KELOMPOK II:
ARIEF HIDAYAT HERIONO
G1A115039
G1A115040
G1A115041
G1A115042
HANNA ASMAR
G1A115043
G1A115044
ULFADIYA PUTRI
G1A115045
HAIRON DHIYAULHAQ
G1A115046
G1A115047
G1A115048
DOSEN PEMBIMBING :
dr. Amelia Dwi Fitri, M.Med.Ed
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS JAMBI
2016/2017
SKENARIO
Batuk-batuk
Ny. Rima 40 tahun,datang ke poli paruRS. Raden Mattaher dengan keluhan batuk sejak 2 bulan
yang lalu. Batuk yang dirasakan disertai dahak warna kuning kehijauan tetapi tidak disertai darah.
Keluhan juga disertai demam dan sering merasa berkeringat pada malam hari. Ny. Rima merasa
nafsu makannya semakin berkurang dan berat badannya turun.
Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan menduga Ny. Rima mengalami infeksi paru sehingga
merencanakan akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk membantu memastikan
penyakit Ny. Rima.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Batuk
:
Suatu mekanisme respon tubuh untuk mengeluarkan benda asing
sebagai refleks fisiologis , Adanya iritasi pada saluran pernapasan supaya bersih.
2. Dahak
:
Mucus yang di sekresikan secara berlebihan terkadang disertai
dengan batuk.
3. Demam
:
Peningkatan suhu tubuh diatas normal (37,2)
4. Infeksi
:
Keadaan respon tubuh yang ditandai dengan adanya organism
(bakteri/kuman) ditandai dengan adanya gejala klinis.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa saja tipe-tipe batuk dan apa makna klinis batuk sejak 2 bulan yang lalu?
2. Apa makna klinis dari dahak kuning kehijauan? Jelaskan ciri-ciri dahak dari setiap
penyakit dan jelaskan jenis-jenis dahak serta makna klinisnya?
3. Bagaimana mekanisme berkeringat pada malam hari dan demam secara umum? Apakah
hanya TB yang terjadi pada malam hari?
4. Apa penyebab nafsu makan berkurang serta berat badan menurun? Apa hanya TB yang
menyebabkan anoreksia?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Ny. Rima?
6. Apa diagnosis bandingnya?
7. Bagaimana alur diagnosis dari penyakit Ny. Rima?
8. Apa etiologi dari penyakit Ny. Rima?
9. Bagaimana pathogenesis dari penyakit Ny. Rima?
10. Bagaimana tatalaksana dari penyakit Ny. Rima?
11. Bagaimana komplikasi dari penyakit Ny. Rima?
CURAH PENDAPAT
a. Pneumonia
b. Tuberculosis
c. Bronkiektasis
d. Asma
e. Influenza
2. Jenis-jenis dahak
:
a. Dahak kuning kehijauan
b. Dahak kuning
: Infeksi
c. Dahak hijau
: Penimbunan nanah
d. Dahak kemerahan
e. Dahak hitam
f. Dahak bening
3. Infeksi, respon tubuh DemamHomeostasis, berkeringat
4. Terjadinya anoreksia
5. Pemeriksaan penunjang
:
a. Radiologis
b. Laboratorium
c. Tuberculin
6. Diagnosis banding
:
a. Tuberculosis
b. Pneumonia
c. Abses paru
(dicurigai sambil menunggu hasil pemeriksaan penunjang)
7. Anamnesis Pemeriksaan Fisik-Pemeriksaan Penunjang
8. Etiologi tuberculosis : terpajan bakteri Mycobacterium tuberculosis
9. Patogenesis
a. TB primer
b. TB sekunder (pasca primer)
10. Tatalaksana : pengobatan jangka panjang dengan DOTS
11. Komplikasi :
a. Komplikasi dini
b. Komplikasi lanjut
ANALISIS MASALAH
1. Apa saja tipe-tipe batuk dan apa makna klinis batuk sejak 2 bulan yang lalu?
Jawab :
Tipe-tipe dari batuk :
Berdasarkan episode :
a. Akut
b. Subakut
c. Kronik
Berdasarkan produksi :
a. Produktif
Suatu
mekanisme
perlindungan
dengan
2. Apa makna klinis dari dahak kuning kehijauan? Jelaskan ciri-ciri dahak dari setiap
penyakit dan jelaskan jenis-jenis dahak serta makna klinisnya?
Jawab :
Makna klinis dahak kuning kehijauan
:
Dahak yang berwarna kuning itu sendiri di karena kan suatu proses infeksi. Dahak
yang berwarna hijau di karena kan penimbunan aksudat nanah ,warna hijau timbul karena
adanya verdoperokide yang hasilkan oleh leukosit polimefornuklear dalam sputum.
Ciri-ciri dahak dari setiap penyakit
3. Bagaimana mekanisme berkeringat pada malam hari dan demam secara umum?
Apakah hanya TB yang terjadi pada malam hari?
Jawab :
Keringat malam adalah suatu keluhan subyektif berupa berkeringat pada malamhari
yang diakibatkan oleh irama temperatur sirkadian normal yang berlebihan. Suhutubuh
normal manusia memiliki irama sirkadian di mana paling rendah pada pagi harisebelum
fajar yaitu 36.1C dan meningkat menjadi 37.4 C atau lebih tinggi pada sorehari sekitar
pukul 18.00 kejadian demam/ keringat malam mungkin dihubungkan dengan
iramasirkadian ini. Variasi antara suhu tubuh terendah dan tertinggi dari setiap orang
berbeda- beda tetapi konsisten pada setiap orang. Belum diketahui dengan jelas mengapa
tuberkulosis menyebabkan demam pada malam hari.Ada pendapat keringat malam pada
pasien tuberkulosis aktif terjadi sebagai respon salahsatu molekul sinyal peptida yaitu
tumour necrosis factor alpha (TNF-) yang dikeluarkanoleh sel-sel sistem imun di mana
mereka bereaksi terhadap bakteri infeksius(M.tuberculosis). Monosit yang merupakan
sumber TNF- akan meninggalkan alirandarah menuju kumpulan kuman M.tuberculosis
dan menjadi makrofag migrasi.Walaupun makrofag ini tidak dapat mengeradikasi bakteri
secara keseluruhan, tetapi pada orang imunokompeten makrofag dan sel-sel sitokin
lainnya akan mengelilingi kompleks bakteri tersebut untuk mencegah penyebaran bakteri
lebih lanjut ke jaringan sekitarnya.TNF- yang dikeluarkan secara berlebihan sebagai
respon imun ini akan menyebabkandemam, keringat malam, nekrosis, dan penurunan
berat badan di mana semua inimerupakan karakteristik dari tuberkulosi. Demam timbul
sebagai akibat respon sinyal kimia yang bersirkulasi yang menyebabkan hipotalamus
mengatur ulang suhu tubuh ke temperatur yang lebih tinggi untuk sesaat. Selanjutnya
suhu tubuh akan kembali normal dan panas yang berlebihan akan dikeluarkan melalui
keringat.
Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit, walaupun terpapar
suhu lingkungan yang bervariasi.Suhu tubuh diaturoleh hipotalamus yang mengatur
keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.Produksi panas tergantung
pada aktivitas metabolik dan aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi melalui radiasi,
evaporasi, konduksi dan konveksi. Dalam keadaan normal termostat dihipotalamus selalu
diatur pada
set point sekitar 370 C, setelah informasi tentang suhu diolah dihipotalamus selanjutnya
ditentukan
pembentukan
dan
pengeluaran
panas
sesuai
denganperubahan
set
4. Apa penyebab nafsu makan berkurang serta berat badan menurun? Apa hanya TB
yang menyebabkan anoreksia?
Jawab :
Infeksi Mycobacterium tuberculosis aktifasi makrofag oleh IFN- produksi
pirogen endogen IL-1, IL-4, IL-6, TNF- Pirogen endogen bersirkulasi sistemik dan
menembus masuk hematoencephalic barrier berekasi terhadap hipothalamus efek
sitokin pirogen endogen pada hipothalamus menyebabkan produksi prostaglandin
prostaglandin merangsang cerebral cortex (respon behavioral) nafsu makan menurun
dan leptin meningkat menyebabkan stimulasi dari hipothalamus
nafsu makan
disupresi pada masa yang sama terjadi peningkatan metabolisme tubuh pada pasien
TB karena peningkatan penggunaan energi metabolik .
Penurunan nafsu makan dan peningkatan metabolisme tubuh pasien TB menyebabkan
(14)
untuk
pembiakan
kumantuberkulosis
secara
konvensional.
Dalam
Uji tuberkulin
Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi TBdi daerah dengan
prevalensi tuberkulosis rendah. Di Indonesiadengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi,
pemeriksaan ujituberkulin sebagai alat bantu diagnostik kurang berarti, apalagipada orang
dewasa. Uji ini akan mempunyai makna biladidapatkan konversi dari uji yang dilakukan
satu bulansebelumnya atau apabila kepositifan dari uji yang didapat besarsekali atau
bulan.Pada pleuritis tuberkulosa uji tuberkulin kadang negatif, terutamapada malnutrisi
dan infeksi HIV. Jika awalnya negatif mungkindapat menjadi positif jika diulang 1 bulan
Pemeriksaan darah
Bahan histopatologi jaringan dapat diperoleh melalui biopsiparu dengan Trans Bronchial
Lung Biopsy (TBLB), Trans Thoracal Biopsy (TTB), biopsi paru terbuka, biopsi
pleura,biopsi kelenjar getah bening dan biopsi organ lain diluarparu. Dapat pula
dilakukan biopsi aspirasi dengan jarumhalus (BJH =biopsi jarum halus). Pemeriksaan
biopsidilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis, terutamapada tuberkulosis
ekstra paru. Diagnosis pasti infeksi TB didapatkan bila pemeriksaanhistopatologi pada
jaringan paru atau jaringan diluar parumemberikan hasil berupa granuloma dengan
perkejuan.
4. Pemeriksaan Cairan Pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairanpleura perlu dilakukan pada
penderita efusi pleura untukmembantu menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil
analisisyang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivaltapositif dan kesan cairan
eksudat, serta pada analisis cairanpleura terdapat sel limfosit dominan dan glukosa
rendah.
5. Pemeriksaan BACTEC ( Best Patient Care Drug Neutralization Capabilities).
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik. M
tuberculosis memetabolismeasam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang
akandideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapatmenjadi salah satu
alternatif pemeriksaan biakan secaracepat untuk membantu menegakkan diagnosis.
6. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:
a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yangdapat mendeteksi respon
humoral berupa prosesantigen-antibodi yang terjadi. Beberapa masalahdalam
teknik ini antara lain adalah kemungkinanantibodi menetap dalam waktu yang
cukup lama.
b. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalamtubuh manusia. Uji ini
menggunakan antigenlipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatualat
yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik inikemudian dicelupkan ke dalam serum
penderita, danbila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifikanti LAM
dalam jumlah yang memadai yang sesuaidengan aktiviti penyakit, maka akan
timbul perubahanwarna pada sisir yang dapat dideteksi dengan mudah.
c. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yangterjadi.
d. ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICTtuberculosis) adalah uji serologik
untuk
mendeteksiantibodi
Mycobacterium
tuberculosis
dalam
serum.
Uji
yang
berasal
darimembran
diantaranyaantigen
sitoplasma
Mycobacterium
tersebutdiendapkan
dalam
Mycobacterium
tuberculosis
bentuk
38
garis
kDa.
Ke
melintang
tuberculosis,
5
antigen
padamembran
kemudian
serumakan
berdifusi
melewati
garis
antigen.
Apabila
dengan
antigen
danmembentuk
garis
warna
merah
muda.
Uji
dinyatakanpositif bila setelah 15 menit terbentuk garis kontroldan minimal satu dari
empat garis antigen padamembran.Dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan
serologiyang diperoleh, para klinisi harus hati hati karenabanyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodiyang terdeteksi.Saat ini pemeriksaan serologi belum
bisa dipakaisebagai pegangan untuk diagnosis.
7.
Diagnosis Banding
Gejala
O
1.
Tuberkulosis
2.
3.
4.
Pneumonia
Abses Paru
Bronkiektasis
jari tabuh .
2. Pemeriksaan fisik
a. inspeksi
b. palpasi
c. perkusi
d. auskultasi
3. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan sputum
8. Apa etiologi dari penyakit Ny. Rima?
Jawab :
Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Ukuran
dari bakteri ini cukup kecil, yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dan bentuk dari bakteri
ini yaitu batang, tipis, lurus atau agak bengkok, bergranul, tidak mempunyai selubung
tetapi kuman ini mempunyai lapisan luar yang tebal yang terdiri dari lipid (terutama asam
mikolat). Sifat dari bakteri ini agak istimewa, karena bakteri ini dapat bertahan terhadap
pencucian warna dengan asam dan alkohol sehingga sering disebut dengan bakteri tahan
asam (BTA). Selain itu, bakteri ini juga tahan terhadap suasana kering dan dingin. Bakteri
ini dapat bertahan pada kondisi rumah atau lingkungan yang lembab dan gelap bisa
sampai berbulan-bulan namun bakteri ini tidak tahan atau dapat mati apabila terkena
(8 )
sinar, matahari atau aliran udara .
membesar
sehingga
menimbulkan
obstruksi
pada
saluran
napas
kejadian
diatas
adalah
perjalanan
tuberkulosis primer.
B. TUBERKULOSIS POST-PRIMER
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis
post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama
yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localizedtuberculosis,
tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi
problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus
superior maupun lobus inferior.
Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib sarang
pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidakmeninggalkan cacat.
2. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih
keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya
dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan
menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti
akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya
berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik).
Nasib kaviti ini :
a. Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru. Sarang
pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan diatas
b. Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan disebut
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tapi mungkin
pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
c. Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed
cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri, akhirnya mengecil.
Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus, dan menciut sehingga
kelihatan seperti bintang (stellate shaped) .
(4 )
paduan pengobatan standar yang membagi pasien menjadi 4 kategori berbeda menurut
definisi kasus TB nya.
A. Kategori 1
Pasien TB paru dengan sputum BTA positif dan kasus baru. TB paru bisa ada
bersamaan dengan TB berat lainnya seperti TB milier, pleuritis masif atau bilateral,
perikarditis, peritonitis, TB usus, saluran kemih, meningitis, spondilitis dengan gangguan
neurologik. Bisa juga TB dengan sputum BTA negatif tetapi kelainan parunya luas.
Pengobatan pada fase awal (intensif) paduannya terdiri dari 2 RHZE (S), setiap hari
selama dua bulan. Sputum BTA yang awalnya positif, setelah 2 bulan terapi diharapkan
jadi negatif dan terapi TB diteruskan dengan fase lanjutan: 4 HR atau 4 H3R3 atau 6 HE.
Apabila sputum BTA masih tetap positif diakhir bulan ke-2 fase awal, maka fase awal
tersebut diperpanjang selama 4 minggu lagi.
B. Kategori 2
Kategori ini diberikan pada kasus kambuh atau gagal dengan sputum BTA positif.
Terapi awalnya 2 RHZES/ 1 RHZE. Dimana RHZE diberikan setiap hari selama 3 bulan
sedangkan S diberikan hanya di dua bulan pertama. Bila sputum BTA menjadi negatif di
akhir bulan ke-3, maka fase lanjutan bisa segera dimulai. Tapi bila sputum BTA masih
produktif maka fase awal dengan RHZE diteruskan lagi selama satu bulan. Bila pada
akhir bulan ke 4 sputum BTA masih tetap positif, lakukan kultur ulang sputum BTA dan
obat dilanjutkan dengan 5 RHE atau 5 H3R3.
C. Kategori 3
Disini terdapat TB paru dengan sputum BTA negatif, tetapi kelainan parunya
tidak luas. Dulunya terapi cukup dengan paduan 2 RHZ atau 2 R3H3Z3E3 dan kemudian
diteruskan dengan fase lanjutan 2 RH atau 2R3H3. Dalam perkembangan paduan ini
ternyata kurang baik karena masih berpeluang terjadinya kekambuhan sehingga
paduannya dirubah menjadi sama dengan kategori 1 yakni 2 bulan fase awal dan
diteruskan dengan 4 bulan fase lanjutan.
D. Kategori 4
Disini terjadi TB kronik dimana sputum BTA tetap positif walaupun sudah
menjalani terapi lengkap selama 6 bulan. Pada kelompok ini mungkin sudah terjadi
(8 )
resistensi multi obat TB (multi drugs resistant tuberculosis( MDR-TB)) .
Kategori
I
Kasus
- TB paru BTA +,
BTA - , lesi
luas
II
II
- Kambuh
Gagal
pengobatan
- TB paru putus
berobat
Paduan
obat
yang diajurkan
2 RHZE / 4 RH atau
2 RHZE / 6 HE
*2RHZE / 4R3H3
Keterangan
-RHZES / 1RHZE /
sesuai
hasil
uji
resistensi
atau
2RHZES / 1RHZE / 5
RHE
-3-6
kanamisin,
ofloksasin, etionamid,
sikloserin
/
15-18
ofloksasin, etionamid,
sikloserin
atau
2RHZES / 1RHZE /
5RHE
Bila streptomisin
alergi,
dapat
diganti
kanamisin
Sesuai
lama
pengobatan
sebelumnya,
lama
berhenti minum obat
dan keadaan klinis,
bakteriologi
dan
radiologi saat ini (lihat
uraiannya) atau
*2RHZES / 1RHZE /
5R3H3E3
2 RHZE / 4 RH atau
6 RHE atau
*2RHZE /4 R3H3
III
IV
- Kronik
IV
- MDR TB
.(4 )
Ringkasan
obat:
paduan
11. Bagaimana
komplikasi
dari penyakit
Ny. Rima?
Jawab :
Penyakit TB
paru bila tidak
ditangani
dengan benar
akan
menimbulkan
komplikasi.
Komplikasi
dibagi atas:
LEARNING ISSUE
1. Apa peran asam arakhidonat dan leukotrien pada demam dan keringat malam?
Jawab :
bakteri yang hidrofobik dan pola pertumbuhan bakteri yang bergerombol sehingga
(2)
sulit sekali zat kimia obat mempengaruhi dan berinteraksi dengan bakteri ini .
3. Bagaimana cara dan posisi rontgen pada TB?
Jawab :
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya
pada tuberkulosis endobronkial).
Pada awal penyakit TB saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia,
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal dengan tuberkuloma.
Cara Pemeriksaan
1. Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan, tentukan format kaset, dan
letakkan kaset dalam tempat kaset. Sejajarkan arah sinar terhadap susunan
kaset tersebut.
2. Atur posisi pasien, pastikan bahu pasien ditekankan ke depan dengan
benar. Sejajarkan lagi arah sinar, jika mungkin.
3. Beritahu pasien untuk menarik napas dalam, lalu menahan napas.
4. Pajankan sinar X (expose).
5. Beritahu pasien untuk bernapas biasa.
3. Apabila duduk tegak pada kursi atau troli-hanya digunakan jika pasien tidak
mampu berdiri, toraks AP
Cara Pemeriksaan
1. Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan, tentukan format kaset, dan
letakkan kaset dalam tempat kaset. Sejajarkan arah sinar terhadap susunan
kaset tersebut.
2. Atur posisi pasien, pastikan pasien duduk tegak! Sejajarkan lagi arah sinar
jika mungkin .
3. Beritahu pasien untuk menarik napas dalam, lalu menahan napas.
4. Pajankan sinar X.
5. Beritahu pasien untuk bernapas secara normal.
4. Apabila pasien dapat duduk pada kursi atau troli-hanya digunakan jika pasien
tidak mampu berdiri
Cara Pemeriksaan
1. Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan, tentukan format kaset, dan
letakkan kaset dalam tempat kaset. Sejajarkan arah sinar terhadap susunan
kaset tersebut.
2. Atur posisi pasien. Sebaiknya pasien duduk tegak atau agak condong ke
depan (sedikit bungkuk), jangan ke belakang. Gunakan lengan tempat kaset
untuk membantu menyokong. Sejajarkan lagi arah sinar jika mungkin.
3. Beritahu pasien untuk menarik napas dalam, lalu menahan napas.
4. Pajankan sinar X.
5. Beritahu pasien untuk bernapas secara normal.
7. TORAKS DEKUBITUS LATERAL Berbaring pada sisi kanan (PA) atau kiri (AP)sinar mendatar (horizontal)
4. Bagaimana
sputum yang
Jawab :
Teknik
teknik pemeriksaan
benar?
Pemeriksaan Sputum
Sputum adalah bahan atau cairan yang dihasilkan dari paru dan trakea yang
pseudomonas
d Sputum mukopurulen kental kekuningan terlihat pada tahap dini pneumonia lobar, abses
e
f
7 Tes kuantitatif
Pengumpulan sputum selama 24-72 jam. Tes kuantitatif untuk menentukan apakah
sekresi yang dikeluarkan itu merupakan saliva, lendir, pus , atau bukan. Pada tes kulitatif,
klien diberikan wadah khusus untuk mengeluarkan sputum kemudian pada akhir 24 jam
wadah tersebut ditimbang sehingga dapat diketahui jumlah serta karakternya
2 Pengambilan sputum
Sebelumnya jelaskan terlebih dulu kepada klien tentang apa yang akan dilakukan,
berikan informasi dan intruksi kepada klien bahwa jangan menyentuh bagian dalam
specimen, menjaga bagian luar wadah sputum tidak terkena sputum.
a Posisikan klien pada posisi fowler atau semifowler
b Minta klien untuk berkumur dengan obat kumur yang telah disediakan
c Pasang sarung tangan dan pegang bagian luar wadah tersebut untuk klien Letakkan
wadah sputum yang sudah dibuka dekat dengan mulut dan keluarkan sputum kedalam
wadah yang telah disediakan . pastikan sputum tidak terkena bagian luar wadah sputum
d Minta klien untuk menarik nafas dalam 2-3 kali setiap kali hembuskan nafas dengan kuat
e
Pembuatan preparat
Ambil wadah sputum dan kaca objek yang beridentitas sama dengan wadah sputum
Panaskan ose diatas nyala api spritus sampai merah dan kemudian didinginkan
Ambil sputum dengan menggunakan ose
Buatlah hapusan diatas kaca objek dengan ukuran 2-3cm
e
f
Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi dilakukan dengan beberapa metode seperti:
a. Enzym Linked Immunsorbent Assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respons
humoral berupa proses antigen antibodi yang terjadi.Kelemahan utama dari teknik ELISA
ini adalah pengenceran serum yang tinggi dan perlu dilakukan untuk mencegah ikatan
nonspesifik dari imunoglobulin manusia pada plastik.
b. ICT (Immun Chromatografic Tuberculosis)
Uji ICT adalah uji serologi untuk mendeteksi antibodi M. Tuberkulosis dalam
serum. Uji ini merupakan uji diagnostik tuberkulosis yang menggunakan 5 antigen
spesifik yang berasal dari membran sitoplasma M. Tuberculosis.
c.Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia.
Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomanan yang ditempel dengan alat yang
berbentuk sisir plastik.
d.Uji peroksidaseanti peroksidase
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang terjadi.
e.Uji serologi yang baru/ IgG TB
Uji ini adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi antibodi IgG
dengan antigen spesifik untuk mikobakterium tuberkulosis. Di luar negeri metode ini
lebih sering digunakan untuk mendiagnosa TB ekstraparu, tetapi kurang baik untuk
diagnosa TB pada anak .
(8 )
Nilai normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL, wanita hamil 10-15
gram/dL
Nilai normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL, bayi 10-17 gram/dL, neonatus
14-27 gram/dL
Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD
(bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis,
polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obatobatan: metildopa dan gentamisin.
Anemia hemolitik
Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia
aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan
kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi,
sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa
antibiotik lainnya.
Leukosit (hitung jenis)
Nilai normal hitung jenis
Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk penyakit
alergi di mana eosinofil sering ditemukan meningkat.
Trombosit
Nilai normal dewasa 150.000-400.000 sel/mm3, anak 150.000-450.000 sel/mm3.
(15)
6. Bagaimana cara periksa, kriteria positif, sensitifitas pada orang dewasa dalam uji
tuberculin?
Jawab :
Uji tuberkulin adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui bahwa pasien pernah atau
tidak kontak dengan TB.
Cara Periksa:
Tes tuberkulin dilakukan dengan cara penyuntikan intrakutan dibagian polar sepertiga
bagian atas lengan bawah atau bisa juga dilakukan pada bagian paha. Penyuntikan
dilakukan dengan menggunakan cairan tuberkulin yang menganudng polimer, sitoplasma,
Mycobacterium TB. Banyaknya cairan yang dipakai tergantung pada usia pasien. Setelah
dilakukan penyuntikan, tunggu hingga 24-72 jam untuk melihat indurasi yang timbul.
Dan hitung diameter indurasi lokal
Hasil Interpretasi
a. Positif
dengan TB
b. Ragu
: Jika terdapat diameter indurasi 6-9 mm
c. Negatif
: Jika terdapat diameter indurasi 0-5 mm --> pasien tidak pernah kontak
(3)
dengan TB .
disebabkan oleh reaktivasi lesi primer yang dorman beberapa dekade setelah infeksi awal,
(8 )
juga dapat berasal dari reinfeksi eksogen .
Saat ini terdapat 6 elemen kunci dalam strategi stop TB yang direkomendasi oleh WHO:
1. Peningkatan dan ekspansi DOTS yang bermutu, meningkatkan penemuan kasus
dan penyembuhan melalui pendekatan yang efektif terhadap seluruh pasien
terutama pasien tidak mampu
2. Memberikan perhatian pada kasus TB-HIV, MDR-TB, dengan aktiviti gabungan
TB-HIV, DOTS-PLUS dan pendekatan-pendekatan lain yang relevan
3. Kontribusi pada sistem kesehatan, dengan kolaborasi bersama program kesehatan
yang lain dan pelayanan umum
4. Melibatkan seluruh praktisi kesehatan, masyarakat, swasta dan nonpemerintah
dengan pendekatan berdasarkan Public-Private Mix (PPM) untuk mematuhi
International Standards of TB Care
5. Mengikutsertakan pasien dan masyarakat yang berpengaruh untuk berkontribusi
pada pemeliharaan kesehatan yang efektif
1) Tujuan :
Mencapai angka kesembuhan yang tinggi
Mencegah putus berobat
Mengatasi efek samping obat jika timbul
Mencegah resistensi
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap pasien TB dapat dilakukan oleh :
Pasien berobat jalan .
Bila pasien mampu datang teratur, misal tiap minggu maka
paramedis atau petugas sosial dapat berfungsi sebagai PMO. Bila pasien
diperkirakan tidak mampu datang secara teratur, sebaiknya dilakukan
koordinasi dengan puskesmas setempat. Rumah PMO harus dekat dengan
rumah pasien TB untuk pelaksanaan DOT ini
Beberapa kemungkinan yang dapat menjadi PMO
a) Petugas kesehatan
b) Orang lain (kader, tokoh masyarakat dll)
c) Suami/Istri/Keluarga/Orang serumah
Pasiendirawat :
Selama perawatan di rumah sakit yang bertindak sebagai PMO
adalah petugas rumah sakit, selesai perawatan untuk pengobatan
telah ditentukan
Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur
hingga selesai
Mengenali efek samping ringan obat, dan menasehati pasien agar tetap
gejala TB
6) Penyuluhan
Penyuluhan tentang TB merupakan hal yang sangat penting, penyuluhan
Kelompok
Penyuluhan kelompok dapat dilakukan terhadap kelompok pasien,
kelompok keluarga pasien, masyarakat pengunjung rumah sakit dll
dalam sistem informasi penanggulangan TB. Semua unit pelaksana pengobatan TB harus
melaksanakan suatu sistem pencatatan dan pelaporan yang baku. Untuk itu pencatatan
dibakukan berdasarkan klasifikasi dan tipe penderita serta menggunakan formulir yang
sudah baku pula.
Pencatatan yang dilaksanakan di unit pelayanan kesehatan meliputi beberapa
item/formulir yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Bila ada fasiliti biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil
uji resistensi
b. TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks: lesi minimal
Paduan obat yang dianjurkan :
1) 2 RHZE / 4 RH atau
2) 6 RHE atau
3) 2 RHZE/ 4R3H3
c. TB paru kasus kambuh
Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase
lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi
dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.
d. TB Paru kasus gagal pengobatan
Sebelum ada hasil uji resistensi seharusnya diberikan obat lini 2 (contoh paduan:
3-6 bulan kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin dilanjutkan 15-18 bulan
ofloksasin, etionamid, sikloserin). Dalam keadaan tidak memungkinkan pada fase
awal dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji
resistensi.
Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.
1. Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
2. Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke dokter spesialis paru.
e. TB Paru kasus putus berobat
Pasien TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali sesuai
dengan kriteria sebagai berikut :
a) Berobat > 4 bulan
1) BTA saat ini negatif
Klinis dan radiologi tidak aktif atau ada perbaikan maka
pengobatan OAT dihentikan. Bila gambaran radiologi aktif, lakukan
analisis lebih lanjut untuk memastikan diagnosis TB dengan
mempertimbangkan juga kemungkinan penyakit paru lain. Bila terbukti
TB maka pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih
kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama.
Kasus
- TB paru BTA +,
2 RHZE / 4 RH atau
2 RHZE / 6 HE
*2RHZE / 4R3H3
II
- Kambuh
- Gagal pengobatan
kanamisin,
sikloserin
15-18
ofloksasin,
ofloksasin,
etionamid,
etionamid,
minimal
6 RHE atau
*2RHZE /4 R3H3
- Kronik
- MDR TB
lini 2 atau H
(4 )
seumur hidup .
menunjukkan hasil positif apabila minimal terdapat minimal 50 basil tahan asam (BTA)
perm mL sputum dan membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu pertumbuhan
bakteri yaitu 6-8 minggu, jadi pemeriksaan ini kurang praktis.
Sedangkan pada anak, diagnosis TB pada juga sangat sukar karena gambaran
klinis TB tidak spesifik dan foto paru sulit diinterprestasi. Ditemukan kuman merupakan
standar baku emas sebagai diagnosis pasti TB, tetapi pada anak cara ini sanagt tidak
mungkin oleh karena TB pada anak mempunyai jumlah kuman yang sangat sedikit.
Skenario diagnosis TB pada anak seringkali didasarkan atas keluhan dan gejala yang
timbul, foto paru, uji tuberkulin, dan adanya kontak dengan kasus dewasa. Hal tersebut
(9,10 )
Rifampisin
MEKANISME
KERJA
Berdasarkan
terganggunya
mycolic acid , yang
diperlukan
untuk
membangun dinding
bakteri.
Isoniazid
merupakan
obat
kemoterapi
terpenting terhadap
berbagai tipe TB dan
selalu dalam bentuk
multiple
terapi
dengan
rifampisin
dan pirazinamid.
obat ini mematikan
kuma
yang
"dormant"
selama
fase pembelahannya
yang singkat. Maka,
obat
ini
sangat
penting
untuk
membasmi
semua
bacil guna untuk
mencegah
EFEK SAMPING
Polineuritis : radang saraf
dengan gejala kejang dan
gangguan
penglihatan.
Piridoksin : perasaan tidak
sehat, letih, lemah serta
anoreksia adalah lazim pula
DOSIS
oral/ i.m dewasa
dan anak-anak 1
dd
4-8
mg/kg/hari sehari
atau dd 300-400
mg atau sebagai
single-dose
bersama
rifamfisin, pagi
hari a.c atau
sesudah makan
bila
terjadi
gangguan
lambung
TBC, MAC oral
1 dd 300-600 mg
dengan
kombinasi
dengan 2 dd
klaritromisin 0,5
g dan etambutol 1
dd
150
mg.
Profilaksis
MAC : 1 dd 300
Etambutol
Pirazinamid
Streptomisin
kambuhnya TB
berdasarkan
penghambatan RNA
pada kuman yang
sedang
membelah
juga
menghindar
terbentuknya
mycolic acid pada
dinding sel.
hipersensitasi.
neuritis optica (radang saraf
mata) yang mengakibatkan
gangguan penglihatan, antara
lain
kurang
tajamnya
penglihatan dan buta warna
terhadap warna merah-hijau.
pengubahan menjadi
asam pirazinat oleh
enzim
pyrazinamidase
yang berasal dari
bacil TBC. Obat ini
khusus
digunakan
pada fase intersif,
pada
fase
pemeliharaannya
bila
terdapat
multiresistensi
berdasarkan
penghambatan
sintesa
protein
kuman dengan jalan
pengikatan
pada
RNA
ribosomal.kedua
antibiotika ini toksis
untuk
organ
pendengaran.
mg.
oral sekaligus 2025
mg/kg/hari
(garam di HCL)
selalu
dengan
kombinasi
dengan INH. i.v
(infus) 1 dd 15
mg/kg dalam 2
jam.
oral 1 dd 30
mg/kg selama 2-4
bulan ,
maksimum 2g
sehari. Pada
meningitis TBC
50 mg/kg/hari.
i.m/i.v 15 mg/kg
dalam 2-3 kali
(garam
sulfat)
seiap hari atau 24 X seminggu,
maksimum 1 g
(11)
sehari .
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Arthur C, Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
2. Jawetz, Melnick, Adelberg. 2012. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
3. Sandstrom, Staffan. 2010. Ulasan Radlografl (The WHO Manual of Diagnostic
Imaging: Radiographic Technique and Projections). Jakarta : EGC
4. PDPI. 2006. Tuberkulosis : Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia . Jakarta : PDPI
5. Sudoyo, Aru W., dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi IV .
Jakarta : Interna Publishing
6. Depkes, 2006.Pemeriksaan Miroskopis Tuberkulosis. Panduan Bagi PetugasLaboratorium
7. Kemenkes, 2011.Modul Pelatihan Pemeriksaan Mikroskopis TB.
8. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.
9. Palomino JC. Nonconventional and new methods in the diagnosis of tuberculosis: feasibility
and applicability in the field. Eur respir J 2005 ; 26:339-50
10. Lodha R, Kabra SK. Never diagnostics modalities for tuberculosis. Indian J Pediatr 2004 ;
71:221-7
11. Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja, OBAT-OBAT PENTING Khasiat, Penggunaan
dan Efek-efek Sampingnya, Edisi 5, Alex Media Komputindo, Jakarta, Maret 2002.
12. Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC
13. Ganong. 1993. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
14. Lorraine M.Wilson. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta.2002
15. Chernecky CC & Berger BJ. Laboratory Tests and Diagnostic Procedures 5th edition.
Saunders-Elsevier, 2008.
16. Hariadi, slamet, et all. 2011. Ilmu penyakit paru. Surabaya : FKUNAIR
17. A. Price, sylvia, et all. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Proses penyakit. Jakarta :
EGC