BAB II GGK Pada Anak
BAB II GGK Pada Anak
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang
sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang kemudian dikeluarkan
dari tubuh. Tetapi pada kondisi tertentu karena adanya gangguan pada ginjal, fungsi
tersebut akan berubah.
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik
tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya di eliminasi di
urine menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan
menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam
basa.
Pada tahun 2002, National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome
Quality Initiative (K/DOQI) telah menyusun pedoman praktis penatalaksanaan klinik
tentang evaluasi, klasifikasi, dan stratifikasi penyakit ginjal kronik. Chronic Kidney
Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang
terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis. Jika tidak ada tanda
kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi
glomerolus kurang dari 60 ml/menit/1,73 m. Pada keadaan tidak terdapat kerusakan
ginjal lebih dari 3 bulan, dan LFG sama atau lebih dari 60 ml/menit/1,73 m, tidak
termasuk kriteria CKD.
Menurut Brunner dan Suddarth (2001), gagal ginjal kronik atau penyakti renal
tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible. Dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah).
Angka kematian di AS akibat gagal ginjal akut berkisar antara 20-90%.
Kematian di dalam RS 40-50% dan di ICU sebesar 70-89%. Kenaikan 0,3 mg/dL
kreatinin serum merupakan prognostik penting yang signifikan.
Peningkatan kadar kreatinin juga bisa disebabkan oleh obat-obatan (misalnya
cimetidin dan trimehoprim) yang menghambat sekresi tubular ginjal. Peningkatan
tingkat BUN juga dapat terjadi tanpa disertai kerusakan ginjal, seperti pada
perdarahan mukosa atau saluran pencernaan, penggunaan steroid, pemasukan protein.
Oleh karena itu diperlukan pengkajian yang hati-hati dalam menentukan apakah
seseorang terkena kerusakan ginjal atau tidak
1.2 Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Perkemihan, serta
para mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang konsep penyakit gagal
ginjal kronik dan asuhan keperawatan gagal ginjal kronik pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Mengerti dan memahami konsep dasar gagal ginjal kronik.
b. Mampu memahami anatomi dan fisiologi ginjal
c. Melakukan pengkajian pada pasien dengan gagal ginjal kronik.
d. Menentukan diagnosa keperawatan dan merumuskan diagnosa prioritas gagal
ginjal kronik pada anak.
e. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik pada
anak
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gagal ginjal kronik ?
2. Bagaimana etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, dan komplikasi pada penyakit gagal ginjal kronik ?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada Ginjal ?
4. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan gagal ginjal kronik ?
5. Bagaimana diagnose, intervensi keperawatan anak dengan gagal ginjal kronik ?
1.4 Manfaat
1.
Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan manfaat dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi
pembaca dan penulis dan untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama
pendidikan.
2.
Bagi Pendidikan
Sebagai kerangka acuan dalam pembuatan makalah tentang konsep asuhan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Gagal Ginjal Kronik
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam
hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat
kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urin. Penyakit
gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk dimana ginjal
sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya.
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth,
2002).
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat peristen dan
ireversibel, gangguan fungsi ginjal yang terjadi penrunan laju filtrasi glomerulus
yang dapat digolongkan ringan, sedang dan berat.
Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan fungsi ginjal yang progresif yang
berakir fatal pada uremia (kelebihan urea dalam darah).Gagal Ginjal Kronik
merupakan penurunan fungsi ginjal yang menahun irreversible serta cukup lanjut).
Kriteria gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3
bulan, berupa kelainan strktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan LFG,
dengan manifestasi: kelainan patologis, terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk
kelainan komposisi darah atau urin atau kelainan dalam tes pencitraan dan LFG
kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan
ginjal.
2.2 Etiologi
Keanekaragaman penyakit bisa menghasilkan gagal ginjal kronis. Penyebab
yang paling sering adalah penyakit ginjal bawaan dan sistem perkemihan yang cacat,
refluks vesicoureteral yang dihubungkan dengan infeksi sistem perkemihan yang
kambuh, pielonefritis kronik, penyakit keturunan, glomerulonefritis kronik dan
glomerulopathi dihubungkan dengan penyakit sistemik seperti anaphylactoid purpura
dan lupus eritematosus. Penyakit pembuluh ginjal seperti sindrom hemotitik-uremi,
pembuluh trombosis dan kortikel nekrosis adalah penyebab yang paling sering.
(Wong & Whaleys, 2000)
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh penyakit sistemik seperti gangguan
metabolik, infeksi traktus urinarius, pielonefritis, nefropati reluks, glomerulonefritis,
nefrosklerosis hipertensif, gangguan jaringan ikat, dan herediter.
1. GangguanMetabolik
Gangguan metabolik yang mengakibatkan gagal ginjal kronik antara
lain diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme primer, dan amilodosis.
Traktus
Pielonefritis,
dan
Urinarius,
Nefropati
Refluks
Infeksi traktus urinarius (UTI) merupakan infeksi yang terjadi pada
sistem yang mengalirkan urin dari ginjal keluar yang mencakup ureter,
kandung kemih, dan uretra UTI terjadi karena terdapatnya bakterinuria
bermakna.Hal ini ditemukan jika mikroorganisme patogen 105/ml pada
urin.Pielonefritis kronik adalah cedera ginjal progresif yang menunjukkan
pembentukan
jaringan
parut
parenkimal
pada
pemeriksaan
IVP
dulu
hampir
selalu
dipakai
bila
ditemukan
kelainan
tubulointerstisial).
Nefropati refluks merupakan penyebab kerusakan ginjal pada pielonefritis
kronis, hal ini disebabkan keparahan pada refluks vesikoureter (VUR).
Banyak bukti yang menyokong pendapat bahwa keterlibatan ginjal pada
nefropati refluks terjadi pada awal masa kanak-kanak sebelum usia 5
sampai 6 tahun. Pada orang dewasa nefropati refluks dapat berkaitan
dengan obstruksi dan neurologik yang menyebabkan sumbatan pada
drainase urin (seperti batu ginjal atau vesika urinaria neurologik akibat
diabetes atau cedera batang otak)
3. Glomerulonefritis
Peradangan
bilateral
non
biasanya
gangguan
disebabkan
oleh
imunologi
dan
ditandai
dengan
proteinuria
dan
atau
hematuria.
Terbentuknya antigen-antibodi
dalam darah bersirkulasi di
dalam
glomerulus
tempat
tersebut
secara
kompleks
yang
mengakibatkan
peradangan
terfiksasi
lesi
yang
dan
menarik
karena
adanya
lesi
Meningkatnya
pada
glomerulus
merupakan
penyakit
sistemik
yang
ditandai
dengan
autoantibody
dalam
sirkulasi
terhadap
asam
deosiribonukleat
3. Sistem Muskuloskeletal
Penyakit tulang uremik atau yang biasa disebut dengan osteodistrofi renal
adalah penyakit metabolik pada tulang yang disebabkan oleh perubahan
kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon
4. Sistem Gastrointestinal
Gejala lain yang sering terjadi adalah anoreksia, nausea, vomitus, dan
ulserasi pada saluran gastrointestinal yang mendasari gangguan metabolisme
di dalam usus. Perdarahan saluran cerna juga dapat terjadi yang akan
mengakibatkan kelainan pembekuan darah
5. Sistem Saraf
Restless leg syndrome merupakan gangguan umum yang mempengaruhi
kualitas hidup, yang digambarkan dengan kegelisahan atau kelelahan kaki
karena ketidakmampuan untuk beristirahat sehingga berdampak negatif pada
kualitas hidup, ketidaknyamanan saat bangun, kurang tidur kronis, dan stres.
Ketidakseimbangan elektrolit menurunkan kemampuan neurotransmisi pada
berbagai organ yang dapat berlanjut pada gangguan sistem saraf perifer yang
menyebabkan burning pain, dan
kram otot.
2.4 StadiumGagalGinjal Kronik
Gagal ginjal kronik selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR.Stadiumstadium gagal ginjal kronik didasarkan pada tingkat GFR yangtersisa dan mencakup
menurut Corwin (2001) adalah:
1. Penurunan cadangan ginjal, yang terjadi apabila GFR turun 50% darinormal.
2. Insufisiensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35%dari normal.
Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalamikerusakan sendiri karena
beratnya beban yang mereka terima.
3. Gagal ginjal, yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.Semakinn banyak
nefron yang mati.
4. Penyakit ginjal stadium-akhir, yang terjadi apabila GFR menjadikurang dari 5%
dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yangtersisa. Di seluruh ginjal
ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus.
2.5 Patofisiologi
Pada awal perjalanannya, keseimbangan cairan, penanganan garam,dan
penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagianginjal yang
sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal,manifestasi klinis gagal
ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-nefronsisa yang sehat mengambil
alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisameningkat kecepatan filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresinya serta mengalamihipertrofi.Seiring dengan makin
banyaknya nefron yang mati, maka nefronyang tersisa menghadapi tugas yang
semkain berat, sehingga nefron-nefrontersebut ikut rusak dan akhirnya mati.
Sebagaian dari siklus kematian ini
tampaknya
berkaitan
dengan
tuntutan
pada
nefron-nefron
yang
ada
kecepatan
ekskresi
per
nefron.
Hilangnya
kemampuan
.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Doengoes, 2000:628) pada pasien Gagal Ginjal Kronik di lakukan pemeriksaan,
yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.7 Komplikasi
1. Hiperkalemia, Akibat penurunan eksresi asidosis metabolic, katabolisme dan masukan
diit berlebih
2. Perikarditis, efusi perincalkdial dan temponade jantung
3. Hipertensi, Akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem rennin
angioaldosteron
4. Anemia, Akibat penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah, pendarahan
gasstrointestina akibat iritasi
5. Penyakit tulang, Akibat retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah metabolisme
vitamin D, abnormal dan peningkatan kadar aluminium
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu tindakan
konservatif dan dialysis atau transplantasi ginjal :
1.
Terapi konservatif
Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau memperlambat
gangguan fungsi ginjal progresif
Pengobatan :
a.
b.
2.
10
11
nefron.Papilla
(apeks)
dari
piramid
membentuk
duktus
papilaris
bellinidanmasuk ke dalam perluasan ujung pelvis ginjal yang disebut kaliks minordan
bersatu membentuk kaliks mayor, selanjutnya membentuk pelvisginjal
Gambar3.Penampang ginjal
Ciri-ciri korteks berwarna coklat tua, tersusun atas nefron (satuanunit struktural dan
fungsional ginjal) sebagai alat penyaring darah,korteks terletak di dalam di antara piramidapiramida medulla yang bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari
tubulus-tubulus pengumpul yang mengalir ke duktus pengumpul. Sedangkan ciri-ciri
medulla berwarna coklat agak terang, tersusun atas tubulus renalis,mengandung massa
triangular yang disebut piramida ginjal yang setiapujung sempitnya papilla masuk ke dalam
kaliks minor dan ditembusduktus pengumpul urin. Setiap ginjal orang dewasa memiliki
sekitar satujuta unit nefron sebagai unit pembentuk urin. Nefron berfungsi sebagairegulator
air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengancara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yangmasih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan
lainnya akan dibuang.Setiap nefron tersusun oleh badan malphigi dan saluran panjang
(tubulus)yang bergulung.Sebuah nefron merupakan suatu struktur yangmenyerupai mangkuk
dengan dinding yang berlubang (kapsulaBowman), yang mengandung seberkas pembuluh
darah (glomelurus).Badan malphigi ini tersusun atas glomerulus dan kapsula Bowman
membentuk korpuskulum renalis.Glomerulus merupakan anyamanpembuluh darah kapiler
sebagai lanjutan pembuluh darah arteri ginjal.Kapsula Bowman berbentuk seperti mangkuk,
yang di dalamnyaberkumpul gelungan pembuluh darah kapiler yang halus.
TubulusMerupakan
saluran
lanjutan
dari
kapsula
Bowman.Saluran
panjang
Sedangkan yang jauh dari badan malphigi disebut tubulus distal, sangat berliku dan
panjangnya sekitar 5mm yang membentuk segmen terakhir nefron. Kedua tubulus
inidijembatani oleh lengkung Henle yang berupa leher angsa yang turun kearah medulla
ginjal kemudian naik kembali menuju korteks.Bagian akhirdari tubulus ini adalah saluran
pengumpul (ductus collectivus) yangterletak pada medulla yang mengalirkan urin ke kaliks
minor menujukaliks mayor dan menuju piala ginjal.Medulla merupakan tempat salurandari
kapsula Bowman ini berkumpul.Saluran ini mengalirkan urin kesaluran yang lebih besar ke
arah pelvis atau piala ginjal.Lalu urindisalurkan ke ureter kemudian ditampung di kandung
kemih. Padajumlah urin tertentu di mana dinding kandung kemih ini tertekansehingga otot
melingkar pada pangkal kandung kemih meregang akanmemberikan sinyal ke saraf untuk
menimbulkan rangsang berkemihuntuk disalurkan ke ureter sebagai saluran pembuangan
keluar.
2. Fisiologi ginjal
a. Fungsi ginjal
Menurut Price (2006) ginjal mempunyai berbagai macam fungsi yaituekskresi dan
fungsi non-ekskresi. Fungsi ekskresi diantaranya adalah :
1). Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmoldengan mengubah-ubah
ekskresi air.
2). Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang normal.
3). Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkankelebihan H+dan
membentuk kembali HCO3
4). Mengekresikan produk akhir nitrogen dari metabolism protein,terutama urea,
a)
Pembentukan urine adalah fungsi ginjal yang paling esensial dalam mempertahankan
homeostatis tubuh. Pada orang dewasa sehat,lebih kurang 1200 ml darah, atau 25% cardiac
output, mengalir kekedua ginjal. Pada keadaan tertentu, aliran darah ke ginjal
dapatmeningkat hingga 30% (pada saat latihan fisik) dan menurun hingga12% dari cardiac
14
glomerular filtration(GFR).
Selanjutnya, cairan filtrat akan direabsorbsi dan beberapaelektrolit akan mengalami sekresi
di tubulus ginjal, yang kemudianmenghasilkan urine yang akan disalurkan melalui duktus
kolegentes.Cairan urine tersbut disalurkan ke dalam sistem kalises hingga pelvis ginjal.
Bab III
Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan Gagal Ginjal Kronis
3.1 Pengkajian
Menurut Wong, 2004 dalam Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, fokus
pengkajian pada anak dengan gagal ginjal adalah :
a.
Pengkajian awal
15
2) Lakukan pengkajian fisik dengan sering, dengan perhatian khusus pada tekanan
darah, tanda edema, atau disfungsi neurologis
3) Kaji respons psikologis pada penyakit dan terapinya.
4) Bantu pada prosedur diagnostik dan pengujian (urinalisis, hitung darah
lengkap, kimia darah, biopsi ginjal).
Pada data pengkajian , juga meliputi pengakjian Biodata (identitas pasien), Riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik.
I.
Biodata
Beberapa kasus GGA terjadi pada bayi di bawah 1 tahun pada minggu pertama
kahidupannya.Lingkungan yang tercemar, sumber air tinggi kalsium beresiko
untukgagal ginjal kronik
II.
III.
IV.
Pemeriksaan Umum:
BB meningkat, TD dapat normal, meningkat atau berkurang tergantung penyebab
16
Pemeriksaan Fisik:
17
ginjal
c. Perubahan nutrisi berhubungan dengan pembatasan diet.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit kronis, kerusakan
e. pertumbuhan dan persepsi tentang menjadi berbeda.
f.
hiperkalemia,
hiperfosfatemia, uremia
Rasional: untuk menjamin pengobatan yang segera.
2. Kelebihan volume cairan berhubungandengan gagalnya mekanisme regulasi ginjal.
Tujuan 1 : klien mempertahankan volume cairan yang tepat.
Kriteria hasil :
Anak tidak menunujukkan bukti-bukti atau komplikasi cairan yang terakumulasi di
antara waktu dialisis.
Intervensi Keperawatan:
e. Bantu dengan dialysis
Rasional: mempertahankan fungsi ekskretori
f. Pantau kemajuan
Rasional: mengkaji keadekuatan terapi dan mendeteksi kemungkinan komplikasi.
18
kronis.
e. Atur pertemuan ahli diet ginjal dengan keluarga untuk membahas makanan yang
diijinkan dan membantu dalam perencanaan diet
Rasional: keluarga memahami kebutuhan diet anak.
f. Bantu klien hemodialisis dalam mengisi permintaan menu makanan
Rasional: makanan untuk dimakan pada saat dialysis.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan denganpenyakit kronis, kerusakan pertumbuhan dan
persepsi tentang menjadi berbeda.
Tujuan: klien mengembangkan harga diri positif dan memahamipenyakit.
Kriteria hasil:
a. Anak menunjukkan pemahaman tentang gagal ginjal kronis dan mematuhi terapi.
b. Anak menunjukkan tanda-tanda harga diri positif
Intervensi:
a. Berikan pendidikan tentang gagal ginjal kronis. Termasuk penatalaksanaan,
pengobatan, dan hasil jangka panjang.
Rasional: informasi yang akurat dapat menungkatkan pemahaman pasien tentang
penyakit yang diderita
b. Dorong kemandirian anak dalam perawatan dan penatalaksanaan gagal ginjal kronis
Rasional: kemandirian membantu anak mengembangkan harga diri positif.
c. Ijinkan anak untuk berpartisipasi dalam prosedur dialisis.
Rasional: anak kooperatif saat dilakukan dialisis
d. Ijinkan anak untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan bila tepat.
Rasional: anak merasa dihargai
e. Tingkatkan harga diri pada anak gagal ginjal kronis.
Rasional: anak menjadi percaya diri dan tidak minder
f. Atur kelompok pendukung klien atau berikan konseling sesuai kebutuhan
Rasional: dkungan akan membuat pasien memiliki penguatan yang positif
g. Berikan penguatan positif selama prosedur dialisis dan kunjungan tindak lanjut
Rasional: pasien memiliki harapan tinggi untuk sembuh
5. Perubahan proses keluarga berhubungandengan anak yang menderita penyakit
kronis.
Tujuan:klien (keluarga) menunjukkan perilaku koping yang positif .
20
Intervensi Keperawatan:
a. Bantu orang tua dalam perencanaan diet dan dukung upaya mereka untuk
menyesuaikan diet, memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga.
Rasional: dukungan dapat membuat keluarga lebih bersemangat dalam
melakukan tindakan yang dianjurkan
b. Berikan bimbingan antisipasi yang berhubungan dengan kemungkinan dan
kejadian yang diperkirakan, seperti gejala, diet, dan efek obat-obatan.
Rasional: keluarga maupun pasien tidak kaget jika terjadi sesuatu
3.4 Impelementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal.Pelaksanaan
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di susun pada
tahap pencanaan.
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota
tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan,
patofisiologi, dan strategi evaluasi.Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Cronic Renal Failure (CRF) adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat
progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan caian dan elektrolit, menyebabkan uremia.
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh
atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya di eliminasi di urine
menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan
gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa.
21
Perawatan
anak
dengan
gagal
ginjal
haruslah
merupakan
perawatan
perawatan
konservatif
untuk
mencegah
gangguan
metabolik,
DAFTAR PUSTAKA
http://kayunanan.blogspot.co.id/2009/06/asuhan-keperawatan-anak-dengangagal.html
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. 2000.
Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
American College of Surgeon Committee of Trauma,2004.Advanced Trauma
Life Support Seventh Edition.Indonesia: Ikabi
22
23