Anda di halaman 1dari 18

Sistem Endokrin

21 Feb
Pendahuluan

Di dalam tubuh manusia ada 2 sistem sistem pengaturan yaitu sistem saraf dan sistem
pengaturan kimia melalui endokrin. Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu yang
mensekresikan substansi kimia yang dikenal dengan hormon ke sirkulasi darah. Pesuruh
kimia ini kemudian dibawa ke seluruh tubuh dan menimbulkan aktivitas pada organ target
yang mempunyai reseptor spesifik dengan jenis hormon tersebut. Hormon banyak beperan
dalam berbagai mekanisme fisiologis dalam tubuh: pertumbuhan, reproduksi dan
homeostasis. Dalam modul ini akan dibahas mengenai struktur dan fungsi organisasi sistem
endokrin dengan berbagai kelenjar endokrin dalam tubuh, mekanisme kerja hormon serta
bagaimana interaksi sistem endokrin dengan sistem tubuh lainnya.
STRUKTUR DAN FUNGSI KELENJAR ENDOKRIN

Dalam banyak hal, organisasi fungsional dari sistem saraf paralel dengan sistem
endokrin. Refleks endokrin dipicu oleh: 1) stimulus humoral (perubahan komposisi cairan
ekstraselular, 2) stimulus hormonal dan 3) stimulus neural. Pada banyak kasus refleks
endokrin dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatif dimana stimulus memicu produksi
hormon yang secara langsung atau tidak langsung memberikan pengaruh mengurangi
intensitas stimulus. Refleks endokrin yang lebih kompleks melibatkan 1 atau lebih tahapan
dengan 2 atau lebih hormon
1.

Klasifikasi Hormon

Berdasarkan struktur kimia maka hormon dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu:

Turunan asam amino. Kelompok hormon ini kadang-kadang disebut juga sebagai
biogenik amine, disintesis dari asam amino tirosin dan triptopan. Yang termasuk
turunan tirosin adalah hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, epineprin
(E), norepineprin (NE) dan dopamine. Sementara turunan triptopan adalah hormon
melatonin yang dihasikan oleh kelenjar pineal.

Hormon peptida. Merupakan rangkaian asam amino dan umumnya hormon peptida
disintesis sebagai prohormon. Prohormon merupakan molekul yang tidak aktif yang
nantinya dirubah menjadi aktif sebelum maupun sesudah disekresikan.

Turunan lipid. Terdiri dari 2 kelas yaitu 1) eicosanoid, merupakan molekul kecil
dengan 5 cincin karbon pada salah satu ujung. Komponen ini merupakan faktor
parakrin penting dalam koordinasi aktivitas selular seperti prostaglandin dan 2)
hormon steroid, merupakan lipid yang secara struktural sama dengan kolesterol.

Termasuk disini adalah hormon yang disekresikan oleh organ reproduksi pria
(androgen), wanita (estrogen, progesteron), korteks adrenal (kortikosteroid) dan
ginjal (kalsitriol).
2.

Pengaturan aktivitas endokrin pada hipotalamus

Hipotalamus merupakan pusat pengaturan endokrin pada tingkat yang paling tinggi yang
mengintegrasikan aktivitas sistem saraf dengan endokrin melalui 3 cara yaitu:

Mensekresikan hormon pengatur, yaitu hormon khusus yang mengatur sel-sel


endokrin di kelenjar pituitari. Hormon pengatur hipotalamus mengatur aktivitas
sekretoris di adenohipofisis yang selanjutnya mengatur aktivitas sel-sel kelenjar di
kelenjar tiroid, korteks adrenal dan organ reproduksi. Termasuk disini adalah
hormon: Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH), Gonadotropin Inhibiting
Hormone (GnIH), Thyrotropin Releasing Hormone (TRH), Prolactin Releasing
Hormon (PRH), Prolactin Inhibiting Hormone (PIH), Corticotropin Releasing
hormone (CRH), Growth hormone Releasing hormone (GH-RH), Growth Hormone
Inhibiting Hormone (GH-IH).

Hipotalamus bekerja sebagai organ endokrin dengan mensintesis hormon yang di


transportasikan sepanjang akson di infundibulum kemudian dilepaskan ke dalam
sirkulasi di neurohipofisis. Termasuk disini adalah ADH dan oksitosin.

Hipotalamus mengandung pusat otonom yang secara langsung mengontrol saraf selsel endokrin di medula adrenalis. Apabila saraf simpatis diaktifkan maka medulla
adrenalis melepaskan hormon ke sirkulasi darah.

Hubungan hipotalamus dan kelenjar pituitari serta organ target hormon yang disekresikannya
terlihat pada Gambar 1.
3.

Kelenjar pituitari

Kelenjar pituitari atau hipofisis merupakan kelenjar yang kecil, berbentuk oval dan bersarang
dalam sela tursika. Dihubungkan dengan hipotalamus oleh infundibulum yang merupakan
corong berbentuk silinder. Kelenjar pituitari dibagi dalam 2 bagian yaitu: lobus anterior
(adenohipofisis) dan lobus posterior (neurohipofisis) .
3.1.

Adenohipofisis

Adenohipofisis atau lobus anterior dibagi dalam 3 area yaitu: pars distalis, pars tuberalis dan
pars intermedia Hormon hormon yang disekresikan oleh adenohipofis disebut juga dengan
hormon tropik karena menghidupkan kelenjar endokrin atau menunjang fungsi organ
lainnya. Hormon yang disekresikan adenohipofisis adalah :

Thyroid Stimulating Hormone (TSH) atau disebut juga tirotropin. TSH bekerja pada
organ target kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon tiroksin.

Gambar 1. Hubungan hipotalamus-hipofisis dengan organ target

(Martini dan Nath, 2009)


Pelepasan TSH sebagai respon terhadap TRH yang disekresikan oleh hipotalamus. Ketika
konsentrasi hormon tiroid dalam sirkulasi meningkat, maka produksi TRH dan TSH
menurun.

Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) atau disebut juga kortikotropin. Hormon ini


merangsang korteks adrenal untuk menghasilkan hormon glukokortikoid. Hormon
ini berfungsi mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Pelepasan ACTH dibawah
pengaruh Corticotropin Releasing Hormone CRH) dari hipotalamus melalui
mekanisme umpan balik negatif.

Gonadotropin. Hormon ini mengatur aktivitas gonad (ovarium pada wanita, testes
pada pria). Produksi gonadotropin di bawah rangsangan GnRH dari hipotalamus.
Gonadotropin terdiri dari 2 jenis yaitu:

1). Follicle Stimulating Hormone (FSH) atau juga disebut follitropin yang berfungsi
memacu perkembangan folikel di ovarium. Pada pria, FSH merangsang sel-sel pemelihara
(Sel Sertoli) yaitu sel-sel khusus yang terdapat di tubulus seminiferous untuk memacu
pematangan sperma.
2). Luteinizing Hormone (LH) atau juga disebut luteotropin. Pada wanita, LH bersamadengan FSH merangsang sel-sel ovarium menghasilkan estrogen. LH juga berfungsi
merangsang terjadinya ovulasi.serta memacu sekresi hormon progesteron. Pada pria, LH
disebut juga Interstitial cell-stimulating hormone (ICSH) karena berfungsi merangsang selsel intersisiel di testes (sel-sel Leydig) menghasilkan hormon androgen. Sekresi FSH dan
LH di bawah rangsangan GnRH dari hipotalamus melalui mekanisme umpan balik negatif.

Prolaktin (PRL) atau disebut juga dengan mammotropin. Merupakan hormon yang
merangsang perkembangan kelenjar susu. Pada waktu hamil dan selama periode
menyusui, PRL merangsang kelenjar susu untuk menghasilkan air susu. Meskipun
peranan PRL pada pria kurang dipahami namun bukti menunjukkan bahwa PRL
membantu mengatur produksi androgen dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel
intersisiel terhadap LH. Produksi PRL dihambat oleh neurotransmitter dopamine
yang juga dikenal dengan Prolactin Inhibiting Hormone (PIH)

Growth Hormone (GH) atau disebut juga dengan somatotropin. Merupakan hormon
yang merangsang pertumbuhan dan replikasi sel dengan cara meningkatkan laju
sintesis protein. Sel-sel otot rangka dan sel-sel kartilago sangat sensitif terhadap
GH. Rangsangan pertumbuhan GH melibatkan 2 mekanisme. Mekanisme utama
secara tidak langsung dimana sel-sel hati menanggapi kehadiran GH dengan
mensintesis dan melepaskan somatomedin atau insulin-like growth factor (IGFs).
Somatomedin bekerja pada serabut-serabut otot rangka, sel-sel kartilago dan sel-sel
target lainnya dengan meningkatkan laju ambilan asam amino untuk sintesis protein.
Kedua, merupakan aksi secara langsung dari GH yang lebih selektif melalui beberapa
cara sebagai berikut :

1). Pada sel-sel epitel dan jaringan ikat GH merangsang pembelahan sel-sel batang dan
diferensiasi sel-sel anak

2). Pada jaringan lemak GH merangsang pemecahan trigliserida kemudian melepaskannya


sebagai asam lemak ke dalam sirkulasi darah yang akan digunakan oleh sel untuk
membentuk ATP. Proses yang dikenal dengan glukosa-sparing effect.
3). Di hati GH merangsang pemecahan glikogen menjadi gluikosa yang dilepaskan ke
sirkulasi darah. Peningkatan glukosa darah oleh karena GH disebiut dengan diabetogenik
effect
Produksi GH diatur oleh Growth Hormone Releasing Hormone (GH-RH atau somatokrin)
dan Growth Hormone Inhibiting Hormone (GH-IH atau somatostatin) yang berasal dari
hipotalamus. Somatomedin merangsang GH-IH dan menghambat GH-RH

3.2.

Melanocyte Stimulating Hormon (MSH atau melanotropin). MSH merangsang selsel melanosit di kulit untuk menghasilkan melanin, yang merupakan pigmen cokelat,
hitam atau kuning-cokelat. Pada ikan, ampibi, reptil dan banyak mamalia lainnya
selain primata, MSH dari kelenjar pituitari penting untuk mengontrol pigmentasi pada
kulit. Pada manusia, MSH dihasilkan secara lokal ketika kulit terpapar sinar matahari.
Neurohipofisis

Neurohipofisis dikenal juga dengan sebutan lobus posterior kelenjar pituitari atau pars
nervosa, karena mengandung akson dari hipotalamus. Neuron supraoptik dan nuclei
paraventrikular menghasilkan hormon Antidiuritic Hormon (ADH) dan oxytocin (OXT).

4.

Antidiuritic Hormone (ADH) juga dikenal dengan arginine vasopressin (AVP) yang
dilepaskan melalui beberapa rangsangan seperti peningkatan konsentrasi solut dalam
darah atau penurunan volume dan tekanan darah. Fungsi utama ADH adalah
mengurangi jumlah air yang hilang di ginjal dengan cara mempengaruhi
permiabilitas sel-sel di tubulus ginjal sehingga lebih permiabel terhadap air. ADH
juga menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah. Aksi ADH ini dihambat oleh alkohol.

Oxytocin (OXT) bekerja merangsang kontraksi otot polos pada dinding uterus ketika
melahirkan. Setelah melahirkan, OXT merangsang kontraksi mioepitel sekeliling
duktus dan sekretoris alveoli kelenjar susu untuk mengeluarkan air susu. Pada pria,
OXT merangsang kontraksi otot polos pada dinding duktus deferens dan kelenjar
prostat. Hal ini sangat penting pada saat pengeluaran sperma, sekresi kelenjar lain ke
dalam saluran reproduksi sebelum eyakulasi.
Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid letaknya melengkung di permukaan anterior trakea tepat di bawah


tulang rawan tiroid. Terdiri dari 2 lobus yang disatukan oleh hubungan yang berbentuk
silinder yaitu isthmus. Ukuran dari kelenjar sangat beragam tergantung keturunan,
lingkungan dan faktor nutrisi. Namun, rata-rata beratnya kira-kita 34 gram. Banyaknya
pembuluh darah pada kelenjar ini menyebabkan kelenjar berwarna merah tua. Kelenjar tiroid
mengandung sejumlah besar folikel tiroid yang berbentuk bundar yang dilapisi oleh
epithelium kubus sederhana. Sel-sel folikel dalam rongga folikel mengadakan lipatanlipatan dan diisi oleh cairan koloid dengan sejumlah besar protein terlarut. Jaringan kapiler
sekeliling folikel membawa nutrisi dan menerima hasil yang disekresikan. Sel-sel folikel

mensintesis protein globular yang disebut tiroglobulin yang mengandung asam amino tirosin,
merupakan prekusor hormon tiroid. Bersama dengan yodium yang diabsorbsi dari saluran
pencernaan membentuk ikatan kovalen membentuk molekul hormon tiroid. Kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroksin (T4) dan T3.
4.1.

Tiroksin atau T4 (tetraiodothyronine) dan T3 (triiodothyronine)

Faktor utama yang mengatur laju pelepasan homon tiroid adalah TSH. TSH merangsang
transport jodium ke dalam sel-sel folikel dan merangsang produksi tiroglobulin dan tiroid
peroksidase serta merangsang pelepasan hormon tiroid.
Fungsi hormon tiroid: Hormon tiroid berfungsi mengaktifkan gen yang terlibat dalam
sintesis enzim yang berfungsi dalam proses glikolisis dan produksi ATP serta meningkatkan
laju metabolisme dalam sel. Oleh karena meningkatkan produksi panas maka disebut
calorigenic effect. Pada anak-anak, produksi TSH meningkat pada suhu dingin. Efek ini
dapat membantu mereka beradaptasi dengan suhu yang dingin. Hormon tiroid sangat
esensial pada perkembangan tulang, otot dan sistem saraf. Kelenjar tiroid menghasilkan
jumlah yang besar T4, tetapi T3 merupakan hormon yang efeknya sangat kuat, segera dan
dalam waktu yang singkat dalam meningkatkan laju metabolisme.
4.2.

Kalsitonin

Populasi sel-sel endokrin yang ke dua yang terselip di antara sel-sel kuboidal folikel adalah
yang dikenal dengan sel-sel C atau sel parafolikular. Sel-sel C menghasilkan hormon
kalsitonin (CT) yang bekerja mengatur konsentrasi Ca dalam cairan tubuh. Peningkatan
konsentrasi Ca dalam cairan tubuh merangsang pelepasan kalsitonin. CT yang bekerja
dengan cara:
!)

Menghambat kerja osteoklas sehingga menghambat laju pelepasan Ca oleh tulang

2)

Merangsang ekskresi Ca oleh ginjal.

5.

Hormon Paratiroid (PTH)

Secara normal terdapat 2 pasang kelenjar paratiroid yang tertanam pada permukaan posterior
kelenjar tiroid.. Sel-sel kedua kelenjar yang bertetangga ini dipisahkan oleh kapsul padat
yang mengelilingi kelenjar paratiroid.. Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid
(PTH) atau parathormon. PTH berfungsi meningkatkan konsentrasi Ca dalam cairan tubuh
melalui 3 cara yaitu:
1). Mobilisasi Ca tulang dengan cara menghambat aktivitas osteoblas sehingga mengurangi
laju deposisi Ca ke dalam tulang serta meningkatkan kerja osteoklas sehingga pelepasan Ca
dari tulang meningkat
2). Meningkatkan reabsorbsi Ca di ginjal sehingga mengurangi hilangnya Ca melalui urine
3). Merangsang pembentukkan dan sekresi kalsitriol di ginjal yang berfungsi untuk
meningkatkan absorbsi Ca dalam saluran pencernaan.
6.

Kelenjar adrenalis

Kelenjar adrenalis, berwarna kuning, berbentuk piramid, terletak pada ujung superior di
setiap ginjal. Bobot kelejar adrenal kira-kira 5 g namun ukuran ini bervariasi seiring dengan
perubahan kebutuhan akan hasil sekresi. Kelenjar adrenalis dibagi menjadi 2 bagian sesuai
dengan fungsi endokrinnya yaitu : kortkes adrenalis di bagian luar dan medulla adrenalis di
bagian dalam.
6.1.

Korteks adrenalis

Warna kekuning-kuningan korteks adrenalis disebabkan kehadiran simpanan lipid, khususnya


kolesterol dan berbagai asam lemak. Korteks adrenalis menghasilkan lebih dari 2 lusin
hormon steroid yang tergabung dalam hormon steroid adrenocortical atau kortikosteroid.
Korteks adrenalis dibedakan menjadi 3 daerah atau zona dimana masing-masing zona ini
menghasilkan hormon yang spesifik.
1). Zona Glomerulosa: Zona bagian luar korteks adrenalis ini menghasilkan
mineralokortikoid, merupakan hormon steroid yang berperan dalam mengatur komposisi
elektrolit cairan tubuh. Aldosteron merupakan mineralokortikoid utama yang dihasilkan oleh
korteks adrenalis. Aldosteron merangsang konservasi ion Na dan meniadakan ion K. Sel-sel
target hormon ini mengatur komposisi ion yang diekskresikan di dalam cairan. Hal ini
menyebabkan retensi (penahanan) ion Na di ginjal, kelenjar keringat, kelenjar saliva dan
pankreas sehingga mencegah keilangan ion Na dalam urine, keringat, saliva dan sekresi
pencernaan. Sekresi aldosteron terjadi akibat turunnya kandungan Na, volume darah atau
tekanan darah atau peningkatan konsentrasi ion K.
2). Zona Fasciculata: Menghasilkan sekumpulan hormon yang dikenal dengan
glukokorticoid yang mempengaruhi metabolisme glukosa. Cortisol atau juga disebut
Corticosteron merupakan hormon utama glukocorticoid yang pelepasannya dirangsang oleh
ACTH dari adenohipofisis melalui mekanisme umpan balik negatif. Adapun pelepasan
glukokorticoid menimbulkan efek penghambatan terhadap terhadap produksi CRH di
hpotalamus dan ACTH di adenohipofisis. Glukocorticoid mempunyai efek sebagai berkut :
a. Meningkatkan konsentrasi glukosa di dalam darah dengan memecah asam lemak dan
protein (efek katabolik)
b

Meningkatkan kerja jantung dan vasokonstriksi perifer

c.

Meningkatkan produksi asam lambung

d.

Memperlambat ekskresi air di ginjal

e. Mempunyai efek anti inflammasi dan alergi dengan menghambat sintesis protein dan
pembentukkan limposit dan penghambatan pelepsan histamin.
3). Zona Retikularis: Di bawah rangsangan ACTH zona retikularis menghasilkan sejumlah
kecil androgen, merupakan hormon seks yang banyak dihasilkan oleh testis. Ketika masuk
ke sirkulasi darah, sebagian androgen kemudian di rubah menjadi estrogen hormon seks yang
banyak terdapat pada wanita. Androgen adrenalis merangsang perkembangan rambut pada
pubis pada pria dan wanita sebelum pubertas.
6.2.

Medulla adrenalis

Medula adrenalis berwarna abu-abu pucat atau pink, menandakan banyaknya pembuluh
darah di area ini serta terdapat banyak sel-sel besar berbentuk bulat seperti ganglion simpatis
yang dipersarafi oleh serabut preganglion simpatis. Aktivitas sekrtoris medulla adrenalis
dikontrol oleh saraf simpatis.. Di medula adrenalis terdapat 2 populasi sel sekretoris yang
pertama menghasilkan epineprin (adrenalin) dan lainnya menghasilkan norepineprin
(noradrenalin). Sebanyak 75-80% epineprin disekresikan medulla adrenalis, sisanya adalah
norepineprin. Pengaktifan medulla adrenalis menimbulkan efek sebagai berikut:
1). Otot rangka: memicu mobilisasi cadangan glikogen dan meningkatkan laju pemecahan
glukosa menjadi ATP,
2) Jaringan adiposa: memecah cadangan lemak menjadi asam lemak yang kemudian
dilepaskan ke aliran darah untuk digunakan oleh jaringan lain untuk pembentukkan ATP,
3) Hati: memecah molekul glikogen menjadi glukosa yang kemudian dilepaskan ke aliran
darah untuk digunakan terutama oleh jaringan saraf yang tidak dapat menggantikan dengan
metabolisme asam lemak
4) Jantung: merangsang reseptor 1 untuk meningkatkan laju dan kekuatan kontraksi otot
jantung.
7.

Kelenjar Pineal

Kelenjar pineal merupakan bagian dari epitalamus yang terdapat pada bagian posterior akar
ventrikel ke III. Kelenjar pineal mengandung neuron, neuroglia dan sel sekretoris khusus
yang disebut pinealosit yang mensintesis hormon melatonin. Produksi melatonin sangat
rendah selama siang hari dan meningkat pada malam hari. Pada manusia, fungsi melatonin
adalah:
1) Penghambatan pada fungsi reproduksi. Pada beberapa mamalia, melatonin
memperlambat pematangan sperma, oosit dan organ reproduksi dengan mengurangi laju
sekresi GnRH. Meskipn efek pada manusia tidak jelas tetapi ada bukti bahwa melatonin
berperan pada waktu pematangan seksual manusia
2) Mencegah kerusakan akibat radikal bebas. Melatonin sangat efektif sebagai antioksidan
yang mencegah neuron CNS dari bahaya radikal bebas seperti oksida nitrit (NO) atau
hidrogen peroksida (H2O2)
3) Mengatur irama sirkadian. Oleh karena aktivitas pineal merupakan siklik maka terlibat
juga dalam memelihara irama sirkadian yang merupakan perubahan harian proses fisiologis
yaitu pola siang-malam secara regular
8.

Pankreas

Pankreas terletak dalam rongga abdominal pelvis pada lengkungan di antara batas inferior
lambung dan bagian proksimal usus halus. Selain sebagai kelenjar eksokrin untuk enzimenzim pencernaan (99% dari volume) pankreas juga sebagai kelenjar endokrin. Endokrin
pankreas terdiri dari kelompok kecil sel-sel yang tersebar di antara kelenjar eksokrin.
Kelompok sel ini dikenal dengan pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau Langerhans

dikelilingi oleh jaringan kapiler yang membawa hormon yang disekreskan ke sirkulasi
darah. Setiap pulau mengandung 4 jenis sel yaitu :
1). Sel-sel Alpha yang menghasilkan hormon glukagon
2). Sel-sel Beta yang menghasilkan hormon insulin
3). Sel-sel Delta menghasilkan hormon peptida identik dengan Growth hormone inhibiting
hormone (GHIH)
4). Sel-sel F yang menghasilkan hormon polipeptida pankeras
8.1.

Insulin

Insulin adalah hormon yang disekrsikan oleh sel-sel beta ketika konsentrasi gula darah
melebihi tingkat normal. Sekresi hormon ini juga dirangsang oleh peningkatn beberapa
asam amino termasuk arginin dan leusin. pengaruh insulin pada sel-sel target sebagai
berikut:
1). Meningkatkan ambilan glukosa (semua sel-sel target)
2). Meningkatkan penggunaan glukosa (semua sel target) dan meningkatkan produksi ATP
3). Merangsang pembentukan glikogen pada otot rangka dan hati. Kelebihan glukosa darah
disimpan sebagai glikogen di otot dan hati
4)

Merangsang absorbsi asam amino dan sintesis protein,

5) Merangsang pembentukkan trigliserida di jaringan adiposa dengan cara merangsang


absorbsi asam lemak dan gliserol
8.2.

Glukagon

Glukagon disekresikan ketika kadar glukosa darah turun di bawah normal. Sel-sel Alpha
melepaskan glukagon dan cadangan energi dimobilisasi.. Pengaruh utama glukagon sebagai
berikut:
1). Merangsang pemecahan glikogen di otot rangka dan sel-sel hati. Molekul glukosa
dilepaskan dan dimetabolisme menjadi energi
2). Merangsang pemecahan trigliserida dalam jaringan adiposa. Adiposit melepaskan asam
lemak ke sirkulasi darah untuk digunakan oleh jaringan lain
3). Merangsang sintesis glukosa di hati dengan cara mengabsorbsi asam amino dari aliran
darah dan merubahnya menjadi glukosa, kemudian melepaskannya ke sirkulasi darah. Proses
yang dikenal dengan Glikoneogenesis.
9.

Ginjal

Ginjal melepaskan melepaskan hormon kalsitriol dan eritropoitin.

9.1.

Kalsitriol

Kalsitriol merupakan hormon steroid yang disekresikan oleh ginjal sebagai respons terhadap
kehadiran hormon paratiroid (PTH). Kolekalsiferol (vitamin D) yang disintesis di kulit atau
di absorbsi di dalam makanan merupakan steroid yang kemudian dirubah menjadi Kalsitriol.
Fungfsi kalsitriol adalah
1). Merangsang absorbsi kalsium dan fospat di saluran pencernaan
2). Merangsang pembentukkan dan diferensiasi sel-sel osteoprogenitor dan osteoklas
3). Merangsang reabsorbsi tulang oleh osteoklas, 4) merangsang reabsorbsi ion kalsium di
ginjal.
9.2.

Eritropoitin

Eritropoitin (EPO) adalah hormon peptida yang disekresikan oleh ginjal sebagai respons
rendahnya kadar oksigen di jaringan ginjal. EPO merangsang produksi sel-sel darah pada
sumsum tulang. Peningkatan jumlah sel-sel darah merah pada akhirnya meningkatkan jumlah
oksigen yang ditansportasikan.
9.3.

Renin

Renin disekresikan oleh sel-sel khusus di ginjal sebagai respons terhadap:


1).

Rangsangan simpatis

2).

Penurunan aliran darah renalis.

Ketika disekresikan ke dalam aliran darah, renin bekerja sebagai enzim dan masuk sebagai
siitem renin angiotensin yang nantinya akan merubah angiotensinogen menjadi angiotensin I
kemudian angiotensin II yang berfungsi merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenalis dan ADH oleh neurohipofisis. Angiotetensin II juga merangsang rasa haus dan
meningkatkan tekanan darah.
10.

Timus

Timus terdapat di mediastinum, pada umumnya terdapat tepat dikedalaman sternum. Timus
menghasilkan beberapa hormon yang penting untuk perkembangan dan pemeliharaan
pertahanan immunitas. Timosin yang disekresikan oleh timus berfungsi memacu
perkembangan dan pematangan limfosit, sel-sel darah putih yang bertanggung jawab
terhadap sistem immun.
11.

Gonad

Gonad merupakan organ reproduksi primer. Pada wanita adalah ovarium dan pada pria
adalah testis. Ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron sedangkan testis
menghasilkan hormon testosteron.
11.1.

Estrogen

Estrogen (E2) merupakan hormon steroid dengan 18 aton C yang dihasilkan ovarium (selsel granulosa dan teka) Selain itu, hormon ini dihasilkan juga oleh korteks adrenal, dan selsel intersisial Leydig testes. Disamping estrogen terdapat juga estradiol, estrion dan estradiol
yang mempunyai efek yang sama dengan E2. E2 bertanggung jawab pada perkembangan
ciri-ciri seksual wanita. Fungsi E2 pada organ target adalah sebagai berikut :
1).

Ovarium: E2 memacu perkembangan folikel dan sel telur

2). Uterus: E2 merangsang proliferasi mukosa uterus dan memacu kontraksi otot uterus
pada saat melahirkan
3). Vagina: E2 menyebabkan penebalan mukosa dan pengelupasan sel-sel epitel yang
mengandung banyak glikogen
4). Serviks: E2 mengubah konsistensi mukus terutama pada saat ovulasi sehingga migrasi
sperma dipermudah dan lama hidupnya ditingkatkan
5).

Proses fertilisasi: E2 mengatur kecepatan migrasi ovum di sepanjang tuba Fallpopi

6).

Tulang: E2 meningkatkan deposisi kalsium dengan meningkatkan kerja osteoblas

7). Kulit: E2 melembutkan kulit, mengurangi aktivitas kelenjar sebasea dan meningkatkan
deposit lemak di bawah kulit
8). Sistem saraf pusat: E2 mempengaruhi tingkah laku seksual dan sosial serta reaksi psikis.
Pada wanita, estrogen di ovarum dihasilkan di bawah rangsangan FSH dan LH. Sekresi E2
dihambat oleh inhibin yang disekresikan oleh ovarium yang menekan pelepasan FSH melalui
makanisme umpan balik negatif.
11.2.

Progesteron

Progesteron (P) merupakan hormone steroid dengan 21 aton C diproduksi oleh ovarium
khususnya korpus luteum terutama selama fase sekretori atau fase luteal. Fungsi utama P
adalah untuk mempersiapkan saluran genetal wanita untuk menerima dan mematangkan
ovum yang telah dibuahi dan mempertahankan kehamilan. Hampir semua pengaruh P pada
organ target memerlukan aktivitas awal E2. Fungsi P pada organ target adalah sebagai
berikut :
1). Uterus: merangsang pertumbuhan kelenjar uterus dan otot uterus (miometrium) dan
mengubah kandungan glikogen. Selama masa kehamilan P mengurangi aktivitas
miometrium
2). Serviks: P mengubah konsistensi sumbatan mukus sehingga hampir tidak dapat dilalui
oleh sperma
3). Kelenjar mammae: P bersama-dengan hormon lainnya seperti PRL, E2, relaksin, STH
merangsang pertumbuhan duktus dan alveoli
4). Ginjal: P menghambat kerja aldosteron yang menyebabkan peningkatan ekskresi NaCl

5). Sistem saraf pusat: P mempunyai efek termogenik yang menyebabkan peningkatan suhu
basal pada pertengahan siklus dan mungkin merupakan alasan adanya gangguan tingkah laku
dan depresi premenstruasi dan mendekati akhir kehamilan. Sekresi P dihambat oleh LH yang
disekresikan adenohipofisis melalui makanisme umpan balik negatif.
11.3.

Testosteron

Testosteron merupakan hormon steroid dengan 19 atom C dan hormon yang paling penting
dari androgen (hormon seks pria). Pada pria, testosteron disekresikan oleh sel-sel Intersisial
Leydig testes, korteks adrenal dan juga ovarium pada wanita. Fungsi utama testosteron
adalah:
1). Meningkatkan diferensiasi seksual pria
2).

Meningkatkan pertumbuhan kelenjar asesoris (prostat, vesikula seminalis)

3).

Mempengaruhi proses spermatogenesis

4). Mempengaruhi perkembangan seks sekunder pria (pertumbuhan genetal, ukuran laring
sehingga terjadi perubahan suara, rambut wajah, rambut pubis dan ketiak, penebalan kulit,
vesikel sebasea)
5).

Mempengaruhi perkembangan libido seksual, fertilitas dan potensi seksual pria

6). Merangsang pembentukkan darah dan efek anabolic (otot menjadi lebih kuat pada pria),
dan mempengaruhi tingkah laku (agresif).
Pelepasan testosteron dirangsang oleh gonadotropin yang diskresikan oleh adenohipofisis.
LH yang dikenal juga dengan ICSH merangsang sel-sel Ledig mensekresikan testosteron
sedangkan FSH merangsang protein pengikat androgen (Androgen Binding Protein) di selsel Sertoli. Testosteron menghambat sekresi LH melalui mekanisme umpan balik negatif.
RANGKUMAN

Dari uraian mengenai struktur dan fungsi kelenjar endokrin maka dapatlah disimpulkan
sebagai berikut:
Dalam banyak kasus, refleks endokrin dikontrol oleh mekanisme umpan balik negative.
Berdasarkan struktur kimia, hormon diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok yaitu : turunan
asam amino, hormone peptida dan turunan lipid. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan
tertinggi yang mengintegrasikan aktivitas sistem saraf dan endokrin melalui 3 cara yaitu :
mensekresikan hormon pengatur, mensintesis hormon dan mengontrol saraf sel-sel endokrin
di medulla adrenalis. Hipotalamus dihubungkan dengan kelenjar pituitari oleh
infundibulum. Hipotalamus menghasilkan hormon-hormon GnRH, TRH, PRH, PRIH, CRH,
GH-RH dan GH-IH.
Kelenjar pituitari atau hipofisis dibagi ke dalam 2 bagian yaitu : pituitari anterior atau
adenohipofisis yang menghasilkan hormon-hormon tropik TRH, ACTH, Gonadotropin, PRL,

GH, MSH, dan pituitari posterior atau hipofisis posterior atau neurohipofisis yang
mengandung akson dari hipotalamus dan menghasilkan ADH dan OXT. TRH mempengaruhi
organ target kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroksin, ACTH mempengaruhi
korteks adrenal untuk menghasilkan kortikosteroid, gonadotropin mempengaruhi gonad
menghasilkan testosteron (pria) dan estrogen dan progesteron (wanita), PRL mempengaruhi
pertumbuhan kelenjar susu, MSH mempengaruhi melanosit , ADH mempengaruhi reabsorbsi
air di ginjal, OXT mempengaruhi uterus dan kelenjar susu, GH mempengaruhi hati
menghasilkan somatomedin .
Selain itu, terdapat
yang berfungsi untuk
homeostasis kalsium,
merespon kekurangan

hormon yang disekresikan oleh pankreas yaitu insulin dan glukagon


menstabilkan kadar gula darah, CT dan PTH yang terlibat dalam
kelenjar pineal yang menghasilkan melatonin, eritropoitin yang
oksigen dan timus yang berperan dlam imunitas
MEKANISME KERJA HORMON

1.

Interaksi hormon dalam menghasilkan respons koordinasi fisiologis

Meskipun hormon dipelajari secara individual, cairan ekstraselular mengandung beberapa


hormon yang konsentrasinya berubah setiap hari atau bahkan hanya dalam hitungan jam.
Oleh karena itu, sel tidak pernah merespons hanya untuk 1 hormon melainkan merespons
beberapa hormon secara simultan. Ketika sel menerima perintah dari 2 hormon atau lebih
pada waktu yang sama maka ada 4 kemungkinan yaitu :
1). Ke-2 hormon bekerja antagonis (berlawanan) seperti PTH dan CT atau insulin dan
glukagon. Hasilnya, tergantung pada keseimbangan antara kedua hormon
2). Ke-2 hormon menghasilkan efek yang menguatkan. Jadi hasilnya, efek yang yng lebih
kuat dibandingkan bila kedua hormon tersebut bekerja sendiri-sendiri Fenomena ini dikenal
dengan efek sinergis. Contohnya pasangan HG dan glukokortikoid pada glukosa.
3). Salah satu hormon mempunyai permissive effect terhadap yang lain. Dalam kasus ini,
memerlukan hormon pertama untuk hormon kedua agar dapat menimbulkan efek.
Contohnya: epineprin tidak dapat menimbulkan efek terhadap perubahan konsumsi energi
bila tidak didahului oleh hormon tiroksin.
4). Hormon yang berbeda tetapi bekerja saling melengkapi pada jaringan atau organ
tertentu. Dikenal dengan efek integratif yang sangat penting dalam mengkoordinasi sistem
fungsional yang beragam. Contoh perbedaan efek dari PTH dan CT yang terlibat dalam
metabolisme kalsium.
1. 2.

Mekanisme kerja hormon

Untuk menimbulkan efek pada sel target, hormon harus berikatan dengan reseptor yang
spesifik. Setiap sel mempunyai reseptor untuk merespons beberapa hormon yang berbeda.
Bagi setiap sel, ada tidaknya reseptor yang spesifik menentukan sensitivitas sel tersebut
terhadap hormon. Reseptor hormon terdapat di membran plasma atau di dalam sel.

Gambar 2.

Mekanisme kerja c AMP sebagai second messenger

(Despopoulos dan Silbernagl, 1995)

Gambar 3.

Mekanisme kerja hormone steroid

(Despopoulos dan Silbernagl, 1995)

Hormon dengan reseptor membran plasma

Reseptor untuk katekolamin (E, NE, dan dopamine), hormon peptida dan eicosanoid
terdapat di membran plasma sel-sel target. Oleh karena katekolamin dan hormon peptida
tidak larut dalam lipid maka mereka tidak dapat mengadakan penetrasi ke dalam membran
plasma. Hormon-hormon tersebut berikatan dengan reseptor protein di permukan luar
membran (reseptor ekstraselular). Eikosanoid larut dalam lipid sehingga mudah berdifusi
melalui membran sampai mencapai permukaan dalam membran (reseptor intraseluluar).
First and Second Messengers : Hormon yang berikatan dengan reseptor di membran
plasma tidak langsung menimbulkan efek pada aktivitas di dalam sel target. Untuk itu maka
hormon tersebut memerlukan perantara. Hormon atau first messenger melakukan sesuatu
untuk menimbulkan second messenger di dalam sitoplasma. Second messenger dapat bekerja
sebagai activator enzim, inhibitor atau kofaktor yang dapat menghasilkan perubahan terhadap
laju berbagai reaksi metabolisme. Second messenger yang paling penting adalah cAMP,
cGMP dan ion kalsium. Ikatan sejumlah kecil molekul hormon dengan reseptor membran
plasma dapat menimbulkan ribuan second messenger di dalam sel. Proses ini yang
menimbulkan efek penguatan pada sel target yang disebut amplification. Ikatan first
messenger dan second messenger pada umumnya melibatkan protein G, kompleks enzim
yang terangkai dengan reseptor membran.
Kebanyakan protein G apabila diaktifkan menimbulkan efek dengan merubah konsentrasi
second messenger cAMP dalam sel. Peningkatan cAMP meningkatkan aktivitas metabolisme
dalam sel sebagai berikut: Pengaktifan protein G mengaktifkan enzim adenilat siklase yang
juga disebut adenilil siklase. Adenilat siklase merubah ATP menjadi silkik AMP yang yang
berfungsi sebagai second messenger melalui aktivasi kinase. Kinase merupakan enzim
fosforilase yang mengikatkan kelompok fosfat energi tinggi dengan molekul lain. (Gambar
2).

Hormon dengan reseptor intraselular : Hormon steroid berdifusi langsung pada


bagian lipid membran dan berikatan dengan reseptor di sitoplasma atau nukleus.
Kompleks hormon-reseptor kemudian mengaktifkan atau menonaktifkan gen
spesifik. Melalui mekanisme ini, hormon steroid dapat mempengaruhi laju
transkripsi DNA di nukleus. Jadi, merubah pola protein sintesis. Hormon tiroksin
melintasi membran plasma terutama dengan mekanisme transport. Sekali berada di
sitosol, hormon berikatan dengan reseptor dalam nukleus dan mitokondria. Kompleks

hormon-reseptor di nukleus mengaktifkan gen spesifik atau merubah laju transkripsi.


Perubahan ini mempengaruhi aktivitas metabolisme sel dengan meningkatkan atau
menurunkan konsentrasi enzim spesifik (Gambar 3).
3.

Peranan Hormon dalam pertumbuhan

Pertumbuhan normal memerlukan kerja sama beberapa hormon seperti: GH, tiroksin, insulin,
PTH, kalsitriol, dan hormon-hormon reproduksi.
1). Growth hormone (GH) : mempengaruhi sintesis protein dan pertumbuhan selular. Hal
ini sangat nampak pada anak-anak dimana GH menunjang perkembangan otot dan tulang.
Pada orang dewasa, GH berfungsi mempertahankan konsentrasi gula darah dan mobilisasi
cadangan lipid di jaringan adiposa.
2). Tiroksin : pertumbuhan yang normal memerlukan kecukupan hormon tiroksin.
Kekurangan hormon ini pada waktu perkembangan fetal atau pada tahun pertama setelah
lahir, mengakibatkan sistem saraf gagal berkembang secara normal dan gangguan mental.
Apabila konsentrasi tiroksin menurun sebelum mencapai pubertas maka perkembangan
tulang akan terhenti.
3). Insulin : Pertumbuhan sel memerlukan kecukupan suplai energi dan nutrisi. Tanpa
insulin pelintasan glukosa dan asam amino melalui membran plasma berkurang drastis atau
tidak ada.
4). Hormon paratiroid (PTH) dan kalsitriol : Kedua hormon ini memicu absorbsi garam
kalsium yang selanjutnya disimpan di tulang. Ketidakcukupan kedua hormon ini
menyebabkan tulang masih membesar namun miskin mineral, lemah dan fleksibel.
Contohnya pada penyakit rikets, merupakan ciri kondisi kekurangan kalstriol (vitamin D)
pada anak yang sedang tumbuh.
5). Hormon reproduksi : Aktivitas osteoblas dipengaruhi oleh ada tidaknya hormon
reproduksi (androgen pada pria dan estrogen pada wanita).Hormon-hormon ini merangsang
pertumbuhan dan diferensiasi jaringan target
4.

Peranan hormon pada pengaturan kadar kalsium darah

Kalsium (Ca2+) memegang peran yang sangat penting dalam pengaturan fungsi sel.
Jumlahnya kira-kira 2% dari berat badan dan 99% darinya terdapat di tulang. Untuk
mempertahankan keseimbangan Ca2+ masukan dan pengeluaran haruslah seimbang.
Keseimbangan Ca2+ diatur oleh 3 hormon (Gambar 4) yaitu: hormon paratioid (PTH),
kalsitonin (CT), dan hormon D (kalsitriol).
1) Hormon paratiroid: Sintesis dan sekresi PTH dipicu oleh penurunan kadar kalsium darah
di bawah normal, selanjutnya menimbulkan efek pada :
a). Tulang : mengaktifkan osteoklas sehingga terjadi resorpsi tulang dan pelepasan Ca2+.

b). Usus : secara tidak langsung meningkatkan ambilan melalui perangsangan terhadap
pembentukkan hormon D di ginjal.
c).

Ginjal : meningkatkan reabsorbsi Ca2+dan menghambat reabsorbsi fosfat.

Defiensi atau ketidakaktifan PTH dapat mengakibatkan hipokalsemia sehingga


mengakibatkan kejang otot, tetanus dan juga defisiensi hormon D. Sementara kelebihan PTH
dapat menyebabkan hiperkalsemia yang mengakibatkan kalsifikasi pada ginjal dan bila Ca2+
> 3.5 mmol/l dapat mengakibatkan koma dan gangguan pada irama jantung.
2). Apabila kadar kalsium darah meningkat di atas normal, sel-sel parafolikular atau sel C
kelenjar tiroid mensentesis dan mensekresikan CT yang selanjutnya menimbulkan efek pada :
a). Tulang : menghambat aktivitas osteoklas sehingga menyebabkan deposisi Ca 2+ ke dalam
jaringan tulang
b)

Ginjal : meningkatkan ekskresi Ca2+

3). Hormon D (kalsitriol) berhubungan erat dengan hormon steroid. Pembentukan kalsitriol
dimulai dari pengaruh sinar UV, terbentuk kolekalsiferol (vitamin D 3, kalsiol) dari 7dehidrokolesterol di kulit melalui langkah provitamin D. Kedua produk tersebut di dalam
darah berikatan dengan globulin. Organ target kalsitriol adalah usus untuk meningkatkan
absorbsi Ca2+.
Hormon lainnya adalah estrogen yang berfungsi untuk deposisi Ca2+ dalam tulang.
5.

Peranan hormon pada pengaturan kadar glukosa darah

Glukosa merupakan sumber utama energi metabolisme bagi tubuh manusia. Oleh karena itu,
konsentrasi gula darah harus dipertahankan tetap konstan. Beberapa hormon yang berperan
dalam homeostasis gula darah adalah: insulin, glukagon dan epineprin .
Kandungan insulin dari pankreas kira-kira 6-10 mg dimana kira-kira 2 mg
disekresikankan setiap hari dengan waktu paruh kira-kira 10-30 menit. Rangsangan sekresi
insulin adalah peningkatan kadar gula darah. Insulin menfasilitasi ambilan glukosa oleh selsel target, merangsang sintesis glikogen dan lipid untuk disimpan. Penurunan kadar gula
memicu sekresi glukagon yang berfungsi memobilisasi cadangan lipid, sintesis glukosa dan
pemecahan glikogen di hati guna meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Sementara
epineprin bekerja menghambat pelepasan insulin.
6.

Peranan hormon mengatasi stress

Setiap kondisi apakah fisik atau emosional yang mengancam homeostasis merupakan
bentuk dari stress. Kebanyakan stress dilawan oleh penyesuaian homeostasis khusus.
Contohnya, penurunan suhu tubuh menimbulkan menggigil atau perubahan pola aliran darah
yang dapat mengembalikan suhu normal tubuh. Apabila tubuh terpapar pada berbagai faktor
yang menyebabkan stress maka hasilnya, pola umum yang sama pada penyesuaian hormonal
dan fisiologis. Respons tersebut merupakan bagian dari sindrom adaptasi umum (general
adaptation syndrome, GAS) yang juga dikenal dengan respons stress Respons stress terdiri
dari 3 fase yaitu :

1). Fase peringatan : merupakan respons segera terhadap terjadinya stress.Respons ini
langsung dari saraf simpatis. Pada fase ini cadangan energi dimobilisasi terutama dalam
bentuk glukosa dan menanggapi stress melalui mekanisme fight or flight. Epineprin
merupakan hormon yang dominan selama fase peringatan dan sekresinya dikaitkan dengan
aktivasi simpatis. Ciri-ciri fase peringatan adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan kewaspadaan mental
b. Peningkatan konsumsi enrgi
c. Mobilisasi cadngan energi (glikogen dan lipid)
d. Perubahan sirkulasi darah, termasuk peningkatan aliran darah ke otot skelet dan
penurunan aliran darah ke kulit, ginjal dan organ pencernaan.
e.

Pengurangan secara drastis pencernaan dan produksi urine

f.

Peningkatan sekresi kelenjar keringat

g.

Peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan laju respirasi.

Selain epineprin, hormon lain yang ikut berperan seperti kehilangan air akibat dari produksi
ADH dan sekresi aldosteron sangat penting apabila stress melibatkan kehilangan darah.
2). Fase resisten : Apabila stress berakhir lebih lama dari beberapa hari maka individu
memasuki fase resisten. Glukokortikoid merupakan hormon yang dominan pada fase ini
selain epineprin, GH dan tiroksin. Kebutuhan energi tetap tinggi dibandingkan dengan dalam
keadaan normal. Jaringan saraf membutuhkan energi yang besar dan saraf harus disuplai
oleh glukosa. Apabila konsentrasi glukosa darah turun terlalu jauh maka fungsi saraf akan
terganggu. Cadangan glikogen cukup untuk mempertahankan konsentrasi glukosa normal
selama fase peringatan namun, mendekati fase kelelahan setelah beberapa jam. Sekresi
hormon fase resisten dikoordinasi untuk mencapai 4 hasil yang terintegrasi yaitu :
a. Mobilisasi sisa lipid dan cadangan protein : hipotalamus menghasilkan GH-RH dan CRH
yang selanjutnya merangsang pelepasan GH dan ACTH. ACTH merangsang sekresi
glukokortikoid. Jaringan adiposa menanggapi GH dan glukokortikoid dengan melepaskan
simpanan asam lemak dan otot skelet menanggapi glukokortikoid dengan memecah protein
dan melepaskan asam amino ke aliran darah.
b. Konservasi glukosa untuk jaringan saraf : Glukokortikoid dan GH merangsang
metabolisme lipid pada banyak jaringan. Glukosa yang dihasilkan inilah yang akan
mempertahankan konsentrasi normal glukosa bahkan setelah periode kelaparan yang lama.
c. Meningkatkan dan menstabilkan konsentrasi glukosa darah : Ketika konsentrasi glukosa
menurun, glukagon dan glukokortikoid merangsang hati memproduksi glukosa dari bukan
karbohidrat yaitu dari gliserol melalui jalur trigliserida dan dari asam amino. Glukosa
kemudian dilepaskan ke aliran darah dan konsentrasi gula darah kembali normal.
d. Konservasi garam dan air, dan membuang K+ dan H+. Volume darah dipertahankan
melalui kerja ADH dan aldosteron. Seiring dengan konservasi Na+, K+ dan H+dibuang.

3).

Fase kelelahan

Ketika fase resisten berakhir, mulailah fase kelelahan. Kegagalan satu atau lebih organ
menjadi fatal, kecuali aksi perbaikan ditempuh dengan segera..
RANGKUMAN

Dari uraian mengenai mekanisme kerja hormon maka dapatlah disimpulkan sebagai berikut:
Ketika sel menerima perintah dari 2 atau lebih dalam waktu yang sama mka ada 4
kemungkinan yaitu : ke-2 hormon bekerja antagonis, sinergis, permissive effect, atau
integrative. Untuk menimbulkan efek pada organ target maka hormon harus berikatan
dengan reseptor yang spesifik baik yang terdapat di permukaan luar membran maupun yang
berada di dalam sel. Reseptor yang berada di luar membran membutuhkan perantara yang
dikenal dengan second messenger. Hormon steroid merupakan hormon turunan lipid
sehingga mudah melewati membran. Hormon tersebut memiliki reseptor di dalam sitosol
atau di nukleus.
Agar pertumbuhan berlangsung normal maka diperlukan kerja sama beberapa hormone
yaitu : GH, tiroksin, insulin, PTH, kalsitriol dan hormon-hormon reproduksi. Untuk menjaga
agar kadar kalsium darah tetap stabil maka memerlukan hormon paratiroid, kalsitonin,
kalsitriol dan estrogen. Penurunan kadar glukosa darah di bawah nomal merangsang sekresi
PTH sebaliknya peningkatan kadar kalsium darah di atas normal merangsang sekresi CT.
Glukosa merupakan sumber energi bagi tubuh manusia dan karena itu harus dipertahankan
tetap stabil. Hormon-hormon yang berperan adalah : insulin, glukagon dan epineprin.
Peningkatan kadar glukosa darah merangsang sekresi insulin, sebaliknya penurunan kadar
glukosa darah merangsang sekresi glukagon.
Stres merupakan kondisi fisik maupun emosional yang mengancam homeostasis. Oleh
karena itu, harus ada penyesuaian baik hormonal mupun fisiologis. Hormon yang berperan
dalam mengatasi stress adalah: epineprin, ADH, GH dan ACTH, glukokortikoid serta
aldosteron.
DAFTAR PUSTAKA

Berne, R.M., M.N. Levy. 1990. Principles of Physiology.Wolfe Publication, Ltd. USA.
Campbell, N.A., J.B. Reece., L.G. Mitchell. 2004. Biologi. 5th ed. Alih bahasa : Wasmen
Manalu. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Despopoulos, A. dan S. Silbernagl. 1991. Color Atlas of Physiology. Georg Thieme Verlag.
Stuttgart, Germany.
Guyton, A.C. 1991. Fisiologi kedokteran. 5th ed. Alih bahasa A. Dharma dan P. Lukmanto.
Penerbit Buku Kedokteran jakarta

Hainsworth, F.R. 1981. Animal Physiology Adaptation in Function. Adison-Wesley


Publishing Company. Inc. Philippines.
Martini, F.H. and Judi, L. N. 2009. Fundamental of Anatomy and Physiology. Pearson
International. USA.
Hadley, M. E. 1992. Endocrinology. 3th ed. Prentice-Hall International, Inc.Arizona.
McDonald, L.E. , M.H. Pineda. 1989. Veterinary Endocrinology and Reproduction. Lea and
Febiner. Philadelphia, London.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia. 2nd ed. Alih bahasa Brahm U.Pendit. Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta.
Wilson, J.A. 1979. Principles of Animal Physiologi. 2nd ed. Macmillan Publishing Co., Inc.
New York.

Anda mungkin juga menyukai