Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Penyakit diabetes mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit

kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya
gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pangkreas tidak mampu
memproduksi hormone insulin sesuai kebutuhan. (Wahdah,2011).
Laporan statistik International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan
bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta diabetesi (penderita diabetes) dengan
angka kejadian naik tiga persen atau 7 juta orang pertahun. American Diabetes
Association melaporkan bahwa setiap 21 detik ada satu orang yang terkena
diabetes. Diperkirakan jumlah penderita diabetesi mencapai 350 juta pada tahun
2025, lebih dari setengahnya berada di Asia, terutama di India, Cina, Pakistan, dan
Indonesia.Penyebaran diabetesi di Asia Tenggara sebagai berikut : Singapura
(tahun 1992) 10,4

persen penduduk, Thailand (1995) 11,9 persen, Malaysia

(1997) 8 persen, dan Indonesia (1992) 5,7 persen. Khusus Indonesia, pada tahun
1995 jumlah diabetesi berada diurutan ketujuh dunia, dan diperkirakan pada
tahun 2025 naik menjadi nomor lima. Di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya
hampir 10 persen penduduk mengidap diabetes. ( Tandra, 2014 ).
Setiap tahun, jumlah penderita diabetes semakin meningkat.Berdasarkan
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia kini menempati urutan ke-4
terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus di dunia. Pada tahun 2005,
daerah semi-urban seperti Sumatera Barat melaporkan prevalensi diabetes
mellitus sebesar 5,1% dan Pekajangan (Jawa Tengah) 9,2%. Bali telah meneliti

prevalensi beberapa daerah rural dengan hasil antara 3,9-7,2% pada 2004 dan
Singaparna tahun 1995 tercatat 1,1%.(Wahdah,2011).
Di kota Solok tahun 2014,terdapat 4 buah puskesmas yang terdiri dari
Puskesmas Tanjung Paku, Puskesmas Tanah Garam, Puskesmas Nan Balimo, dan
Puskesmas KTK. Dari empat puskesmas di Kota Solok didapatkan data
kunjungan terbanyak penderita DM adalah Puskesmas Tanjung Paku
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Penderita Diabetes Militus Bulan Oktober s/d
Desember Tahun 2014 Dinas Kesehatan Kota Solok
Bulan
No

Puskesmas

Jumlah
Oktobe

November

Desember

r
Tanjung Paku
42
34
11
Tanah Garam
21
26
9
16
5
12
KTK
19
26
15
Nan Balimo
98
91
27
Total
(Rekap Penderita DM Dinas Kesehatan Kota Solok, 2014)

1
2
3
4

87
56
33
60
236

Diabetes menjadi penyebab kematian keempat di dunia. Tiap tahun 3,2 juta
orang meninggal lantaran komplikasi diabetes. Tiap sepuluh detik ada satu orang
atau setiap satu menit ada enam orang yang meninggal karena penyakit yang
berkaitan dengan diabetes. Di Amerika yang sudah maju sekalipun, angka
kematian karena diabetes mencapai 200.000 orang pertahun. Resiko kematian
pasien diabetes dua kali lebih besar ketimbang orang nondiabetes. Komplikasilah
penyebabnya. Memang, ujung perjalan penyakit diabetes adalah timbulnya
berbagai komplikasi yang membuat semakin menderita, kualitas hidup menurun,
serta biaya berobat melonjak.(Tandra, 2014 ).

Penting bagi kita untuk mengetahui gejala-gejala diabetes dan penanganan


awal dari gejala-gejala tersebut sehingga serangan diabetes yang lebih serius bisa
kita hindari.Penanganan awal yang bisa kita pertimbangkan adalah pola dan menu
makan, sebelum menggunakan obat dan hormone insulin tambahan. Gaya hidup
yang sehat memiliki peran penting dalam mencegah atau mengurangi resiko
terjadinya komplikasi dengan penyakit lain, dimana diet sehat dan olahraga adalah
faktor penting di dalamnya. Dan juga harus diingat untuk selalu memeriksakan
kesehatan kita ke dokter secara rutin.(Wahdah,2011).
Pengendalian kadar gula darah diabetes dapat dilakukan dengan menjalani
lima pilar diabetes, yaitu edukasi, pengaturan makan, olahraga, obat, dan kontrol
gula darah mandiri.Aktivitas fisik dan olahraga merupakan bagian dari upaya
pengendalian diabetes. Olahraga dapat mengurangi resiko kerusakan pembuluh
darah, mengurangi resiko terkena serangan jantung dan stroke,serta meningkatkan
kesehatan psikis dan membuat diabetes merasa lebih bahagia. Olahraga sebaiknya
dilakukan

berkelompok

agar

menimbulkan

perasaan

menyenangkan.

(Garnadi,2012 ).
Olahraga bukan sekedar berfaedah menipiskan tumpukan lemak disekitar
perut dan mengikis berat badan, tetapi juga berkhasiat memperbaiki kepekaan
insulin serta pengendalian gula darah. Perbaikan kepekaan insulin adalah dampak
dari pertambahan afinitas reseptor insulin dan penurunan kebutuhan akan insulin
itu sendiri, serta perbaikan pengendalian glukosa mengarah pada penundaan
penebalan membrane basal pembuluh darah, penambahan massa tubuh tak
berlemak, serta peningkatan kapasitas kerja. (Arisman,2010).

Penelitian acak terkendali (randomized controlled trial) terhadap penduduk


kota Da Qing di Cina membuktikan bahwa olahraga berhasil menghambat
perkembangan toleransi glukosa terganggu (TGT) menjadi DM tipe 2. Sementara
itu, Diabetes Prevention Study dalam penelitianya selama 3,2 tahun terhadap
populasi yang beresiko tinggi di Finlandia yang diobati melalui modifikasi diet
dan olahraga, membuktikan bahwa risiko DM pada populasi tersebut terpangkas
sebesar 58%. Olahraga dapat mengatur gula darah melalui tiga mekanisme
berbeda, yaitu: (1) perangsangan-akut transport glukosa otot, (2) penguatan-akut
kerja insulin, dan (3) Up-regulation jangka panjang jalur pengisyaratan insulin
(insulin signalin)akibat latihan fisik secara teratur.(Arisman,2010).
Olahraga dan diet adalah kombinasi yang ampuh untuk mengontrol
diabetes. Selain dapat mengontrol kadar gula darah (karena membuat insulin
bekerja lebih efektif), olahraga juga membantu menurunkan berat badan,
memperkuat jantung, dan mengurangi stress. Lakukan olahraga secara teratur, tapi
jangan berlebihan.Olahraga yang dipilih sebaiknya yang di senangi dan dapat
meningkatkan kesehatan dan kebugaran, serta melibatkan otot-otot besar (kaki,
tangan, dan bahu). Khusus untuk penderita diabetes tipe I ataupun tipe II yang
berat dianjurkan untuk melakukan senam diabetes.(Sustrani,dkk,2004).
Hasil penelitian Widia Wati tahun 2013 pada penderita DM di Klinik
Medistra Bandar Setia, Deli Serdang menunjukkan bahwa senam diabetes dapat
menurunkan kadar guladarah. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Lina
Erlina tentang pengaruh senam diabetes terhadap kadar gula darah pasien DM tipe
2 di RSU Unit Swadana Daerah Kabupaten Sumedang menunjukkan senam
diabetes berpengaruh terhadap penurun kadar gula darah. Disamping itu, Kartika
Wahyu Dwi Putra juga melakukan penelitian tentang efek senam diabetes

terhadap GDS pada anggota Persadia Putat Jaya membuktikan senam diabetes
memiliki efek menguntungkan untuk kontrol gula darah.
Berdasarkan study awal yang peneliti lakukan dengan cara wawancara
dengan beberapa penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Paku mengatakan tidak mengetahui bahwa olahraga yang teratur dapat
mengendalikan kadar gula darah dan mereka juga tidak mengetahui ada senam
khusus bagi penderita Diabetes Mellitus dalam menurunkan kadar gula darah .
Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Perbedaan kadar gula darah sebelum dan setelah dilakukan senam
DM pada penderita Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2015.
B.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka dapat di rumuskan masalah

penelitian sebagai berikut Perbedaan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes


Mellitus Sebelum Dan Setelah melakukan Senam DM di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2015.
C.

Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus sebelum
melakukan senam DM?
2. Bagaimana kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus setelah
melakukan senam DM?
3. Apakah ada perbedaan kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus
sebelum dan sesudah melakukan senam DM?

D.

Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan kadar gula darah penderita DM sebelum dan
setelah melakukan senam DM
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahuikadar gula darah penderita Diabetes Mellitus


sebelum melakukan senam DM.
b. Untuk mengetahuikadar gula darah penderita Diabetes Mellitus
setelah melakukan senam DM.
c. Untuk mengetahuiperbedaan kadargula darah penderita Diabetes
Mellitus sebelum dan setelah melakukan senam DM.
E.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Bagi Penulis
Penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan di bangku perkuliahan
tentang riset keperawatan dan keperawatan medikal bedah

asuhan

keperawatan pada penderita Diabetes Mellitus

2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi petugas puskemas dalam melakukan
intervensi atau tindakan dalam mengendalikan kadar gula darah
penderita Diabetes Mellitus di wilayah kerja puskesmas.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya dan diharapkan
kepada peneliti berikutnya dapat dijadikan sebagai data pendukung bagi
peneliti yang ingin melanjutkan penelitian dalam bidang yang sama
F.

Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Tanjung Paku pada tanggal

27 April - 27 Mei 2015 tentang perbedaan kadar gula darah sebelum dan setelah
dilakukan senam DM di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku tahun 2015
dengan populasinya seluruh penderita Diabetes Mellitus yang ada di Puskesmas
Tanjung Paku. Teknik sampling yang digunakan adalah porposive sampling.

Pengumpulan data dilakukan sebanyak dua kali sebelum dan setelah dilakukan
intervensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Konsep Diabetes Melitus


1. Pengertian
Penyakit diabetes mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit

kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya
gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pangkreas tidak mampu
memproduksi hormone insulin sesuai kebutuhan. (Wahdah,2011).
Diabetes mellitus adalah gangguan keseatan yang berupa kumpulan gejala
yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
ataupun resistensi insulin.(Bustan,2007)
2. Klasifikasi
Secara

umum,

diabetes

mellitus

dibagi

menjadi

(Arisman,2010) sebagai berikut :


1. DM Tipe 1, insulin dependent diabetes mellitus (IDDM)

kelompok

Diabetes ini terjadi akibat kerusakan sel pangkreas. Dahulu, DM tipe 1


disebut juga Diabetes onset-anak (atau onset-remaja) dan diabetes rentan ketosis
(karena sering menimbulkan ketosis). Onset DM tipe 1 biasanya terjadi sebelum
usia 25-30 tahun (tetapi tidak selalu demikian karena orang dewasa dan lansia
yang kurus juga dapat mengalami diabetes jenis ini). Sekresi insulin mengalami
defisiensi (jumlahnya sangat rendah atau tidak ada sama sekali). Dengan
demikian, tanpa pengobatan dengan insulin (penxxgawasan dilakukan melalui
pemberian insulin bersamaan dengan adaptasi diet), pasien biasanya akan mudah
terjerumus kedalam situasi ketoasidosis diabetik.
Gejala biasanya muncul secara mendadak, berat, dan perjalananya sangat
progresif; jika tidak diawasi, dapat berkembang menjadi ketoasidosis dan koma.
Ketika diagnosis ditegakkan, pasien biasanya memiliki berat badan yang rendah,
hasil tes deteksi antibodi islet hanya bernilai sekitar 50-80%, dan kadar gula darah
puasa > 140 mg/dl.
2.
DM tipe 2, non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM)
Diabetes tipe ini disebut juga diabetes onset-matur (atau onset-dewasa)
dan diabetes resisten-ketosis (istilah NIDDM sebenarnya tidak tepat karena 25%
diabetesi, pada kenyataanya harus diobati dengan insulin; bedanya, mereka tidak
memerlukan insulin sepanjang usia). DM tipe 2 merupakan penyakit familier
yaang mewakili kurang-lebih 85% kasus DM di negara maju, dengan prevalensi
sangat tinggi (35% orang dewasa) pada masyarakat yang mengubah gaya hidup
tradisional menjadi modern.
DM ipe 2 mempunyai onset pada usia pertengahan (40 tahunan), atau lebih
tua lagi, dan cenderung tidak berkembang ke arah ketosis. Kebanyakan
pengidapnya memiliki berat badan lebih. Atas dasar ini pula, penyandang DM
jenis ini dikelompokkan menjadi 2; (1)kelompok obes dan (2) kelompok non-

obes. Kemungkinan untuk mengidap DM tipe 2 akan berlipat dua jika berat badan
bertambah sebanyak 20 % diatas berat badan ideal dan usia bertambah 10 tahun
(diatas 40 tahun)

Tabel 2.1
Perbedaan antara DM tipe 1 dan DM tipe 2
Pembeda
Onset

Antibody ICA,GAD
Obesitas saat onset
Kaitan dengan HLA tipe
tertentu
Kaitan dengan penyakit
darah/autoimun
Kegunaan insulin

Sangat sering positif


Tidak obes
Ada

DM tipe 2
Biasanya setelah usia
pertengahan
>90 % dari semua
penyadang DM
Sangat lazim
Lambat
Jarang, kecuali jika
sakit
Biasanya negatif
Obes sebelum onset
Tidak ada

Kadang-kadang ada

Tidak ada

Penyelamat nyawa

Penyebab

Pankreas tidak mampu


membuat insulin

Kegunaan diet
Kegunaan latihan fisik

Mengawasi gula darah


Merangsang sirkulasi dan
membantu tubuh dalam
penggunaan insulin

Kadang-kadang
diperlukan
Produksi insulin masih
ada, tetapi sel target
tidak peka
Menurunkan BB
Membuat tubuh
menjadi lebih peka
terhadap insulinya
sendiri.

Proporsi
Riwayat keluarga
Gejala
Ketoasidosis

3.

DM tipe 1
Anak/dewasa muda (<25
tahun)
<10% dari semua
penyandang DM
Tidak lazim
Akut/sub akut
Sering sekali

DM tipe 3
Diabetes jenis ini dahulu kerap disebut diabetes sekunder, atau DM tipe lain.

Etiologi diabetes jenis ini meliputi; (a) penyakit pada pangkreas yang merusak sel
, seperti homokromatosis, pankreatitis, fibrosis kistik; (b) sindrom hormonal

yang mengganggu sekresi dan/atau menghambat kerja insulin, seperti akromegali,


feokromositoma, dan sindrom chusing; (c) obat-obat yang mengganggu sekresi
insulin (fenitoin) atau menghambat kerja insulin (estrogen dan glukokortikoid);
(d) kondisi tertentu yang terjadi, seperti kelainan pada reseptor insulin; dan (e)
sindrom genetik.
4.
Diabetes mellitus kehamilan (DMK)
Diabetes mellitus kehamilan didefenisikan sebagai setiap intoleransi
glukosa yang timbul atau terdeteksi pada kehamilan pertama, tanpa memandang
derjat intoleransi serta tidak memperhatikan apakah gejala ini lenyap atau
menetap selepas melahirkan (diabetes care,1999). Diabetes jenis ini biasanya
muncul pada kehamilan trimester kedua atau ketiga. Kategori ini mencakup DM
yang terdiagnosis ketika hamil (sebelumnya tidak diketahui). Wanita yang
sebelumnya diketahui telah mengidap DM, kemudian hamil, tidak termasuk
kedalam kategori ini.
5.
Diabetes mellitus terkait malnutrisi (DMMal)
Kategori ini diusulkan oleh WHO karena kasusnya banyak sekali ditemukan
di negara-negara yang sedang berkembang, terutama di wilayaah tropis. Diabetes
jenis ini biasanya menampakkan gejala pada usia muda, antara 10-40 tahun (lazim
dibawah 30 tahun). Sebagian pasien mengalami nyeri perut yang menjalar ke
daerah punggung. Ciri lainya ialah nilai BMI dibawah 20, hiperglisemia derajat
sedang hingga berat, cenderung tidak berkembang kearah ketosis (kecuali
disambangi infeksi), dan kadang-kadang ada riwayat malnutrisi semasa bayi atau
anak.
3. Gambaran Klinik
Kejadian DM diawali dengan kekurangan insulin sebagai penyebab utama.
Disisi lain timbulnya DM bisa berasal dengan kekurangan insulin yang bersifat
relatif yang disebabkan oleh adanya retensi insulin (insulin recistance). Keadaan

10

ini ditandai dengan ketidakrentanan/ketidakmampuan organ menggunakan insulin,


sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam mengatur metabolisme
glukosa. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemi).(Bustan,2007).
Beberapa keluhan utama penanda diabetes (Tandra,2014) :
a. Banyak kencing
Karena ginjal tidak dapat menyerap gula yang berlebihan di dalam
darah, maka gula menarik air keluar. Akibatnya, kencing menjadi
sering dan banyak yang mengakibatkan dehidrasi (kekurangan cairan).
b. Rasa haus
Untuk mengatasi dehidrasi dan rasa haus yang timbul, akan banyak
minum dan terus minum.
c. Berat badan turun
Sebagai kompensasi dehidrasi dan harus banyak minum, kita juga akan
banyak makan. Mulanya berat badan meningkat. Namun, karena otot
tidak mendapat cukup gula untuk tumbuh dan sumber energi, maka
jaringan otot dan lemak harus dipecah untuk memenuhi kebutuhan
energi. Ini membuat badan turun. Keadaan ini dipeburuk oleh
komplikasi yang timbul belakangan.
d. Rasa seperti flu dan lemah
Keluhan diabetes dapat menyerupai flu, capek, lemah, dan nafsu
makan menurun. Pada diabetesi, gula bukan lagi menjadi sumber
energi, karena sudah tidak dapat diangkut ke dalam sel.
e. Mata kabur
Gula darah tinggi menarik keluar cairan dari dalam lensa mata,
sehingga lensa mata menjadi tipis. Ini membuat mata sering focus
sehingga penglihatan menjadi kabur.
f. Luka sulit sembuh
Luka sulit sembuh karena:
a. Infeksi hebat
Kuman dan jamur mudah tumbuh pada kondisi gula darah tinggi
sehingga menimbulkan infeksi.
b. Kerusakan dinding pembuluh darah

11

Aliran darah yang tidak lancar pada kapiler (pembuluh darah kecil)
yang rusak menghambat penyembuhan luka.
c. Kerusakan saraf
Kerusakan saraf membuat luka tidak terasa sehingga diabetes tidak
menyadari dan tidak menaruh perhatian pada luka, yang lama
kelamaan akan membusuk.
g. Kesemutan
Gula darah tinggi merusak pembuluh darah. Ini menggangguasupan
nutrisi yang diperlukan saraf sehingga saraf menjadi rusak. Bila yang
rusak saraf sensoris, timbulah rasa kesemutan/tidak terasa pada kaki
dan tangan. Selanjutnya bisa menimbulkan rasa nyeri pada anggota
tubuh, betis, kaki, tangan, dan lengan. Bahkan rasanya bisa seperti
terbakar.
h. Gusi merah dan bengkak
Kemampuan mulut menjadi lemah untuk melawan infeksi sehingga
terjadilah gusi bengkak dan merah, infeksi, serta gigi menjadi tidak
rata dan mudah tanggal.
i. Kulit kering dan gatal
Kulit terasa kering, sering gatal, dan infeksi. Keluhan ini membawa
pasien memeriksakan diri ke dokter, lalu pada pemeriksaan dokter kulit
ditemukan diabetes.
j. Mudah infeksi
Leukosit (sel darah putih) yang bertugas melawan infeksi tidak bisa
berfungsi dengan baik pada keadaan gula darah tinggi.
k. Gatal pada kemaluan
Infeksi jamur juga menyukai suasana gula darah tinggi. Vagina mudah
terkena infeksi jamur sehingga mengeluarkan cairan kental putih
kekuningan dan menimbulkan rasa gatal.
4. Faktor resiko
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan sesorang mengidap
diabetes melitus sebagai berikut(Garnadi,2012) :

12

a. Faktor resiko yang tidak bisa diubah


1) Adanya riwayat diabetes melitus pada anggota keluarga
Risiko mendapatkan diabetes mellitus akan tinggi jika ada penyandang
diabetes pada tiga generasi keluarga,misalnya buyut (generasi ke-1), kakek
atau nenek (generasi ke-2), ayah,ibu,uwak,paman,bibi (generasi ke-3).
Faktor keturunan saja tidak pasti menjadikan seseorang akan mengidap
diabetes. Jadi, orang tua pengidap diabetes belum tentu keturunanya
mengidap diabetes. Hanya saja resiko untuk mengidap diabetes lebih besar.
2) Faktor usia
Resiko untuk mengidap pradiabetes atau diabetes akan meningkat
seiring dengan bertambahnya usia.
3) Perbedaan ras
Penduduk ras Afrika, Hispanik, Indian, Asia, Pasifik memiliki resiko
lebih tinggi menderita diabetes melitus dibandingkan dengan ras
Kaukasia.
4) Jenis kelamin
Resiko terjadinya diabetes melitus pada wanita dengan riwayat pernah
menderita gestasional diabetes lebih besar dibandingkan dengan wanita
yang hamil normal.
b. Faktor resiko yang bisa diubah atau Dimodifikasi
1) Adanya bobot badan berlebih. Orang gemuk mempunyai resiko
mengidap diabetes lebih tinggi. Kejadian diabetes tipe-2 pada orang
gemuk lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal. Gemuk sangat
terkait dengan resistensi insulin. Gemuk akan menyebabkan
pangkreas mengalami kelelahan karena harus memproduksi ekstra
hormon insulin.
2) Kurang aktivitas fisik dan olahraga.
3) Diet tidak sehat, yaitu asupan energi yang tinggi dari makanan, tetapi
kurang serat. Diet dengan asupan energi tinggi berangsur-angsur
menimbulkan kelebihan bobot.
5. Pemeriksaan diagnostik

13

Pemeriksaan diagnostik pasien diabetes diantaranya(Garnadi,2012) :


a. Pemeriksaan darah rutin, seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb),
leukosit, hitung jenis leukosit, dan laju endap darah.
b. Pemeriksaan fibrinogen.
c. Pemeriksaan HbA1c. Berguna untuk menilai kendali gula darah dalam
tiga bulan terakhir. Nilai yang tinggi (>8%) menunjukkan kendali
kadar gula darah yang buruk. Saat ini, ADA (American Association of
Diabetes)

memasukkan nilai HbA1c > 6,5 % sebagai kriteria

diagnostic untuk diabetes.


d. Pemeriksaan ureum dan kreatinin. Bertujuan untuk mengetahui fungsi
ginjal (ada tidaknya komplikasi diabetes pada ginjal). Penilaian ini
berdampak juga pada keputusan dokter dalam memilih obat
hipoglikemik oral.
e. Pemeriksaan albumin dan mikro-albumin. Keduanya bertujuan untuk
mengetahui ada-tidaknya kebocoran protein pada ginjal.
f. Pemeriksaan SGPT. Berguna untuk mengetahui adanya komplikasi
perlemakan hati.
g. Pemeriksaan profil lemak darah, seperti pemeriksaan kolesterol total,
kolesterol-LDL,

kolesterol-HDL,

dan

trigliserida.

Pemeriksaan

tersebut bertujuan untuk mengetahui terjadinya dislipidemia (gangguan


profil lemak darah). Nilai ini akan berdampak pada keputusan
perencanaan makan dan obat pada diabetes.
h. Pemeriksaan urine atau air kencing (urinalisis)
1) Biasanya ditemukan positif benda keton. Artinya telah terjadi
pembakaran lemak karena kegagalan tubuh dalam membakar
glukosa.
2) Adanya gula urine positif. Artinya terjadi glukosuria karena
kadar gula darah yang tinggi dapat melewati ambang ginjal.
i. EKG dan Treadmil untuk deteksi dini kelainan jantung.
j. Foto sinar X dada (rontgen).

14

k. Funduskopi atau pemeriksaan mata untuk mendeteksi adanya


retinopati diabetic.
6. Penatalaksanaan
Menurut Price dan Wilson (2005), penatalaksanaan diabetes mellitus
didasarkan pada (1) rencana diet, (2) latiahan fisik dan pengaturan aktivitas fisik,
(3) agen-agen hipoglikemik oral, (4) terapi insulin, (5) pengawasan glukosa di
rumah, dan (6) pengetahuan tentang diabetes dan perawatan diri. Diabetes adalah
penyakit kronik, dan pasien perlu menguasai pengobatan dan belajar bagaimana
menyesuaikanya agar tercapai kontrol metabolik yang optimal. Pasien dengan
diabetes tipe 1 adalah defisiensi insulin dan selalu membutuhkan terapi insulin.
Pada diabetes tipe 2 terdapat resistensi insulin dan defisiensi insulin relative dan
dapat ditangani tanpa insulin.
Rencana diet pada pasien diabetes dimaksudkan untuk mengatur jumlah
kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari. Jumlah kalori yang
disarankan bervariasi, bergantung pada kebutuhan apakah untuk mempertahankan,
menurunkan atau meningkatkan berat tubuh. Sebagai contoh, pada pasien
obesitas, dapat ditentukan diet dengan kalori yang dibatasi hingga berat badan
pasien turun hingga kekisaran optimal untuk pasien tersebut. Sebaliknya, pada
pasien muda dengan diabetes tipe 1, berat badanya dapat menurun selama keadaan
dekompensasi.

Pasien

ini

harus

menerima

kalori

yang

cukup

untuk

mengembalikan berat badan mereka ke keadaan semula dan untuk pertumbuhan.


Rencana diet harus didapat dengan berkonsultasi dulu dengan ahli giziyang
terdaftar dan berdasarkan pada riwayat pasien, makanan yang lebih disukai, gaya
hidup, latar belakang budaya, dan aktivitas fisik.
Untuk mencegah hiperglikemia postprandial dan glikosuria, pasien-pasien
diabetic tidak boleh makan karbohidrat berlebihan. Umumnya karbohidrat

15

merupakan 50% dari jumlah total kalori per hari yang diizinkan. Karbohidrat ini
harus dibagi rata sedemikian rupasehingga apa yang dimakan sesuai dengan
kebutuhanya sepanjang hari. Contohnya, jumlah yang lebih besar yang harus
dimakan pada waktu melakukan kegiatan fisik yang lebih berat. Lemak yang
dimakan harus dibatasi sampai 30 % dari total kalori per hari yang diizinkan, dan
sekurang-kurangnya setengah dari lemak itu harus dari jenis polyunsaturated.
System makanan penukar telah dikembangkan untuk membantu pasien menangani
dietnya sendiri
. Sistem

ini

mengelompokkan

makanan-makanan

dengan

kadar

karbohidrat,protein dan lemak yang hampir sama, sehingga kalorinyapun sama.


Cara ini akan memungkinkan pasien menukar makananya dengan makanan lain
dalam kelompok yang sesuai. Pendekatan lain dalam merencanakan diet untuk
menghitung karbohidrat dan disesuaikan

dengan dosis kerja insulin dosis

pendek yang sesuai. Pasien dapat menghitung jumlah karbohidrat yang disajikan
maupun gram karbohidrat total. Insulin dapat digunakan dengan rasio 1 unit per
15 gram karbohidrat total. Rasio ini dapat ditingkatkan bergantung pada respon
pasien. Pasien dengan diabetes tipe 2 yang resisten terhadap insulin mungkin
membutuhkan 2 hingga 5 unit untuk setiap karbohidrat yang disajikan atau untuk
setiap 15 gram karbohidrat total.
Latihan fisik kelihatanya mempermudah transpor glukosa kedalam sel-sel
dan meningkatkan kepekaan terhadap insulin. Pada individu sehat, pelepasan
insulin menurun selama latihan fisik sehingga hipoglikemia dapat dihindarkan.
Namun, pasien yang mendapat suntikan insulin, tidak mampu untuk memakai cara
ini, dan peningkatan ambilan glukosa selama latihan fisik dapat menimbulkan
hipoglikemia. Faktor ini penting khususnya ketika pasien melakukan latihan fisik

16

saat insulin telah mencapai kadar maksimal atau puncaknya. Dengan


menyesuaikan waktu pasien dalam melakukan latihan fisik, pasien mungkin dapat
meningkatkan pengontrolan kadar glukosa mereka. Contohnya, bila pasien
melakukan latihan fisik saat glukosa darahnya tinggi, mereka mungkin dapat
menurunkan kadar glukosa darah hanya dengan latihan fisik itu sendiri.
Sebaliknya, bila pasien merasa perlu melakukan latihan fisik ketika kadar glukosa
rendah, mereka mungkin mendapat karbohidrat tambahan untuk mencegah
hipoglikemia.
Pasien-pasien dengan gejala diabetes melitus tipe 2 dini dapat
mempertahankan kadar glukosa darah normal hanya dengan menjalankan rencana
diet dan latihan fisik saja. Tetapi sebagai penyakit yang progresif, obat-obat oral
hipoglikemik juga dianjurkan. Obat-obat yang digunakan adalah pensensitif
insulin dan sulfonilurea. Bila kadar glukosa tidak dapat dikontrol secara optimal
dengan menggunakan cara-cara yang sudah dijelaskan, pasien-pasien diabetik tipe
2 dengan sisa sel-sel pulau langerhans yang masih berfungsi, merupakan calon
yang tepat untuk menggunakan sulfonilurea.
7. Komplikasi
Komplikasi akibat diabetes mellitus dapat bersifat akut atau kronis.
Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau
menurun tajam dalam waktu relative singkat. Kadar glukosa darah bisa menurun
drastis jika penderita menjalani diet yang terlalu ketat. Perubahan yang besar dan
mendadak dapat merugikan. Komplikasi kronis berupa kelainan pembuluh darah
yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung,ginjal,saraf,dan penyakit berat
lain.
a. Komplikasi akut diabetes mellitus
1) Hipoglikemia

17

Hipoglikemia adalah suatu keadaan seseorang dengan kadar glukosa darah


dibawah nilai normal. Ada 4 macam keadaan hipoglikemia yaitu :
a) hipoglikemia murni jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl
b) reaksi hipoglikemia akibat menurunya kadar glukosa darah secara
mendadak
c) koma hipoglikemia akibat kadar glukosa darah yang sangat rendah
d) hipoglikemia relative jika gejala hipoglikemia terjadi 3-5 jam setelah
makan.
Gejala-gejala hipoglikemia bisa ditandai oleh dua penyebab utama.
Keterlibatan saraf otonom (bagian dari system saraf yang tidak terkendali dibawah
sadar)

dan

pelepasan

hormone

dari

kelenjar-kelenjar

adrenalin,

yang

menimbulkan gejala-gejala rasa takut,terbang dan bertarung. Pada dasarnya ini


mencakup kegelisahan, gemetaran, mengeluarkan keringat, menggigil, muka
pucat, jantung berdebar-debar, dan detak jantung yang sangat cepat, serta rasa
pening. Ini disebut sebagai gejala-gejala adrenergic. Otak cepat sekali terpengaruh
dengan suplai energi yang tidak memadai, karena kadar gula darah menurun
selama

hipoglikemia

sehingga

menimbulkan

kategori

gejala-gejala

neuroglikopenik berikutnya. Meliputi ketidakmampuan untuk berkonsentrasi,


kebingungan, irasional, agresif, atau perilaku aneh, gangguan bicara, menolak
untuk bekerja sama, mudah mengantuk dan akhirnya kehilangan kesadaran atau
pingsan. Jika tidak diberi pengobatan, bisa menimbulkan resiko kejang dan
akhirnya terjadi kerusakan otak permanen atau dalam kondisi yang parah, bisa
menimbulkan kematian. Kelompok-kelompok ketiga dari gejala-gejala tersebut,
yang tidak langsung berhubungan dengan kategori tersebut namun umumnya
dialami, mencakup rasa lapar, gangguan penglihatan, sakit kepala temporer, dan
perasaan lemah.
2) Ketoasidosis Diabetik-Koma Diabetik

18

Komplikasi ini dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh yang sangat
kekurangan insulin dan sifatnya mendadak. Glukosa darah yang tinggi tidak dapat
memenuhi kebutuhan energi tubuh. Akibatnya, metabolisme tubuhpun berubah.
Kebutuhan energi tubuh terpenuhi setelah sel lemak pecah dan membentuk
senyawa keton. Keton akan terbawa dalam urine dan dapat dicium baunya setelah
bernafas. Akibat akhir adalah darah menjadi asam, jaringan tubuh rusak, tidak
sadarkan diri, dan mengalami koma.
Penyebab komplikasi ini umumnya adalah infeksi. Walaupun demikian,
komplikasi ini bisa juga disebabkan lupa suntik insulin, pola makan yang terlalu
bebas, atau stress. Semua itu menyebabkan terjadinya defisiensi atau kekurangan
insulin akut pada metabolisme lemak,karbohidrat, maupun protein. Gejala yang
sering muncul adalah poliuria, polidipsia, dan nafsu makan menurun akibat rasa
mual. Selain itu, terjadi hipotensi (tekanan darah rendah) sampai shock,kadar
glukosa tinggi, dan kadar bikarbonat rendah.
3) Koma Hiperosmolar Non Ketotik (KHNK)
Gejala dan KHNK adalah senyawa dehidrasi yang berat, hipotensi, dan
menimbulkan shock. Komplikasi ini diartikan sebagai keadaan tubuh tanpa
penimbunan lemak sehingga penderita tidak menunjukkan pernafasan yang cepat
dan dalam (kussmaul). Pemeriksaan di laboratorium menunjukkan bahwa kadar
glukosa penderita sangat tinggi, pH darah normal, kadar natrium (Na) tinggi, dan
tidak ada ketonemia.
4) Koma Lakto Asidosis
Komplikasi ini diartikan sebagai suatu keadaan tubuh dengan asam laktat
tidak dapat diubah menjadi bikarbonat. Akibatnya, kadar asam laktat di dalam
darah meningkat (hiperlaktatemia) dan akhirnya menimbulkan koma. Keadaan ini
dapat terjadi karena infeksi, gangguan faal hepar, ginjal, diabetes mellitus yang

19

mendapat pengobatan dengan phenofermin. Gejala yang muncul biasanya berupa


stupor hingga koma. Pemeriksaan gula darah biasanya hanya menunjukkan
hiperglikemia ringan (glukosa darah dapat normal atau sedikit turun).
b.
Komplikasi Kronis Diabetes
Tujuan paling utama dalam pengelolaan diabetes mellitus adalah
menghambat atau mencegah terjadinya komplikasi kronis yang sangat merugikan
penderita. Karena itu, peningkatan pengetahuan dan penanganan tentang diabetes
melitus beserta komplikasinya perlu ditingkatkan. Komplikasi kronis diabetes
melitus telah cenderung mengakibatkan penderitanya mengalami hal-hal sebagai
berikut.
1. Dua kali lebih mengalami trombosit otak (pembekuan darah di
bagian otak).
2. Dua kali lebih mudah mendapatkan PJK (penyakit jantung
koroner).
3. Tujuh belas kali lebih mudah mengalami GGK (gagal ginjal
kronis).
4. Dua puluh lima kali lebih mudah mengalami kebutaan.
5. Lima kali lebih mudah mengalami ganggren.
Komplikasi kronis diabetes melitus dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian sebagai berikut:
1) Komplikasi spesifik
Komplikasi spesifik adalah komplikasi akibat kelainan pembuluh darah
kecil atau mikroangiopati diabetika (Mi.DM) dan kelainan metabolism dalam
jaringan. Jenis-jenis komplikasi spesifik sebagai berikut:
a) Retinopati diabetika (RD), gejalanya penglihatan mendadak buram
seperti berkabut. Akibatnya harus sering mengganti kacamata.
b) Nefropati diabetika (ND), gejalanya ada protein dalam air kencing,
terjadi pembengkakan, hipertensi, dan kegagalan fungsi ginjal yang
menahun.
c) Neuropati diabetika (NEu.D), gejalanya perasaan terhadap perasaan
berkurang, rasa panas seperti terbakar di bagian ujung tubuh, rasa

20

nyeri, rasa kesemutan, serta rasa terhadap dingin dan panas berkurang.
Selain itu, otot lengan atas menjadi lemah, penglihatan kembar,
impotensi sementara , mengeluarkan banyak keringat, dan rasa
berdebar waktu istirahat.
d) Diabetik foot (DF) dan kelainan kulit, seperti tidakberfungsinya kulit
(dermatopati diabetic), adanya gelembung berisi cairan di bagian kulit
(bullae diabetik), dan kulit mudah terinfeksi.
2) Komplikasi tak spesifik
Kelainan ini sama dengan non-diabetes melitus, tetapi terjadinya lebih
awal atau lebih mudah. Penyakit yang termasuk komplikasi tak spesifik dalam
diabetes melitus sebagai berikut:
a) Kelainan pembuluh darah besar atau makroangiopati diabetika
(Ma.DM). kelainan ini berupa timbunan zat lemak di dalam dan di
bawah pembuluh darah.
b) Kekerutan pada lensa mata (kataraktalentis).
c) Adanya infeksi seperti infeksi saluran kencing dan tuberculosis(TBC)
paru.

B.
Olahraga Bagi Penderita Diabetes Mellitus
1. Pentingnya Olahraga
Keseimbangan dibutuhkan oleh diabetis untuk dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya sebagai manusia dan membantu mengatasi penyakit psikologis.Tetap
aktif dalam menjalankan kehidupan sehari-hari diharapkan dapat membantu
21

diabetis keluar dari permasalahanya.

Karena dengan olahraga diabetis dapat

memperoleh tubuh yang sehat dan sebuah sarana hiburan yang dilakukan bersama
sama dengan orang yang mengalami penderitaan yang sama sehingga diharapkan
dapat saling member motivasi dan dorongan agar diabetis tidak merasa sendiri
dan terpuruk menjalani kehidupanya dengan diabetes mellitus.(Sari,2012).
2. Manfaat Olahraga
Manfaat olahraga diantaranya(Sari,2012) :
1. Mengontrol gula darah, untuk diabetes mellitus tipe 2 olahraga yang
teratur dapat menurunkan resistensi insulin meningkatkan sensitivitas
insulin di otot-otot dan jaringan lain sehingga kadar gula darah
mengalami perbaikan
2. Meningkatkan kadar kolesterol HDL, olahraga teratur dapat menurunkan
kadar kolesterol LDL yang dapat menyumbat arteri koroner sedangkan
HDL mengumpulkan kolesterol-kolesterol untuk dikirimnya ke hati
selanjutnya dibuang.
3. Menurunkan berat badan, untuk diabetis yang memiliki kelebihan berat
badan dengan berolahraga dapat memperbaiki resisten insulin,
mengontrol gula darah dan menghindari resiko penyakit jantung koroner
4. Memperbaiki gejala-gejala muskuluskeletal, yang dimaksud dengan
gejala-gejala tersebut adalah kesemutan, gatal-gatal, linu di ujung jarijari tangan atau persendian lainya. Dengan olahraga diharapkan dapat
mengurangi gejala-gejala tersebut karena semua anggota badan pada saat
berolahraga bergerak.
5. Memperbaiki kualitas hidup, selain meningkatkan kesegaran jasmani
karena terkontrolnya system kardiovaskuler, respirasi, gula darah.
Olahraga pun dapat menjadi solusi menghilangkan perasaan cemas dan
depresi.

22

6. Mencegah terjadinya diabetes mellitus bagi mereka yang mempunyai


riwayat keluarga berpenyakit diabetes mellitus, olahraga sangat
dianjurkan untuk mencegah diabetes mellitus diusia dini.
3. Dosis Olahraga
Dosis olahraga dapat ditentukan dengan pedoman FIT (frekuensi,
intensitas, dan waktu). Diabetes yang memiliki masalah atau komplikasi
harus mendapat injeksi insulin dan perlu berkonsultasi terlebih dahulu kepada
dokter sebelum melakukan olahraga. Dosis olahraga diabetes sebagai
berikut(Garnadi,2012) :
1.
Frekuensi
Frekuensi olahraga dapat dilakukan teratur, yaitu 3-5 kali permingu
2.
Intensitas
Pilihlah jenis olahraga dengan intensitas ringan sampai sedang,
seperti jalan cepat, aerobic, berenang, dan bersepeda. Hindari jenis
olahraga berat. Denyut nadi pada saat zona latihan hendaknya
mencapai 50-70% denyut nadi maksimal. Olahraga harus diawali dengan
pemanasan sebelum zona latihan, serta diakhiri dengan pendinginan dan
peregangan.
3.
Waktu
Jangka waktu dalam berolahraga sebaiknya selama 20-60 menit.
Pengukuran kadar gula darah sebaiknya dilakukan 30 menit atau
beberapa saat sebelum dan setelah melakukan kegiatan.
4. Senam Diabetes
Senam merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan performa gerakan
yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang teratur.
(Kurniawan,2011). Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut
usia dan status fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus.
Khusus untuk penderita diabetes tipe I ataupun tipe II yang berat dianjurkan untuk
melakukan senam diabetes.(Sustrani,dkk,2004) .

23

Gerakan senam diabetes sebagai berikut:


1. Latihan pemanasan
Sebelum masuk ke dalam gerakan inti, sebaiknya lakukan pemanasan.
1. Tujuan pemanasan:
a. Adaptasi jantung terhadap seluruh kegiatan senam
b. Memperbaiki jaringan pembuluh darah dan otot yang telah berubah
posisinya
c. Melancarkan peredaran darah
d. Memperbaiki system saraf dalam tubuh terutama bagian tulang
punggung yang merupakan kumpulan jutaan saraf
e. Melemaskan otot-otot tubuh agar bisa relaksasi.
2. Gerakan

Gerakan 1 :Badan tegap dengan sikap sempurna.


Gerakan 2 :Kaki berjinjit satu dan kedua tangan disimpan
dipinggang

24

Gerakan 3 :
a. salah satu kaki tarik ke belakang
b. kepalkan kedua tangan simpan di atas dada dan pinggang
c. lakukan gerakan jalan di tempat dengan ayunan tangan
Gerakan 3 bermanfaat menyiapkan kondisi tubuh baik secara
fisiologis dan psikologis sehingga dapat melakukan senam dengan
baik dan benar.Gerakan di mulai dengan kaki kanan dan hitungan
jatuh pada kaki kanan.
Gerakan 4 :
a. simpan tangan yang tertelentang di atas dada
b. tundukkan kepala
Gerakan 4 bermanfaat unutk mengatur nafas secara perlahan dan
bertahap agar paru-paru dan jantung bekerja dengan baik selama
berlatih.Gerakan dilakukan dengan jalan di tempat sementara tangan

25

di rentangkan dari bagian samping tubuh keatas lalu berakhir di dada


sementara kepala masih dalam posisi menunduk.

Gerakan 5
a. satu tangan direntangkan sementara tangan yang lain disimpan
di dada
b. kepala menoleh bergantian ke kanan dank e kiri
Manfaat gerakan tersebut untuk melenturkan persendian otot
bagian kiri dan kanan.
Gerakan 6
a. kepala di miringkan ke kanan dank ke kiri
b. ke dua tangan di simpan di pinggang
c. jalan di tempat

26

manfaat gerakan 6 melatih dan melenturkan persendian otot kepala

Gerakan 7
a. langkahkan kaki ke kanan dank e kiri 1 langkah
b. tangan mengepal di sisi badab
c. bahu di angkat dan di putar ke belakang

27

Manfaat gerakan 7 untuk melenturkan persendian otot bahu,


punggung bagian atas dan dada.
Gerakan 8
a. langkahkan kaki ke kanan dank e kiri 2 langkah
b. tangan mengepal di sisi badan
c. bahu di angkat bergantian ke kanan dan ke kiri

28

Manfaat gerakan 8 untuk melenturka persendian otot bahu

Gerakan 9
a. langkahkan kaki ke depan 1 langkah
b. kepalkan tangan dan simpan di dada
c. tarik ke atas dan ke bawah

29

Gerakan 9 bermanfaat untuk melenturkan persendian otot bahu


dan punggung bagian atas.
Gerakan 10
a. Langakahkan kaki ke samping kanan dan kiri sebanyak 2
langkah
b. Tangan di rentangkan ke depan dan ke kanan atau kiri
c. Gerakan kepala ke kanan dan ke kiri secara bergantian
Gerakan 10 bermanfaat untuk melenturkan persendian otot bahu

Gerakan 11
a. Angkat tangan ke depan
b. Satu kaki melangkah ke depan dan kaki yang lain mundur
c. Lakukan secara bergantian
Gerakan 11 bermanfaat untuk menguatkan otot lengan
Gerakan 12
a. Langkahkan kaki ke kanan dan ke kiri bergantian

30

b. Kedua tangan membentuk sudut 900


Gerakan 12 bermanfaat untuk melatih koordinasi otot-otot lengan,
bahu, dan kaki.

Gerakan 13
a. Langkahkan kaki ke samping kanan dan kiri bergantian
b. Ke dua tangan simpan di depan
c. Lakukan gerakan membuka dan menutup bergantian
Gerakan 13 bermanfaat untuk menguraikan otot dada dan bahu
Gerakan 14
a. Posisi awal
b. Kedua siku di tekuk dan telapak tangan mengepal di sisi
pinggang
c. Dorong kaki kanan dan kedua lengan ke belakang kemudian di
lanjutkan dengan kaki kiri

31

Gerakan 14 bermanfaat untuk melenturkan dan mengkoordinasi


persendian otot lengan dan paha bagian belakang.

Gerakan 15
a. Kedua tangan di angkat ke atas
b. Kaki kanan sorong ke kanan depan secara bergantian
Gerakan

15

bermanfaat

untuk

melenturkan

dan

mengkoordianasi otot bahu, tangan dan tungkai.


Gerakan 16
a. Ayunkan kedua lengan bersamaan
b. Tangan kanan harus di isi bahu kanan sejajar dengan bahu dan
tangan kiri lurus sejajar dengan bahu
c. Kaki kanan diangkat kemudian seterusnya
Gerakan 16 bermanfaat untuk melenturkan, mengkoordinasikan
otot-otot bahu dan tubuh bagian atas serta lutut.

32

Gerakan 17
a. Tubuh kanan di condongkan kearah kanan
b. Tangan kanan seperti menyentuh tumit kaki kanan
c. Begitupun dengan sebelah kiri
Gerakan 17 bermanfaat untuk merenggangkan dan koordinasi
lengan sisi tubuh dan paha bagian dalam.
Gerakan 18
a. Kaki dibuka
b. Lutut sedikit di tekuk
c. Ayunkan tangan kanan sorongkan kea rah kiri
Gerakan 18 bermanfaat untuk melenturkan otot kanan.

33

Gerakan 19
a. Kedua kaki terbuka
b. Kedua tangan di samping kepala sejajar dengan bahu
c. Putar sisi tubuh kearah kanan dan kiri bergantian
Gerakan 19 bermanfaat untuk melenturkan sisi tubuh
Gerakan 20
a. Ayunkan lengan ke samping kiridan kanan bergantian
b. Kaki kiri dan kanan di tekuk ke belakang
Gerakan 20 bermanfaat untuk menguatkan otot-otot bahu dan
tungkai serta koordinasi gerakan lengan tungkai.

34

Gerakan 21
a. Kaki terbuka lebar, satu kaki melangkah ke depan
b. Tekuk lutut kiri kea rah kanan
c. Silangkan kedua tangan diatas kanan dan kiri
Gerakan 21 bermanfaat melenturkan dan meregangkan otot-otot
dan sendi, lengan bahu, sisi tubuh, pinggang dan tungkai.
Gerakan 22
a. Kaki kanan terbuka
b. Tangan kanan tertumpu dip aha kanan
c. Tangan kiri lurus ke atas
Gerakan 22 bermanfaat untuk meregangka otot-otot paha dan
tangan.

35

Gerakan 23
a. Tubuh menghadap kekanan atau ke kiri
b. Tangan lurus ke kanan atau ke kiri sejajar dengan bahu dan
ditarik statis
Gerakan 23 bermanfaat untuk meregangkan otot lengan dan lutut

Gerakan 24
a. Badan menghadap kanan atau kiri
b. Tangan di rentangkan ke atas
c. Salah satu kaki di tarik kebelakang
Gerakan 24 bermanfaat untuk melenturkan dan meregangkan otototot sendi, lengan bahu, sisi tubuh, pinggang dan tungkai.

36

Gerakan 25
a. Kaki kanan atau kaki kiri menekuk ke depan
b. Samping kanan atau kiri lurus ke belakang
c. Kedua tangan bertumpu dip aha
Gerakan 25 bermanfaat meregangkan otot bahu, sendi punggung
bagian atas.
Gerakan 26
a. Kaki kanan di luruskan
b. Tangan kanan menyentuh ujung kaki kanan
c. Lakukan bergantian
Gerakan 26 bermanfaat untuk menguatkan send, bahu, punggung
atas, dan kaki.

37

Gerakan 27 dan 28
a. Kaki kiri melangkah ke depan
b. Kedua tangan di luruskan ke depan
c. Ditarik kebelakang dan ditahan di depan dada di samping
telinga
d. Lakukan bergantian
Gerakan 27 dan 28 bermanfaat untuk meregangkan otot-otot bahu,
kai, paha, dan punggung.

38

Gerakan 29
a. Kaki kiri melangkah ke depan
b. Kedua tangan tertumpu dikedua paha
c. Lutut kanan di tekuk
Gerakan 29 bermanfaat untuk meregangkan otot dinamis

Gerakan 30
Sikap sempurna

2. Latihan inti

39

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Tangan kanan lurus ke depan


Tangan kiri lurus ke depan
Tangan kanan lipat ke bahu kiri
Tangan kiri lipat ke bahu kanan
Telapak tangan kanan buka, di samping telinga
Telapak kiri di buka di samping telinga kiri

Gerakan di atas dilakukan untuk mempersiapkan gerakan


selanjutnya dan mengatur pernafasan.

40

Inti 1
a. Badan tegak
b. Langkahkan kaki kanan ke depan 1 langkah
c. Kepalkan tangan angkat ke atas
d. Dengan hitungan angkat dan tarik tangan sejajar dengan bahu
Gerakan inti 1 bermanfaat untuk melenturkan tangan sebelum maju
ke gerakan selanjutnya.

41

Inti 2
a. Kaki melangkah ke depan
b. Tangan mengepal dari perut diangkat ke atas kepala
c. Lakukan seterusnya
Gerakan inti 2 bermanfaat untuk menguatkan otot dada, lengan, dan
bahu.
Inti 3
a. Tangan kanan mengepal
b. Badan serong ke kanan
c. Kaki kiri membuka ke samping kiri
Gerakan inti 3 bermanfaat untuk menguatkan otot kaki dan
pinggang.

42

Inti 4 dan 5
a.
b.
c.
d.

Melangkah maju 1 langkah


Tangan mendorong kedepan
Mundur 1 langkah
Tangan dorong ke depan kemudian rentangkan ke atas

Gerakan inti 4 dan 5 bermanfaat untuk meningkatkan otot lengan,


otot paha, dan otot dada.

43

Inti 6
a. Kedua tangan mengepal kemudian tarik ke belakang
b. Kaki kanan melangkah ke depan
c. Lakukan secara bergantian dengan kaki kiri
Gerakan inti 6 bermanfaat untuk menguatkan otot tangan, bahu, dan
otot betis.
Inti 7
a. Langkahkan ke depan kaki kiri
b. Tangan kiri di rentangkan, tangan kanan simpan di dada
c. Kedua tangan mengayun ke kanan ke kiri
Gerakan inti 7 bermanfaat untuk melatih otot betis, otot paha,
persendian lutut, dan lengan.

44

Inti 8
a. Angkat kaki kiri ke belakang
b. Kedua tangan bentangkan ke depan
c. Lakukan bergantian dengan kaki kanan
Gerakan 8 bermanfaat untuk melatih keseimbangan, menguatkan
otot betis, paha, dan otot lengan.

Inti 9
a. Buka kaki

45

b. Langkahkan ke depan kaki kanan dan kaki kiri mundur ke


belakang
c. Telapak tangan di buka, tangan kiri bentangkan dan kanan
simpan di dada
d. Ayunkan ke kanan ke kiri
Inti 10
a. Buka kaki
b. Langkahkan ke depan kaki kanan dan kaki kiri mundur ke
belakang
c. Angkat ke dua tangan ke atas
Gerakan inti 9 dan 10 bermanfaat untuk melatih otot jari tangan,
lengan, betis, dan paha.

Inti 11
a. Buka kaki kiri ke samping kiri
b. Kedua tangan sejajar dengan dada
c. Rentangkan tangan ke bawah
d. Lakukan bergantian dengan kaki kanan
Gerakan inti 11 bermanfaat untuk melatih otot jari tangan, otot paha,
otot bahu.

46

Inti 12
a. Kaki kiri melangkah ke samping
b. Kedua tangan direntangkan sejajar dengan perut
Gerakan 12 bermanfaat untuk melatih otot jari tangan, otot bahu serta
otot paha.
Relaksasi 13
a. Tangan di depan dada
b. Rentangkan bersamaan melangkah ke samping kanan dan kiri
Gerakan 13 dan seterusnya masuk kedalam relaksasi untuk
penyegaran setelah melakukan pemanasan dan inti.

47

Relaksasi 14
a. Kedua tangan direntangkan sejajar bahu dengan kedua tangan
dikepal di dada
b. Kaki langkahkan ke kanan dan kiri.
Relaksasi 15
a. Kedua tangan mengayun ke atas
b. Kaki langkahkan ke kanan dan kiri
Relaksasi 16
Sikap sempurna

3. Pendinginan

48

Pendinginan 1
a.
b.
c.
d.

Langkahkan kaki ke kiri dan ke samping


Lutut kiri di tekuk
Kedua lengan direntangkan
Kepala di tundukkan
Gerakan tersebut bermanfaat untuk relaksasi pernapasa dengan
gerakan tangan dan kaki

49

Pendinginan 2
a. Kaki kanan di buka
b. Lengan di depan dada
c. Tubuh di tarik ke arah kanan dan di tahan beberapa detik
Gerakan pendinginan2 bermanfaat untuk merelaksasi kembali otototot tubuh

50

Pendinginan 3
a. Kaki kanan melangkah ke depan
b. Tangan di bentangkan
Gerakan pendinginan 3 bermanfaat untuk relaksasi pernapasan

Pendinginan 4
a. Kaki kiri maju ke depan
b. Lutut di tekuk
c. Kedua lengan di rentangkan ke depan
d. Telapak tangan menghadap ke dalam
Gerakan pendinginan 4 bermanfaat untuk merelaksasikan otot-otot
bahu, kaki, paha, dan punggung.
Pendinginan 5
a. Kaki kiri di depan
b. Tangan kiri dibentangkan ke belakang, tangan kanan menjadi
penyangga
Gerakan pendinginan 5 bermanfaat untuk merelaksasikan otot
lengan bahu

51

Pendinginan 6
a. Kaki kiri maju ke depan
b. Kaki kanan ke belakang
c. Kedua tangan bertumpu dip aha
Gerakan pendinginan 6 bermanfaat untuk merelaksasikan otot
bahu, sendi, dan punggung.
Pendinginan 7
a. Kaki dibuka ke samping
b. Tangan kanan menarik siku kiri kea rah belakang
Gerkan pendinginan 7 bermanfaat untuk merelaksasikan otot baha
dan tubuh bagian belakang.

52

pendinginan 8
a. Menghadap ke kanan
b. Kaki kanan tekuk dan kaki kiri lurus
c. Kedua tangan lurus menghadap ke kanan
Gerakan pendinginan 8 bermanfaat untuk relaksasi kaki dan badan.
Pendinginan 9
a. Menghadap ke kanan
b. Kaki kiri di injit
c. Kaki kanan lurus dan kedua lengan ke atas
Gerkan pendinginan 9 bermanfaat untuk relaksasi peregangan kaki
dan punggung.

53

Pendinginan 10
a. Kaki kiri tarik ke belakang
b. Kaki kanan tekuk
c. Kedua tangan bertumpu di kaki kanan
Gerakan pendinginan 10 bermanfaat untuk ralaksasi kaki dan
badan
Pendinginan 11
a. Menghadap ke kanan
b. Rentangkan tangan kanan seperti menyentuh ujung kaki kiri
c. Kaki kiri ditekukkan, kaki kanan lurus sejajar dengan tangan
Gerakan pendinginana 11 bermanfaat untuk menguatkan otot paha
dan tumit

54

Pendinginan 12
a. Kaki kanan melangkah ke samping
b. Kedua lengan di rentangkan ke samping
c. Kedua lutut di tekuk sedikit
Gerakanpendinginan 12 bermanfaat untuk relaksasi peregangan
dengan gerakan tangan dan lutut
Pendinginan 13
Sikap sempurna.

55

BAB III
KERANGKA KONSEP
A.

Kerangka Konsep
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan kesehatan yang berupa

kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan atau resistensi.(Bustan,2007). Olahraga dan diet adalah
kombinasi yang ampuh untuk mengontrol diabetes. Ada tiga langkah utama dalam
mengendalikan gula darah, yaitu: diet yang benar, olahraga yang teratur, dan
suntik insulin (Tandra, 2014).. Khusus untuk penderita diabetes I dan II yang berat
dianjurkan melakukan senam diabetes. (sustrani,dkk,2004)
Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
pendekatan sistem yang terdiri dari Input, Proses, Output. Menurut L James

56

Havery, sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu
rangkaian komponen satu dengan yang lainya dengan maksud untuk berfungsi
sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti dibawah ini :
Input
Penderita Diabetes

Proses

Output

Pengukuran kadar
gula darah sebelum
dilakukan senam DM

Penurunan kadar

Puskesmas Tanjung

Intervensi senam DM

Wilayah Kerja

Paku

Pengukuran kadar
gula darah setelah
dilakukan senam DM

Puskesmas

Mellitus yang berada


di Wilayah Kerja

57

gula darah pada


penderita DM di

Tanjung Paku

B.
N

Definisi Operasional
Variabel

o
1

Definisi

Cara Ukur

Alat Ukur

Operasional
gula Pemeriksaa

glukometer

Skala

Hasil

ukur

Ukur

Kadar gula

Kadar

Rasio

darah

darah

n gula darah

kadar

sebelum

sewaktu

langsung

gula

melakukan

yang diukur

darah

senam DM

30

dalam

menit

sebelum

Satuan

mg/dL

penderita
DM
melakukan
senam DM
2

Kadar gula Kadar

gula Pemeriksaa

Rasio

Satuan

darah

darah

n gula darah

kadar

setelah

sewaktu

langsung

gula

melakukan

yang diukur

darah

senam DM

30

dalam

menit

setelah

mg/dL

penderita
DM
melakukan
senam DM
C.

glukometer

Hipotesa

58

Ada perbedaan kadar gula darah sebelum dan setelah melakukan senam DM.

BAB IV

59

METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitan ini merupakan eksperimental dengan rancangan yang di gunakan
adalah one group pretest-postest design. Di dalam desain ini pengukuran
dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pengukuran yang di lakukan sebelum
eksperimen (O1), kemudian diberikan stimulus, dan pengukuran yang dilakukan
setelah eksperimen (O2).(Notoatmodjo, 2010). Pengukuran yang dilakukan adalah
pengukuran kadar gula darah sebelum dan setelah melakukan senam DM.
Desain ini dapat di gambarkan pada tabel berikut ini:

O1

O2

Keterangan:
O1 : Observasi 1 yaitu pengukuran kadar gula darah sebelum dilakukan senam
DM
X : Intervensi yaitu penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Paku melakukan senam DM
O2 : Observasi 2 yaitu pengukuran kadar gula darah setelah dilakukan senam
DM

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian


60

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 April 27 Mei 2015 di


Wilayah Kerja Puskesmas Tanjug Paku. Senam dilakukan 3 kali dalam seminggu
selama 1 minggu.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku dan
berkunjung ke Puskesmas Tanjung Paku yang berjumlah 28 orang.
2. Sampel
Teknik pengambialan sampel penelitian adalah non-probality sampling,
yaitu dengan menggunakan teknik porposive sampling (Nursalam,2011). Sampel
pada penelitian ini adalah penderita DM yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Paku dan berkunjung ke Puskesmas Tanjung Paku yang berjumlah 10
orang. Porposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang di kehendaki peneliti
karena senam dilakukan tidak serentak untuk semua responden sehingga waktu
yang digunakan cukup lama dan menggunakan biaya yang lumayan besar.
Sampel yag diambil dengan kriteria:
1. Bersedia menjadi responden
2. Diizinkan oleh pihak Puskesmas Tanjung Paku.
3. Responden merupakan penderita DM yang tidak sedang menjalani
terapi insulin.
4. Responden merupakan penderita DM yang tidak mengalami
komplikasi
5. Responden merupakan penderita DM yang berumur 35-45 tahun
61

6. Kadar gula darah tidak berada dibawah 100 mg/dL dan diatas 250
mg/dL
7. Tanda-tanda vital berada dalam batas normal.
8. Bersedia menjadi responden, dengan mengisi dan menandatangani
informed consent.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan dua tahap, yaitu tahap pertama di lakukan
pengukuran kadar gula darah sewaktu 30 menit sebelum klien melakukan senam
DM selama 20 menit dengan mengobservasi lansung kadar gula darah terhadap
masing-masing klien. Tahap dua yaitu setelah klien melakukan senam DM, data
kembali di kumpulkan dengan mengobservasi langsung kadar gula darah masingmasing klien 30 menit setelah senam pada senam yang ke-3 .
E. Prosedur Intervensi
Pada penelitian ini ada prosedur intervensi yang di laksanakan. Adapun
prosedur-prosedur tersebut adalah:
1. Meminta izin ke pada pihak puskesmas intervensi mengenai pelaksanaan
senam DM
2. Penderita DM dijelaskan terhadap penelitian tersebut.
3. Membuat kesepakatan dengan pihak puskesmas dan penderita DM
mengenai tanggal, waktu, dan tempat dilaksanakannya intervensi.
4. Penderita DM yang bersedia menjadi responden diharapkan mengisi
infomed consent
5. Sediakan tempat yang nyaman di sekitar rumah responden atau tempat
yang tepat untuk melakukan senam DM. Tempat dilakukan senam DM
adalah tempat yang datar.
6. Untuk hari pertama, dilakukan pengukuran kadar gula darah pada masingmasing responden 30 menit sebelum dilakukan senam. Senam DM

62

dilakukan selama 25 menit (yang terdiri dari: pemanasan 10 menit, latihan


inti selama 9 menit, dan pendinginan 6 menit). Senam dilakukan 3x
seminggu.
7. Melakukan senam DM
8. Untuk hari ketiga intervensi, dilakukan lagi pengukuran kadar gula darah
pada masing masing responden 30 menit setelah senam DM.
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Data yang sudah diolah di kumpulkan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Editing
Kegiatan ini melihat setiap hasil pengukuran yang di isi oleh peneliti
mengenai kelengkapan pengisian kuesioner.Pengisian biodata klien, umur,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan hasil pengukuran gula darah
sebelum dan setelah melakukan senam DM, sehingga data yang terkumpul
dapat di mengerti, lengkap dan konsisten sesuai dengan nilai pengukuran.
b. Coding
Pada tahap ini merubah data yang berbentuk huruf menjadi berbentuk
angka.Pada kuesioner dilakukan pemberian angka pada biodata. Pendidikan
dilakukan dengan koding 1 = SD, 2 = SMP, 3 = SLTA, 4 = Akademik/PT.
Jenis kelamin: 1 = Laki-laki, 2 = Perempuan. Pekerjaan di beri kode: 1 =
RT/Tidak bekerja, 2 = Swasta, 3 = PNS, 4 = Lain-lain.
c. Entry

63

Setelah kuesioner terisi penuh dan benar, dan telah dilakukan pengkodean,
maka langkah selanjutnya adalah memasukkan data yang didapatkan dari
hasil pengukuran kadar gula darah sebelum dan setelah dilakukan senam DM
kedalam tabel untuk dilakukan analisa data.
2. Analisa data
Analisa ini digunakan untuk mengetahui dan menguji keterkaitan antara dua
variabel. Pengujian hipotesa untuk mengambil keputusan tentang apakah hipotesa
perbedaan kadar gula darah sebelum dan setelah dilakukan senam DM pada
penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung paku yang diajukan cukup
meyakinkan untuk ditolak atau diterima dengan menggunakan uji secara manual
yaitu apabila data berdistribusi normal uji yang digunakan adalah uji beda ratarata sampel yang berhubungan dengan rumus sebagai berikut :

t=

d
S Dd / n

Keterangan :
d

: rata-rata deviasi/ selisih sampel 1 dengan sampel 2

SD_d : standar deviasi dari deviasi / selisih sampel 1 dan sampel 2


t: uji t
Apabila data tidak berdistribusi normal, dapat dilakukan uji wilcoxon
dimana t hitung langsung ditentukan melalui jumlah rangking selisih nilai dua
data.

64

G. Pertibangan Etik
Sebagai pertimbangan etik, maka peneliti perlu meminta persetujuan seluruh
responden di mana dalam penelitian ini adalah penderita DM yang berada di
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku yang diizikan oleh pihak DKK untuk
terlibat dalam penelitian ini dengan menggunakan informed consent pada
responden dan peneliti juga wajib merahasiakan nama responden dan data-data
yang di berikan oleh responden kepada orang lain.
H. Prosedur penelitian
1. Tahap Pra Penelitian
a. Menentukan lokasi penelitian
b. Mengurus surat izin penelitian
c. Melakukan studi pendahuluan untuk merumuskan masalah
d. Menyusun proposal dan instrument dengan bimbingan dosen
pembimbing
e. Seminar proposal
2. Tahap Penelitian
a. Penyampaian informed consent
b. Pengukuran kadar gula darah sebelum intervensi
c. Melakukan intervensi
d. Pengukuran kadar gula darah setelah intervensi
e. Pengolahan data dan melakukan analisa data
f. Menyusun laporan penelitian
g. Sidang hasil penelitian

65

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan dari tanggal 27 April 2015 sampai tanggal 27
Mei 2015. Responden dalam penelitian ini berjumlah 10 orang, yaitu penderita
DM yang tersebar di empat kelurahan cakupan Wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Paku Kota Solok. Empat kelurahan tersebut diantaranya ; Kelurahan Tanjung
Paku, Kelurahan Kampung Jawa, Kelurahan PPA, dan Kelurahan Koto Panjang.
Puskesmas Tanjung Paku merupakan puskesmas rawat jalan yang memiliki
55 orang petugas dengan berbagai tingkat pendidikan. Program yang ada di
puskesmas tanjung paku terbagi 3 bentuk diantaranya; upaya kesehatan wajib,
upaya kesehatan pengembangan dan upaya keperawatan kesehatan masyarakat.
Dalam program upaya kesehatan pengembangan terdapat upaya kesehatan
sekolah, dan upaya kesehatan olahraga . Puskesmas Tanjung Paku tidak memiliki
kegiatan olahraga bersama masyarakat khususnya penderita DM sehingga peneliti
membuat jadwal khusus untuk penderita Diabetes mellitus dalam melakukan
senam DM yang dilakukan 3 kali seminggu secara teratur sebagai upaya
mengendalikan kadar gula darah.
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden meliputi : jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan
responden.

1. Jenis Kelamin

66

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Wilayah Kerja


Puskesmas Tanjung Paku seluruhnya (100 %) berjenis kelamin perempuan.
2. Pendidikan Responden
Pendidikan responden dapat dibagi 4 tingkat, yaitu SD, SMP, SMA, dan
Perguruan tinggi/Akademi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini:
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Wilayah
Kerja PuskesmasTanjung Paku Tahun 2015
Pendidikan
F
%
SD
SMP
SMA
PT

2
4
2
2

20
40
20
20

Jumlah

10

100

Dari tabel diatas terlihat bahwa hamper sebagian (40 %) responden


mempunyai pendidikan SMP.
3. Pekerjaan Responden
Pekerjaan responden dapat dibagi 2 jenis, yaitu: tidak bekerja dan swasta.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4
Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Wilayah
KerjaPuskesmasTanjung Paku Tahun 2015
Pekerjaan

Tidak bekerja
Swasta

8
2

80
20

Jumlah

10

100

Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar (80 %) responden Tidak
mempunyai pekerjaan.

67

C. Analisa Data
Analisa yang kita gunakan adalah analisa univariat dimana analisa ini
bertujuan mengidentifikasi data dengan variabel penelitian yaitu kadar gula darah
sebelum melakukan senam dan kadar gula darah setelah melakukan senam.
Untuk mengetahui adanya perbedaan antara O1 (Kadar gula darah sebelum
melakukan senam DM) dengan O2 (kadar guladarah setelah melakukan senam
DM maka kita menggunakan uji t-dependent (uji t). uji t digunakan dengan syarat
data setiap variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal. Sehingga perlu
adanya uji normalitas data sebelum dilakukan pengujian hipotesis.Ujinormalitas
data telah dilakukan dengan menggunakan metode kormogorov-Smirnov dengan
hasil sebagai berikut:
a) Kadar Gula Darah Sebelum Intervensi
NO

Xi

FT

FS

| Ft-Fs |

158

-0,8270

0,2033

0,1

0,1033

162

-0,6301

0,2643

0,2

-0,0643

163

-0,5809

0,2810

0,4

0,119

163

-0,5809

0,2810

0,4

0,119

166

-0,4332

0,2981

0,5

0,2019

169

-0,2855

0,3897

0,6

0,2103

174

-0,0393

0,3483

0,7

0,3517

180

0,2559

0,5987

0,8

0,2013

186

0,5513

0,7088

0,9

0,1912

10

227

2,5697

0,9949

0,0051

68

Keputusan uji : 0,05, n= 10 ,k=0,410


Karena Dmax = 0,3517 < k, maka data berdistribusi normal
b) Kadar Gula Darah Setelah Intervensi
NO

Xi

FT

FS

| Ft-Fs |

123

-1,6070

0,0537

0,1

0,0463

130

-1,044

0,1587

0,2

0,0413

132

-0,883

0,1894

0,3

0,1106

136

-0,562

0,2877

0,4

0,1123

140

-0,241

0,4052

0,5

0,0948

147

0,321

0,3745

0,6

0,2255

154

0,883

0,8106

0,7

0,1106

155

0,964

0,8315

0,8

0,0315

156

1,004

0,8413

0,9

0,0587

10

157

1,124

0,8686

0,1314

Keputusan uji : 0,05, n= 10 ,k=0,410


Karena Dmax = 0,1314 < k, maka data berdistribusi normal
Karena data yang didapatkan sebelum intervensi dan setelah intervensi
berdistribusi normal, maka uji yang kita gunakan dalam analisa data bivariat
adalah uji t . Hasil kadar gula darah yang didapatkan sebelum dan setelah
intervensi sebagai berikut:
No
Responden

Kadar
gula Kadar
gula
darah sebelum darah
setelah D
intervensi (Xi) intervensi (Xii)

(D- D )2

174

(38-31,8)2 = 38,44

136

38

69

163

140

23

(23-31,8)2 =615,04

186

155

31

(31-31,8)2 = 0,64

169

147

22

(22-31,8)2 = 96,04

158

123

35

(35-31,8)2 = 10,24

180

157

23

(23-31,8)2 = 77,44

162

132

30

(30-31,8)2 = 3,24

166

130

36

(36-31,8)2 = 17,64

163

156

(7-31,8)2 = 615,04

10

227

154

73

Jumlah

1747

1430

317

(73-31,8)2=
1697,44
2633,6

Rata-rata

174,8

143

31,8

263,36

Standar
deviasi

20,313

12,445

16,379

17,106

157

70

1697,44

123

0,64

Nilai 227
tertinggi
Nilai terendah

158

D
= 31,8

SD =

( D D ) 2

SD =

2633,6
9

n1

t hitung =

= 17,106

D
SD/ n

t hitung =

31,8
17,106 / 10

2633,6
101

SD = 292,622

t hitung = 5,8787

70

harga t hitung 5,8787 dibandingkan denga t tabel 1,833 dengan df = n-1 =


9, sehingga 5,8787 > 1,833 (t hitung > t tabel) dengan demikian ada perbedaan
yang signifikan antara kadar gula darah sebelum melakukan senam DM dan
setelah melakukan senam DM.
Tabel 5
Perbandingan Kadar Gula Darah Penderita DM di Wilayah Kerja
PuskesmasTanjung Paku Yang Melakukan Senam DM
Tahun 2015
Kadar gula darah
Sebelum senam DM
Setelah senam DM
Perbedaan kadar gula darah
sebelum dan setelah senam DM

Mean

10

174,8
143
31,8

Standar
Deviasi
20,313
12,445
16,379

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata kadar gula darah


penderita DM sebelum melakukan senam adalah 174,8 mg/dL dengan standar
deviasi 19,495. Rata kadar gula darah penderita DM setelah melakukan senam
adalah 143 mg/dL dengan standar deviasi 12,445. Terdapat rata-rata perbedaan
kadar gula darah sebelum dan setelah melakukan senam DM sebesar 31,8 mg/dL
dengan standar deviasi 16,379.
Olahraga bukan sekedar berfaedah menipiskan tumpukan lemak disekitar
perut dan mengikis berat badan, tetapi juga berkhasiat memperbaiki kepekaan
insulin serta pengendalian gula darah. Perbaikan kepekaan insulin adalah dampak
dari pertambahan afinitas reseptor insulin dan penurunan kebutuhan akan insulin
itu sendiri, serta perbaikan pengendalian glukosa mengarah pada penundaan
penebalan membrane basal pembuluh darah, penambahan massa tubuh tak
berlemak, serta peningkatan kapasitas kerja. (Arisman,2010).
Senam merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan performa
gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik

71

yang teratur. (Kurniawan,2011). Senam diabetes adalah senam fisik yang


dirancang menurut usia dan status fisik dan merupakan bagian dari pengobatan
diabetes mellitus. Khusus untuk penderita diabetes tipe I ataupun tipe II yang
berat dianjurkan untuk melakukan senam diabetes.(Sustrani,dkk,2004).
Latihan jasmani seperti senam merupakan salah satu pilar penatalaksanaan
DM disamping edukasi, terapi gizi medis dan intervensi farmakologis. Pada saat
seseorang melakukan latihan jasmani, pada tubuh akan terjadi peningkatan
kebutuhan bahan bakar tubuh oleh otot yang aktif dan terjadi pula reaksi tubuh
yang kompleks meliputi fungsi sirkulasi, metabolisme, dan susunan saraf otonom.
Dimana glukosa yang disimpan dalam otot dan hati sebagai glikogen, glikogen
cepat diakses untuk dipergunakan sebagai sumber energi pada saat senam
terutama pada beberapa atau permulaan senam dimulai, sehingga setelah 30 menit
akan terjadi penurunan kadar glukosa darahnya dibanding sebelum latihan
jasmani.(ova rachmawati,2010).
Hasil penelitian Widia Wati tahun 2013 pada penderita DM di Klinik
Medistra Bandar Setia, Deli Serdang menunjukkan bahwa senam diabetes dapat
menurunkan kadar gula darah. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Lina
Erlina tentang pengaruh senam diabetes terhadap kadar gula darah pasien DM tipe
2 di RSU Unit Swadana Daerah Kabupaten Sumedang menunjukkan senam
diabetes berpengaruh terhadap penurun kadar gula darah.
. Kenyataan yang ditemukan di lapangan bahwa dari 10 penderita DM yang
mengikuti senam DM, semuanya mengalami penurunan kadar gula darah setelah
melakukan senam. Penurunan tersebut disebabkan karena olahraga dapat
memperbaiki kepekaan insulin sehingga kadar gula darah yang berlebih dapat

72

dikendalikan.(Arisman,2010). Akan tetapi, penurunan kadar gula darah yang


didapatkan berbeda pada masing-masing responden. Ada reponden yang
mengalami penurunan kadar gula darah secara signifikan, ada juga yang
penurunanya hanya sedikit.
Menurut pengamatan peneliti, responden yang mengalami penurunan gula
darah yang signifikan itu disebabkan 2 faktor, pertama; karena responden tersebut
mempunyai aktivitas olahraga fisik lain beberapa saat sebelum peneliti melakukan
senam kedua; karena responden tersebut benar-benar serius dalam melakukan
senam. Sedangkan responden yang mengalami penurunan kadar gula darahnya
sedikit disebabkan berat badan yang terlalu berlebih sehingga susah untuk
melakukan gerakan senam selain itu disebabkan oleh ketidakseriusan saat
melakukan senam.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan tentang perbedaan kadar gula
darah sebelum dan setelah dilakukan senam DM pada penderita Diabetes Mellitus
di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Senam DM yang dilakukan 3x seminggu pada penderita Diabetes Mellitus
dapat menurunkan kadar gula darah dengan rata-rata 31,8 mg/dL.
2. Ada perbedaan kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus sebelum dan
setelah melakukan senam DM 3x seminggu.
B. Saran

73

Saran-saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil


penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi pemegang program upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas
Tanjung Paku agar mengadakan kegiatan olahraga seperti senam bersama
penderita Diabetes mellitus
2.

sekurang-kurang 1x seminggu karena

olahraga sangat membantu dalam mengendalikan gula darah.


Bagi petugas Pusekesmas Tanjung Paku yang memegang program upaya
kesehatan pengembangan agar memotivasi penderita Diabetes Mellitus

3.

agar tidak malas berolahraga.


Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan referensi dalam kegiatan pembelajaran sehingga peneliti dapat
mengembangkan penelitian dengan variabel yang berbeda.

74

Anda mungkin juga menyukai