Anda di halaman 1dari 36

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI

(S1) DAN PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS NEGERI


JAKARTA DENGAN MINAT MENJADI AKUNTAN PUBLIK

RIZKHY KURNIA WIJAYANTI


8105132200

Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh


Gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


KONSENTRASI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN EKONOMI DAN ADMINISTRASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Akuntan publik memegang peranan penting dalam kehidupan bisnis di
masyarakat luas. Akuntan publik menciptakan dan melayani kepercayaan
masyarakat dengan menghasilkan sebuah karya yang berpegang teguh pada
prinsip Tata Kelola yang Baik (Good Corporate Governance). Akuntan
publik juga secara tidak langsung berkontribusi positif terhadap ekonomi
melalui Pasar Modal Indonesia. Permintaan akan jasa akuntan publik cukup
tinggi di antara perusahaan-perusahaan yang memiliki aset di atas Rp.
50.000.000.000 dan membutuhkan kegiatan audit. Hal ini juga didukung oleh
kerangka aturan main dalam standar laporan keuangan dan audit. 1
Namun demikian, jumlah lulusan akuntansi yang memilih berkarir
sebagai akuntan publik semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat dari rasio
pertumbuhan akuntan publik dengan jumlah lulusan akuntansi yang tidak
paralel. Pada tahun 2011 terdapat 26 akuntan publik baru dan pada tahun
2012 hanya 24 akuntan publik baru. Jumlah akuntan publik kurang dari
jumlah lulusan akuntansi di semua perguruan tinggi se-Indonesia, hanya
0,005% perbandingannya. Jumlah persentase semakin tidak signifikan jika
1 http://www.rinarusdiana.com/2015/07/penyebab-akuntan-publik-dibayar-mahal.html (diakses pada
tanggal 13 Mei 2016 pukul 10.31)

dibandingkan dengan jumlah lulusan perguruan tinggi sejak 10 tahun terakhir


(Sawarjuwono, 2013).
Dewan Kehormatan Ikatan Akuntansi Publik Indonesia (IAPI) Sukrisno
Agoes mengatakan, profesi akuntan publik tidak diminati kalangan muda dan
fresh graduate (sarjana baru). Ketua IAPI Tia Adityasih mengatakan, sampai
sekarang, akuntan publik masih diatur oleh pemerintah berdasarkan
keputusan Menteri Keuangan. Seharusnya, jika akuntan publik terkena kasus
hukum, Departemen Keuangan harus bertanggung jawab. Selain itu, kata dia,
sekarang banyak "akuntan palsu" yang bebas membuka praktik. Ini terjadi
karena belum ada pengawasan dari pemerintah, sementara "akuntan palsu"
tidak bertanggung jawab kepada lembaga profesi. "Berbagai kasus hukum
yang dihadapi akuntan publik masih merupakan kasus pidana, dan maksimal
hukuman penjara lima tahun, padahal seharusnya menggunakan kitab
undang-undang hukum perdata," katanya. Menurut Sukrisno, jumlah akuntan
publik di Indonesia masih sangat sedikit, dan tidak sebanding dengan
banyaknya laporan keuangan yang harus diaudit. 2
Berdasarkan data IAPI (Ikatan Akuntan Publik Indonesia), jumlah
akuntan publik di Indonesia hingga 31 Maret 2011 mencapai 926 yang
tergabung di 501 Kantor Akuntan Publik. Bila dibandingkan dengan negara
tetangga di kawasan ASEAN, maka jumlah tersebut merupakan yang paling
sedikit. Data jumlah akuntan pada negara-negara dikawasan ASEAN.
2http://edukasi.kompas.com/read/2009/03/16/18442586/anak.muda.tak.mau.jadi.akuntan.publik (diakses
pada tanggal 13 Mei 2016 pukul 10.17)

Tabel 1.1
Jumlah Akuntan Publik di ASEAN

Sumber: IAPI, 31 Maret 2011

Kondisi tersebut semakin buruk karena sejak 1997 hingga kini,


pertumbuhan jumlah akuntan publik tidak signifikan dan cenderung stagnan.
Hal ini tampak dari data umur akuntan publik pada Tabel 2. Dari tabel
tersebut nampak bahwa regenerasi akuntan sangat lambat dimana akuntan
didominasi oleh akuntan dengan usia lanjut.
Tabel 1.2
Umur Akuntan Publik di Indonesia

Sumber: IAPI, 31 Maret 2011

Pendidikan akuntansi mempunyai peran yang sangat penting sebagai


pendukung profesi akuntansi (Dalci; Arash; Tumer; Baradarani, 2013).
Beberapa peneliti telah mengkaji intensitas mahasiswa untuk berkarir sebagai
akuntan publik di beberapa negara (Germanou dan Hassall, 2009; Tournas,
2009; Arash, 2013; Dalci, 2013; Tumer, 2013; Baradarani, 2013; Zyl, 2011;
Villiers, 2011; Law dan Yuen, 2012; Sugahara, 2009; Hiramatsu, 2009;
Boland, 2009).
Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut akan membahayakan profesi
akuntan, karena saat ini jumlah akuntan publik di Indonesia hanya terdapat
920 orang yang tergabung di 501 Kantor Akuntan Publik. Dari jumlah

tersebut, sebanyak 64% (589 orang) telah berusia di atas 51 tahun dan 11%
(101 orang) berusia kurang dari 40 tahun. Jumlah tersebut sangat sedikit bisa
dibandingkan dengan akuntan publik yang di miliki oleh negara tetangga kita
di kawasan ASEAN, Singapura mempunyai akuntan publik sekitar 15.000
orang, Filipina mempunyai akuntan publik sebanyak 15.000 orang, Thailand
mempunyai akuntan publik sebanyak 6.000 orang, Malaysia mempunyai
akuntan publik sebanyak 2.500 orang, Vietnam mempunyai akuntan publik
1.500 orang (data IAPI 2010). Rata-rata pertumbuhan akuntan publik
pertahun sampai dengan 2011 yaitu 4,5 persen.
Terdapat beberapa peneliti yang melakukan penelitian yang sama di
Indonesia (Eva, 2011; Ilman, 2010; Sugahara 2009), meneliti minat
mahasiswa akuntansi untuk berkarir sebagai akuntan publik dengan sampel
atas tiga belas mahasiswa di Universitas Jepang. Sugahara (2009),
menemukan bahwa orang yang mempunyai pengalaman di bidang akuntansi
mempunyai keinginan untuk menjadi akuntan publik, akan tetapi orang yang
bukan dari jurusan akuntansi enggan untuk berkarir sebagai akuntan publik.
Germanou dan Hassall et al. (2009), juga melakukan survei studi untuk
melihat sejauh mana persepsi mahasiswa yang belajar di beberapa universitas
di Inggris mengenai profesi akuntan.
Selain itu, Kasubid Laporan Usaha Akuntan Publik, Pusat Pembinaan
Akuntan dan jasa Penilaian (PPAJP) Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, Fajar Sri Wahyuni (2011) mengungkapkan bahwa struktur usia
yang bekerja sebagai akuntan publik lebih dari usia 50 tahun sebanyak 64
persen. Akibatnya, diperkirakan lima sampai dengan sepuluh tahun ke depan

ketika akuntan publik yang berusia 60 tahunan mundur atau sudah tidak
praktik akan terjadi penurunan jumlah akuntan publik yang signifikan.3
Akuntan Indonesia kini menghadapi berbagai tantangan baru, baik
tantangan yang datang dari dalam profesi maupun dari luar profesi. Dari
dalam profesi tantangannya berupa banyaknya standar-standar baru yang
harus diterapkan. Sejalan dengan konvergensi IFRS dan ISA, serta
pronouncement lainnya yang diterbitkan IFAC, maka organisasi akuntan
Indonesia terus menerus melakukan adopsi standar-standar tersebut,
melakukan pendidikan kepada akuntan, serta . melakukan sosialisasi kepada
masyarakat, perguruan tinggi, industri, dsb. Tantangan dari luar profesi datang
dari berbagai pihak, mencakup tantangan meningkatnya tuntutan governance
dari pihak pemakai jasa akuntan, regulasi yang lebih ketat oleh pemerintah,
serta tantangan menjaga kepercayaan pemerintah ditengah-tengah masih
sedikitnya jumlah akuntan publik di Indonesia.4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dikemukakan bahwa
rendahnya minat menjadi akuntan publik disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
1. Banyak kasus pidana yang dihadapi akuntana publik
2. Orang yang diluar jurusan akuntansi enggan menjadi akuntan publik
3. Banyaknya standar-standar yang diterapkan untuk menjadi akuntan publik
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas, ternyata masalah rendahnya minat
mahasiswa untuk menjadi akuntan publik memiliki penyebab yang sangat
luas. Berhubung keterbatasan yang dimiliki peneliti dari segi antara lain:
3 http://keuangan.kontan.co.id/news/pertumbuhan-akuntan-publik-rendah (diakses pada tanggal 13 Mei
2016 pukul 11.05)

4http://www.kompasiana.com/lulukwidyastuti/tantangan-profesi-akuntan-indonesia-menuju-tahun2020_5535b1a06ea8340a23da4325 (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 pukul 11.13)

dana, waktu, dan tenaga, maka penelitian ini dibatasi hanya pada masalah
Pengaruh Persepsi Mahasiswa dan Program Studi terhadap Minat Menjadi
Akuntan Publik
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh antara persepsi mahasiswa program studi
akuntansi Universitas Negeri Jakarta dengan minat menjadi akuntan
publik?
2. Apakah terdapat pengaruh antara persepsi mahasiswa program studi
pendidikan akuntansi Universitas Negeri Jakarta dengan minat menjadi
akuntan publik?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa
program studi akuntansi dengan mahasiswa program studi pendidikan
akuntansi Universitas Negeri Jakarta terhadap minat menjadi akuntan
publik?
E. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Peneliti
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta ilmu
pengetahuan mengenai pengaruh antara persepsi mahasiswa dan program
studi terhadap minat menjadi akuntan publik. Dan perbedaan persepsi
persepsi mahasiswa program studi akuntansi dengan mahasiswa program
studi pendidikan akuntansi terhadap minat menjadi akuntan publik.
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan peneliti dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan untuk masyarakat mengenai pengaruh antara persepsi
mahasiswa dan program studi terhadap minat menjadi akuntan publik.

Dan perbedaan persepsi persepsi mahasiswa program studi akuntansi


dengan mahasiswa program studi pendidikan akuntansi terhadap minat
menjadi akuntan publik. Selain itu juga sebagai rujukan bagi penelitian
selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan minat mahasiswa menjadi
akuntan publik.
c. Bagi Universitas Negeri Jakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan ilmu
pengetahuan serta menjadi bahan pustaka bagi Mahasiswa Universitas
Negeri Jakarta khususnya Mahasiswa Pendidikan Akuntansi dan
Akuntansi Murni.

BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual
1. Minat Terhadap Profesi Akuntan Publik (Variabel Y)
a. Pengertian Minat
Menurut (Krisnadi, 2006: 16) Minat merupakan suatu kesukaan,
kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Didalam suatu inventori
minat akan mengidentifikasikan proferensi anda terhadap orang,
benda atau aktivitas lainnya. Minat adalah penting dalam mengambil
pilihan terhadap suatu jabatan tertentu. Dalam suatu hal, anda
mungkin akan merasa puas dengan sesuatu pekerjaan jika aktivitas
kerja anda menarik hati anda.
Menurut Slameto (2003: 180) Minat adalah suatu rasa lebih suka
dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang
menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Supriyoko (1989: 32), mengemukakan bahwa: Minat sebagai
kecenderungan seseorang terhadap kegiatan tertentu di atas kegiatan
lainnya. Sementara J.P Guilford dalam Supriyoko (1989: 32),
mengemukakan bahwa : Minat sebagai tendensi seseorang untuk
berprilaku atas dasar ketertarikannya pada jens-jenis kegiatan tertentu.
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

menunjukan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal dari pada hal
lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu
aktivitas.
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu
di luar diri, semakin kuat hubungan tersebut semakin besar minat.
Minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang
pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk
memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi
dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada
akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Pernyataan
ini sejalan dengan Hurlock, dalam AgusWidiyatmo (2011: ) bahwa :
Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi dirinya, maka
mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada akhirnya nanti
akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya.
Oleh karena itu, minat dalam diri individu sangat penting artinya
bagi kesuksesan yang akan dicapai. Individu yang mempunyai minat
terhadap suatu objek atau aktivitas berarti ia telah menetapkan tujuan
yang berguna bagi dirinya sehingga ia akan cenderung untuk
menyukainya. Dari sana kemudian, segala tingkah lakunya menjadi
terarah dengan baik dan tujuan pun akan tercapai.
Minat harus dipelajari karena untuk mendapatkan

atau

mengerjakan sesuatu dengan perasaan senang tidak terjadi secara


mendadak tetapi melalui suatu proses. Dapat dikatakan bahwa minat

terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan dapat mendukung


kegiatan selanjutnya. Pendapat ini sejalan dengan pernyataan Slameto
(2003: 180) yang mengemukakan bahwa Minat terhadap sesuatu
yang dipelajari mempengaruhi minat minat baru. Demikian pula
dengan profesi akuntan publik, minat menjadi akuntan publik akan
timbul apabila ada kemauan untuk mempelajari dan mengetahui
tentang profesi akuntan publik.
Timbulnya minat dapat terjadi karena pengalaman pengalaman
menyenangkan sebelum atau sesudah belajar, namun dapat terjadi
pula karena terpenuhinya fasilitas yang mendukung keinginan menjadi
tenaga pendidik. Uraian diatas dapat dikatakan bahwa diantaranya
minat merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi
tujuan yangakan dicapai. Kegiatan yang dilakukan tanpa didukung
minat cenderung akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan
atau sebaliknya.
Sedangkan faktor penyebab munculnya minat ada dua faktor yaitu
faktor individu dan faktor sosial seperti yang dikemukakan oleh Dewa
Ketut Sukardi dalam Krisnadi (2006: 17) yaitu:
1) Faktor pembawaan.
Merupakan pengaruh yang muncul dalam diri siswa secara alami,
misalnya diakibatkan karena kematangan, kecerdasan, latihan,
motivasi dan sifat pribadi. Setiap individu mempunyai tingkat
kematangan serta kecerdasan yang berbeda sehingga minat yang
muncul juga tidak sama antara individu satu dengan yang lain.

Misalnya, seseorang yang mempunyai kecerdasan dibidang mata


pelajaran ekonomi maka akan cenderungmelakukan aktifitas
dibidang kerja atau koperasi. Perbedaan kecerdasan tersebut
terjadi karena setiap individu satu dengan yang lain mempunyai
tingkat motivasi diri yang berbeda, sedangkan motivasi tersebut
diperoleh melalui pengetahuan, pengalaman, atau pelatihan yang
diikuti, akan tetapi ukuran minat belajar tersebut tergantung setiap
individu.
2) Faktor sosial.
Merupakan pengaruh yang muncul diluar individu, misalnya
diakibatkan karena kondisi keluarga, lingkungan, pendidikan,
kondisi sosial dan ekonomi. Minat yang dipengaruhi oleh faktor
sosial misalnya; ketika siswa hidup dalam masyarakat yang
kesehariannya bersentuhan dengan padi (mayoritas petani padi),
maka siswa cenderung ingintahu dan mengenal kegiatan tersebut
karena

merasa

menjadi

bagian

darinya,

sebaliknya

jika

kesehariannya bersentuhan dengan ikan (mayoritar pekerja


tambak), maka siswa cenderung ingin tahu dan mengenal lebih
dalammengenai perikanan. Jadi apabila siswa mempunyai latar
belakang keluarga atau masyarakat yang beroperasi dibidang
perikanan, maka minat belajar muatan lokal budidaya perikanan
tersebut juga akan muncul dengan sendirinya.

Minat diklasifikasikan menjadi beberapa kelas, seperti yang


dikemukakan oleh Bahtia dan Safaya dalam Sukalimantono (1996:
18), yang menyatakan bahwa minat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1) Minat pembawaan yaitu minat yang dibawa sejak individu
lahir yang cenderung bersifat insting serta emosional.
2) Minat yang diperoleh yaitu minat yang
karenapengaruh

lingkungan,

kebiasaan,

belajar,

timbul
dan

sebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis memperoleh gambaran
yang jelas bahwa status sosial, kedudukan dalam keluarga, ekonomi,
lingkungan, dan pendidikan merupakan faktor yang memicu
timbulnya minat seseorang.

b. Macam-Macam Minat
Minat merupakan perasaan atau sikap, maka keberadaan
kekuatannya

dapat

diduga.

Sejalan

dengan

pendapat

yang

dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi (Krisnadi, 2006: 16) bahwa :


Ada tiga cara yang digunakan untuk menentukan minat, yaitu:
1) Minat yang diekspresikan (expresed interest)
Yakni seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya
dengan kata kata tertentu, misalnya seseorang mengatakan
bahwa

dia

tertarik

dengan

merancang

suatu

bangunan,

mengumpulkan perangko dan lain sebagainya.


2) Minat yang diwujudkan (manifested interst)
Yakni seseorang dapat mengekspreikan minatnya bukan melalui
kata kata tetapi melalui perbuatan atau tindakan, ikut serta
berperan aktif dalam suatu aktifitas tertentu, misalnya seorang

mahasiswa yang ikut serta aktif dalam suatu lembaga organisasi


kemahasiswaan yang ada di kampus, ikut serta di klub seni,
drama, dan sebagainya.
3) Minat yang diinventarisasikan (inventored interst)
Yakni seseorang menilai minatnya dapat diukur dengan menjawab
terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya
untuk kelompok aktifitas tertentu.
Rusyan dalam Sukalimantono (1996:18) mengemukakan bahwa:
Ada tiga cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan minatyaitu
1). Minat yang di ekspresikan (Ekspresed Interest). 2). Minat yang
diwujudkan (Manifested Interst). 3). Minat yang diinventarisasikan
(Inventored Interst).
Berdasarkan uraian di atas terdapat kesamaan dari teori yang
dikemukakan, baik oleh Dewa Ketut Sukardi maupun Rusyan.
Sehingga dalam penelitian ini untuk menentukan minat, peneliti
menggunakan minat yang dapat di ekspresikan (Ekspresed Interest)
dan minat yang diinventarisasikan (Inventored Interest)
c. Cara Mengukur Minat
Hasil minat bermacam-macam sesuai dengan konsep minat yang
dianutnya, beberapa ahli dalam mengukur minat pun bermacam
macam dengan menggunakan pendekatan yang berbeda pula seperti
telah diungkapkan bahwa minat merupakan kecenderungan tingkah
laku individusebagai pengukuran perasaan senag atau tidak senang
terhadap objek danstimulus yang diterimanya.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur minat
individu sebagaimana yang dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi

dalam Krisnadi. (2006: 16) tentang cara pengukuran minat adalah


sebagai berikut:
1) Obsevasi
Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai suatu
keuntungan, yaitu dapat mengamati minat individu dalam kondisi
yang wajar. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi baik
dalam kelas maupun diluar kelas, dan pencatatan obsevasi
berlangsung. Observasi mempunyai kelemahan diantaranya
adalah observasi tidak dapat dilakukan terhadap beberapsituasi
atau beberapa anak secara individual dalam waktu yang sama.
b.Penafsiran terhadap hasil observasi sering bersifat subjektif.
2) Wawancara
Wawancara baik digunakan mengukur minat anak- anak sebab
biasanya anak-anak gemar memberikan hobi dan aktifitas lain
yang

menarik

hatinya.

Pelaksanaan

wawancara

biasanya

dilakukan dalam situasi yang tidak formal sehingga percakapan


akan berlangsung lebih bebas. Kegiatan seperti ini dilakukan
dengan menggunakan kunjungan kerumah untuk menanyakan
kegiatan anak setelah pulang sekolah sehingga dapatdiperoleh
informasi mengenai minat anak tersebut.
3) Angket
Dengan menggunakan angket, peneliti

dapat

melakukan

pengukuran minat terhadap sejumlah responden dalam waktu


yang sama. Dengan demikian bila dibandingkan dengan
wawancara

dan

observasi,

angket

lebih

efisien

dalam

menggunakan waktu, perbedaan dengan wawancaradilakukan


secara lisan, sedangkan angket dilakukan secara tertulis.
4) Inventori
Inventori adalah suatu teknik untuk mengadakan pengukuran
minat yang sejenis dengan angket, yaitu sama-sama merupakan
daftar pernyataan secara tertulis adapun perbedaannya terletak
pada nilai lebih standarisasinya, yaitu inventori bernilai standar
atau baku, sedangkan angket masih memerlukan pengujian
terlebih dahulu.
d. Kondisi yang Mempengaruhi Minat
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan pada pembahasan
sebelumnya di atas mengenai penyebab munculnya minat, seperti
yang diungkap Surya dalam Sukalimantono (1996: 22), mengenai
faktor yang mempengaruhi minat adalah: faktor dari dalam diri
individu, dan faktor dari luar individu, baik faktor lingkungan, situasi
dalam keluarga, dan situasi lingkungan sosial. Maka dapat
diklasifikasikan mengenai kondisi yang mempengaruhi minat seperti:
1) Status ekonomi
Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas
minat mereka untuk mencakup hal yang semula belum mampu
mereka laksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami
kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang
kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat
mereka. Yang dimaksud status ekonomi disini merupakan
pendapat yang diperoleh seseorang.
2) Pendidikan

Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang


dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang
bersifat intelek yang dilakukan, serta prestasi yang dihasilkan
dalam bidang pendidikan. Seperti yang kemukakan L.W. Green
(Sukalimantono, 1996: 17) mengatakan bahwa Jika ada
seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka ia
mencari pelayanan yang lebih kompeten atau lebih aman
baginya.
3) Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang mendukung ketercapaian
keinginan seseorang, sehingga dimana orang tinggal banyak
dipengaruhi kondisi lingkungan.
4) Kondisi dalam keluarga
Kondisi keluarga berperan aktif dalam tercapainya keinginan
seseorang, dalam hal ini yang dimaksud kondisi dalam keluarga
adalah kedudukan seseorang di keluarga tersebut seperti: anak
tunggal atau bersaudara.
5) Status sosial
Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki
seseorang

dalam

masyarakatnya

(Ralph

Linton,

2011)

mengemukakan bahwa Orang yang memiliki status sosial yang


tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat
dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.
e. Kriteria Minat
Menurut Nursalam dalam Feter, A. H (2006: 34), minat seseorang
dapat digolongkan menjadi:
1) Rendah
Jika seseorang tidak menginginkan obyek minat.

2) Sedang
Jika seseorang menginginkan obyek minat akan tetapi tidak dalam
waktu segera.
3) Tinggi
Jika seseorang sangat menginginkan obyek minat dalam waktu
segera. Minat dapat ditimbulkan dengan cara:
a) Membangkitkan suatu kebutuhan.
b) Menghubungkan dengan pengalaman

yang

lampau.

Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang lebih


baik
Berdasarkan pemaparan di atas yang dimaksud minat dalam
penelitian ini adalah kesukaan serta keinginan yang muncul oleh
faktor individu maupun faktor sosial, dengan cara pengukuran minat
mengunakan metode angket pada mahasiswa. Sekaligus meneliti
mengenai kondisi yang mempengaruhi minat untuk menjadi guru
teknik mulai dari status ekonomi, pendidikan maupun lingkungan.
f. Profesi Akuntan Publik
Media Akuntansi (2002) dalam Sujiman (2006) menyebutkan
bahwa profesi berasal dari kata professusyang dalam Yunani berarti
suatu kegiatan atau pekerjaan yang dihubungkan dengan sumpah atau
janji yang bersifat religius,sehingga ada ikatan batin bagi seseorang
yang memiliki profesi tersebut untuk tidak melanggar dan memelihara
kesucian profesinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan, dan sebagainya). Adapun akuntan menurut

Sujiman (2006) ialah ahli yang berpekerjaan menyusun, membimbing,


mengawasi,

menginspeksi dan

memperbaiki

taat

buku serta

asministrasi perusahaan atau instansi pemerintah. Maka berdasarkan


pengertian di atas, profesi akuntan dapat diartikan sebagai bidang
pekerjaan yang berkaitan dengan penyusunan, pembimbingan,
pengawasan dan perbaikan pembukuan keuangan perusahaan dengan
dilandasi pendidikan akuntansi.
Menurut Handbook 1998 International Federation of Accountant
(IFAC)

dalam

Sujiman

(2006)

menyebutkan

ada

beberapa

karakteristik sebuah profesi:


1) Menguasai suatu keahlian tertentu yang diperoleh melalui
pendidikan dan pelatihan
2) Mempunyai kode etik dan standar keahlian/kinerja (professional)
3) Memperoleh pengakuan masyarakat dengan adanya penggunaan
gelar tertentu
4) Mempunyai organisasi

yang

mewadahi

dan

memelihara

kepentingan profesi tersebut

Sedangkan Hall (1968) dalam Sujiman (2006) dalam artikelnya


Professionalization

and

Bureaucratization

pada

American

Sociological Review edisi Februari 1968 menyatakan bahwa profesi


memiliki ciri sebagai berikut:
1) Pelayanannya bersifat untuk kepentingan publik.
2) Pengaturan kinerjanya ditentukan dan diawasi sendiri oleh
profesi.
3) Menguasau suatu keahlian pada bidang tertentu.
4) Mandiri dalam pembiayaan pengembangan kinerja profesi.

Dari beberapa karakteristik profesi di atas,maka dapat dikatakan


bahwa akuntan publik adalah sebuah profesi dengan alasan:
1) Adanya pengetahuan khusus atau memerlukan keahlian tertentu
dalam melaksanakan profesinya. Pengetahuan ini diperoleh dari
hasil pendidikan dan pelatihan baik yang berupa pendidikan
formal melalui program sarjana (S1) atau Vokasi (D3), pendidikan
informal seperti kursus-kursus akuntansi, dan pendidikan profesi
lanjutan seperti PPAk (Program Pendidikan Akuntansi).
2) Memiliki standar keahlian kinerja dan standar moral (Kode Etik).
Seorang akuntan publik harus bekerja dalam standar yang sudah
ditetapkan seperti Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Standar moral (Kode
Etik) juga dimiliki akuntan publik yang merupakan pedoman
berperilaku seseorang dalam perannya sebagai akuntan publik.
3) Pelayanannya bersifat untuk kepentingan publik dimana
kepentingan masyarakat umum harus didahulukan daripada
kepenti ngan pribadi. Akan tetapi, bukan berarti akuntan publik
tidak perlu dibayar dalam melaksanakan tugasnya, melainkan
seorang akuntan publik lebih dituntut untuk bersikap mengabdi
kepada masyarakat.
4) Diperlukan izin khusus untuk menjalankan profesi tersebut.
Perizinan akuntan publik sudah diatur dalam Undang-Undang
Akuntan Publik No. 5 Tahun 2011.

5) Pengaturan kinerjanya ditentukan dan diawasi sendiri oleh


profesi, dalam arti memiliki suatu organisasi profesi yang
mewadahi dan memelihara kepentingan profesi akuntan publik.
Kriteria ini sudah terpenuhi dengan adanya Pusat Pembinaan
Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP), Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang
memiliki tugas pokok dalam menyusun dan mengawasi
standarprofesi tersebut.
Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di
Indonesia, seorang akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang
dinamakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dan kepada
lulusannya berhak memperoleh sebutan "CPA Indonesia" (sebelum
tahun 2007 disebut "Bersertifikat Akuntan Publik" atau BAP).
Sertifikat akan dikeluarkan oleh IAPI. Sertifikat akuntan publik
tersebut merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan
izin praktik sebagai akuntan publik dari Kementrian Keuangan.
Bidang jasa akuntan publik meliputi:
1) Jasa atestasi, termasuk di dalamnya adalah audit umum atas
laporan keuangan atas laporan keuangan prospektif, pemeriksaan
atas pelaporan informasi keuangan proforma, review atas laporan
keuangan, dan jasa audit serta atestasi lainnya.

2) Jasa non-atestasi, yang mencakup jasa yang berkaitan dengan


akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan
konsultasi.
2. Program Studi Akuntansi Universitas Negeri Jakarta5
a. Visi Program Studi
Menjadi program studi yang memiliki kualitas ilmu akuntansi
yang dikenalpada level nasional maupun Internasional serta
menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing di pasar tenaga kerja
dan berwawasan wirausaha.
b. Misi Program Studi
1) Mengembangkan ilmu akuntasi yang mampu berkontribusi kepada
para pemangku kepentingan dalam bentuk kajian penelitian dan
pembaharuan ilmu akuntasi yang berbasis kompetensi.
2) Menumbuh-kembangkan kemampuan Program Studi Akuntansi
dalam pelaksanaan proses pembelajaran di Jurusan Akuntansi
yang berkualitas unggul.
3) Meningkatkan peran program studi dalam pengembangan ilmu
akutansi sehingga akan lebih dikenal dan dihargai oleh seluruh
lapisan masyarakat melalui rangkaian kegiatan yang menunjang
kesejahteraan dan kenyamanan masyarakat dalam aspek material
maupun spiritual.
c. Profil Lulusan
Program Studi S1 Akuntansi menghasilkan lulusan yang:
5

http://fe.unj.ac.id/?page_id=126 (diakses pada tanggal 14 Mei 2016 pukul 22.18)

1) Mampu mengaplikasikan bidang Akuntansi, Auditing dan


Perpajakan dan mampu memanfaatkan IPTEKS pada bidangnya
diatas dan mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi
dalam penyelesaian masalah.
2) Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan Akuntansi,
Auditing, dan perpajakan secara umum dan konsep teoritis bagian
khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam,
serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural
3) Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis
informasi dan data akuntansi, auditing dan perpajakan, serta
mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif
solusi
4) Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi
5) Mampu melakukan riset pada bidang pengetahuan Akuntansi,
Auditing, dan perpajakan dan bertanggung jawab penuh atas
semua aspek yang berada dalam kegiatan riset bidang keahliannya

3. Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Jakarta6


a. Visi Program Studi
6

http://fe.unj.ac.id/?page_id=71 (diakses pada tanggal 14 Mei 2016 pukul 22.24)

Program Studi Pendidikan Ekonomi merupakan salah satu


program studi yang terbaik, memiliki daya saing dan menjadi sebuah
organisasi belajar (Learning Organization) yang unggul baik di
lingkungan Universitas Negeri Jakarta maupun diantara program studi
di luar Universitas Negeri Jakarta.
b. Misi Program Studi
1) Melaksanakan peningkatan mutu program pendidikan, penelitian
dan pengabdian masyarakat di dalam dan di luar kampus.
2) Meningkatkan mutu proses belajar mengajar atau perkuliahan baik
secara akademis, konseptual maupun faktual.
3) Meningkatkan mutu pemantauan dan evaluasi hasil atau prestasi
belajar mahasiswa secara lebih cermat dan berkelanjutan

a. Profil Lulusan
1) Guru SMA/SMK
2) Peneliti
3) Tenaga Kependidikan
4) Manajerial
5) Wirausaha
6) Pengelola Laboratorium

7) Peneliti Bidang Pendidikan


4. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), persepsi diartikan
sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Rakhmat
(1993) dan Lugindo (1999) mengatakan bahwa persepsi merupakan
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Matlin (1998) dalam Utami dan Indriawati (2006) mendefinisikan
persepsi secara lebih luas, yaitu sebagai suatu proses yang melibatkan
pengetahuan-pengetahuan

sebelumnya

dalam

memperoleh

dan

menginterpretasikan kombinasi faktor luar (stimulus visual) dan diri


kita sendiri (pengetahuan pengetahuan sebelumnya). Jika pendidikan
akuntansi memberikan persepsi yang salah mengenai akuntansi, maka
dapat membuat orang yang memiliki kemampuan yang tepat tidak
menjadi berminat dalam memilih karirnya sebagai akuntan publik.
Berkaitan dengan pembahasan skripsi ini, persepsi menjadi sangat
penting karena pengambilan keputusan oleh seseorang dipengaruhi
oleh persepsi yang dimilikinya. Sehingga persepsi mahasiswa
terhadap profesi akuntan publik akan mempengaruhi keputusan
mahasiswa tersebut dalam memilih profesi akuntan publik.
Sedangkan menurut Robbins (2003) dalam Sujiman (2006)
menyatakan bahwa persepsi adalah sebuah proses dimana seseorang
menggunakan dan menginterpretasikan kesan sensorinya dalam

rangka memahami lingkungannya. Dalam penelitian Puspitasari


(2010) menurut Walgito (1990) mengemukakan bahwa persepsi
merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu
merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai di
situ saja, melainkan stimulus itu diteruskan ke pusat saraf yaitu otak,
dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa
yang ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya, maka individu
tersebut mengalami persepsi.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan seseorang dari
sebuah

penerimaan

informasi

ataupun

pengalaman

kemudian

diinterpretasikan oleh orang tersebut dalam rangka memahami


lingkungan dan menafsirkan pesan informasi yang telah diperoleh
tersebut.
b. Proses Persepsi
Ada empat tahap dalam proses pembetukkan persepsi menurut
Belch (2007) yaitu tahap-tahap ketika seorang individu mengelola
informasi yang masuk dalam dirinya. Keempat tahap itu adalah
eksposure, attention, comprehension danretention.
1) Tahap exposure adalah tahap dimana seseorang mulai menerima
informasi melalui panca indera yang dimiliki. Informasi diperoleh
dengan cara melihat ataupun mendengarkan secara langsung
informasi-informasi mengenai suatu hal tertentu.

2) Tahap

attention

adalah

tahap

dimana

seseorang

mulai

menempatkan informasi-informasi yang diterima ke dalam sebuah


stimulus. Informasi-informasi tersebut mulai dicerna melalui
pikiran seseorang.
3) Tahap comprehension adalah tahap dimana seseorang mulai
menginter pretasikan informasi yang masuk tersebut menjadi
sebuaharti yang spesifik. Informasi tersbut menjadi berkembang
dan menjadikannya persepsi yang berbeda antara setiap individuindividu yang menerima informasi tersebut.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Fajar Arifianto (2014)7 menguji
motivasi diri dan persepsi mahasiswa terhadap profesi akuntan publik.
Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Arifianto ditujukan untuk menguji
motivasi diri dan persepsi mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta terhadap
minat menjadi akuntan publik. Penelitian terkait lainnya dilakukan oleh I
Gusti Agung Krisna Lestari dan I Ketut Yadnyana (2013) 8 menguji persepsi
dan minat mahasiswa jurusan akuntansi fakultas ekonomi Universitas
Udayana terhadap profesi akuntan Publik. Dalam penelitian tersebut, mereka
ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh antara persepsi dan minat

Fajar Arifianto PENGARUH MOTOVASI DIRI DAN PERSEPSI MENGENAI PROFESI


AKUNTAN PUBLIK TERHADAB MINAT MENJADI AKUNTAN PUBLIK PADA MAHASISWA PRODI
AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA dalam Jurnal Nominal
Volume III No.2 Tahun 2014

I Gusti Agung dan I Ketut Yadnyana PERSEPSI DAN MINAT MAHASISWA JURUSAN
AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA TERHADAP PROFESI AKUNTAN
PUBLIK dalam e-Journal Akuntansi Universitas Udayana 3.1 tahun 2013 ISSN: 2302-8556

terhadap profesi akuntan publik. Sementara dalam penelitian yang dilakukan


oleh Dessy Ariyani dan Deliza Henny (2015) 9 ditujukan untuk menguji
persepsi mahasiswa atas pofesi akuntan dengan minat berkarir di KAP BIG 4,
kantor akuntan publik dan bidang audit, dengan studi pada mahasiswa
akuntansi Universitas Trisakti dan Universitas Tarumanegara. Dari ketiga
penelitian sebelumnya, dapat dilihat hasil yang sama mengenai hubungan
antara persepsi dengan minat akuntan, yaitu terdapat hubungan positif antara
persepsi dan minat terhadap profesi akuntan publik.
Dalam penelitian ini, penulis ingin menguji hubungan persepsi
mahasiswa dalam program studi akuntansi non-pendidikan (murni) dan
pendidikan akuntansi, apakah terdapat perbedaan persepsi pada mahasiswa di
kedua program studi tersebut dengan minat menjadi akuntan publik.
C. Kerangka Teoritik
J.P Guilford dalam Supriyoko (1989: 32) mengemukakan bahwa : Minat
sebagai tendensi seseorang untuk berprilaku atas dasar ketertarikannya pada
jens-jenis kegiatan tertentu. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan
diperoleh kemudian. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu
pernyataan yang menunjukan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal dari
pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu
aktivitas.
Slameto (2003: 180) mengemukakan bahwa Minat terhadap sesuatu
yang dipelajari mempengaruhi minat minat baru. Minat harus dipelajari
karena untuk mendapatkan atau mengerjakan sesuatu dengan perasaan senang
9

Dessy dan Deliza PERSEPSI MAHASISWA ATAS PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN
MINAT BERKARIR DI KAP BIG 4, KANTOR AKUNTAN PUBLIK, DAN BIDANG AUDIIT dalam
Jurnal Akuntansi Trisakti (e-journal) Volume 2 No. 2 September 2015, hal. 113-128 ISSN: 2339-0832

tidak terjadi secara mendadak tetapi melalui suatu proses. Dapat dikatakan
bahwa minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan dapat mendukung
kegiatan selanjutnya. Sedangkan faktor penyebab munculnya minat ada dua
faktor yaitu faktor individu dan faktor sosial seperti yang dikemukakan oleh
Dewa Ketut Sukardi dalam Krisnadi (2006: 17).
Matlin (1998) dalam Utami dan Indriawati (2006) mendefinisikan
persepsi secara lebih luas, yaitu sebagai suatu proses yang melibatkan
pengetahuan-pengetahuan

sebelumnya

dalam

memperoleh

dan

menginterpretasikan kombinasi faktor luar (stimulus visual) dan diri kita


sendiri (pengetahuan pengetahuan sebelumnya). Jika pendidikan akuntansi
memberikan persepsi yang salah mengenai akuntansi, maka dapat membuat
orang yang memiliki kemampuan yang tepat tidak menjadi berminat dalam
memilih karirnya sebagai akuntan publik. Berkaitan dengan pembahasan
skripsi ini, persepsi menjadi sangat penting karena pengambilan keputusan
oleh seseorang dipengaruhi oleh persepsi yang dimilikinya. Sehingga persepsi
mahasiswa terhadap profesi akuntan publik akan mempengaruhi keputusan
mahasiswa tersebut dalam memilih profesi akuntan publik.
Berdasarkan kajian teoritik yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
peneliti menggunakan teori penghubung yang dikemukakan oleh Slameto
(2003: 180) mengenai minat dan Matlin (1998) mengenai persepsi. Dimana
menurut Slameto (2003: 180) minat terhadap sesuatu yang dipelajari
mempengaruhi minat minat baru. Dan menurut Maltin (1998) persepsi
merupakan

suatu

proses

yang

melibatkan

pengetahuan-pengetahuan

sebelumnya dalam memperoleh dan menginterpretasikan kombinasi faktor

luar (stimulus visual) dan diri kita sendiri (pengetahuan pengetahuan


sebelumnya).
Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat menjadi
akuntan publik akan timbul apabila ada kemauan untuk mempelajari dan
mengetahui tentang profesi akuntan publik. Persepsi menjadi sangat penting
karena pengambilan keputusan oleh seseorang dipengaruhi oleh persepsi yang
dimilikinya. Sehingga persepsi mahasiswa terhadap profesi akuntan publik
akan mempengaruhi keputusan mahasiswa tersebut dalam memilih profesi
akuntan publik.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoritik yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positif antara persepsi mahasiswa program studi
Akuntansi mengenai profesi akuntan publik dan minat menjadi akuntan
publik.
2. Terdapat hubungan positif antara persepsi mahasiswa program studi
Pendidikan Akuntansi mengenai profesi akuntan publik dan minat
menjadi akuntan publik.
3. Terdapat perbedaan Terdapat hubungan positif antara persepsi mahasiswa
program studi Akuntansi mengenai profesi akuntan publik dan minat
menjadi akuntan publik.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang tepat dan dapat
dipercaya mengenai hubungan persepsi mahasiswa program studi Akuntansi
dan Pendidikan akuntansi mengenai profesi akuntan publik terhadap minat
menjadi akuntan publik. Serta untuk melihat perbedaan persepsi mahasiswa
program atudi akuntansi dan pendidikan akuntansi Universitas Negeri Jakarta
terhadap profesi akuntan publik.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Universitas Negeri Jakarta yang beralamat di
Jl. Pemuda Raya, Rawamangun, DKI Jakarta, khususnya di Fakultas
Ekonomi, program studi Akuntansi dan Pendidikan Akuntansi. Tempat
tersebut dipilih karena memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian,
juga untuk menghemat waktu, materi dan juga tenaga, dimana peneliti yang
merupakan mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi Universitas
Negeri Jakarta.
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, dimulai dari 25 Mei sampai
dengan 1 Juni 2016. Pemilihan waktu tersebut peneliti sesuaikan agar tidak
lepas dari keterbatasan dalam waktu, materi, dan tenaga.
C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian


kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif mencakup eksperimen dan survei,
namun dalam hal ini hanya membahas metode penelitian survei. Penelitian
survey merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan
terstruktur yang sama pada setiap orang, kemudian semua jawaban yang
diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Pertanyaan terstruktur
disebut kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan
diberikan kepada responden untuk mengukur variabel-variabel, berhubungan
diantara variabel yang ada, serta dapat berupa pengalaman dan pendapat dari
responden. Metode survei biasanya digunakan untuk mendapatkan data dari
tempat tertentu yang alamiah, namun peneliti melakukan perlakuan dalam
pengumpulan data (kuesioner, test, wawancara, dan sebagainya), perlakuan
yang diberikan tidak sama pada eksperimen (Sugiyono :2014).
Penelitian survei merupakan kegiatan penelitian yang data pada saat
tertentu dengan tiga tujuan penting, yaitu:10
1. Mendeskripsikan keadaan alami yang hidup saat itu.
2. Mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang untuk dibandingkan.
3. Menetukan hubungan sesuatu yang hidup di antara kejadian spesifik.
D. Populasi dan Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi
Akuntansi dan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Neger
Jakarta.
Penarikan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling.
Menurut Sugiyono (2001:57) dinyatakan simple (sederhana) karena
10
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2007), hal. 195

pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa


memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Margono (2004:126)
menyatakan

bahwa

simple

random

sampling

adalah

teknik

untuk

mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling.


Denang demikian pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel
mahasiswa program studi Akuntansi (S1) angkatan 2013 dan mahasiswa
program studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2013.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data Penelitian
Pada penelitian ini penulis mengumpulkan data melalui dua cara, yaitu:
a. Pengumpulan data secara primer. Jenis penelitian ini menggunakan
data primer yang dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner
langsung kepada tiap individu yang terkait dalam penelitian yang
disebarkan langsung oleh peneliti atau melalui perantara. Menurut
Sekaran (2010) data primer adalah data yang mengacu kepada
informasi yang didapatkan dari orang pertama untuk tujuan penelitian.
Beberapa contoh data primer adalah individu, focus group, responden
dalam bentuk panel dan dalam bentuk benda tidak bergerak.
b. Pengumpulan data melalui studi literatur. Penulis mencari berbagai
sumber berupa teori dan informasi tambahan yang berkaitan dengan
penelitian ini untuk dijadikan landasan teori, kerangka berpikir dan
pengembangan hipotesis yang digunakan penulis.
2. Pengmbangan Instrumen Penelitian
a. Minat
1) Definisi Konseptual
Minat merupakan salah satu faktor internal yang dapat
mempengaruhi tujuan yangakan dicapai. Kegiatan yang dilakukan

tanpa didukung minat cenderung akan memperoleh hasil yang


kurang memuaskan atau sebaliknya.
2) Definisi Operasional
Minat merupakan salah satu faktor internal yang dapat
mempengaruhi tujuan yangakan dicapai. Kegiatan yang dilakukan
tanpa didukung minat cenderung akan memperoleh hasil yang
kurang memuaskan atau sebaliknya. Minat terhadap profesi
akuntan diteliti melalui pemberian kuisioner kepada para
responden dengan menggunakan skala likert.
b. Persepsi
1) Definisi Konseptual
Persepsi adalah tanggapan seseorang dari sebuah penerimaan
informasi ataupun pengalaman kemudian diinterpretasikan oleh
orang tersebut dalam rangka memahami lingkungan dan
menafsirkan pesan informasi yang telah diperoleh tersebut.
2) Definisi Operasional
Persepsi adalah tanggapan seseorang dari sebuah penerimaan
informasi ataupun pengalaman kemudian diinterpretasikan oleh
orang tersebut dalam rangka memahami lingkungan dan
menafsirkan pesan informasi yang telah diperoleh tersebut.
Persepsi mahasiswa terhadap profesi akuntan diteliti melalui
pemberian kuisioner kepada para responden dengan menggunakan
skala likert.
3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Variabel
Penelitian
Minat Profesi

Persepsi

Indikator
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.

Status ekonomi
Status sosial
Pendidikan
Lingkungan
Kondisi dalam keluarga
Objek
Alat Indera (reseptor)
Perhatian

No. Item Instrumen


1, 6, 11, 16
2, 7, 12, 17
3, 8, 13, 18
4, 9, 14, 19
5 , 10, 15, 20
1, 4, 7, 10, 13, 16
2, 5, 8, 11, 14, 17
3, 6, 9, 12, 15, 18

F. Teknik Analisis Data


1. Mencari Persamaan Regresi : Y= a+bX
2. Uji Persyaratan Analisis
a. Menguji Normalitas Galat Taksiran Regresi Y atas X (Y-Y)
1) Hipotesis Statistik :
Ho : Galat Taksiran Regresi Y atas X berdistribusi Normal
Hi : Galat Taksiran Regresi Y atas X tidak berdistribusi Normal
2) Kriteria Pengujian
Jika Ltabel > Lhitung maka terima Ho berarti galat taksiran regresi Y
atas X berdistribusi normal
b. Uji Linieritas Regresi
1) Hipotesis Statistik :
Ho : Y = +
Hi : Y +
2) Kriteria Pengujian :
Terima Ho Jika Fhitung< Ftabel dan ditolak Jika Fhitung> Ftabel maka
Regresi dinyatakan Linear jika Ho diterima
3. Perhitungan Koefisien Korelasi
Menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution.
4. Uji Hipotesis
a. Uji Keberartian Regresi
1) Hipotesis Statistik :
Ho : = 0
Hi : 0
2) Kriteria Pengujian

Ho diterima jika thitung< ttabel dan ditolak jika thitung> ttabel, berarti
korelasi signifikan jika Hi diterima
5. Perhitungan Koefisien Determinasi
a. Untuk mengetahui berapa besar variasi variable Y ditentukan
variable X
b. KD = (rxy)2

Anda mungkin juga menyukai