Anda di halaman 1dari 2

Karena Hukuman Terlalu Ringan, KPK 'Cium' Ada Penyuapan

dalam Kasus Saipul Jamil


Berubahnya hukuman Saipul Jamil dari tujuh tahun penjara dan denda 100 juta rupiah
menjadi tiga tahun kurungan mendapatkan tanda tanya besar. Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) pun bertindak atas dugaan kasus penyuapan tersebut. Rabu (15/6) malam, KPK
melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap Rohadi, panitera pengganti PN Jakarta
Utara.
Alhasil KPK mengamankan uang sebesar 250 juta dan 700 juta rupiah dalam mobil
milik Rohadi. Kemudian, seperti dilansir kompas.com, Kamis (16/6) sore penyidik KPK juga
menggeledah empat ruangan yang terindikasi jadi lokasi suap oleh Saipul Jamil. Ruangan
tersebut adalah ruang kerja Panitera, Rina Pertiwi, tersangka Rohadi dan Doly Siregar
(Panitera Pengganti), serta ruang Ketua Majelis Hakim dalam persidangan, Ifa Sudewi.
Dari keempat ruangan tersebut, KPK membawa keluar sejumlah buku tebal serta
dokumen, kemudian sebuah koper dan dua kardus. Setelah itu di Gedung KPK, Kamis
malam, pihak penyidik pun melakukan konferensi pers untuk memberikan kejelasan.
Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan mengatakan bahwa uang sebesar 250 juta rupiah
diduga menjadi mahar yang diberikan pada panitera PN Jakut untuk meringankan hukuman
kepada Saipul Jamil. Uang tersebut, menurut informasi KPK, berasal dari hasil penjualan
rumah Ipul.
Setelah bukti sudah kuat, KPK pun menetapkan empat orang tersangka yakni
pengacara Ipul, Bertha Natalia Ruruk Kariman dan Kasman Sangaji, panitera pengganti PN
Jakut Rohadi serta kakak Saipul Jamil, Samsul Hidayatullah. Keempatnya pun telah
diamankan oleh KPK.
Meskipun telah mengenakan topi dan rompi tahanan KPK, saat keluar gedung kakak
Saipul Jamil, Samsul Hidayatullah membantah uang yang berikan kepada hakim untuk
meringankan vonis adiknya. Berbanding terbalik dengan Samsul, pengacara Ipul, Bertha
mengonfirmasi adanya suap terhadap Panitera PN Jakut, Rohadi.
https://news.idntimes.com/indonesia/erwanto/penyuapan-hukuman-saipul-jamil
Erwanto Khusuma, 17 Juni 2016

Analisis

Kasus tersebut termasuk dalam tindak pidana korupsi dan termasuk dalam jenis korupsi
transaktif. Hal ini bisa terjadi karena terjadinya penurunan kualitas moral dan integritas
individu, selain itu hukum yang tidak dijalankan dengan kuat, prosedur yang dijalankan
dengan tidak benar, aparat mudah digesek, sehingga pelanggaran mudah dilakukan oleh
masyarakat.
Dampak dari kasus korupsi tersebut adalah semakin banyak orang yang dengan mudah
menyepelekan hukum di Indonesia. Ketakutan mereka untuk melanggar hukum akan semakin
berkurang, karena mereka beranggapan bahwa ketika mereka nanti terjerat kasus hukum yang
mereka lakukan, mereka bisa menyuap anggota pengadilan agar hukumannya diringankan.
Dampak lain yang ditimbulkan adalah ketidakadilan yang dirasakan oleh korban.

Anda mungkin juga menyukai