara Seminar Pengendalian Gratifikasi di
Lingkungan

PT

Angkasa

Pura

II,

Bandara

Bersih

Dari

Gratifikasi.

Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Tri Sunoko mengatakan, acara tersebut
sebagai

komitmen

perseroan

untuk

menolak

segala

bentuk

gratifikasi.

"Serangkaian kegiatan sosialiasi program pengendalian gratifikasi di seluruh kantor


cabang. Bersama dengan KPK komitmen untuk kerja sama dalam program
pengendalian gratifikasi di seluruh fungsi perusahaan," kata dia di Tangerang, Jakarta,
Kamis

(18/12/2014).
Gratifikasi merupakan salah satu bentuk korupsi yang merugikan dan merusak

moral. Dia mengatakan, sosialisasi tersebut diharapkan dapat mewujudkan good


corporate

governance

(GCG)

di

lingkungan

Angkasa

Pura

II.

Upaya PT Angkasa Pura II untuk mencegah gratifikasi telah dimulai sejak tahun 2013.
Dia

bilang,

semua

pihak

tak

boleh

mengedepankan

kepentingan

pribadi.

Sunoko juga mengatakan, gratifikasi merupakan musuh bersama. Maka, dari itu
pihaknya

menolak

segala

bentuk

gratifikasi.

"Dengan demikian saya ingin menyampaikan mulai hari ini, kita berani mengatakan
tidak pada gratifikasi," tukas dia. (dikutip dari Liputan 6.com, 18 Desember 2014).
Dengan visi Menjadi pengelola bandar udara bertaraf internasional yang
mampu bersaing di kawasan regional dan Misi Mengelola jasa kebandarudaraan dan
pelayanan lalu lintas udara yang mengutamakan keselamatan penerbangan dan
kepuasan pelanggan, dalam upaya memberikan manfaat optimal kepada pemegang
saham, mitra kerja, pegawai, masyarakat dan lingkungan dengan memegang teguh etika
bisnis, PT Angkasa Pura II terus berbenah diri dalam komitmen mereka untuk
menerapkan Good Corporate Governance.
IV.

KESIMPULAN
Penerapan GCG merupakan hal yang mutlak bagi Angkasa Pura II. Hal tersebut
dilakukan melalui penguatan infrastruktur yang dimiliki dan secara berkesinambungan
meningkatkan sistem dan prosedur untuk mendukung efektivitas pelaksanaan GCG di
Angkasa Pura II.

Komitmen PT Angkasa Pura II dalam menerapkan salah satu prinsip dasar GCG
yaitu

Akuntabilitas

(Accountability)

dimana

Perusahaan

harus

dapat

mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Sebagai Badan


Usaha Milik Negara, Angkasa Pura II selalu melaksanakan kewajiban untuk membayar
dividen kepada negara selaku pemegang saham. Angkasa Pura II juga senantiasa
berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan perlindungan konsumen
kepada pengguna jasa bandara, menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik,
meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya serta meningkatkan kepedulian
sosial terhadap masyarakat umum dan lingkungan sekitar bandara melalui program
Corporate Social Responsibility. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
Semangat yang terkandung dalam penerapan GCG di Angkasa Pura II adalah
niat dan tekad manajemen Angkasa Pura II untuk menjadikan Angkasa Pura II sebuah
perusahaan yang terus tumbuh dan berkembang dengan kualitas Produk dan Proses
Kerja yang baik, serta memiliki Code of Conduct, termasuk tanggung jawab terhadap
lingkungannya. Dengan semangat tersebut PT Angkasa Pura II (AP II) meraih predikat
perusahaan terpercaya dalam hal penerapan tata kelola perusahaan yang baik atau good
corporate governance (GCG).

DAFTAR PUSTAKA
www.angkasapura2.co.id. Sejarah Perusahaan. Dibaca tanggal 23 September 2016 Pukul
11.00 Wib.
www.angkasapura2.co.id. Visi Misi. Dibaca tanggal 23 September 2016 Pukul 11.10 Wib
www.angkasapura2.co.id. Tata Kelola Perusahaan. Dibaca tanggal 23 September 2016 Pukul
11.15 Wib.
bisniskeuangan.kompas.com. AP II terapkan GCG. Dibaca tanggal 23 September 2016 Pukul
11.30 Wib.

bisnis.liputan6.com. Dibaca tanggal 23 September 2016 Pukul 11.45 Wib


Komite Nasional Kebijakan Governance. Pedoman Umum Good Corporate Governance
Indonesia. 2006.
www.bpkp.go.id. Berita Seputar BPKP dan Pengawasan. Dibaca tanggal 24 September 2016
Pukul 10.00 Wib.
Komisi Pemberantasan Korupsi. Studi Implementasi Good Corporate Governance di Sektor
Swasta, BUMN dan BUMD. 2007
https://cms.angkasapura2.co.id/NUWEB_PUBLIC_FILES/angkasapura2/Beranda_Indonesia
_edisi_1_2015.pdf
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/ penelitian mengenai GCG angkasa pura II. Dibaca
tanggal 27 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai

  • Jalur
    Jalur
    Dokumen8 halaman
    Jalur
    Rusdin Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Appendix
    Appendix
    Dokumen30 halaman
    Appendix
    Daenk Ocha Tonji
    Belum ada peringkat
  • HARMAWATI
    HARMAWATI
    Dokumen161 halaman
    HARMAWATI
    Icaa Yulisa
    Belum ada peringkat
  • Spip PDF
    Spip PDF
    Dokumen53 halaman
    Spip PDF
    Icaa Yulisa
    Belum ada peringkat
  • Akuntabilitas Pemerintah Kabinet
    Akuntabilitas Pemerintah Kabinet
    Dokumen9 halaman
    Akuntabilitas Pemerintah Kabinet
    Icaa Yulisa
    Belum ada peringkat
  • Jurnal GSPKN
    Jurnal GSPKN
    Dokumen8 halaman
    Jurnal GSPKN
    Icaa Yulisa
    Belum ada peringkat
  • Sap
    Sap
    Dokumen40 halaman
    Sap
    Icaa Yulisa
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok
    Tugas Kelompok
    Dokumen19 halaman
    Tugas Kelompok
    Icaa Yulisa
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Dokumen27 halaman
    Kelompok 1
    Icaa Yulisa
    Belum ada peringkat