Anda di halaman 1dari 1

Etiologi hepatitis C

VHC adalah virus RNA yang digolongkan dalam Flavivirus bersama sama dengan
virus hepatitis G, yellow fever, dan dengue. Virus ini umumnya masuk ke dalam darah
melalui transfusi atau kegiatan kegiatan yang memungkinkan virus ini langsung terpapar
dengan sirkulasi darah. Target utama VHC adalah sel sel hati dan mungkin juga sel limfosit
B melalui reseptor yang mungkin sekali serupa dengan CD81 yang terdapat di sel sel hati
maupun limfosit sel B atau reseptor LDL.
Setelah berada dalam sitoplasma sel hati, VHC akan melepaskan selubung virusnya
dan TNA virus siap untuk melakukan translasi protein dan kemudian replikasi RNA. Struktur
gen VHC adalah sebuah RNA untai tunggal, positif. Kedua ujung gen VHC yang tidak
ditranslasikan ini diketahui sangat terpelihara (conserved) sehingga saat ini dipakai untuk
identifikasi adanya infeksi hepatitis C. Virus ini bereplikasi melalui RNA-dependent RNA
polymerase yang akan menghasilkan salinan RNA virus tanpa mekanisme proof reading
( mekanisme yang akan menghancurkan salinan nukleotida yang tidak persis sama dengan
aslinya). Translasi dilakukan di ribosom sel hati.
Protein core dalam proses pengemasan virus setelah keluar dari sel akan membungkus
RNA VHC untai tunggal positif di retikulum endoplasma. Protein ini juga ditemukan dalam
nukleus sel hati dan mungkin bertanggung jawab dalam timbulnya kerusakan sel hati atau
dalam fugsi penekanan imunoregulasi dan apoptosis sel hati yang terinfeksi VHC.
Sususnan gen gen yang berbeda pada regio 5UTR, core maupun NS5B diketahui
dapat menggolongkan VHC dalam beberapa genotipe dan subtipe. Genotipe dipisahkan oleh
perbedaan susunan gen lebih kurang 30% sedangkan subtipe dipisahkan oleh perbedaan
susuna gen <10%. Saat ini telah diidentifikasi 6 genotipe yang berbeda dengan subtipe yang
banyak dan setiap saat bertambah terus. Genotipe mempunyai arti tidak saja dalam
menentukan penyebaran VHC secara geografis tetapi juga bermanfaat dalam menentukan
prognosis perjalanan penyakit dan efektifitas pengobatan dengan interferon. Genotipe 1 dan 4
memerlukan terapi lebih lama dibandingkan genotipe 2 dan 3.
Dafpus:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid I. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.662-3.

Anda mungkin juga menyukai