LANDASAN TEORI
A. KERANGKA KONSEPTUAL DAN PELAPORAN KEUANGAN
Perusahaan menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi agar
dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi
menetapkan aturan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan dalam
laporan keuangan sehingga memungkinkan pembaca untuk dapat membandingkan
laporan keuangan antar perusahaan yang berbeda. Standar tidak hanya harus
dipahami pihak yang menyusun dan mengaudit laporan keuangan, namun juga
harus dipahami oleh pembaca laporan keuangan. Pembaca perlu memahami
asumsi dasar dan karakteristik laporan keuangan agar dapat memahami makna
angka-angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Pada tahun 1989, IASC membuat kerangka konseptual dalam penyajian
laporan keuangan yang dikenal dengan nama kerangka kerja untuk penyusunan
dan penyajian laporan keuangan. IASB mengindikasikan tujuan dari pernyataan
ini adalah untuk menetapkan konsep-konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan untuk pengguna eksternal. IFRS merupakan standar
akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard
Board (IASB).
International
Financial
Reporting
Standar
(IFRS)
kedalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), mau tidak mau kita harus
merubah mindset kita mengikuti kerangka konseptual IFRS tersebut.
Pada dasarnya batang tubuh kerangka konseptual tersebut masih sama, yaitu
tujuan laporan keuangan, karakteristik kualitatif dan element laporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang berguna
untuk berbagai pengguna dalam membuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan
harus dimengerti, relevan, dapat diandalkan dan sebanding. Dilaporkan aset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban langsung berkaitan dengan posisi
keuangan organisasi.
IFRS memiliki ciri utama yaitu principles based, lebih banyak menggunakan
nilai wajar sebagai dasar penilaian dan pengungkapan yang lebih banyak. Standar
yang bersifat principles based hanya mengatur hal-hal prinsip bukan aturan detail.
Konsekuensinya diperlukan professional judgment dalam menerapkan standar.
Untuk dapat memiliki professional judgment seorang akuntan harus memiliki
pengetahuan, skill dan etika karena jika tidak memiliki ketiga hal tersebut maka
professional judgment yang diambil tidak tepat. Dalam standar yang lama
sebenarnya telah menggunakan dasar nilai wajar, namun nilai wajar diterapkan
pada pencatatan awal dan penilaian sesudah pencatatan awal untuk beberapa asset
yang memiliki nilai wajar yang dapat diandalkan (aset yang memiliki kuotasi
pasar aktif seperti saham). Dalam IFRS penggunaan nilai wajar diperluas bahkan
untuk kaset biologi (contoh tanaman atau hewan ternak), aset tetap, properti
investasi dan aset tidak berwujud sebagai pilihan metode selain metode biaya.
mendapatkan
informasi
yang
lebih
banyak
sehingga
dapat
dari
LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan merupakan informasi keuangan yang disusun dan
disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan
sejumlah besar pemakai. Laporan keuangan juga digunakan sebagai sumber utama
informasi keuangan dan karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun
dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan para pemakai.
Laporan keuangan merupakan salah satu proses dari pelaporan keuangan,
dimana laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai
cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Perusahan pelapor adalah perusahaan yang laporan keuangannya
digunakan oleh pemakai yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai
sumber utama informasi keuangan perusahaan.
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
Tujuan dari laporan keuangan yakni menyediakan informasi yang
berhubungan dengan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang dapat bermanfaat begi pengguna laporan tersebut sebagai
pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Laporan keuangan juga
memperlihatkan bagaimana pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya
yang telah dipercayakan kepada mereka sehingga mereka dapat membuat
keputusan ekonomi.
Pemakai dan Kebutuhan Informasi Laporan keuangan digunakan oleh pemakai
yang berbeda-beda, meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan
kreditor usaha, pelaggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat.
Beberapa kebutuhannya, meliputi :
a. Investor
Informasi keuangan digunakan untuk membantu mereka menentukan
apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Perusahaan juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen
b. Karyawan
Informasi keuangan digunakan untuk melihat stabilitas dan profitabilitas
perusahaan, serta untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas
jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
c. Pemberi Pinjaman
Tertarik pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditor lainnya
dengan
informasi
mengenai
kelangsungan
hidup
dengan
alokasi
sumber
daya
dan
karena
itu
kelangsungan
usaha,
maka
entitas
mengungkapkan
Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas.
Ketika akuntansi berbasis akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai
aset, laibilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan)
ketika pos-pos tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsure
unsur tersebut dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan.
KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN
Karakteristik kualitatif dari informasi keuangan mengidentifikasi jenisjenis informasi yang paling berguna bagi investor yang ada dan calon investor,
pemberi pinjaman maupun kreditur lainnya untuk membuat keputusan mengenai
entitas pelaporan berdasarkan pada laporan keuangan yang telah disajikan.
Informasi keuangan akan berguna bagi investor yang ada dan calon investor,
pemberi pinjaman maupun kreditur lainnya. Maka informasi tersebut harus
relevan dan disajikan dengan jujur.
Bebas dari kesalahan. Penyajian yang jujur tidak berarti akurat dalam
segala aspek. Bebas dari kesalahan berarti bahwa tidak terdapat kesalahan
atau penghilangan dalam penggambaran fenomena dan proses yang
digunakan untuk menghasilkan informasi yang dilaporkan telah dipilih dan
diaplikasikan tanpa kesalahan dalam prosesnya.
Kualitas Ideal
Komparabilitas, verifiabilitas, ketepatwaktuan, dan dapat dipahami adalah
karakteristik kualitatif yang meningkatkan kegunaan informasi yang relevan dan
disajikan dengan jujur. Karakteristik kualitatif ini juga membantu untuk
menentukan dua cara yang akan digunakan untuk menggambarkan fenomena jiak
kedua cara tersebut sama-sama relevan dan disajikan dengan jujur.
a. Komparabilitas
Keputusan pengguna melibatkan pemilihan alternatif baik itu untuk
membeli atau mempertahankan suatu investasi, atau berinvestasi pada satu
entitas pelaporan atau pada entitas pelaporan lainnya. Konsekuensinya,
informasi mengenai sebuah entitas pelaporan akan lebih berguna jika
informasi tersebut dapat dibandingkan dengan informasi yang sama dari
entitas lainnya dan dengan informasi yang sama mengenai entitas yang sama
untuk periode atau tanggal lainnya. Komparabilitas adalah karakteristik
kualitatif yang memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi dan
memahami kesamaan dalam dan perbedaan antara item-item. Komparabilitas
10
membantu
memastikan
pengguna
bahwa
informasi
11
dapat
mempengaruhi
keputusan
pengguna
yang
mendasarkan
Bebas dari
Kesalahan
Dapat
dipahami
Posisi Keuangan
12
nilai
dimana
aset
dapat
ditukarkan
antara
pihak-pihak
yang
13
MANAJEMEN LABA
Scott (2006) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu cara penyajian
14
data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan
metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan
tertentu dalam batasan GAAP/IFRS. Pihak-pihak yang kontra terhadap
manajemen laba, menganggap bahwa manajemen laba merupakan pengurangan
dalam keandalan informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi
return dan resiko portofolionya.
Menurut Scott (2006) ada beberapa motivasi untuk melakukan manajemen
laba, yaitu:
1. Motivasi Program Bonus
Menunjukkan secara empiris bahwa sebelum melakukan manajemen laba,
manajer mempunyai informasi dari dalam perusahaan atas laba bersih
perusahaan. Jika pada suatu tahun tertentu laba bersih perusahaan rendah
(di bawah bogey) maka tindakan manajer adalah menurunkan pendapatan,
sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah (taking a bath) yang
bermaksud untuk mencapai bonus pada tahun berikutnya. Sedangkan jika
pada satu tahun tertentu laba bersih perusahaan tinggi (diatas cap) maka
tindakan yang dilakukan manajer adalah menurunkan pendapatan,
sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah. Tindakan ini
dilakukan karena manajer tidak akan mendapatkan bonus yang lebih tinggi
dari target yang telah ditentukan. Intinya manajer akan melakukan
manajemen laba pada saat laba bersih berada diantara bogey dan cap.
2. Motivasi Politik (Political Motivations)
Perusahaan besar yang aktivitasnya berhubungan dengan publik atau
perusahaan yang bergerak dalam industri strategis seperti minyak dan gas
akan sangat mudah untuk diawasi. Perusahaan seperti ini cenderung untuk
mengelola labanya. Pada perioda kemakmuran perusahaan menggunakan
prosedur dan praktik-praktik akuntansi yang meminimalkan laba bersih
15
perusahaan
tersebut
melakukan
manajemen
laba
dalam
16
Pola ini terjadinya pada periode sulit, kondisi buruk yang tidak menguntungkan
dan tidak dapat dihindari lagi pada periode tersebut, ataupun pada saat terjadi
reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO baru. Manajer melaporkan kerugian,
mungkin dalam jumlah yang besar, sebagai akibat dari penghapusan aktiva
dan/atau pembebanan biaya-biaya masa depan sekaligus pada periode tersebut
dengan harapan laba pada periode-periode mendatang dapat meningkat karena
berkurangnya beban periode mendatang.
Pola ini dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan
cara seperti pada pola taking a bath, yaitu mempercepat penghapusan atas barang
modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan
pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya
Pola ini dilakukan pada saat laba mengalami penurunan. Kebalikan dari income
minimization, income maximization dilakukan dengan cara mengambil simpanan
laba periode sebelumnya ataupun menarik laba periode yang akan datang,
misalnya dengan menunda pembebanan biaya. Pola ini dilakukan atas dasar
motivasi bonus, motivasi penghindaran pelanggaran perjanjian utang, pada saat
penawaran saham perdana dan musiman, ataupun untuk menghindari turunnya
harga saham secara drastis.
17
C.
terutama
bagi
manajemen.
Hal
ini
dikarenakan
akan
19
BAB II
KASUS
PT INDOFARMA Tbk.
A.
pembuatan obat-obatan dan bahan baku pembuat obat. Obat-obatan yang dibuat
oleh PT Indofarma lebih banyak dipasarkan secara tender dan dibeli pemerintah
untuk diserahkan kepada rumah sakit-rumah sakit milik pemerintah pusat, daerah,
dan puskesmas. PT Indofarma dikenal sebagai pembuat obat generik yang
ditujukan untuk rakyat miskin.
Awalnya perusahaan ini dikenal sebagai Pabrik Obat Manggarai dan
didirikan tahun 1918 di Jakarta. Pada Tahun 1950 pabrik obat ini diambil alih oleh
negara dan dikelola oleh Departemen Kesehatan RI lalu pada tahun 1979
namanya diganti menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan dan
pada tahun 1981 melalui Peraturan Pemerintah No 20 nama dan kelembagaannya
diganti menjadi Peusahaan Umum (Perum) Indofarma dan sejak 1996 berganti
badan hukum menjadi PT.
B.
20
22
PEMBAHASAN
Pada dasarnya kasus Indofarma ini tidak jauh berbeda dengan kasus Kimia
Farma yang pada intinya telah terjadi misleading information dengan melakukan
mark up terhadap Laporan Keuangan periode 2001. Awal mula dari kasus ini
karena selama 2 (dua) tahun berturut-turut Indofarma mengalami kerugian yaitu
pada tahun 2002 dan 2003. Padahal tahun 2001 perusahaan farmasi tersebut
meraih laba yang cukup besar.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Bapepam ternyata telah adanya
kesalahan dalam penyajian informasi di dalam Laporan Keuangan 2001. Kejadian
23
ini merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap ketentuan Pasar Modal (UUPM
dan peraturan Bapepam) dan Pedoman Standar Akuntan Publik (PSAK). Bahwadi
dalam ketentuan Pasar Modal yaitu yang terdapat dalam Pasal 69 ayat(l)UUPM:
"Laporan Keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum."
Dalam hal ini terkait dengan adanya kesalahan penilaian terhadap barangbarang di dalam kategori Work in Process. Barang-barang tersebut dinilai lebih
tinggi dari nilai yang seharusnya pada proses buku tahun 2001. Dengan demikian
berakibat meningkatnya laba bersih. Kesalahan penyajian tersebut merupakan
fakta materiil yang dapat mempengaruhi keberadaan Laporan Keuangan yang
pada akhirnya akan mempengaruhi harga efek di bursa.
Dengan adanya penyampaian informasi materiil yang tidak benar atau tidak
diungkapkan merupakan suatu pelanggaran terhadap Pasal 90 huruf c UUPM.
Bahwa kejadian ini sebelumnya tidak diungkapkan kepada publik maka pihakpihak yang mengetahui dapat dikenakan sanksi yang terdapat pada Pasal 107
UUPM karena ada sesuatu yang disembunyikan tapi tidak diungkapkan. Atas
kejadian ini berdasarkan peraturan Bapepam Nomor VIII.G7 tentang Pedoman
Penyajian Laporan Keuangan yang bertanggung jawab dalam penyajian Laporan
Keuangan adalah manajemen dari Emiten atau Perusahaan Publik (Direksi). Oleh
karenanya tindakan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari Direksi yang
menjabat pada saat Laporan Keuangan tersebut dikeluarkan. Sanksi yang
diberikan oleh Bapepam merupakan kewajiban dari Direksi yang menjabat pada
waktu itu secara bersama-sama . Tidak jelas apa yang menjadi latar belakang dari
Bapepam hanya memberikan sanksi administratif berupa membayar denda pada
kasus ini. Dalam press releasenya Bapepam hanya menyebutkan bahwa telah
terjadi penilaian barang yang lebih tinggi dari harga seharusnya. Dengan demikian
tidak diketahui apakah tindakan tersebut merupakan suatu kesengajaan atau tidak
dari manajemen untuk memberikan Laporan Keuangan dengan kinerja yang bagus
kepada publik. Sehingga publik akan menanamkan atau tidak modalnya terhadap
perusahaan farmasi tersebut.
Kalau tindakan ini merupakan satu hal yang disengaja dan diketahui oleh
manajemen Indofarma jelas merupakan suatu kejahatan di Pasar Modal. Untuk itu
24
dapat ditindak lanjuti dengan proses pidana dengan mencari bukti-bukti yang kuat
sehubungan dengan tindakan tersebut. Lain halnya jika tindakan tersebut bukan
merupakan suatu unsur kesengajaan dari manajemen Indofarma. Maka Bapepam
sesuai dengan kewenangan-nya berdasrkan Pasal 102 UUPM dapat memberikan
sanski administratif kepada Direksi Indofarma. Seharusnya agar dapat
menciptakan Pasar Modal yang aman dan tertib pengenaan sanksi tidak terbatas
pada sanksi denda saja tetapi sanksi pidana penjara. Hal ini untuk memberikan
shock therapy kepada Emiten atau Perusahaan Publik agar tidak main-main dalam
menyajikan Laporan Keuangannya.
25
BAB III
KESIMPULAN
Tujuan laporan keuangan yang mana diarahkan untuk memberikan
informasi yang berguna untuk mengambil keputusan-keputusan bisnis. Peran
standar akuntansi (seperti SAK) menjadi sangat penting supaya manajemen suatu
badan usaha dapat menghasilkan informasi yang berkualitas.
Informasi laba membantu pemilik atau pihak lain dalam mengestimasikan
kekuatan laba untuk menaksir resiko dalam investasi dan kredit. Pentingnya
informasi laba tersebut harus disadari oleh pihak manajemen sebagai pihak
penyusun laporan keuangan serta sebagai pihak yang diukur kinerjanya. Informasi
laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Concepts
(SFAC) Nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat
penting bagi pihakpihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif.
26
Daftar Pustaka
27