Anda di halaman 1dari 17

Jenjang kualifikasi pada KKNI terdiri dari sembilan jenjang dimulai dari

jenjang 1 sampai dengan jenjang 9 sebagai jenjang tertinggi. Setiap


jenjang memiliki deskripsi Capaian Pembelajaran yang sesuai dengan
kualifikasinya. Jenjang kualifikasi yang dihasilkan melalui pendidikan
formal dapat disetarakan dengan tingkat keahlian pada bidang
pekerjaan.
Kesetaraan Capaian Pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan
dengan jenjang kualifikasi pada KKNI terdiri atas:
a. lulusan pendidikan dasar setara dengan jenjang 1( level 1)
b. lulusan pendidikan menengah paling rendah setara dengan jenjang 2
(level 2)
c. lulusan Diploma 1 paling rendah setara dengan jenjang 3 (level3)
d. lulusan Diploma 2 paling rendah setara dengan jenjang 4 (level 4)
e. lulusan Diploma 3 paling rendah setara dengan jenjang 5 (level 5)
f. lulusan Diploma 4 atau Sarjana Terapan dan Sarjana paling rendah
setara dengan jenjang 6 (level 6)
g. lulusan Magister Terapan dan Magister (S2) paling rendah setara
dengan jenjang 8 (level 8)
h. lulusan Doktor Terapan dan Doktor -> setara lulusan S3 setara
dengan jenjang 9
i. lulusan pendidikan profesi setara dengan jenjang 7 (level 7)
j. lulusan pendidikan spesialis setara dengan jenjang 8 atau 9

Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang sangat efektif, karena dapat membantu
peserta didik untuk melihat secara langsung proses terjadinya sesuatu. Metode demonstrasi
adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada
peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya
atau tiruan yang sering disertai penjelasan lisan.

2. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi


Langkah-langkah perencanaan dan persiapan yang perlu ditempuh agar metode demonstrasi
dapat dilaksanakan dengan baik adalah:
a. Perencanaan
Hal yang dilakukan adalah:

Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang
diharapkan dapat ditempuh setelah metode demonstrasi berakhir.

Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan.

Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.

Selama demonstrasi berlangsung, seorang guru hendaknya introspeksi diri apakah:

Keterangan-keterangannya dapat didengar dengan jelas oleh peserta didik.


- Semua media yang digunakan ditempatkan pada posisi yang baik sehingga setiap
peserta didik dapat melihat.
- Peserta didik disarankan membuat catatan yang dianggap perlu.
-

Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan peserta didik.

b. Pelaksanaan
Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

Memeriksa hal-hal di atas untuk kesekian kalinya.

Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian peserta didik.

Mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar demonstrasi


mencapai sasaran.

Memperhatikan keadaan peserta didik, apakah semuanya mengikuti demonstrasi


dengan baik.

Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif memikirkan lebih lanjut
tentang apa yang dilihat dan didengarnya dalam bentuk mengajukan pertanyaan.

Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana
yang harmonis.

c. Evaluasi
Sebagai tindak lanjut setelah diadakannya demonstrasi sering diiringi dengan kegiatankegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat
laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut. Selain itu, guru dan peserta
didik mengadakan evaluasi terhadap demonstrasi yang dilakukan, apakah sudah berjalan
efektif sesuai dengan yang diharapkan.
Sedangkah langkah-langkah penerapan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :

Persiapkan alat-alat yang diperlukan.

Guru menjelaskan kepada anak-anak apa yang direncanakan dan apa yang akan
dikerjakan.

Guru mendemonstrasikan kepada anak-anak secara perlahan-lahan, serta memberikan


penjelasan yang cukup singkat.

Guru mengulang kembali selangkah demi selangkah dan menjelaskan alasan alasan
setiap langkah.

Guru menugaskan kepada siswa agar melakukan demonstrasi sendiri langkah demi
langkah dan disertai penjelasan.

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode demonstrasi


a. Kelebihan metode demonstrasi

Terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, siswa disuruh langsung memperhatikan


bahan pelajaran yang dijelaskan.

Proses pembelajaran akan lebih menarik

Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori dan kenyataan.

b. Kekurangan metode demonstrasi

Memerlukan keterampilan guru secara khusus.

Memerlukan waktu yang banyak.

Memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan.

Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus dikondisikan
dan waktu untuk mendemonstrasikan.

Dalam buku Ramayulis menyebutkan kebaikan dan kelemahan metode demonstrasi


adalah sebagai berikut:
a. Kebaikan Metode Demonstrasi

Keaktifan peserta didik akan bertambah, lebih-lebih kalau ada peserta didik yang
diikutsertakan.

Pengalaman peserta didik bertamba.

Dapat membantu peserta didik mengingat lebih lama tentang materi pelajaran yang
disampaikan, karena peserta didik tidak hanya mendengar, tetapi melihat dan
mempraktekkannya secara langsung.

Dapat memfokuskan pengertian peserta didik terhadap materi pelajaran dalam waktu
relatif singkat.

Dapat memusatkan perhatian anak didik.

Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit.

Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karena
mereka ikut serta berperan secara langsung.

Menghindari "coba-coba/gagal" yang banyak memakan waktu belajar.

b. Kelemahan Metode Demonstrasi

Memerlukan waktu yang cukup lama, tempat dan peralatan yang cukup.

Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efektif.

Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama alat.

Membutuhkan tenaga dan kemampuan yang optimal dari pendidik dan peserta didik.

Bila peserta didik tidak aktif, metode demonstrasi tidak efektif.

1. Pengertian Model pembelajaran Role Playing :


Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada
tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role
playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran
terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk
aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan
memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Model Pebelajaran Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.
Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa
yang diperankan.
Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan
pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid
diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa
(bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif
dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional,
2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan
menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan
memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan
bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut
dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari
(Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas,
maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.
Model pembelajaran Role Playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran Bermain

Peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok, masing-masing kelompok


memperagakan/menampilkan scenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan
berimprofisasi namun masih dalam batas-batas scenario dari guru.
2. Langkah-Langkah Model Role Playing
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari
sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan.
6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang
sedang diperagakan.
7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk
membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum.
10. Evaluasi.
11. Penutup.
3. Keunggulan Metode Role Playing
Keunggulan Model Role Playing
Ada beberapa keunggulan dengan menggunakan metode role playing, di antaranya adalah:
1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping
merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan.
2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan
penuh antusias.
3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan.
4. Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan di bahas dalam
proses belajar.

Kelemahan Metode Role Playing


Disamping memiliki keunggulan, metode role playing juga mempunyai kelemahan, di
antaranya adalah :
1. Bermain peran memakan waktu yang banyak.
2. Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik khususnya
jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik. Siswa perlu mengenal
dengan baik apa yang akan diperankannya.
3. Bermain peran tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung.
4. Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan
secara sungguh-sungguh.
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
A.

Pengertian Bedside Teaching

Bedside teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung di depan pasien.


Dengan metode bedside teaching mahasiswa dapat menerapkan ilmu
pengetahuan, melaksanakan kemampuan komunikasi, keterampilan klinik dan
profesionalisme, menemukan seni pengobatan, mempelajari bagaimana tingkah
laku dan pendekatan dokter kepada pasien.
Bedside teaching merupakan pembelajaran kontekstual dan interaktif yang
mendekatkan pembelajaran pada real clinical setting. Bedside teaching
merupakan metode pembelajaran yang peserta didiknya mengaplikasikan
kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif secara terintegrasi. Sementara itu,
dosen bertindak sebagai fasilitator dan mitra pembelajaran yang siap untuk
memberikan bimbingan dan umpan balik kepada peserta didik. Di dalam proses
bedside teaching diperlukan kearifan fasilitator tentang kemungkinan timbulnya
hal-hal yang tidak diinginkan sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik
(mahasiswa kesehatan) dan pasien.

B.

Tujuan Bedside Teaching

1.

Peserta didik mampu menguasai keterampilan prosedural.

2.

Menumbuhkan sikap profesional.

3.

Mempelajari perkembangan biologis/fisik.

4.

Melakukan komunikasi dengan pengamatan langsung.

C.

Prinsip Dasar Bedside Teaching

1.
Adanya kesiapan fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik peserta
didik dan klien.
2.

Jumlah peserta didik dibatasi idealnya 5-6 orang.

3.
Diskusi di awal dan akhir demonstrasi di depan klien dilakukan seminimal
mungkin.
4.

Lanjutkan dengan redemonstrasi.

5.
Kaji permasalahan peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang
dilakukan.
6.
Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah
diperoleh peserta didik sebelumnya,atau apabila peserta didik menghadapi
kesulitan penerapannya.

D.

Keuntungan Bedside Teaching

Dalam penelitian Williams K (Tufts Univ, Maret 2008) dihasilkan kesimpulan


bahwa bedside teaching sangat baik digunakan untuk mempelajari keterampilan
klinik.
Beberapa keuntungan bedside teaching antara lain :
1.

Observasi langsung.

2.

Menggunakan seluruh pikiran.

3.

Klarifikasi dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.

4.

Kesempatan untuk membentuk keterampilan klinik mahasiswa.

5.

Memperagakan fungsi :

a.

Perawatan

b.

Keterampilan interaktif

Bedside teaching tidak hanya dapat diterapkan di rumah sakit, keterampilan


bedside teaching juga dapat diterapkan di beberapa situasi di mana ada pasien.

E.

Kerugian Bedside Teaching

1.

Gangguan (misalnya ada panggilan telepon/HP berdering).

2.

Waktu rawat inap yang singkat.

3.

Ruangan yang kecil sehingga padat dan sesak.

4.

Tidak ada papan tulis.

5.

Tidak dapat mengacu pada buku.

6.

Pelajar lelah.

F.

Pelaksanaan Bedside Teaching

Keterampilan bedside teaching dapat kita laksanakan namun sulit mencapai


kesempurnaan. Oleh karena itu perlu perencanaan yang matang agar berhasil
dan efektif.

Persiapan sebelum pelaksanaan bedside teaching :


1.

Persiapan

a.

Tentukan tujuan dari setiap sesi pembelajaran.

b.

Baca teori sebelum pelaksanaan.

2.

Ingatkan mahasiswa akan tujuan pembelajaran :

a.

Mendemonstrasikan pemeriksaan klinik.

b.

Komunikasi dengan pasien.

c.

Tingkah laku yang profesional.

3.

Persiapan Pasien

a.

Keadaan umum pasien baik.

b.

Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan.

4.

Lingkungan/Keadaan

Pastikan keadaan ruangan nyaman untuk belajar :


a.

Tarik gorden.

b.

Tutup pintu.

c.

Mintalah pasien untuk mematikan televisinya.

Pelaksanaan bedside teaching antara lain:


1.

Membuat peraturan dasar

a.

Pastikan setiap orang tahu apa yang diharapkan dari mereka.

b.

Mencakup etika.

c.

Batasi interupsi jika mungkin.

d.

Batasi penggunaan istilah kedokteran saat di depan pasien.

2.

Perkenalan

a.

Perkenalkan seluruh anggota tim.

b.

Jelaskan maksud kunjungan.

c.

Biarkan pasien menolak dengan sopan.

d.
Anggota keluarga diperkenankan boleh berada dalam ruangan jika pasien
mengizinkan.
e.
Jelaskan pada pasien atau keluarga bahwa banyak yang akan didiskusikan,
mungkin tidak diterapkan langsung pada pasien.
f.

Undang partisipasi pasien dan keluarga.

g.

Posisikan pasien sewajarnya posisi tim di sekitar tempat tidur.

3.

Anamnesa

a.

Hindari pertanyaan tentang jenis kelamin atau ras.

b.

Hindari duduk di atas tempat tidur pasien.

c.
Izinkan interupsi oleh pasien dan pelajar untuk menyoroti hal penting atau
untuk memperjelas.
d.

Jangan mempermalukan dokter yang merawat pasien.

4.

Pemeriksaan fisik

a.

Minta pelajar untuk memeriksa pasien.

b.
Izinkan pasien untuk berpartisipasi (mendengarkan bising, meraba hepar,
dll).
c.

Minta tim untuk mendemonstrasikan teknik yang tepat.

d.
Berikan beberapa waktu agar pelajar dapat menilai hasil pemeriksaan yang
baru pertama kali ditemukan.
5.

Pemeriksaan Penunjang

a.

Jika mungkin tetap berada di samping tempat tidur.

b.

Rongent, ECG bila mungkin.

c.

Izinkan pasien untuk meninjau ulang dan berpartisipasi.

6.

Diskusi

a.
Ingatkan pasien bahwa tidak semua yang didiskusikan akan dilaksanakan,
biarkan pasien tahu kapan itu biasa dilaksanakan.
b.
Hati-hati memberikan pertanyaan yang tidak dapat dijawab kepada
mahasiswa yang merawat pasien.
c.

Berikan pertanyaan pertama kali pada tim yang paling junior.

d.
Saya tidak tahu adalah jawaban yang tepat, setelah itu gunakan
kesempatan untuk mencari jawaban.
e.

Hindari bicara yang tidak perlu.

f.

Izinkan pasien untuk bertanya sebelum meninggalkan tempat tidur.

g.

Minta pasien untuk menanggapi bedside teaching yang telah dilakukan.

h.

Ucapkan terima kasih pada pasien.

G.

Hambatan Bedside Teaching

Dalam pelaksanaan bedside teaching, ada beberapa hambatan yang mungkin


timbul dalam pelaksanaan bedside teaching :
1.

Gangguan (misalnya panggilan telepon).

2.

Waktu rawat inap yang singkat.

3.

Ruangan yang kecil sehingga padat dan sesak.

4.

Tidak ada papan tulis.

5.

Tidak dapat mengacu pada buku.

6.

Pelajar lelah.

Adapun beberapa hambatan dari pasien :


1.

Pasien merasa tidak nyaman.

2.

Menyakiti pasien, terutama pada pasien yang kondisi fisiknya tidak stabil.

3.

Pasien tidak ada di tempat.

4.

Pasien salah pengertian dalam diskusi.

5.

Pasien tidak terbuka.

6.

Pasien tidak kooperatif atau marah.

bimbingan ( coaching), adalah suatu proses pembelajaran yang memberikan


kesempatan seluas-luasnya kepada peserta baik perorangan atau kelompok
untuk memecahkan permasalahannya sendiri dan didampingi oleh fasilitator.
Bimbingan melibatkan peserta dan fasilitator dalam dialog satu lawan satu
dan mengikuti suatu proses yang tersusun, diarahkan pada tanggung jawab
memelihara kemajuan dan kinerja yang baik serta hubungan kerja positif antara
fasilitator dan staf.Metode bimbingan (coaching) mempunyai andil yang cukup
besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat
dimiliki anak didik, akan di tentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu
metode sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran dapat dicapai
dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai standar keberhasilan yang
terpatri di dalam suatu tujuan (Djamarah dan Zain, 2010).

Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar


FAKTOR INTERNAL
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi
hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
A. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktorfaktor ini dibedakan menjadi dua macam:
1. Keadaan Jasmani.
Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang
sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya,
kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh
karena itu keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga
kesehatan jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :
a. Menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena
kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu , dan mengantuk, sehingga
tidak ada gairah untuk belajar.
b. Rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat.
c. Istirahat yang cukup dan sehat.
2. Keadaan Fungsi Jasmani/Fisiologis.
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi
hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula . Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala
informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehingga manusia dapat menangkap dunia luar.
Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena
itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik. Dengan menyediakan sarana
belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik,
mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.

B. Faktor psikologis
Faktor faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses
belajar. Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,
motifasi , minat, sikap dan bakat.
Kecerdasan/Intelegensi Siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan
bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila
dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang
lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh
aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu
menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi inteligensi seorang individu, semakin besar
peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi
individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor psikologis yang
penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan
perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat
kecerdasannya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihakpihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat
diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata,
atau mungkin malah lemah mental.
Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi
kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu
megarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
- Motivasi
Motivasi adalah salah satu factor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah
yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi
sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku
setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motaivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan
dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu
disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi
bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki
pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi
dari luar (ekstrinsik).
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang dating dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap
kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain
sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar
seseorang menjadi lemah.

- Minat
Secara sederhana,minat (interest) mengandung kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang
popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor internal lainnya,
seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena
memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau
belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau
dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain, pertama,
dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari
bentuk buku materi dan desain.
- Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah
gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons
dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif
maupun negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan
guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang
negative dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan
bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan
berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai
seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan
pelajaranyang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang
dipelajara bermanfaat bagi diri siswa.
- Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude)
didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan dating (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan
bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat
adalah kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu
akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai
dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar
individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu
yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan
bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah
mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik,
orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta
didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk

memilih

jurusan

yang

tidak

sesuai

dengan

bakatnya.

FAKTOR FAKTOR EKSTERNAL


Selain karakteristik siswa, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.
Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar
dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial.
1) Lingkungan sosial
a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi
proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa
untuk belajar lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru
atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar
juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan
teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan
keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya
dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua,
anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan Non - Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah :
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang
tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan
alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa.
Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b. Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama,
hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain
sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan,
silabi dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar
yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

Belajar merupakan hal yang kompleks. Apabila ini dikaitkan dengan hasil belajar
siswa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Suryabrata
(1989:142),faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 3,
yaitu:faktor dari dalam, faktor dari luar dan factor instrument.
Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang
berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor ini meliputi:
a. Fisiologi, meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra.
Anak yang segar jasmaninya akan lebih mudah proses belajarnya. Anak-anak
yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak
yang tidak kekurangan gizi,kondisi panca indra yang baik akan memudahkan
anak dalam proses belajar.
b. Kondisi psikologis, yaitu beberapa faktor psikologis utama yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat,
motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.
Dari kondisi psikologis diantaranya pertamafaktor kecerdasan yang dibawa
individu mempengaruhi belajar siswa, Semakin individu itu mempunyai tingkat
kecerdasan tinggi, maka belajar yang dilakukannya akan semakin mudah dan cepat.
Sebaliknya semakin individu itu memiliki tingkat kecerdasan rendah, maka belajarnya
akan lambat dan mengalami kesulitan belajar.Kedua faktor Bakat, individu satu dengan
lainnya tidak sama, sehingga menimbulkan belajarnya pun berbeda. Bakat merupakan
kemampuan awal anak yang dibawa sejak lahir.Ketiga faktorMinat, minat individu
merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi
menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat.Keempat faktor Motivasi, motivasi

belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah sama. Adapun pengertian
motivasi belajar adalah Sesuatu yang menyebabkan kegiatan belajar terwujud.
Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita siswa,
kemampuan belajar siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam
belajar dan upaya guru membelajarkan siswa.Kelima faktor emosi, emosi merupakan
kondisi psikologi (ilmu jiwa) individu untuk melakukan kegiatan, dalam hal ini adalah
untuk belajar. Kondisi psikologis siswa yang mempengaruhi belajar antara lain: perasaan
senang, kemarahan, kejengkelan, kecemasan dan lain-lain.Keenam faktor kognitif,
Kemampuan kognitif siswa yang mempengaruhi belajar mulai dari aspek pengamatan,
perhatian, ingatan, dan daya pikir siswa
Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi:
a.

Lingkungan alami yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar


misalnya keadaan udara, cuaca, waktu, tempat atau gedungnya, alat-alat yang
dipakai untuk belajar seperti alat-alatpelajaran.
Dari lingkungan alami yang dalamnya ada faktor yang mempengaruhinya
dianatanya pertama faktor Keadaan udara, keadaan udara mempengaruhi proses
belajar siswa, apabila udara terlalu lembab atau kering kurang membantu siswa
dalam belajar. Keadaan udara yang cukup nyaman di lingkungan belajar siswa
akan membantu siswa untuk belajar dengan lebih baik.kedua waktu belajar, waktu
belajar mempengaruhi proses belajar siswa misalnya: pembagian waktu siswa
untuk belajar dalam satu hari.Ketiga cuaca, cuaca yang terang benderang dengan
cuaca yang mendung akan berbeda bagi siswa untuk belajar. Cuaca yang nyaman
bagi siswa membantu siswa untuk lebih nyaman dalam belajar.Keempat tempat

atau gedung, Tempat atau gedung sekolah mempengaruhi belajar siswa. Gedung
sekolah yang efektif untuk belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: letaknya jauh
dari tempat-tempat keramaian (pasar, gedung bioskop, bar, pabrik dan lain-lain),
tidak menghadap ke jalan raya, tidak dekat dengan sungai, dan sebagainya yang
membahayakan keselamatansiswa.Faktor yang kelima media, media/alat-alat
pelajaran yang digunakan baik itu perangkat lunak (misalnya, program presentasi)
ataupun perangkat keras (misalnya Laptop, LCD).
b. Lingkungan sosial di sini adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu
ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada
waktu sedang belajar, sering kali mengganggu aktivitas belajar. Dalam lingkungan
sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
(1) lingkungan sosial siswa di rumah yang meliputi seluruh anggota keluarga yang
terdiri atas: ayah, ibu, kakak atau adik serta anggota keluarga lainnya, (2)
lingkungan sosial siswa di sekolah yaitu: teman sebaya, teman lain kelas, guru,
kepala sekolah serta karyawan lainnya, dan (3) lingkungan sosial dalam
masyarakat yang terdiri atas seluruh anggota masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai