Print LP TBC ParuU
Print LP TBC ParuU
KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Tuberkulosis
merupakan
penyakit
infeksi
yang
disebabkan
oleh
lapisan
mukus
akan
tertelan
atau
di
batukkan
keluar.
Air untuk kelembaban diberikan untuk lapisan mukus, sedangkan panas yang
disuplay ke udara inspirasi berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya akan
pembuluh darah. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedimikian rupa
sehingga bila udara mencapai faring hampir bebas debu, bersuhu mendekati
suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai 100 %. Udara mengalir dari faring
menuju laring atau kotak suara. Larynx merupakan rangkaian cincin tulang
rawan yang dihubungkan untuk otot dan mengandung pita suara. Di antara
pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke dalam trachea
dan dinamakan glotis. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernapasan
bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Meskipun laring
merupakan dianggap berhubungan fungsi, tetapi fungsinya sebagai organ
pelindung jauh lebih penting. Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas,
penutupan glotis dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dan epiglotis yang
berbentuk daun, berperan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk ke
dalam esofagus. Namun jika benda asing masih mampu masuk melalui glotis,
maka larynx yang mempunyai fungsi batuk akan membantu menghalau benda
asing
dan
sekret
keluar
dari
saluran
pernapasan
bagian
bawah.
Trachea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentu seperti sepatu kuda
yang panjangnya 5 inchi. Struktur trachea dan bronchus dianalogkan
dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan pohon tracheal
bronchial.
Tempat percabangan trachea menjadi cabang utama bronchus kiri dan
cabang utama bronchus kanan dinamakan Karina. Karena banyak
mengandung saraf dan dapat menimbulkan broncho spasme hebat dan batuk,
kalau saraf-saraf terangsang.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus kanan
lebih pendek lebih besar dan merupakan lanjutan trachea, yang arahnya
hampir vertikal.
Baliknya bronchus kiri lebih panjang, lebih sempit dan merupakan lanjutan
trachea yang dengan sudut yang lebih paten, yang mudah masuk ke cabang
utama bronchus kanan kalau udara tidak tertahan pada mulut atau hidung.
Kalau udara salah jalan, maka tidak masuk ke dalam paru-paru kiri, sehingga
paru-paru akan kolaps.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi
segumen bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai pada cabang
terkecil yang dinamakan bronchioulus terminalis yang merupakan cabang
saluran
udara
terkecil
yang
mengandung
alveolus.
2) Arteri pulmonalis.
Sirkulasi bronchialis menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi
sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru.
Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengeluarkan darah vena
campuran ke paru-paru di mana darah itu mengambil bagian dalam
pertukaran gas.
3. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu basil mycobacterium
tuberculosis tipe humanus dengan ukuran panjang 1 4 um dan tebal 1,3
0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau
basil tahan asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik karena
sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). lainnya, sehingga
bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberculosis ini ditularkan dari orang ke orang oleh trasmisi melalui udara.
Individu yang terinfeksi, melalui bicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi,
melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100 u) dan kecil (1 sampai 5u).
droplet yang besar menetap, sementara droplet kecil tertahan di udara dan
terhirup oleh individu yang rentan.
4. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M. tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberculosis
terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang
mendukung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama bagi jenis
bovin,
yang
penyebarannya
melalui
susu
yang
terkontaminasi.
basil
dan
jaringan
normal.
penumpukan
eksudat
dalam
Reaksi
alveoli,
jaringan
ini
menyebabkan
5. Manifestasi Klinik
Menurut Jhon Crofton (2002) gejala klinis yang timbul pada pasien
Tuberculosis berdasarkan adanya keluhan penderita adalah :
a) Batuk lebih dari 3 minggu
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses
destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun,
keluhan ini dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak lambat.
Batuk pada Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan penyakit,
karena sekret masih sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.
b) Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit,
kemudian berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen
(kuning hijau) dan menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.
c) Batuk Darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai
berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya
adalah akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus
sehingga pecahnya pembuluh darah.
d) Sesak Napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru.
Merupakan proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan.
e) Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada
dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan
tegangan otot pada saat batuk.
f) Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan
oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
g) Demam dan Menggigil
Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi
umum dari proses infeksi.
h) Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul
belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
i) Rasa lelah dan lemah
Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.
j) Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari
Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit
Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah
lanjut.
6. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
a) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan
kematian
karena
syok
hipovolemik
atau
karena
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap
aktif penyakit
2) Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
3) Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi
10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal
5) Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya
sel raksasa menunjukkan nekrosis.
6) Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya
infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi
air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
7) Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan
rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi
oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan
jaringan paru dan penyakit pleural (Tuberkulosis paru kronis luas).
b. Pemeriksaan Radiologis
Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan
menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan cara:
1) Promotif
a) Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
b) Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC,
cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko
c) Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
2) Preventif
a) Vaksinasi BCG
b) Menggunakan isoniazid (INH)
c) Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
d) Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar
dapat diketahui secara dini.
Dengan
fase
selama
seminggu,
dengan
lama
9. Pencegahan
Terapi pencegahan TBC dengan obat antimikroba merupakan sarana yang
efektif untuk mengontrol penyakit. Hal ini merupakan tindakan preventif
yang ditujukan baik untuk mereka yang sudah terinfeksi maupun masyarakat
pada umumnya.
Eradikasi TBC dilakukan dengan menggabungkan kemoterapi yang
efektif, identifikasi segera dan tindak lanjut pada orang yang mengalami
kontak dengan penyakit ini , dan terapi kemoprofilaktik pada kelompokkelompok dalam populasi yang beresiko tinggi.
BAB II
KONSEP MEDIS
1. Pengkajian
kuadran
kiri
dalam
yang lain.
(Marilyn. E. Doenges,200)
8) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan dan kelelahan
Tanda : Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari
dan berkeringat pada malam hari
9) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan
Tanda : Penurunan BB
10) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk, gangguan tidur pada
malam hari
Tanda : pasien meringis, tidur tidak nyenyak
j. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/ berat
badan menurun. Bila mengenai pleura, paru yang sakit terlihat agak
tertinggal dalam pernapasan.
2) Perkusi
Perdengar suara redup terutama pada apeks paru, bila terdapat kavitas
yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonar dan timpani.
Bila mengenai pleura, perkusi memberikan suara pekak.
3) Auskultasi
Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas
tambahan berupa rhonci basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrasi
ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napas menjadi vesikuler
melemah. Bila
terdapat
auskultasi memberikan
kavitas yang
suara amforik.
cukup
besar,
merupakan
pemeriksaan khusus
lain
adalah penebalan
empisema,
yang
pleura,
sering
efusi
menyertai
pleura
atau
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan
adanya infeksi kuman tuberkulosis.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
sekret kental atau sekret
darah, kelemahan,
upaya
dengan
kelelahan,
batuk
yang
sering,
dengan
tidak
ada
yang
3. Rencana Keperawatan
a. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya infeksi
kuman tuberkulosis.
1) Tujuan :
Tidak terjadi penyebaran infeksi setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam waktu 3x 24 jam.
2) Kriteria Hasil :
a) Klien mengidentifikasi interfensi untuk mencegah resiko
penyebaran infeksi
b) Klien menunjukkan teknik untuk melakukan perubahan
pola hidup dalam melakkan lingkungan yangnyaman.
c) TB yang diderita klien berkurang/ sembuhIntervensi
3) Intervensi
a) Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi
melalui droplet udara selama batuk, bersin,meludah, bicara,
tertawa ataupun menyanyi. Untuk
Membantu
menyadari/
menerima
mematuhi program
pengobatan
untuk
Pemahaman
perlunya
mencegah
bagaimana
kesadarankemungkinan
pengaktifan
pasien
berrulang.
tranmisi
membantu
pasien
tisu,
menghindari
meludahsembarangan,
kaji
pengembangan
dada,
dan
keteraturan.
Untuk
menentukan
intervensi
yang
tepat
dan
nyaman
pasien
dan
membantu
pengeluaran sekret
h) Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi
Fisioterapi dada terdiri dari postural drainase, perkusi dan
fibrasi yang dapat membantu dalam pengeluaran sekret klien
sehingga jalan nafas klien kembali efektif
i) Lakukan suction bila perlu
Membantu dalam pengeluaran sekret klien sehingga jalan
nafas klien kembali efektif secara mekanik
j) Lakukan pemasangan selang orofaringeal sesuai indikasi
Membantu membebaskan jalan napas
Kolaborasi
a) Berikan O2 sesuai indikasi
Memenuhi kebutuhan O2
b) Berikan obat sesuai indikasi misalnya bronkodilator,
mukolitik, antibiotik, atau steroid
Membantu membebaskan jalan napas secara kimiawi
c. Gangguan
pertukaran
gas
berhubungan
dengan
berkurangnya
a)
b)
c)
d)
e)
95-100 mmH
2) Intervensi
:
Mandiri
a) Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernafasan. Catat penggunaan
otot aksesori, napas bibir, ketidak mampuan berbicara / berbincang
Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan atau
kronisnya proses penyakit
b) Mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku,
serta mencatat adanya sianosis perifer (kuku) atau
(circumoral).
Sianosis kuku
menggambarkan
sianosis pusat
vasokontriksi/respon
tubuh
kondisiyang
memburuk.
Mencatat
komsumsi
keperawatan
proses
penyakit
dan
memfasilitasi perubahan
d. Gangguan
keseimbangan
nutrisi,
kurang
dari
kebutuhan
mencapai
pola
hidup
untuk
2) Intervensi:
Mandiri
a) Catat status nutrisi pasien: turgor kulit, timbang berat badan,
integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising
usus, riwayat mual/rnuntah atau diare.
Berguna dalam mendefinisikan derajat
masalah
dan
tidak
enak
dari
sputum
atau
obat-
punggung,
memperbesar
ketidaknyamanan
dada
1x24
jam
Setelah
diberikan
tindakan
keperawatan
pasien
diharapkan
aktivitas.
Catat
berlebihan,
meningkatkan istirahat.
c) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan
dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energy untuk
penyembuhan.
d) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat.
Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi
atau menunduk ke depan meja atau bantal.
e) Bantu aktivitas perawatan diri
Berikan
yang
diperlukan.
penyembuhan.
Meminimalkan kelelahan
dan
membantu
keseimbangan
pemahaman
proses
penyakit/prognosisdan
kebutuhan
pengobatan.
b) Melakukan perubahan prilaku dan pola
hidup unruk memperbaiki kesehatan dan
menurunkan pengaktifan ulang TB
c) Menerima perawatan Adekuat
2) Intervensi :
a) Kaji ulang kemampuan belajar pasien misalnya: perhatian, kelelahan,
tingkat partisipasi, lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media,
orang dipercaya.
Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan
kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada kemarnpuan
pasien.
b) Berikan Informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya:
jadwal minum obat.
Informasi tertulis dapat membantu mengingatkan pasien.
c) Jelaskan penatalaksanaan obat : dosis, frekuensi, tindakan dan perlunya
terapi dalam jangka waktu lama. Ulangi penyuluhan tentang interaksi
obat Tuberkulosis dengan obat lain.
Meningkatkan partisipasi pasien mematuhi aturan
terapi
dan
yang
berisiko
terhadap
4. EVALUASI
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
DAFTAR PUSTAKA
& Penatalaksanaan
Oktober
2012 jam
10.15
Diakses
tanggal
30
Oktober
2012
jam
10.15
dari
http://www.scribd.com /doc/52033675/
Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Ed. 3, EGC:
Jakarta.
Mansjoer, Arif. 1999.
Kapita
Selekta
Kedokteran
Keperawatan
Nanda
Jilid
I.
Jakarta:Media Aeculapius.
Nanda.2005.Panduan
Diagnosa
definisi
dan