Anda di halaman 1dari 27

BAB I

LANDASAN TEORI
A. KERANGKA KONSEPTUAL DAN PELAPORAN KEUANGAN
Perusahaan menyusun laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi agar
dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan andal. Standar akuntansi
menetapkan aturan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan dalam
laporan keuangan sehingga memungkinkan pembaca untuk dapat membandingkan
laporan keuangan antar perusahaan yang berbeda. Standar tidak hanya harus
dipahami pihak yang menyusun dan mengaudit laporan keuangan, namun juga
harus dipahami oleh pembaca laporan keuangan. Pembaca perlu memahami
asumsi dasar dan karakteristik laporan keuangan agar dapat memahami makna
angka-angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Pada tahun 1989, IASC membuat kerangka konseptual dalam penyajian
laporan keuangan yang dikenal dengan nama kerangka kerja untuk penyusunan
dan penyajian laporan keuangan. IASB mengindikasikan tujuan dari pernyataan
ini adalah untuk menetapkan konsep-konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan untuk pengguna eksternal. IFRS merupakan standar
akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard
Board (IASB).

Standar Pelaporan Keuangan Internasional atau International

Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan seperangkat standar yang


disebarluaskan oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB), yang
menekankan pada pengembangan standar yang didasarkan pada prinsip-prnsip
yang baik, jelas dinyatakan, dari mana interpretasi diperlukan (kadang-kadang
merujuk pada prinsip berbasis standar). IFRS biasanya tidak memberikan lini
yang jelas, bilamana membedakan diantara kondisi dimana ketentuan akuntansi
yang berbeda diterapkan. Hal ini mengurangi kesempatan untuk menstrukturkan
transaksi, guna mencapai dampak akuntansi tertentu.
Menurut salah satu mushab pemikir, karena standar pelaporan keuangan
internasional (IFRS) merupakan prinsip yang berbasis standar, maka pendekatan
standar pelaporan keuangan internasional (IFRS) lebih memfokuskan pada bisnis
atau bertujuan ekonomi dari suatu transaksi dan hak-hak dan liabilitas yang
1

mendasari, selain memberikan aturan (pedoman). Standar pelaporan keuangan


internasional (IFRS) memberikan pedoman dalam bentuk prinsip-prinsip.
International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai
referensi utama pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena
IFRS merupakan standar yang sangat kokoh. Penyusunannya didukung oleh para
ahli dan dewan konsultatif internasional dari seluruh penjuru dunia. Kerangka
konseptual pelaporan keuangan yang kita kenal selama ini sebagaimana yang
diadopsi adalah kerangka konseptual berdasarkan USGAAP. Sejalan dengan
konvergensi

International

Financial

Reporting

Standar

(IFRS)

kedalam

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), mau tidak mau kita harus
merubah mindset kita mengikuti kerangka konseptual IFRS tersebut.
Pada dasarnya batang tubuh kerangka konseptual tersebut masih sama, yaitu
tujuan laporan keuangan, karakteristik kualitatif dan element laporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang berguna
untuk berbagai pengguna dalam membuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan
harus dimengerti, relevan, dapat diandalkan dan sebanding. Dilaporkan aset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban langsung berkaitan dengan posisi
keuangan organisasi.
IFRS memiliki ciri utama yaitu principles based, lebih banyak menggunakan
nilai wajar sebagai dasar penilaian dan pengungkapan yang lebih banyak. Standar
yang bersifat principles based hanya mengatur hal-hal prinsip bukan aturan detail.
Konsekuensinya diperlukan professional judgment dalam menerapkan standar.
Untuk dapat memiliki professional judgment seorang akuntan harus memiliki
pengetahuan, skill dan etika karena jika tidak memiliki ketiga hal tersebut maka
professional judgment yang diambil tidak tepat. Dalam standar yang lama
sebenarnya telah menggunakan dasar nilai wajar, namun nilai wajar diterapkan
pada pencatatan awal dan penilaian sesudah pencatatan awal untuk beberapa asset
yang memiliki nilai wajar yang dapat diandalkan (aset yang memiliki kuotasi
pasar aktif seperti saham). Dalam IFRS penggunaan nilai wajar diperluas bahkan
untuk kaset biologi (contoh tanaman atau hewan ternak), aset tetap, properti
investasi dan aset tidak berwujud sebagai pilihan metode selain metode biaya.

IFRS mengharuskan pengungkapan yang lebih luas agar pemakai laporan


keuangan

mendapatkan

informasi

yang

lebih

banyak

sehingga

dapat

mempertimbangkan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan.


Kerangka dasar ini merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Tujuan kerangka dasar
ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
1. komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan
tugasnya;
2. penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi
yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan;
3. auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan
4. para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar
akuntansi keuangan.
Kerangka dasar ini membahas laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statements, yang selanjutnya hanya disebut "laporan
keuangan"), termasuk laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan disusun
dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan
sejumlah besar pemakai. Beberapa di antara pemakai ini memerlukan dan berhak
untuk memperoleh informasi tambahan disamping yang tercakup dalam laporan
keuangan. Namun demikian, banyak pemakai sangat tergantung pada laporan
keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan dan karena itu laporan
keuangan tersebut seharusnya disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan
kebutuhan mereka. Laporan keuangan dengan tujuan khusus seperti prospektus,
dan perhitungan yang dilakukan untuk tujuan perpajakan tidak termasuk dalam
kerangka dasar ini.
Kerangka dasar ini berlaku untuk laporan keuangan untuk semua jenis
perusahaan komersial, baik sektor publik maupun sektor swasta. Perusahaan
pelapor adalah perusahaan yang laporan keuangannya digunakan oleh pemakai
yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai sumber utama informasi
keuangan perusahaan.

Struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akuntansi yang


didasarkan pada proses penalaran logis. Yang dapat digambarkan dalam bentuk
hierarki yang memiliki beberapa tingkatan sebagai beikut:
1. Pada tingkatan teori tertinggi (Level 1)
Dalam kerangka konseptual menyatakan ruang lingkup dan tujuan pelaporan
keuangan
2. Pada tingkatan selanjutnya (Level 2)
Mendefinisikan dan mengidentifikasikan karakterisitik kualitatif

dari

informasi keuangan dalam elemen laporan keuangan


3. Pada tingkat operasional yang lebih rendah (Level 3)
Berkaitan dengan prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan tentang pengukuran
dan elemen laporan keuangan.

Kerangka konseptual memiliki manfaat yang sangat besar bagi pemakainya.


Manfaat dari kerangka konseptual antara lain adalah untuk membangun dan

menghubungkan badan pembuat konsep dengan tujuannya, menyediakan


kerangka kerja untuk memecahkan masalah-masalah praktis baru yang muncul
(masalah yang belum ada standarnya), meningkatkan pemahaman dan keyakinan
pemakai laporan keuangan tentang pelaporan keuangan, dan menaikkan daya
banding laporan keuangan antar perusahaan.
Tujuan pelaporan keuangan yang diungkapkan dalam kerangka konseptual
adalah:
1. Kegunaan
Tujuan menyeluruh pelaporan keuangan adalah memberikan informasi yang
menyeluruh bagi pembuat keputusan
2. Kepemahaman
Tujuan kepemahaman membuat pemakai laporan keuangan mengerti tentang
akuntansi dan bisnis
3. Target audience: kreditor dan investor
Walaupun banyak pihak yang menggunakan laporan keuangan. Tetapi target
utama adalah investor dan kreditor
4. Penilaian arus kas masa yang akan datang
Para investor dan kreditor tertarik pada arus kas masa yang akan datang
dengan begitu mereka bisa mengetahui bunga dan pokok pinjaman
5. Mengevaluasi sumber daya ekonomi
Pelaporan keungan seharusnya menyajikan aktiva, kewajiban, dan modal
pemilik perusahaan untu mengetahui atau mengevaluasi kelemahan dan
kekuatan laporan keuangan
6. Fokus pada laba
Informasi tentang laba yang diukur secara akrual biasanya lebih dapat
meramalkan kelangsungan perusahaan.

LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan merupakan informasi keuangan yang disusun dan
disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan
sejumlah besar pemakai. Laporan keuangan juga digunakan sebagai sumber utama
informasi keuangan dan karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun
dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan para pemakai.
Laporan keuangan merupakan salah satu proses dari pelaporan keuangan,
dimana laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba

rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai
cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Perusahan pelapor adalah perusahaan yang laporan keuangannya
digunakan oleh pemakai yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai
sumber utama informasi keuangan perusahaan.
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
Tujuan dari laporan keuangan yakni menyediakan informasi yang
berhubungan dengan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang dapat bermanfaat begi pengguna laporan tersebut sebagai
pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Laporan keuangan juga
memperlihatkan bagaimana pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya
yang telah dipercayakan kepada mereka sehingga mereka dapat membuat
keputusan ekonomi.
Pemakai dan Kebutuhan Informasi Laporan keuangan digunakan oleh pemakai
yang berbeda-beda, meliputi investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan
kreditor usaha, pelaggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat.
Beberapa kebutuhannya, meliputi :
a. Investor
Informasi keuangan digunakan untuk membantu mereka menentukan
apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Perusahaan juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen
b. Karyawan
Informasi keuangan digunakan untuk melihat stabilitas dan profitabilitas
perusahaan, serta untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas
jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
c. Pemberi Pinjaman
Tertarik pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditor lainnya

Tertarik pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk


memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar saat jatuh tempo.
Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih
pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama
meraka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
e. Pelanggan
Berkepentingan

dengan

informasi

mengenai

kelangsungan

hidup

perusahaan, terutama apabila mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang


dengan, atau tergantung pada perusahaan.
f. Pemerintah
Berkepentingan

dengan

alokasi

sumber

daya

dan

karena

itu

berkepentingan dengan aktivitas perusahaan dan untuk mengatur aktivitas


perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g. Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
ASUMSI DASAR

Kelangsungan Usaha (Going Concern)

Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang


kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas
menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali
manajemen bertujuan untuk melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan,
atau tidak mempunyai alternatif lainnya yang realistis selain melakukannya.
Jika manajemen menyadari (dalam membuat penilaiannya) mengenai adanya
ketidakpastian yang material sehubungan dengan peristiwa atau kondisi yang
dapat menimbulkan keraguan yang signifikan tentang kemampuan entitas untuk
mempertahankan

kelangsungan

usaha,

maka

entitas

mengungkapkan

ketidakpastian tersebut. Jika entitas menyusun laporan keuangan tidak


berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan fakta

tersebut, bersama dengan dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan


keuangan dan alasan mengapa entitas tidak dipertimbangkan sebagai entitas yang
dapat menggunakan asumsi kelangsungan usaha. Jika selama ini entitas
menghasilkan laba dan mempunyai akses ke sumber pembiayaan, maka dapat
disimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah sesuai tanpa melalui analisis
rinci.

Dasar Akrual (Accrual Basis)

Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas.
Ketika akuntansi berbasis akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai
aset, laibilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan)
ketika pos-pos tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsure
unsur tersebut dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan.
KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN
Karakteristik kualitatif dari informasi keuangan mengidentifikasi jenisjenis informasi yang paling berguna bagi investor yang ada dan calon investor,
pemberi pinjaman maupun kreditur lainnya untuk membuat keputusan mengenai
entitas pelaporan berdasarkan pada laporan keuangan yang telah disajikan.
Informasi keuangan akan berguna bagi investor yang ada dan calon investor,
pemberi pinjaman maupun kreditur lainnya. Maka informasi tersebut harus
relevan dan disajikan dengan jujur.

Pengguna dari informasi akuntansi


Setiap pembuat keputusan menilai informasi apa yang berguna dan
penilaian tersebut dipengaruhi oleh faktor seperti keputusan yang akan dibuat,
metode pembuatan keputusan yang akan digunakan, informasi yang telah
diperoleh dari sumber lainnya, dan kapasitas dari pembuat keputusan.
Kriteria Pervasif: Manfaat > Biaya
Biaya adalah kendala pervasif dari informasi yang dapat disediakan oleh
laporan keuangan. Pelaporan informasi keuangan memerlukan biaya sehingga

penting untuk memastikan bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding dengan


manfaat dari pelaporan informasi tersebut.
Kualitas Fundamental
Karakteristik kualitatif fundamental adalah relevan dan penyajian yang
jujur. Informasi keuangan akan berguna bagi investor yang ada dan calon investor,
pemberi pinjaman maupun kreditur lainnya maka informasi tersebut harus relevan
dan disajikan dengan jujur.
a. Relevan
Laporan keuangan yang disajikan bermanfaat ketika informasi tersebut
mempunyai relevansi dalam pengambilan keputusan dari pengguna laporan
keuangan tersebut. Informasi keuangan yang lalu biasanya sering digunakan
dalam memprediksi posisi keuangan di masa depan.
Informasi keuangan yang relevan adalah informasi yang mampu untuk
membuat perbedaan dalam keputusan yang dibuat oleh pengguna informasi
keuangan. Informasi mungkin akan mampu untuk membuat perbedaan dalam
sebuah keputusan sekalipun beberapa pengguna memilih untuk tidak
mengambil manfaat dari informasi tersebut atau telah mengetahui informasi
tersebut dari sumber informasi lainnya. Informasi keuangan akan mampu
untuk membuat perbedaan dalam sebuah keputusan jika informasi tersebut
memiliki nilai prediktif dan confirmatory value. Nilai prediktif dan
confirmatory value saling berkaitan. Informasi yang memiliki nilai prediktif
seringkali juga memiliki confirmatory value.

Nilai prediktif. Informasi keuangan memiliki nilai prediktif jika informasi


tersebut dapat digunakan sebagai suatu input dalam proses yang dilakukan
oleh pengguna informasi untuk memprediksi hasil di masa depan.

Confirmatory value. Informasi keuangan memiliki confirmatory value jika


informasi tersebut memberikan umpan balik (mengonfirmasi atau
mengubah) terhadap evaluasi sebelumnya.

b. Penyajian yang Jujur (Faithfull Representation)


Laporan keuangan menyajikan fenomena ekonomi dalam huruf dan angka.
Untuk menjadi berguna, maka informasi keuangan tidak hanya harus
menyajikan fenomena yang relevan tetapi juga harus menyajikan fenomena

tersebut dengan jujur. Agar informasi keuangan tersebut dikatakan disajikan


dengan jujur maka informasi tersebut harus lengkap, netral, dan bebas dari
kesalahan.

Lengkap. Sebuah penggambaran yang lengkap mencakup seluruh


informasi yang berguna bagi pengguna informasi untuk memahami
fenomena yang digambarkan, termasuk juga semua penjelasan dan
deskripsinya.

Netral. Sebuah penggambaran yang netral adalah tanpa bias dalam


pemilihan atau penyajian informasi keuangan. Penggambaran yang netral
tidak diarahkan atau dimanipulasikan untuk meningkatkan probabilitas
bahwa informasi keuangan akan diterima dengan baik oleh pengguna.

Bebas dari kesalahan. Penyajian yang jujur tidak berarti akurat dalam
segala aspek. Bebas dari kesalahan berarti bahwa tidak terdapat kesalahan
atau penghilangan dalam penggambaran fenomena dan proses yang
digunakan untuk menghasilkan informasi yang dilaporkan telah dipilih dan
diaplikasikan tanpa kesalahan dalam prosesnya.

Kualitas Ideal
Komparabilitas, verifiabilitas, ketepatwaktuan, dan dapat dipahami adalah
karakteristik kualitatif yang meningkatkan kegunaan informasi yang relevan dan
disajikan dengan jujur. Karakteristik kualitatif ini juga membantu untuk
menentukan dua cara yang akan digunakan untuk menggambarkan fenomena jiak
kedua cara tersebut sama-sama relevan dan disajikan dengan jujur.
a. Komparabilitas
Keputusan pengguna melibatkan pemilihan alternatif baik itu untuk
membeli atau mempertahankan suatu investasi, atau berinvestasi pada satu
entitas pelaporan atau pada entitas pelaporan lainnya. Konsekuensinya,
informasi mengenai sebuah entitas pelaporan akan lebih berguna jika
informasi tersebut dapat dibandingkan dengan informasi yang sama dari
entitas lainnya dan dengan informasi yang sama mengenai entitas yang sama
untuk periode atau tanggal lainnya. Komparabilitas adalah karakteristik
kualitatif yang memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi dan
memahami kesamaan dalam dan perbedaan antara item-item. Komparabilitas

10

tidak berkaitan dengan satu item, perbandingan setidaknya memerlukan dua


item. Konsistensi mengacu pada penggunaan metode yang sama untuk item
yang sama, dari satu periode ke periode berikutnya dalam suatu entitas
pelaporan atau dalam satu periode diantara entitas yang berbeda.
komparabilitas adalah tujuan sedangkan konsistensi membantu untuk
mencapai komparabilitas tersebut.
b. Verifiabilitas
Verifiabilitas

membantu

memastikan

pengguna

bahwa

informasi

menyajikan dengan jujur fenomena ekonomi yang seharusnya disajikan.


Verifiabilitas berarti bahwa pengguna informasi yang independen dan
berpengetahuan yang berbeda dapat mencapai suatu konsensus bahwa
penggambaran tertentu adalah penyajian yang jujur.
c. Ketepatwaktuan (Timeliness)
Ketepatwaktuan berarti bahwa informasi tersedia bagi pembuat keputusan
pada waktu yang tepat untuk mampu mempengaruhi keputusan mereka.
Secara umum, semakin lama umur suatu informasi maka informasi tersebut
akan menjadi kurang berguna.
d. Dapat Dipahami
Pengklasifikasian, pengkarakteristikan, dan penyajian informasi dengan
jelas dan tepat membuat informasi tersebut menjadi dapat dipahami. Beberapa
fenomena memiliki kerumitan bawaan dan tidak dapat dengan mudah untuk
dipahami. Pengecualian informasi tersebut dalam laporan keuangan mungkin
menjadikan informasi keuangan lebih mudah untuk dipahami tetapi laporan
tersebut tidak lengkap dan mungkin akan menyesatkan. Oleh karena itu,
laporan keuangan dipersiapkan bagi pengguna yang memiliki pengetahuan
memadai mengenai aktivitas bisnis dan ekonomi dan mampu untuk
menganalisa dan mereview informasi tersebut.
Batasan Pengakuan
Materialitas

11

Informasi dikatakan material jika penghilangan atau salah saji informasi


tersebut

dapat

mempengaruhi

keputusan

pengguna

yang

mendasarkan

keputusannya pada informasi keuangan tersebut.

Bebas dari
Kesalahan

Dapat
dipahami

UNSUR LAPORAN KEUANGAN

Posisi Keuangan

Aktiva, merupakan manfaat ekonomi yang diharapkan oleh perusahaan sebagai


hasil dari transaksi kejadian-kejadian masa lalu. Kewajiban, merupakan utang
perusahaan yang ditimbulkan dari peristiwa atau transaksi masa lalu. Aktiva
Bersih, merupakan nilai residu atas aktiva perusahaan setelah dikurang dengan
kewajiban.

Kinerja (Laba Rugi)

12

Penghasilan, merupakan penambahan atau pemasukan aktiva atau penurunan


kewajiban yang menyebabkan kenaikan ekuitas yang berasal dari operasi utama
perusahaan dan bukan berasal dari pemilik. Beban, merupakan penurunan aktiva
atau penambahan kewajiban yang menyebabkan penurunan ekuitas yang berasal
dari operasi utama perusahaan dan bukan dari pembagian kepada penanaman
modal.
PRINSIP DASAR
a. Historical Cost (Biaya Historis)
Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara dengan kas yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut
pada saat perolehan.dan kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai
penukar dari kewajiban.
b. Current Cost (Biaya Kini)
Aktiva dinilai dalam jumlah kas atau setara dengan kas yang seharusnya dibayar
bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh sekarang. Kewajiban
dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang
mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang.
c. Realisable / Settlement Value (Nilai Realisasi / Penyelesaian)
Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas atau setara dengan kas yang dapat diperoleh
sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal dan kewajiban
dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu, jumlah kas atau setara dengan kas
yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
d. Fair Value
Jumlah

nilai

dimana

aset

dapat

ditukarkan

antara

pihak-pihak

yang

berpengetahuan dan bersedia dalam arms length transaction. IASB telah


mengambil langkah yang memberikan perusahaan pilihan untuk menggunakan
nilai wajar sebagai dasar untuk pengukuran aset keuangan dan kewajiban
keuangan.
e. Revenue recognition

13

Pendapatan harus diakui apabila kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomi


masa depan akan mengalir ke perusahaan dan pengukuran dapat dilakukan secara
andal.
f. Expense recognition
Pengeluaran atau penggunaan aset atau menimbulkan kewajiban (atau kombinasi
dari keduanya) selama periode sebagai akibat dari penyerahan atau produksi
barang dan / atau memberikan jasa.
B.

MANAJEMEN LABA
Scott (2006) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu cara penyajian

laba yang bertujuan untuk memaksimalkan utilitas manajemen dan atau


meningkatkan nilai pasar melalui pemilihan kebijakan prosedur akuntansi oleh
manajemen. Terdapat dua cara pandang dalam memahami manajemen laba yang
dilakukan manajer perusahaan: pertama, bertujuan untuk memaksimalkan utilitas
manajemen (opportunistic behavior). Kedua, bertujuan untuk memberikan
keuntungan kepada semua pihak yang terkait dalam kontrak (efficient
contracting). Pengertian lain tentang manajemen laba :

Manajemen laba adalah tindakan manajer yang menaikkan (menurunkan) laba


yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak
mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas

perusahaan dalam jangka panjang.


Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam
laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan
keuangan, sehingga menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi
perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak

yang tergantung pada angka akuntansi.


Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba
adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan,
manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat
mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil
rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.

14

Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam


akuntansi keuangan. Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu
upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba
berorientasi pada manipulasi laba.
Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi

data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan
metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan
tertentu dalam batasan GAAP/IFRS. Pihak-pihak yang kontra terhadap
manajemen laba, menganggap bahwa manajemen laba merupakan pengurangan
dalam keandalan informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi
return dan resiko portofolionya.
Menurut Scott (2006) ada beberapa motivasi untuk melakukan manajemen
laba, yaitu:
1. Motivasi Program Bonus
Menunjukkan secara empiris bahwa sebelum melakukan manajemen laba,
manajer mempunyai informasi dari dalam perusahaan atas laba bersih
perusahaan. Jika pada suatu tahun tertentu laba bersih perusahaan rendah
(di bawah bogey) maka tindakan manajer adalah menurunkan pendapatan,
sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah (taking a bath) yang
bermaksud untuk mencapai bonus pada tahun berikutnya. Sedangkan jika
pada satu tahun tertentu laba bersih perusahaan tinggi (diatas cap) maka
tindakan yang dilakukan manajer adalah menurunkan pendapatan,
sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah. Tindakan ini
dilakukan karena manajer tidak akan mendapatkan bonus yang lebih tinggi
dari target yang telah ditentukan. Intinya manajer akan melakukan
manajemen laba pada saat laba bersih berada diantara bogey dan cap.
2. Motivasi Politik (Political Motivations)
Perusahaan besar yang aktivitasnya berhubungan dengan publik atau
perusahaan yang bergerak dalam industri strategis seperti minyak dan gas
akan sangat mudah untuk diawasi. Perusahaan seperti ini cenderung untuk
mengelola labanya. Pada perioda kemakmuran perusahaan menggunakan
prosedur dan praktik-praktik akuntansi yang meminimalkan laba bersih

15

perusahaan. Sebaliknya, publik akan mendorong pemerintah untuk


meningkatkan peraturan untuk menurunkan profitabilitas mereka.
3. Motivasi Perpajakan (Taxation Motivations)
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Namun demikian, kewenangan pajak cenderung untuk
memaksakan aturan akuntansi pajak sendiri untuk menghitung pendapatan
kena pajak. Seharusnya secara umum perpajakan tidak mempunyai peran
besar dalam keputusan manajemen laba.
4. Motivasi Perubahan Chief Executif Officer (Changes of CEO Mativations)
Manajemen laba juga terjadi disekitar waktu pergantian CEO. Hipotesis
program bonus memprediksi bahwa ketika waktu mendekati pengunduran
diri CEO maka tindakan yang dilakukan adalah memaksimalkan laba
untuk meningkatkan bonus mereka. Sedangkan CEO yang kinerjanya
buruk akan melakukan manajemen laba untuk memaksimalkan laba
mereka dengan tujuan mencegah atau menunda pemberhentian mereka.
Motivasi melakukan manajemen laba juga dapat dilakukan oleh CEO baru,
terutama jika cost dibebankan pada tahun transisi, melalui penghapusan
operasi yang tidak diinginkan atau divisi yang tidak menguntungkan.
5. Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan
manajer

perusahaan

tersebut

melakukan

manajemen

laba

dalam

prospektus mereka. Nampaknya informasi akuntansi keuangan yang


dimasukkan dalam prospektus bermanfaat sebagai sumber informasi.
Terdapat kemungkinan bahwa manajer perusahaan go public akan
mengelola prospektusnya dengan harapan dapat menaikkan harga saham.
6. Motivasi Perjanjian Utang (Debt Covenants Motivations)
Manajemen laba dengan tujuan untuk memenuhi perjanjian utang timbul
dari kontrak utang jangka panjang. Perjanjian utang bertujuan melindungi
peminjam terhadap tindakan manajer. Pelanggaran terhadap covenant
mengakibatkan cost yang tinggi terhadap perusahaan, oleh karena itu
manajer berusaha untuk menghindari terjadinya pelanggaran terhadap
covenant.

16

POLA-POLA MANAJEMEN LABA


Scott (2000) dalam Jaryanto (2008) membagi manajemen laba yang
mungkin dilakukan oleh para menejer perusahaan ke dalam empat jenis pola
manajemen laba sebagai berikut:

Cuci Bersih (Taking a Bath)

Pola ini terjadinya pada periode sulit, kondisi buruk yang tidak menguntungkan
dan tidak dapat dihindari lagi pada periode tersebut, ataupun pada saat terjadi
reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO baru. Manajer melaporkan kerugian,
mungkin dalam jumlah yang besar, sebagai akibat dari penghapusan aktiva
dan/atau pembebanan biaya-biaya masa depan sekaligus pada periode tersebut
dengan harapan laba pada periode-periode mendatang dapat meningkat karena
berkurangnya beban periode mendatang.

Menurunkan Laba (Income Minimization)

Pola ini dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan
cara seperti pada pola taking a bath, yaitu mempercepat penghapusan atas barang
modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan
pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya

eksplorasi, dan mengakui

pengeluaran-pengeluaran lain sebagai biaya periode tersebut. Hal ini dilakukan


pada saat profitabilitas tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian
secara politis sekaligus sebagai upaya menyimpan laba sehingga jika laba periode
mendatang mengalami penurunan drastis dapat diatasi dengan mengambil
simpanan laba periode berjalan.

Menaikkan Laba (Income Maximization)

Pola ini dilakukan pada saat laba mengalami penurunan. Kebalikan dari income
minimization, income maximization dilakukan dengan cara mengambil simpanan
laba periode sebelumnya ataupun menarik laba periode yang akan datang,
misalnya dengan menunda pembebanan biaya. Pola ini dilakukan atas dasar
motivasi bonus, motivasi penghindaran pelanggaran perjanjian utang, pada saat
penawaran saham perdana dan musiman, ataupun untuk menghindari turunnya
harga saham secara drastis.

Perataan Laba (Income Smoothing)

17

Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba antar periode yang


dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor yang pada
umumnya lebih menyukai laba yang relatif stabil. Income smoothing bisa
dikatakan pola perpaduan antara income minimization dengan income
maximization antar periode, dimana pada periode laba yang tinggi, laba akan
disimpan untuk digunakan pada periode laba yang rendah.
ALASAN DILAKUKAN MANAJEMEN LABA
Alasan dilakukan manajemen laba karena:
1) Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap
manajer. Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba atau
prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba
dikaitka n dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan
diterima oleh manajer.
2) Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor.
Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinya dengan
membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Dengan
demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau
penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan.
3) Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya.

C.

KONSEKUENSI EKONOMIS LAPORAN KUANGAN


Konsekuensi ekonomi adalah konsep yang menyatakan bahwa walaupun

bertentangan dengan implikasi teori pasar modal efisien pilihan kebijakan


akuntansi dapat mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Hal ini berarti kebijakan
akuntansi dan perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu
permasalahan,

terutama

bagi

manajemen.

Hal

ini

dikarenakan

akan

mengakibatkan manager mengubah hasil operasi perusahaan yang sesungguhnya.


Konsekuensi ekonomis muncul karena perusahaan melakukan kontrak
seperti kompensasi eksekutif dan kontrak utang. Konsekuensi ekonomis
18

diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan akuntansi


walaupun perubahan tersebut tidak mempengaruhi secara langsung terhadap arus
kas perusahaan.
Pelaporan keuangan memiliki beberapa konsekuensi ekonomis (economic
consequences of financial reporting) yakni:
1. Informasi keuangan dapat mempengaruhi distribusi kekayaan diantara
investor. Investor yang memperoleh informasi lebih banyak (mempekerjakan
analis sekuritas) mungkin mampu meningkatkan kekayaan mereka daripada
investor yang kurang informasi.
2. Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkatan risiko yang diterima
perusahaan. Fokus pada jangka pendek, memiliki risiko lebih kecil, tetapi
mungkin mengandung efek-efek jangka panjang yang merugikan (long-term
detrimental effects).
3. Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkat formasi modal dalam
ekonomi dan menghasilkan realokasi kekayaan antara konsumsi dan investasi
dalam ekonomi.
4. Informasi keuangan dapat mempengaruhi bagaimana investasi dialokasikan
dalam perusahaan.

19

BAB II
KASUS
PT INDOFARMA Tbk.

A.

Sejarah PT Indofarma Tbk.


PT Indofarma didirikan pada tanggal 26 Januari 1996 dan bergerak dalam

pembuatan obat-obatan dan bahan baku pembuat obat. Obat-obatan yang dibuat
oleh PT Indofarma lebih banyak dipasarkan secara tender dan dibeli pemerintah
untuk diserahkan kepada rumah sakit-rumah sakit milik pemerintah pusat, daerah,
dan puskesmas. PT Indofarma dikenal sebagai pembuat obat generik yang
ditujukan untuk rakyat miskin.
Awalnya perusahaan ini dikenal sebagai Pabrik Obat Manggarai dan
didirikan tahun 1918 di Jakarta. Pada Tahun 1950 pabrik obat ini diambil alih oleh
negara dan dikelola oleh Departemen Kesehatan RI lalu pada tahun 1979
namanya diganti menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan dan
pada tahun 1981 melalui Peraturan Pemerintah No 20 nama dan kelembagaannya
diganti menjadi Peusahaan Umum (Perum) Indofarma dan sejak 1996 berganti
badan hukum menjadi PT.
B.

Kasus PT Indofarma Tbk.


Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menemukan indikasi adanya

penyembunyian informasi penting menyangkut kerugian selama dua tahun


berturut-turut yang diderita PT Indofarma Tbk. Kepala Biro Pemeriksaan dan
Penyidikan Bapepam Abraham Bastari mengatakan temuan ini terungkap setelah
institusinya memanggil sejumlah pihak termasuk Direksi dan mantan Direksi
Indofarma dimana diduga ada sesuatu yang disembunyikan dan tidak
diungkapkan. Bapepam pun telah memanggil jajaran manajemen dua periode
sebelumnya, yaitu ketika Eddy Pramono dan Gunawan Pranoto (sekarang
Direktur Utama Kimia Farma) menjabat sebagai Direktur Utama Indofarma.
Pihak lain yang turut diperiksa, yaitu jajaran manajemen PT Indofarma Global
Medika--anak perusahaan Indofarma. Selain itu, Bepapam juga telah memeriksa
kantor akuntan publik Hadori dan Rekan dengan Hadori Yunus sebagai auditornya

20

yang telah mengaudit laporan keuangan Indofarma 2003. Pemeriksaan dilakukan


karena tahun lalu, Indofarma mengalami pembengkakan kerugian dari sekitar 68
miliar rupiah berdasarkan laporan yang belum diaudit menjadi sekitar 129,5 miliar
rupiah setelah laporan diaudit.
Dalam penjelasannya ke publik, manajemen baru Indofarma mengatakan,
pembengkakan kerugian terjadi karena perusahaan obat pelat merah ini harus
melakukan hapus buku terhadap alat kesehatan yang dinilai sudah kadaluwarsa
sehingga tidak bisa dijual. Padahal jumlahnya mencapai puluhan miliar rupiah.
Indofarma untuk tahun buku 2002 yang melaporkan adanya kerugian sebesar 59,8
miliar rupiah mengejutkan investor.Banyak kalangan mempertanyakannya, karena
hingga akhir kwartal ketiga 2002, Indofarma masih mencatatkan keuntungan
sekitar 88,6 miliar rupiah.
Perubahan mendasar yang terjadi pada tahun 2001 setelah perusahaan
mendapat ijin untuk go publik menjadikan PT Indofarma harus dikelola secara
profesional, transparan, dan harus tumbuh karena pasar menghendaki adanya
deviden dan capital gain. Dan untuk mendorong perubahan itulah direksi membeli
mesin-mesin baru dan memproduksi produk-produk terobosan bermerek
khususnya Biofibra, Prolipid, Pro Uric, OBH Plus, dsb sehingga pada akhir tahun
meraup laba bersih perseroam setelah pajak sebesar 122,5 milyar rupiah.
Pada saat bersamaan di Indonesia muncul UU tentang otonomi daerah
yang salah satu dampaknya adalah perubahan pembelian obat yang tadinya
dilakukan secara massal dan terpusat pada pemerintah pusat sekarang dipesan
langsung oleh pemerintah daerah. Selain itu muncul pabrik-pabrik obat kecil baru
yang tersebar di berbagai daerah. Akibatnya PT indofarma harus membuka
cabang-cabang baru didaerah dan memasarkan obatnya secara lokal. Tendertender kecilpun harus diikuti dan mulai ada gangguan produksi. Harga obat yang
sudah murah ternyata tidak diimbangi dengan biaya produksi yang efisien. Selain
itu pembukaan cabang-cabang baru berarti meningkatkan biaya mulai dari tempat,
SDM, sistem, komisi, teknologi. Selain hal diatas manajemen perusahaan
mengalami sejumlah masalah baik yang disengaja maupun tidak akibatnya pada
laporan keuangan perusahaan pada tahun 2002 diketahui perusahaan mengalami
kerugian 59,8 miliar rupiah.
Pada tahun itu juga diketahui sejumlah masalah diantaranya adalah harga
jual yang diterima perusahaan ternyata dibawah total biaya per unit, laporan
21

akuntansi perusahaan ternyata tidak dapat mendeteksi kerugian sejak dini


sehingga direksi mengambil langkah yang salah. Masalah lainnya yaitu ketika
setahun sebelum dinyatakan untung, perusahaan telah mengambil langkahlangkah kurang tepat yang berakibat pemborosan serta ada tradisi pencatatan yang
kurang tepat seperti angka penjualan yang sangat besar pada akhir tahun akan
tetapi disusul retur yang sangat besar pada awal tahun.
Permasalahan lain yaitu banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh para
direksi PT Indofarma. Adapun beberapa pasal yang dilanggar yaitu pasal 68, 69,
(Standar Akuntansi) dan 107. Dalam pasal 68 disebutkan bahwa akuntan yang
terdaftar di Bapepam wajib menyampaikan pemberitahuan yang sifatnya rahasia
paling lambat tiga hari kepada otoritas pasar modal jika menemukan pelanggaran
terhadap undang-undang atau hal yang dapat membahayakan keuangan emiten.
Pasal 107 mengatur ancaman penjara paling lama tiga tahun dan denda 5 milyar
rupiah kepada para pelanggar ketentuan perundangan, termasuk didalamnya
menyembunyikan informasi penting.
BAPEPAM menduga adanya Pelanggaran peraturan perundang-undangan
dibidang pasar modal terutama berkaitan dengan penyajian laporan keuangan
yang dilakukan oleh PT. Indofarma Tbk. Berdasarkan hasil penelitian BAPEPAM
ditemukan bukti-bukti :
1. Nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya
(overstated) dalam penyajian dinilai persediaan barang dalam proses pada
tahun buku 2001 sebesar Rp. 28.870.000.000 ( Dua Puluh Delapan Milyar
Delapan Ratus Tujuh Puluh Juta Rupiah ), akibat overstated persediaan
sebesar RP.28.870.000.000 tersebut, maka penjualan akan Undestated
sebesar Rp. 28.870.000000 dan laba bersih juga akan mengalami overstated
yang sama juga
2. Berdasarkan pasal 69 Undang-undang pasar modal no 8 tahun 1995 yang
menyatakan bahwa laporan keuangan yang disampaikan kepada BAPEPAM
wajib disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum
3. Berdasarkan angka 2 huruf a peraturan BAPEPAM no. VIII. G. 7 tentang
pedoman penyajian laporan keuangan disebutkan bahwa manajemen emiten
atau perusahan publik bertangung jawab atas penyusunan dan penyajian
laoran keuangan

22

4. Dalam PSAK kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan


khususnya berkaitan dengan materialistis, paragraf 30 menyatakan bahwa
informasi dipandang material kalau kelalaian atau kesalahan dalam mencatat
informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang
diambil atas dasar laporan keuangan.
5. Dalam PSAK kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan
khususnya berkaitan dengan keandalan, paragraf 31 menyatakan bahwa agar
bermanfaat, informasi juga harus andal (realiable). Informasi memiliki
kualitas andal dan bebas dari pengertian yang menyesatkan.
6. PSAK No.1 paragraf 10 dinyatakan bahwa laporan keuangan harus
menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan
ekuitas dan arus kas perusahaan dengan penerapan PSAK dalam catatan atas
laporan keuangan.
7. Kepada direksi yang menjabat pada periode terbitnya laporan keuangan
tahun periode 2001 diberikan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp.
500.000.000 ( Lima Ratus Juta Rupiah )

PEMBAHASAN
Pada dasarnya kasus Indofarma ini tidak jauh berbeda dengan kasus Kimia
Farma yang pada intinya telah terjadi misleading information dengan melakukan
mark up terhadap Laporan Keuangan periode 2001. Awal mula dari kasus ini
karena selama 2 (dua) tahun berturut-turut Indofarma mengalami kerugian yaitu
pada tahun 2002 dan 2003. Padahal tahun 2001 perusahaan farmasi tersebut
meraih laba yang cukup besar.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Bapepam ternyata telah adanya
kesalahan dalam penyajian informasi di dalam Laporan Keuangan 2001. Kejadian
23

ini merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap ketentuan Pasar Modal (UUPM
dan peraturan Bapepam) dan Pedoman Standar Akuntan Publik (PSAK). Bahwadi
dalam ketentuan Pasar Modal yaitu yang terdapat dalam Pasal 69 ayat(l)UUPM:
"Laporan Keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum."
Dalam hal ini terkait dengan adanya kesalahan penilaian terhadap barangbarang di dalam kategori Work in Process. Barang-barang tersebut dinilai lebih
tinggi dari nilai yang seharusnya pada proses buku tahun 2001. Dengan demikian
berakibat meningkatnya laba bersih. Kesalahan penyajian tersebut merupakan
fakta materiil yang dapat mempengaruhi keberadaan Laporan Keuangan yang
pada akhirnya akan mempengaruhi harga efek di bursa.
Dengan adanya penyampaian informasi materiil yang tidak benar atau tidak
diungkapkan merupakan suatu pelanggaran terhadap Pasal 90 huruf c UUPM.
Bahwa kejadian ini sebelumnya tidak diungkapkan kepada publik maka pihakpihak yang mengetahui dapat dikenakan sanksi yang terdapat pada Pasal 107
UUPM karena ada sesuatu yang disembunyikan tapi tidak diungkapkan. Atas
kejadian ini berdasarkan peraturan Bapepam Nomor VIII.G7 tentang Pedoman
Penyajian Laporan Keuangan yang bertanggung jawab dalam penyajian Laporan
Keuangan adalah manajemen dari Emiten atau Perusahaan Publik (Direksi). Oleh
karenanya tindakan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari Direksi yang
menjabat pada saat Laporan Keuangan tersebut dikeluarkan. Sanksi yang
diberikan oleh Bapepam merupakan kewajiban dari Direksi yang menjabat pada
waktu itu secara bersama-sama . Tidak jelas apa yang menjadi latar belakang dari
Bapepam hanya memberikan sanksi administratif berupa membayar denda pada
kasus ini. Dalam press releasenya Bapepam hanya menyebutkan bahwa telah
terjadi penilaian barang yang lebih tinggi dari harga seharusnya. Dengan demikian
tidak diketahui apakah tindakan tersebut merupakan suatu kesengajaan atau tidak
dari manajemen untuk memberikan Laporan Keuangan dengan kinerja yang bagus
kepada publik. Sehingga publik akan menanamkan atau tidak modalnya terhadap
perusahaan farmasi tersebut.
Kalau tindakan ini merupakan satu hal yang disengaja dan diketahui oleh
manajemen Indofarma jelas merupakan suatu kejahatan di Pasar Modal. Untuk itu

24

dapat ditindak lanjuti dengan proses pidana dengan mencari bukti-bukti yang kuat
sehubungan dengan tindakan tersebut. Lain halnya jika tindakan tersebut bukan
merupakan suatu unsur kesengajaan dari manajemen Indofarma. Maka Bapepam
sesuai dengan kewenangan-nya berdasrkan Pasal 102 UUPM dapat memberikan
sanski administratif kepada Direksi Indofarma. Seharusnya agar dapat
menciptakan Pasar Modal yang aman dan tertib pengenaan sanksi tidak terbatas
pada sanksi denda saja tetapi sanksi pidana penjara. Hal ini untuk memberikan
shock therapy kepada Emiten atau Perusahaan Publik agar tidak main-main dalam
menyajikan Laporan Keuangannya.

25

BAB III
KESIMPULAN
Tujuan laporan keuangan yang mana diarahkan untuk memberikan
informasi yang berguna untuk mengambil keputusan-keputusan bisnis. Peran
standar akuntansi (seperti SAK) menjadi sangat penting supaya manajemen suatu
badan usaha dapat menghasilkan informasi yang berkualitas.
Informasi laba membantu pemilik atau pihak lain dalam mengestimasikan
kekuatan laba untuk menaksir resiko dalam investasi dan kredit. Pentingnya
informasi laba tersebut harus disadari oleh pihak manajemen sebagai pihak
penyusun laporan keuangan serta sebagai pihak yang diukur kinerjanya. Informasi
laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Concepts
(SFAC) Nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat
penting bagi pihakpihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif.

26

Daftar Pustaka

Kieso, D. E., J.J. Weygandt, and T.D. Waterfield, Intermediate Accounting,


International Ed.,

John Wiley & Sons, 11th Ed.

Scott, W. R. 2006. Financial Accounting theory. Edisi Keempat. New Jersey:


Prentice-Hall, Inc.
Epstein, B.J., and Eva K. Jermakowicz IAS 2007: Interpretation and Aplication of
IAS, Jhon Wiley, 2007. (EJ).
IAI, Prosiding Konverensi Nasional Akuntansi ke-3 Profesi Akuntan Indonesia
menuju

Milenium Baru, 1996 atau prosiding terbaru.

IAI, Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) (revisi terakhir)

27

Anda mungkin juga menyukai

  • Jalur
    Jalur
    Dokumen8 halaman
    Jalur
    Rusdin Yusuf
    Belum ada peringkat
  • Appendix
    Appendix
    Dokumen30 halaman
    Appendix
    Daenk Ocha Tonji
    Belum ada peringkat
  • HARMAWATI
    HARMAWATI
    Dokumen161 halaman
    HARMAWATI
    Icaa Yulisa
    Belum ada peringkat
  • Spip PDF
    Spip PDF
    Dokumen53 halaman
    Spip PDF
    Icaa Yulisa
    Belum ada peringkat
  • Akuntabilitas Pemerintah Kabinet
    Akuntabilitas Pemerintah Kabinet
    Dokumen9 halaman
    Akuntabilitas Pemerintah Kabinet
    Icaa Yulisa
    Belum ada peringkat
  • Jurnal GSPKN
    Jurnal GSPKN
    Dokumen8 halaman
    Jurnal GSPKN
    Icaa Yulisa
    Belum ada peringkat
  • Sap
    Sap
    Dokumen40 halaman
    Sap
    Icaa Yulisa
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok
    Tugas Kelompok
    Dokumen19 halaman
    Tugas Kelompok
    Icaa Yulisa
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok GCG
    Tugas Kelompok GCG
    Dokumen24 halaman
    Tugas Kelompok GCG
    Icaa Yulisa
    Belum ada peringkat