Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 2 BLOK 3.1


KELAINAN SISTEM RESPIRASI

KELOMPOK II:
ARIEF HIDAYAT HERIONO

G1A115039

DENAYOZA ANDAM SURI

G1A115040

RISKI NANDA ANGGRIYENI

G1A115041

RUDI BERLIAN PANJI ARAS

G1A115042

HANNA ASMAR

G1A115043

GHOZI FADLUL RAMADHAN

G1A115044

ULFADIYA PUTRI

G1A115045

HAIRON DHIYAULHAQ

G1A115046

SAMUEL BATARA BONAR

G1A115047

BIANTI PUTRI SEKARANI

G1A115048

DOSEN PEMBIMBING :
dr. Amelia Dwi Fitri, M.Med.Ed
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS JAMBI
2016/2017

SKENARIO
Batuk-batuk
Ny. Rima 40 tahun,datang ke poli paruRS. Raden Mattaher dengan keluhan batuk sejak 2 bulan
yang lalu. Batuk yang dirasakan disertai dahak warna kuning kehijauan tetapi tidak disertai darah.
Keluhan juga disertai demam dan sering merasa berkeringat pada malam hari. Ny. Rima merasa
nafsu makannya semakin berkurang dan berat badannya turun.
Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan menduga Ny. Rima mengalami infeksi paru sehingga
merencanakan akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk membantu memastikan
penyakit Ny. Rima.

KLARIFIKASI ISTILAH
1. Batuk
:
Suatu mekanisme respon tubuh untuk mengeluarkan benda asing
sebagai refleks fisiologis , Adanya iritasi pada saluran pernapasan supaya bersih.
2. Dahak
:
Mucus yang di sekresikan secara berlebihan terkadang disertai
dengan batuk.
3. Demam
:
Peningkatan suhu tubuh diatas normal (37,2)
4. Infeksi
:
Keadaan respon tubuh yang ditandai dengan adanya organism
(bakteri/kuman) ditandai dengan adanya gejala klinis.

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa saja tipe-tipe batuk dan apa makna klinis batuk sejak 2 bulan yang lalu?
2. Apa makna klinis dari dahak kuning kehijauan? Jelaskan ciri-ciri dahak dari setiap
penyakit dan jelaskan jenis-jenis dahak serta makna klinisnya?
3. Bagaimana mekanisme berkeringat pada malam hari dan demam secara umum? Apakah
hanya TB yang terjadi pada malam hari?
4. Apa penyebab nafsu makan berkurang serta berat badan menurun? Apa hanya TB yang
menyebabkan anoreksia?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Ny. Rima?
6. Apa diagnosis bandingnya?
7. Bagaimana alur diagnosis dari penyakit Ny. Rima?
8. Apa etiologi dari penyakit Ny. Rima?
9. Bagaimana pathogenesis dari penyakit Ny. Rima?
10. Bagaimana tatalaksana dari penyakit Ny. Rima?
11. Bagaimana komplikasi dari penyakit Ny. Rima?

CURAH PENDAPAT

1. Batuk terdiri dari 3 jenis, yaitu


a. Batuk akut
b. Batuk sub-akut
c. Batuk kronik

Penyakit yang ditandai dengan gejala batuk berdahak

a. Pneumonia
b. Tuberculosis
c. Bronkiektasis
d. Asma
e. Influenza
2. Jenis-jenis dahak
:
a. Dahak kuning kehijauan
b. Dahak kuning
: Infeksi
c. Dahak hijau
: Penimbunan nanah
d. Dahak kemerahan
e. Dahak hitam
f. Dahak bening
3. Infeksi, respon tubuh DemamHomeostasis, berkeringat
4. Terjadinya anoreksia
5. Pemeriksaan penunjang
:
a. Radiologis
b. Laboratorium
c. Tuberculin
6. Diagnosis banding
:
a. Tuberculosis
b. Pneumonia
c. Abses paru
(dicurigai sambil menunggu hasil pemeriksaan penunjang)
7. Anamnesis Pemeriksaan Fisik-Pemeriksaan Penunjang
8. Etiologi tuberculosis : terpajan bakteri Mycobacterium tuberculosis
9. Patogenesis
a. TB primer
b. TB sekunder (pasca primer)
10. Tatalaksana : pengobatan jangka panjang dengan DOTS
11. Komplikasi :
a. Komplikasi dini
b. Komplikasi lanjut
ANALISIS MASALAH
1. Apa saja tipe-tipe batuk dan apa makna klinis batuk sejak 2 bulan yang lalu?
Jawab :
Tipe-tipe dari batuk :

Berdasarkan episode :
a. Akut
b. Subakut
c. Kronik

: Batuk yang berlaongsung kurang dari 3 minggu


: Batuk yang berlangsung sekitar 3-8 minggu
: Batuk yang berlangsunglebih dari 8 minggu

Berdasarkan produksi :
a. Produktif

Suatu

mekanisme

perlindungan

dengan

fungsimengeluarkan zat-zat asing (kuman,debu, dan sebagainya) dan


dahak dari batang tenggorokan.
b. Non produktif : bersifat kering tanpa adanya dahak, misalnya pada batuk
rejan (pertusis, kinkhoest) atau juga karena pengeluarannya memang tidak
mungkin, seperti pada tumor.
Makna klinis batuk sejak 2 bulan yang lalu :
Batuk dikarenkan suatu iritan yang masuk. Ketika batuk belum semuh selama leih 2
bulan itu di karenakan suatu respon fisiologi saluran nafas yang melemah dan kuman
yang sudah resisten sehingga kuman tersebut masih tetap ada di saluran nafas san sulit di
(16)
keluarkan .

2. Apa makna klinis dari dahak kuning kehijauan? Jelaskan ciri-ciri dahak dari setiap
penyakit dan jelaskan jenis-jenis dahak serta makna klinisnya?
Jawab :
Makna klinis dahak kuning kehijauan
:
Dahak yang berwarna kuning itu sendiri di karena kan suatu proses infeksi. Dahak
yang berwarna hijau di karena kan penimbunan aksudat nanah ,warna hijau timbul karena
adanya verdoperokide yang hasilkan oleh leukosit polimefornuklear dalam sputum.
Ciri-ciri dahak dari setiap penyakit

a. Pada penyakit Abses paru


:
1) Berbau tidak sedap
2) Bernanah
3) Berwarna hijau
b. Pada penyakit Bronkitis kronik :
1) Berwarna putih keabuan
2) Berbusa
c. Pada penyakit TB
:

1) Tergantung derajatnya (produksi, non produksi, dan hemoptisis)


d. Pada penyakit Pneumonia
:
1) Dahak kental
2) Terdapat darah dan pus
Jenis jenis dahak/sputum dan penyebabnya :
1) Sputum berwarna kekuning kuningan disebabkan dari hasil infeksi
2) Sputum berwarna hijau dikarenakan adanya penimbunan nanah
3) Sputum berwarna merah muda dan berbusa merupakan tanda edema paru akut
4) Sputum yang berlendir, lengket dan berwarna abu abu atau putih merupakan
tanda bronkitis kronik
(17)
5) Sputum yang berbau busuk merupakan tanda abses paru atau bronkiektasis .

3. Bagaimana mekanisme berkeringat pada malam hari dan demam secara umum?
Apakah hanya TB yang terjadi pada malam hari?
Jawab :
Keringat malam adalah suatu keluhan subyektif berupa berkeringat pada malamhari
yang diakibatkan oleh irama temperatur sirkadian normal yang berlebihan. Suhutubuh
normal manusia memiliki irama sirkadian di mana paling rendah pada pagi harisebelum
fajar yaitu 36.1C dan meningkat menjadi 37.4 C atau lebih tinggi pada sorehari sekitar
pukul 18.00 kejadian demam/ keringat malam mungkin dihubungkan dengan
iramasirkadian ini. Variasi antara suhu tubuh terendah dan tertinggi dari setiap orang
berbeda- beda tetapi konsisten pada setiap orang. Belum diketahui dengan jelas mengapa
tuberkulosis menyebabkan demam pada malam hari.Ada pendapat keringat malam pada
pasien tuberkulosis aktif terjadi sebagai respon salahsatu molekul sinyal peptida yaitu
tumour necrosis factor alpha (TNF-) yang dikeluarkanoleh sel-sel sistem imun di mana
mereka bereaksi terhadap bakteri infeksius(M.tuberculosis). Monosit yang merupakan
sumber TNF- akan meninggalkan alirandarah menuju kumpulan kuman M.tuberculosis
dan menjadi makrofag migrasi.Walaupun makrofag ini tidak dapat mengeradikasi bakteri
secara keseluruhan, tetapi pada orang imunokompeten makrofag dan sel-sel sitokin
lainnya akan mengelilingi kompleks bakteri tersebut untuk mencegah penyebaran bakteri
lebih lanjut ke jaringan sekitarnya.TNF- yang dikeluarkan secara berlebihan sebagai
respon imun ini akan menyebabkandemam, keringat malam, nekrosis, dan penurunan
berat badan di mana semua inimerupakan karakteristik dari tuberkulosi. Demam timbul
sebagai akibat respon sinyal kimia yang bersirkulasi yang menyebabkan hipotalamus

mengatur ulang suhu tubuh ke temperatur yang lebih tinggi untuk sesaat. Selanjutnya
suhu tubuh akan kembali normal dan panas yang berlebihan akan dikeluarkan melalui
keringat.
Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit, walaupun terpapar
suhu lingkungan yang bervariasi.Suhu tubuh diaturoleh hipotalamus yang mengatur
keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.Produksi panas tergantung
pada aktivitas metabolik dan aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi melalui radiasi,
evaporasi, konduksi dan konveksi. Dalam keadaan normal termostat dihipotalamus selalu
diatur pada
set point sekitar 370 C, setelah informasi tentang suhu diolah dihipotalamus selanjutnya
ditentukan

pembentukan

dan

pengeluaran

panas

sesuai

denganperubahan

set

point .Hipotalamus posterior bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi


pengeluaran panas. Bila hipotalamus posterior menerima informasi suhu luar lebih
rendah dari suhu tubuh maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan
metabolisme dan aktivitas otot rangka dalam bentuk menggigil dan pengeluaran panas
dikurangi dengan vasokontriksi kulit dan pengurangan produksi keringat sehingga suhu
tubuh tetap dipertahankan tetap. Hipotalamus anterior mengatur suhu tubuh dengan cara
mengeluarkan panas. Bila hipotalamus anterior menerima informasi suhu luar lebih tinggi
dari suhu tubuh maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan vasodilatasi kulit dan
menambah produksi keringat. Umumnya peninggian suhu tubuh terjadi akibat
peningkatan set point . Infeksi bakteri menimbulkan demam karena endotoksin bakteri
merangsang sel PMN untuk membuat pirogenendogen yaitu interleukin-1, interleukin 6
atau tumor nekrosis faktor. Pirogen endogen bekerjadi hipotalamus dengan bantuan
enzim siklooksigenase membentuk protaglandin ( PG 1 ) ,selanjutnya prostaglandin
meningkatkan set point hipotalamus. Selain itu pelepasan pirogen endogendiikuti oleh
pelepasan cryogens (antipiretik endogen) yang ikut memodulasi peningkatan suhu tubuh
(13)
dan mencegah peningkatan suhu tubuh pada tingkat yang mengancam jiwa .

4. Apa penyebab nafsu makan berkurang serta berat badan menurun? Apa hanya TB
yang menyebabkan anoreksia?

Jawab :
Infeksi Mycobacterium tuberculosis aktifasi makrofag oleh IFN- produksi
pirogen endogen IL-1, IL-4, IL-6, TNF- Pirogen endogen bersirkulasi sistemik dan
menembus masuk hematoencephalic barrier berekasi terhadap hipothalamus efek
sitokin pirogen endogen pada hipothalamus menyebabkan produksi prostaglandin
prostaglandin merangsang cerebral cortex (respon behavioral) nafsu makan menurun
dan leptin meningkat menyebabkan stimulasi dari hipothalamus

nafsu makan

disupresi pada masa yang sama terjadi peningkatan metabolisme tubuh pada pasien
TB karena peningkatan penggunaan energi metabolik .
Penurunan nafsu makan dan peningkatan metabolisme tubuh pasien TB menyebabkan
(14)

penurunan berat badan .

5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Ny. Rima?


Jawab :
Pemeriksaan Penunjang
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalahlamanya waktu yang
dibutuhkan

untuk

pembiakan

kumantuberkulosis

secara

konvensional.

Dalam

perkembangan kini adabeberapa teknik baru yang dapat mengidentifikasi kuman


tuberkulosis secara lebih cepat.
1.

Uji tuberkulin

Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi TBdi daerah dengan
prevalensi tuberkulosis rendah. Di Indonesiadengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi,
pemeriksaan ujituberkulin sebagai alat bantu diagnostik kurang berarti, apalagipada orang
dewasa. Uji ini akan mempunyai makna biladidapatkan konversi dari uji yang dilakukan
satu bulansebelumnya atau apabila kepositifan dari uji yang didapat besarsekali atau
bulan.Pada pleuritis tuberkulosa uji tuberkulin kadang negatif, terutamapada malnutrisi
dan infeksi HIV. Jika awalnya negatif mungkindapat menjadi positif jika diulang 1 bulan

kemudian.Sebenarnya secara tidak langsung reaksi yang ditimbulkan hanyamenunjukkan


gambaran reaksi tubuh yang analog dengan :
a. reaksi peradangan dari lesi yang berada pada target organ yang
terkena infeksi, atau
b. status respon imun individu yang tersedia
bila menghadapi agent dari basil tahan asam yang bersangkutan(Mycobacterium
tuberculosis).
2.

Pemeriksaan darah

Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkanindikator yang spesifik untuk


tuberkulosis. Laju endapdarah ( LED) jam pertama dan kedua sangat dibutuhkan.Data ini
sangat penting sebagai indikator tingkat kestabilankeadaan nilai keseimbangan biologik
penderita, sehinggadapat digunakan untuk salah satu respon terhadappengobatan
penderita serta kemungkinan sebagai predeteksitingkat penyembuhan penderita.
Demikian pula kadarlimfosit bisa menggambarkan biologik/ daya tahan tubuh penderita ,
yaitu dalam keadaan supresi / tidak. LED seringmeningkat pada proses aktif, tetapi laju
endap darah yangnormal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfosit-punkurang spesifik.
3.

Pemeriksaan histopatologi jaringan

Bahan histopatologi jaringan dapat diperoleh melalui biopsiparu dengan Trans Bronchial
Lung Biopsy (TBLB), Trans Thoracal Biopsy (TTB), biopsi paru terbuka, biopsi
pleura,biopsi kelenjar getah bening dan biopsi organ lain diluarparu. Dapat pula
dilakukan biopsi aspirasi dengan jarumhalus (BJH =biopsi jarum halus). Pemeriksaan
biopsidilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis, terutamapada tuberkulosis
ekstra paru. Diagnosis pasti infeksi TB didapatkan bila pemeriksaanhistopatologi pada
jaringan paru atau jaringan diluar parumemberikan hasil berupa granuloma dengan
perkejuan.
4. Pemeriksaan Cairan Pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairanpleura perlu dilakukan pada
penderita efusi pleura untukmembantu menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil

analisisyang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivaltapositif dan kesan cairan
eksudat, serta pada analisis cairanpleura terdapat sel limfosit dominan dan glukosa
rendah.
5. Pemeriksaan BACTEC ( Best Patient Care Drug Neutralization Capabilities).
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik. M
tuberculosis memetabolismeasam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang
akandideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapatmenjadi salah satu
alternatif pemeriksaan biakan secaracepat untuk membantu menegakkan diagnosis.
6. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:
a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yangdapat mendeteksi respon
humoral berupa prosesantigen-antibodi yang terjadi. Beberapa masalahdalam
teknik ini antara lain adalah kemungkinanantibodi menetap dalam waktu yang
cukup lama.
b. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalamtubuh manusia. Uji ini
menggunakan antigenlipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatualat
yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik inikemudian dicelupkan ke dalam serum
penderita, danbila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifikanti LAM
dalam jumlah yang memadai yang sesuaidengan aktiviti penyakit, maka akan
timbul perubahanwarna pada sisir yang dapat dideteksi dengan mudah.
c. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yangterjadi.
d. ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICTtuberculosis) adalah uji serologik
untuk

mendeteksiantibodi

Mycobacterium

tuberculosis

dalam

serum.

Uji

ICTtuberculosis merupakan uji diagnostik TB yangmenggunakan 5 antigen spesifik

yang

berasal

darimembran

diantaranyaantigen

sitoplasma

Mycobacterium

tersebutdiendapkan

dalam

Mycobacterium

tuberculosis

bentuk

38

garis

kDa.

Ke

melintang

tuberculosis,
5

antigen

padamembran

immunokromatografik (2 antigendiantaranya digabung dalam 1 garis) dismaping


gariskontrol. Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 lditeteskan ke bantalan warna
biru,

kemudian

serumakan

berdifusi

melewati

garis

antigen.

Apabila

serummengandung antibodi IgG terhadap M.tuberculosis,maka antibodi akan


berikatan

dengan

antigen

danmembentuk

garis

warna

merah

muda.

Uji

dinyatakanpositif bila setelah 15 menit terbentuk garis kontroldan minimal satu dari
empat garis antigen padamembran.Dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan
serologiyang diperoleh, para klinisi harus hati hati karenabanyak variabel yang
mempengaruhi kadar antibodiyang terdeteksi.Saat ini pemeriksaan serologi belum
bisa dipakaisebagai pegangan untuk diagnosis.
7.

Polymerase chain reaction (PCR):

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapatmendeteksi DNA, termasuk


DNA M.tuberculosis. Salah satumasalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah
kemungkinankontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup banyakdipakai, kendati
masih memerlukan ketelitian dalampelaksanaannya.Hasil pemeriksaan PCR dapat
membantu untuk menegakkandiagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan
dengancara yang benar dan sesuai standar.Apabila hasil pemeriksaan PCR positif
sedangkan data laintidak ada yang menunjang kearah diagnosis TB, maka hasiltersebut
tidak dapat dipakai sebagai pegangan untukdiagnosis TB ?Pada pemeriksaan deteksi
Mycobacterium tuberculosis tersebut diatas, bahan/spesimen pemeriksaan dapat berasal
(4 )
dari paru maupun luarparu sesuai dengan organ yang terlibat .

6. Apa diagnosis bandingnya?


Jawab :
Diagnosis Banding
N

Diagnosis Banding

Gejala

O
1.

Tuberkulosis

Demam seperti influenza, keringat malam, batuk dari tak


berdahak menjadi berdahak dan bisa disertai darah, sesak

2.
3.
4.

Pneumonia

nafas, nyeri dada, malaise


Nyeri telan, demam >40 C, menggigil, batuk berdahak

Abses Paru

kental bisa disertai darah maupun pus.


Jaari tabuh, malaise, demam menggigil, batuk, nyeri

Bronkiektasis

dada, sesak nafas, sianosis.


Demam, batuh berdahak berbau dapat disertai darah
maupun tidak, terdengar ronkhi pada daerah yang terkena,
(5,12)

jari tabuh .

7. Bagaimana alur diagnosis dari penyakit Ny. Rima?


Jawab :
1. Anamnesis
Keluhan utama : ibu kemari ada keluhan apa?
RPS : sejak kapan sakit nya buk?
RPD : sebelum nya ibu pernah sakit seperti ini?
RPK :keluarga ibu ada yang menderita penyakit seperti ibu?
RSE : disekitar lingkungan rumah ibu ada yang menderita penyakit yang sama seperti
ibu?
Anamnesis Sistem
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Cardiovaskular : ibu merasa jantung nya berdebar-debar ?


Respiratori : ada merasa sesak nafas?
Digesti : ada merasa mual ?
Urinari : buang air kecil dan besar nya lancar?
Integumen : ada merasa gatal-gatal ?
Cerebro spinal : ada merasa pusing
Reproduksi : menstruasi nya lancar ?

2. Pemeriksaan fisik
a. inspeksi
b. palpasi

c. perkusi
d. auskultasi
3. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan sputum
8. Apa etiologi dari penyakit Ny. Rima?
Jawab :
Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Ukuran
dari bakteri ini cukup kecil, yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dan bentuk dari bakteri
ini yaitu batang, tipis, lurus atau agak bengkok, bergranul, tidak mempunyai selubung
tetapi kuman ini mempunyai lapisan luar yang tebal yang terdiri dari lipid (terutama asam
mikolat). Sifat dari bakteri ini agak istimewa, karena bakteri ini dapat bertahan terhadap
pencucian warna dengan asam dan alkohol sehingga sering disebut dengan bakteri tahan
asam (BTA). Selain itu, bakteri ini juga tahan terhadap suasana kering dan dingin. Bakteri
ini dapat bertahan pada kondisi rumah atau lingkungan yang lembab dan gelap bisa
sampai berbulan-bulan namun bakteri ini tidak tahan atau dapat mati apabila terkena
(8 )
sinar, matahari atau aliran udara .

9. Bagaimana pathogenesis dari penyakit Ny. Rima?


Jawab :
A. TUBERKULOSIS PRIMER
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan
paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut sarang primer
atau afek primer. Sarang primer ini mugkin timbul di bagian mana saja dalam paru,
berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran
getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh
pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersamasama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini
akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya

Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian dimana


terdapat penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus
yang

membesar

sehingga

menimbulkan

obstruksi

pada

saluran

napas

bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar


sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan
peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai
epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya. Penyebaran ini juga terjadi ke dalam usus.
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian penyebaran ini sangat
bersangkutan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi basil. Sarang yang
ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak terdapat imuniti
yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti
tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran
ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang,
ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini
mungkin berakhir dengan :
1) Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan
terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis,
tuberkuloma), atau
2) Meninggal
: Semua

kejadian

diatas

adalah

perjalanan

tuberkulosis primer.
B. TUBERKULOSIS POST-PRIMER
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis
post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama
yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localizedtuberculosis,
tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi

problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus
superior maupun lobus inferior.
Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib sarang
pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidakmeninggalkan cacat.
2. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan dengan
penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih
keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya
dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan
menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti
akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya
berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik).
Nasib kaviti ini :
a. Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru. Sarang
pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan diatas
b. Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan disebut
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tapi mungkin
pula aktif kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
c. Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed
cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri, akhirnya mengecil.
Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus, dan menciut sehingga
kelihatan seperti bintang (stellate shaped) .

(4 )

10. Bagaimana tatalaksana dari penyakit Ny. Rima?


Jawab :
Pengobatan T memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan agar dapat
mencegah perkembangan resistensi obat. WHO telah menerapkan strategi DOTS
dimanaterdapat petugas kesehatan tambahan yang berfungsi secara ketat mengawasi
pasien minum obat untuk memastikan kepatuhannya. WHO juga telah menetapkan

paduan pengobatan standar yang membagi pasien menjadi 4 kategori berbeda menurut
definisi kasus TB nya.
A. Kategori 1
Pasien TB paru dengan sputum BTA positif dan kasus baru. TB paru bisa ada
bersamaan dengan TB berat lainnya seperti TB milier, pleuritis masif atau bilateral,
perikarditis, peritonitis, TB usus, saluran kemih, meningitis, spondilitis dengan gangguan
neurologik. Bisa juga TB dengan sputum BTA negatif tetapi kelainan parunya luas.
Pengobatan pada fase awal (intensif) paduannya terdiri dari 2 RHZE (S), setiap hari
selama dua bulan. Sputum BTA yang awalnya positif, setelah 2 bulan terapi diharapkan
jadi negatif dan terapi TB diteruskan dengan fase lanjutan: 4 HR atau 4 H3R3 atau 6 HE.
Apabila sputum BTA masih tetap positif diakhir bulan ke-2 fase awal, maka fase awal
tersebut diperpanjang selama 4 minggu lagi.
B. Kategori 2
Kategori ini diberikan pada kasus kambuh atau gagal dengan sputum BTA positif.
Terapi awalnya 2 RHZES/ 1 RHZE. Dimana RHZE diberikan setiap hari selama 3 bulan
sedangkan S diberikan hanya di dua bulan pertama. Bila sputum BTA menjadi negatif di
akhir bulan ke-3, maka fase lanjutan bisa segera dimulai. Tapi bila sputum BTA masih
produktif maka fase awal dengan RHZE diteruskan lagi selama satu bulan. Bila pada
akhir bulan ke 4 sputum BTA masih tetap positif, lakukan kultur ulang sputum BTA dan
obat dilanjutkan dengan 5 RHE atau 5 H3R3.
C. Kategori 3
Disini terdapat TB paru dengan sputum BTA negatif, tetapi kelainan parunya
tidak luas. Dulunya terapi cukup dengan paduan 2 RHZ atau 2 R3H3Z3E3 dan kemudian
diteruskan dengan fase lanjutan 2 RH atau 2R3H3. Dalam perkembangan paduan ini
ternyata kurang baik karena masih berpeluang terjadinya kekambuhan sehingga
paduannya dirubah menjadi sama dengan kategori 1 yakni 2 bulan fase awal dan
diteruskan dengan 4 bulan fase lanjutan.
D. Kategori 4

Disini terjadi TB kronik dimana sputum BTA tetap positif walaupun sudah
menjalani terapi lengkap selama 6 bulan. Pada kelompok ini mungkin sudah terjadi
(8 )
resistensi multi obat TB (multi drugs resistant tuberculosis( MDR-TB)) .

Kategori
I

Kasus
- TB paru BTA +,
BTA - , lesi
luas

II

II

- Kambuh
Gagal
pengobatan

- TB paru putus
berobat

Paduan
obat
yang diajurkan
2 RHZE / 4 RH atau
2 RHZE / 6 HE
*2RHZE / 4R3H3

Keterangan

-RHZES / 1RHZE /
sesuai
hasil
uji
resistensi
atau
2RHZES / 1RHZE / 5
RHE
-3-6
kanamisin,
ofloksasin, etionamid,
sikloserin
/
15-18
ofloksasin, etionamid,
sikloserin
atau
2RHZES / 1RHZE /
5RHE

Bila streptomisin
alergi,
dapat
diganti
kanamisin

Sesuai
lama
pengobatan
sebelumnya,
lama
berhenti minum obat
dan keadaan klinis,
bakteriologi
dan
radiologi saat ini (lihat
uraiannya) atau
*2RHZES / 1RHZE /
5R3H3E3
2 RHZE / 4 RH atau
6 RHE atau
*2RHZE /4 R3H3

III

-TB paru BTA


neg. lesi minimal

IV

- Kronik

RHZES / sesuai hasil


uji resistensi (minimal
OAT yang sensitif) +
obat lini 2 (pengobatan
minimal 18 bulan)

IV

- MDR TB

Sesuai uji resistensi +


OAT lini 2 atau H
seumur hidup

.(4 )

Ringkasan
obat:

paduan

11. Bagaimana
komplikasi
dari penyakit
Ny. Rima?
Jawab :
Penyakit TB
paru bila tidak
ditangani
dengan benar
akan
menimbulkan
komplikasi.
Komplikasi
dibagi atas:

1) Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, TB usus, Poncets


arthropathy.
2) Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas (Sindrom Obstruksi Pasca TB),
kerusakaan parenkim berat (fibrosis paru), kor-pulmonal, amiloidosis paru,
sindrom gagal napas dewasa (ARDS), TB milier, jamur paru ( aspergillosis) dan
(8 )
kavitas .

LEARNING ISSUE
1. Apa peran asam arakhidonat dan leukotrien pada demam dan keringat malam?
Jawab :

Bakteri/allergen yang mengandung zat toksin (Pirogen eksogen) masuk ke saluran


pernafasan --> terjadi mekanisme pertahanan tubuh yaitu leukosit dan makrofag untuk
memfagosit --> sel leukosit, dan makrofag tersebutakan mengeluarkan zat pyrogen
endogen yaitu IL1, TNF, IL6, dan INF serta faktor inflamasi seperti histamin dan
leukotrien yang akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk mengeluarkan asam
arakhidonat --> Asam arakhidonat akan memacu pengeluaran prostaglandin E2 yang akan
mempengaruhi kerja thermostat hipotalamus --> meningkatkan produksi panas dan
(1)
menurunkan pengeluaran panas .

2. Apa saja faktor virulensi TB?


Jawab :
Etiologi dari penyakit Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini berbentuk batang, aerob dan tidak membentuk spora. Walaupun tidak
mudah diwarnai, namun apabila bakteri ini telah menyerap suatu zat warna, maka
sulit untuk melunturkannya terkait dengan dinding selnya yang mengandung lipid
konsentrasi tinggi.
Sifatnya yang aerob membuat bakteri ini biasanya paling banyak ditemukan
pada daerah bertekanan oksigen tinggi. Hal ini dikarenakan bakteri ini menyukai
oksigen. Oleh sebab itu, pada paru individu yang terinfeksi biasanya kuman tbc
akan menumpuk / konsolidasi di daerah apeks paru yang bertekanan oksigen
paling tinggi. Selanjutnya apeks paru disebut tempat predileksi bagi penyakit TB.
Bakteri ini tidak dapat digolongkan pada bakteri gram negatif ataupun
positif. Hal ini karena bakteri tersebut tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan
gram, melainkan harus dengan pewarnaan khusus melalui pemanasan terlebih
dahulu.
Dinding sel bakteri ini mengandung asam mikolat yang terdiri dari lipid
(60%), peptidoglikan dan arabinogalaktan yang bertanggung jawab dalam sifat
bakteri yang tahan asam. Mycobacterium tuberculosis pada umumnya cukup
resisten terhadap suatu pengobatan dikarenakan sifat permukaan dinding sel

bakteri yang hidrofobik dan pola pertumbuhan bakteri yang bergerombol sehingga
(2)

sulit sekali zat kimia obat mempengaruhi dan berinteraksi dengan bakteri ini .
3. Bagaimana cara dan posisi rontgen pada TB?
Jawab :

Rontgen merupakan salah satu pemeriksaan penunjang untuk menegakkan


diagnosis terhadap berbagai penyakit, termasuk didalamnya TBC. Pemeriksaan
radiologi yaitu fotothorax dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
Posteroanterior (PA), Anteroposterior (AP), foto lateral, foto dekubitus lateral, foto
top lordotik, dan foto oblik. Setiap cara dan posisi memiliki tujuan yang berbedabeda.
Pemeriksaan standar pada TBC ialah fotothorax PA (Posteroanterior).
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
1) Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah
2) Kaviti, terutama lebih dari satu. Dikelilingi oleh bayangan opaque berawan
atau nodular
3) Bayangan bercak milier
4) Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang). Gambaran
radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif
5) Fibrotik
6) Kalsifikasi
7) Schwarte atau penebalan pleura
Pada kasus tuberkulosis, pemeriksaan radiologis memang membutuhkan
biaya yang lebih besar dibandingkan pemeriksaan sputum, tetapi dalam beberapa
hal seperti TB pada anak dan TB milier akan memberikan keuntungan. Pada
kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologis dada,
sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif.
Lokasi lesi tuberkulosis biasanya terdapat pada apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus

bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya
pada tuberkulosis endobronkial).
Pada awal penyakit TB saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia,
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat
berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal dengan tuberkuloma.

Gambaran Radiologis pada penderita TB Primer


Berikut beberapa cara dan posisi foto thorax yang dapat dilakukan :
1. Apabila pasien mampu berdiri , Thorax PA
Kecepatan kaset
Kaset dengan kombinasi layar-film (screen-film combination), kecepatan
nominal 200 dalam tempat kaset
Ukuran kaset
35x43 cm (14x17 inci)
35x35 cm (14x14 inci)
24x30 cm (lOx 12 inci) untuk anak-anak
Gunakan penanda Left (Kiri) atau Right (Kanan)

Cara Pemeriksaan
1. Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan, tentukan format kaset, dan
letakkan kaset dalam tempat kaset. Sejajarkan arah sinar terhadap susunan
kaset tersebut.
2. Atur posisi pasien, pastikan bahu pasien ditekankan ke depan dengan
benar. Sejajarkan lagi arah sinar, jika mungkin.
3. Beritahu pasien untuk menarik napas dalam, lalu menahan napas.
4. Pajankan sinar X (expose).
5. Beritahu pasien untuk bernapas biasa.

2. Apabila pasien mampu berdiri, Thorax lateral


Cara Pemeriksaan

1. Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan, tentukan format kaset, dan


letakkan kaset ke dalam temp at kaset. Sejajarkan arah sinar terhadap
susunan kaset tersebut.
2. Atur posisi pasien (biasanya lateral kin sesuai gambar pada halaman ini).
Sebaiknya pasien berdiri tegak atau agak condong ke depan (sedikit
bungkuk), jangan ke belakang. Gunakan lengan tempat kaset untuk
membantu menyokong tubuh. Sejajarkan lagi arah sinarnya jika mungkin.
3. Beritahu pasien untuk menarik napas dalam, lalu menahan napas.
4. Pajankan sinar X.
5. Beritahu pasien untuk bernapas secara normal.

3. Apabila duduk tegak pada kursi atau troli-hanya digunakan jika pasien tidak
mampu berdiri, toraks AP
Cara Pemeriksaan
1. Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan, tentukan format kaset, dan
letakkan kaset dalam tempat kaset. Sejajarkan arah sinar terhadap susunan
kaset tersebut.
2. Atur posisi pasien, pastikan pasien duduk tegak! Sejajarkan lagi arah sinar
jika mungkin .
3. Beritahu pasien untuk menarik napas dalam, lalu menahan napas.
4. Pajankan sinar X.
5. Beritahu pasien untuk bernapas secara normal.

4. Apabila pasien dapat duduk pada kursi atau troli-hanya digunakan jika pasien
tidak mampu berdiri
Cara Pemeriksaan
1. Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan, tentukan format kaset, dan
letakkan kaset dalam tempat kaset. Sejajarkan arah sinar terhadap susunan
kaset tersebut.
2. Atur posisi pasien. Sebaiknya pasien duduk tegak atau agak condong ke
depan (sedikit bungkuk), jangan ke belakang. Gunakan lengan tempat kaset
untuk membantu menyokong. Sejajarkan lagi arah sinar jika mungkin.
3. Beritahu pasien untuk menarik napas dalam, lalu menahan napas.
4. Pajankan sinar X.
5. Beritahu pasien untuk bernapas secara normal.

5. Toraks AP posisi telentang


Cara Pemeriksaan
1. Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan, tentukan format kaset, dan
letakkan kaset dalam tempat kaset. Sejajarkan arah sinar terhadap susunan
kaset tersebut.
2. Atur posisi pasien. Letakkan bantal kecil di bawah kepala. Pusatkan sinar.
Sejajarkan lagi arah sinar jika mungkin.
3. Beritahu pasien untuk menarik napas dalam, lalu menahan napas.
4. Pajankan sinar X.
5. Beritahu pasien untuk bernapas secara normal.

6. TORAKS AP APIKAL (LORDOTIK) ,Duduk bersandar ke belakang Apeks paru


paling jelas
1. Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan, letakkan kaset ke dalam
tempat kaset. Sejajarkan arah sinar terhadap susunan kaset tersebut.
2. Atur posisi pasien sebagaimana yang ditampilkan pada gambar di bawah ini.
Pusatkan sinar.
3. Beritahu pasien untuk menarik napas dalam, lalu menahan napas.
4. Pajankan sinar X.
5. Beritahu pasien untuk bernapas secara normal.

7. TORAKS DEKUBITUS LATERAL Berbaring pada sisi kanan (PA) atau kiri (AP)sinar mendatar (horizontal)

Proyeksi TAMBAHAN untuk mendeteksi cairan dalam rongga


pleura
Cara Pemeriksaan
1. Pasien masuk ke dalam kamar pemeriksaan, letakkan kaset dalam tempat
kaset. Sejajarkan arah sinar terhadap susunan kaset tersebut.
2. Atur posisi pasien sebagaimana yang ditampilkan pada gambar di bawah ini.
Pasien harus berbaring pad a sisi yang diduga terdapat cairan, dekat dengan
tempat kaset, di atas 2 bantal keras (dengan diberi jarak). Pusatkan sinar.
3. Beritahu pasien untuk menghembuskan napas KELUAR dan menahan
hembusan napas KELUAR.
4. Pajankan sinar X.
(3,4,5)
5. Beritahu pasien untuk bernapas secara normal .

4. Bagaimana
sputum yang
Jawab :
Teknik

teknik pemeriksaan
benar?

Pemeriksaan Sputum
Sputum adalah bahan atau cairan yang dihasilkan dari paru dan trakea yang

kemudian dikeluarkan melalui mulut.(Dorland, 1992)


Sputum juga dapat diartikan sebagai suatu cairan yang diproduksi dalam
alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus benar-benar dari
trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum berbeda dengan dengan ludah, cairan
sputum lebih kental dibandingkan dengan air ludah dan tidak terdapat gelembunggelembung busadiatasnya , sedang pada air ludah akan membentuk gelembunggelembung jernih dibagian atas permukaan cairan. Secara mikroskopik ludah akan
menunjukkan gambaran sel-sel gepeng sedangkan pada sputum tidak ditemukan hal
tersebut. (widman,1994)

Sputum yang baik untuk melakukan pemeriksaan sputum adalah sputum


yang diambil pada pagi hari setelah bangun tidur karena sputum yang dihasilkan pada
pagi hari mengandung paling banyak kuman.Sputum diambil sebelum menggosok gigi,
tapi sudah berkumur terlebih dahulu untuk membersihkan sisa-sia makanan yang
tertinggal di dalam mulut. (B. sandjaja, 1992)
Pemeriksaan sputum diperlukan apabila diduga terdapat penyakit pada paruparu.Pada membrane mukosa saluran pernafasan berespon terhadap inflamasi dengan
meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit. Pemeriksaan sputum meliputi pemeriksaan :
1 Jumlah sputum yang dihasilkan
Normalnya sputum yang dihasilkan oleh orang dewasa yaitu 100ml/hari.jumlah
berlebihan terlihat pada inflamasi bronchial kronik dan system paru, jumlah sedikit
dapat terlihat pada inflamasi bronchial akutdan pada tahap dini pneumonia lobar.
2
a
b
c

Warna, bau, viskositas


Sputum hitam dapat menunjukkan antrakosis (debu batubara).
Sputum berwarna karat, mukoporulen, dan kental mengindikasikan pneumonia.
Sputum berwarna kuning atau kehijauan dengan bau tidak sedap mengindikasikan

pseudomonas
d Sputum mukopurulen kental kekuningan terlihat pada tahap dini pneumonia lobar, abses
e
f

paru dan tuberculosis


Sputum berwarne abu-abu atau putih dan berlendir mengindikasikan bronchitis kronik.
Sputum berwarna merah muda dan berbusa mengindikasikan edema paru-paru akut.

3 Tes kultur sputum


Digunkan untuk mengidentifikasi organism spesifik untuk menegakkan diagnosa dan
menentukan keefektifan pengobatan antibiotic.
4 Pewarnaan gram
Digunakan untuk mendapatkan informasi tentang jenis mikroorganisne
5 Sensitivitas
Berfungsi untuk mengidentifikasi antibiotic yang mencegah pertumbuhan organisme
yang terdapat dalam sputum. Sputum dikumpulkan sebelum pemberian antibiotic
.
6 Basil tahan asam (BTA)
Digunakan untuk menentukan adanya mikrobakterium tuberkolosis.

7 Tes kuantitatif
Pengumpulan sputum selama 24-72 jam. Tes kuantitatif untuk menentukan apakah
sekresi yang dikeluarkan itu merupakan saliva, lendir, pus , atau bukan. Pada tes kulitatif,
klien diberikan wadah khusus untuk mengeluarkan sputum kemudian pada akhir 24 jam
wadah tersebut ditimbang sehingga dapat diketahui jumlah serta karakternya

Cara pemeriksaan sputum.


1
a
b
c
d
e
f
g
h
i

Persiapkan alat dan bahan


Wadah atau botol specimen sputum yang steril dengan penutup
Sarung tangan dan masker
Disinfektan dan alat penguap
Ose, kaca objek, Rak sediaan
Spirtus, alkohol
Label yang berisi lengkap untuk menandai wadah sputum
Obat kumur
Sputum klien
Larutan carbol fuchsin, larutan HCL, larutan methylen blue, xylol

2 Pengambilan sputum
Sebelumnya jelaskan terlebih dulu kepada klien tentang apa yang akan dilakukan,
berikan informasi dan intruksi kepada klien bahwa jangan menyentuh bagian dalam
specimen, menjaga bagian luar wadah sputum tidak terkena sputum.
a Posisikan klien pada posisi fowler atau semifowler
b Minta klien untuk berkumur dengan obat kumur yang telah disediakan
c Pasang sarung tangan dan pegang bagian luar wadah tersebut untuk klien Letakkan
wadah sputum yang sudah dibuka dekat dengan mulut dan keluarkan sputum kedalam
wadah yang telah disediakan . pastikan sputum tidak terkena bagian luar wadah sputum
d Minta klien untuk menarik nafas dalam 2-3 kali setiap kali hembuskan nafas dengan kuat
e

dan membatukkan sputum


Tutup rapat wadah tersebut, untuk mencegah adanya penyebaran mikroorganisme secara

tidak sengaja ketempat lain


f Lepas dan buang sarung tangan.
g Beri label yang berisi nama, alamat tanggal pengambilan serta nama pengirim
h Dokumentasikan smua informasi yang relevan meliputi jumlah , warna, dan konsistensi.
3
a
b
c
d

Pembuatan preparat
Ambil wadah sputum dan kaca objek yang beridentitas sama dengan wadah sputum
Panaskan ose diatas nyala api spritus sampai merah dan kemudian didinginkan
Ambil sputum dengan menggunakan ose
Buatlah hapusan diatas kaca objek dengan ukuran 2-3cm

e
f

Keringkan hapusan sputum dengan suhu kamar


Setelah setengah kering lewatkan preparat berisi hapusan sputum tersebut diatas nyala

api spritus sebanyak 3x selama 3-5 detik untuk difiksasi


g Setelah itu hapusan langsung diwarnai dengan pewarna Ziehl Neelsen
4
a
b
c
d
e
f
g
h

Pewarnaan Ziehl Neelsen


Teteskan carbol fuchsin pada hapusan sputum
Panaskan dengan api spritus sampai keluar uap 3-5 menit.
Bilas dengan air yang mengalir pelan sampai zat warna terbuang
Teteskan dengan alcohol HCL sampai warna merah pada fuchsin hilang
Bilas dengan air yang mengalir pelan
Teteskan larutan methylen blue dan diamkan 10-20 detik
Bilas dengan air yang mengalir pelan
Keringkan hapusan sputum diudara terbuka
Prinsip pewarnaan mycobacterium yang dinding selnya tahan asam karena
mempunyai lapisan lilin yang tidak mudah untuk ditembus cat. Pewarnaan Ziehl Neelsen
setelah basil tahan asam ( BTA) mengambil warna dari fchsin kemudian dicuci dengan
dengan air yang mengalir pelan, lapisan lilin akan terbuka pada saat dipanaskan dan akan
merapat kembali karena terjadi pendinginan pada saat dicuci. Saat dituangi dengan HCL
alcohol, warna merah pada dari basic fuchsin pada BTA tidak luntur sedangkan pada
bakteri yang tidak tahan asam akan melepaskan warna merahnya sehingga akan menjadi
pucat atau tidak berwarna. Pada waktu dicat dengan methylen blue BTA akan tetap
berwarna merah sedangkan pada bakteri yang tidak tahan asam akan mengambil warna
berwarna biru.

5 Pembacaan hapusan sputum


Preparat hapusan sputum yang terwarnai dan kering, dilap bagian bawahnya dengan
kertas tisu.Kemudian teteskan minyak imersi dengan 1 tetes pada hapusan
sputum.Hapusan sputumdibaca dengan mengunnakan mikrskop dengan perbesaran
kuat.Pembacaan hapusan sputumini dimulai dari ujung kiri dan digeser ke kanan
kemudian digeser kembali ke kiri. Pembacaan dilakukan secara sistematika, kuman
BTAberwarna merah berbentuk batang lurus, terpisah, berpasangan atau berkelompok
(6,7 )
dengan latar belakang berwarna biru .

5. Pemeriksaan darah apa saja yang digunanakan untuk TB?


Jawab :

Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi dilakukan dengan beberapa metode seperti:
a. Enzym Linked Immunsorbent Assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respons
humoral berupa proses antigen antibodi yang terjadi.Kelemahan utama dari teknik ELISA
ini adalah pengenceran serum yang tinggi dan perlu dilakukan untuk mencegah ikatan
nonspesifik dari imunoglobulin manusia pada plastik.
b. ICT (Immun Chromatografic Tuberculosis)
Uji ICT adalah uji serologi untuk mendeteksi antibodi M. Tuberkulosis dalam
serum. Uji ini merupakan uji diagnostik tuberkulosis yang menggunakan 5 antigen
spesifik yang berasal dari membran sitoplasma M. Tuberculosis.
c.Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia.
Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomanan yang ditempel dengan alat yang
berbentuk sisir plastik.
d.Uji peroksidaseanti peroksidase
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang terjadi.
e.Uji serologi yang baru/ IgG TB
Uji ini adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi antibodi IgG
dengan antigen spesifik untuk mikobakterium tuberkulosis. Di luar negeri metode ini
lebih sering digunakan untuk mendiagnosa TB ekstraparu, tetapi kurang baik untuk
diagnosa TB pada anak .

(8 )

Pemeriksaan darah rutin


Hemoglobin (Hb)

Nilai normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL, wanita hamil 10-15
gram/dL
Nilai normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL, bayi 10-17 gram/dL, neonatus
14-27 gram/dL

Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi.


Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis,
leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat
(vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin,
primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.

Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD
(bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis,
polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obatobatan: metildopa dan gentamisin.

Leukosit (Hitung total)


Nilai normal 4500-10000 sel/mm3
Neonatus 9000-30000 sel/mm3, Bayi sampai balita rata-rata 5700-18000 sel/mm 3, Anak
10 tahun 4500-13500/mm3, ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3, postpartum 970025700 sel/mm3
Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan
sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:

Anemia hemolitik

Sirosis hati dengan nekrosis

Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)

Keracunan berbagai macam zat

Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan


sulfonamid.

Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia
aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan
kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi,
sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa
antibiotik lainnya.
Leukosit (hitung jenis)
Nilai normal hitung jenis

Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3)

Eosinofil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3)

Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3)

Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3)

Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3)

Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3)

Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk penyakit
alergi di mana eosinofil sering ditemukan meningkat.

Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif dibanding


limfosit dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift to the left. Infeksi yang
disertai shift to the left biasanya merupakan infeksi bakteri dan malaria. Kondisi
noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the left antara lain asma dan

penyakit-penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan


merkuri (raksa), dan polisitemia vera.

Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif dibanding netrofil


disebut shift to the right. Infeksi yang disertai shift to the right biasanya
merupakan infeksi virus. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the
right antara lain keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.

Trombosit
Nilai normal dewasa 150.000-400.000 sel/mm3, anak 150.000-450.000 sel/mm3.

Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam berdarah


dengue, anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada
<30.000 sel/mm3.

Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit keganasan,


sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit imunologis, pemakaian
kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya trombositosis tidak berbahaya,
kecuali jika >1.000.000 sel/mm3.

Laju endap darah


Nilai normal dewasa pria <15 mm/jam pertama, wanita <20 mm/jam pertama
Nilai normal lansia pria <20 mm/jam pertama, wanita <30-40 mm/jam pertama
Nilai normal wanita hamil 18-70 mm/jam pertama
Nilai normal anak <10 mm/jam pertama

LED yang meningkat menandakan adanya infeksi atau inflamasi, penyakit


imunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit keganasan.

(15)

LED yang sangat rendah menandakan gagal jantung dan poikilositosis .

6. Bagaimana cara periksa, kriteria positif, sensitifitas pada orang dewasa dalam uji
tuberculin?
Jawab :
Uji tuberkulin adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui bahwa pasien pernah atau
tidak kontak dengan TB.
Cara Periksa:
Tes tuberkulin dilakukan dengan cara penyuntikan intrakutan dibagian polar sepertiga
bagian atas lengan bawah atau bisa juga dilakukan pada bagian paha. Penyuntikan
dilakukan dengan menggunakan cairan tuberkulin yang menganudng polimer, sitoplasma,
Mycobacterium TB. Banyaknya cairan yang dipakai tergantung pada usia pasien. Setelah
dilakukan penyuntikan, tunggu hingga 24-72 jam untuk melihat indurasi yang timbul.
Dan hitung diameter indurasi lokal
Hasil Interpretasi
a. Positif

: Jika terdapat diameter indurasi 10-15 mm --> pasien pernah kontak

dengan TB
b. Ragu
: Jika terdapat diameter indurasi 6-9 mm
c. Negatif
: Jika terdapat diameter indurasi 0-5 mm --> pasien tidak pernah kontak
(3)
dengan TB .

7. Apa perbedaan TB sekunder dengan TB pasca primer?


Jawab :
Kuman yang bersifat dormant (tidur) pada TB primer akan muncul bertahun-tahun
kemudian sebagai infeki endogen menjadi TB dewasa (TB sekunder=TB pasca primer).
Mayoritas reinfeksi mencapai 90%. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2015)
Berdasarkan kutipan yang didapatkan dari buku sumber, didapatkan bahwa
sebenarnya maksud dari TB sekunder dan TB pasca primer adalah sama yaitu kembalinya
penyakit TB paru pada individu yang sebelumnya tersensitasi. Kembalinya TB paru dapat

disebabkan oleh reaktivasi lesi primer yang dorman beberapa dekade setelah infeksi awal,
(8 )
juga dapat berasal dari reinfeksi eksogen .

8. Jelaskan pengertian DOTS?


Jawab :
DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT COURSE (DOTS)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kunci keberhasilan
program penanggulangan tuberkulosis adalah dengan menerapkan strategi DOTS, yang
juga telah dianut oleh negara kita. Oleh karena itu pemahaman tentang DOTS merupakan
hal yang sangat penting agar TB dapat ditanggulangi dengan baik.
DOTS mengandung lima komponen, yaitu :
1. Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB nasional
2. Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan BTA mikroskopis
3. Pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara langsung, dikenal dengan
istilah DOT (Directly Observed Therapy)
4. Pengadaan OAT secara berkesinambungan
5. Monitoring serta pencatatan dan pelaporan yang baku /standar

Saat ini terdapat 6 elemen kunci dalam strategi stop TB yang direkomendasi oleh WHO:
1. Peningkatan dan ekspansi DOTS yang bermutu, meningkatkan penemuan kasus
dan penyembuhan melalui pendekatan yang efektif terhadap seluruh pasien
terutama pasien tidak mampu
2. Memberikan perhatian pada kasus TB-HIV, MDR-TB, dengan aktiviti gabungan
TB-HIV, DOTS-PLUS dan pendekatan-pendekatan lain yang relevan
3. Kontribusi pada sistem kesehatan, dengan kolaborasi bersama program kesehatan
yang lain dan pelayanan umum
4. Melibatkan seluruh praktisi kesehatan, masyarakat, swasta dan nonpemerintah
dengan pendekatan berdasarkan Public-Private Mix (PPM) untuk mematuhi
International Standards of TB Care
5. Mengikutsertakan pasien dan masyarakat yang berpengaruh untuk berkontribusi
pada pemeliharaan kesehatan yang efektif

6. Memungkinkan dan meningkatkan penelitian untuk pengembangan obat baru, alat


diagnostik dan vaksin. Penelitian juga dibutuhkan untuk meningkatkan
keberhasilan program

1) Tujuan :
Mencapai angka kesembuhan yang tinggi
Mencegah putus berobat
Mengatasi efek samping obat jika timbul
Mencegah resistensi
2) Pengawasan
Pengawasan terhadap pasien TB dapat dilakukan oleh :
Pasien berobat jalan .
Bila pasien mampu datang teratur, misal tiap minggu maka
paramedis atau petugas sosial dapat berfungsi sebagai PMO. Bila pasien
diperkirakan tidak mampu datang secara teratur, sebaiknya dilakukan
koordinasi dengan puskesmas setempat. Rumah PMO harus dekat dengan
rumah pasien TB untuk pelaksanaan DOT ini
Beberapa kemungkinan yang dapat menjadi PMO
a) Petugas kesehatan
b) Orang lain (kader, tokoh masyarakat dll)
c) Suami/Istri/Keluarga/Orang serumah

Pasiendirawat :
Selama perawatan di rumah sakit yang bertindak sebagai PMO
adalah petugas rumah sakit, selesai perawatan untuk pengobatan

selanjutnya sesuai dengan berobat jalan.


3) Langkah Pelaksanaan DOT
Dalam melaksanakan DOT, sebelum pengobatan pertama kali dimulai,
pasien diberikan penjelasan bahwa harus ada seorang PMO dan PMO tersebut
harus ikut hadir di poliklinik untuk mendapat penjelasan tentang DOT
4) Persyaratan PMO
PMO bersedia dengan sukarela membantu pasien TB sampai sembuh
selama pengobatan dengan OAT dan menjaga kerahasiaan penderita HIV/AIDS.

PMO diutamakan petugas kesehatan, tetapi dapat juga kader kesehatan,


kader dasawisma, kader PPTI, PKK, atau anggota keluarga yang disegani pasien
5) Tugas PMO
Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik
Melakukan pengawasan terhadap pasien dalam hal minum obat
Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal yang

telah ditentukan
Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur

hingga selesai
Mengenali efek samping ringan obat, dan menasehati pasien agar tetap

mau menelan obat


Merujuk pasien bila efek samping semakin berat
Melakukan kunjungan rumah
Menganjurkan anggota keluarga untuk memeriksa dahak bila ditemui

gejala TB
6) Penyuluhan
Penyuluhan tentang TB merupakan hal yang sangat penting, penyuluhan

dapat dilakukan secara :


Perorangan/Individu
Penyuluhan terhadap perorangan (pasien maupun keluarga) dapat
dilakukan di unit rawat jalan, di apotik saat mengambil obat dll

Kelompok
Penyuluhan kelompok dapat dilakukan terhadap kelompok pasien,
kelompok keluarga pasien, masyarakat pengunjung rumah sakit dll

Cara memberikan penyuluhan

Sesuaikan dengan program kesehatan yang sudah ada


Materi yang disampaikan perlu diuji ulang untuk diketahui tingkat

penerimaannya sebagai bahan untuk penatalaksanaan selanjutnya


Beri kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, terutama hal yang belum jelas
Gunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang mudah dimengerti, kalau perlu
dengan alat peraga (brosur, leaflet dll)

PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu elemen yang sangat penting

dalam sistem informasi penanggulangan TB. Semua unit pelaksana pengobatan TB harus
melaksanakan suatu sistem pencatatan dan pelaporan yang baku. Untuk itu pencatatan
dibakukan berdasarkan klasifikasi dan tipe penderita serta menggunakan formulir yang
sudah baku pula.
Pencatatan yang dilaksanakan di unit pelayanan kesehatan meliputi beberapa
item/formulir yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Kartu pengobatan TB (01)


Kartu identiti penderita TB (TB02)
Register laboratorium TB (TB04)
Formulir pindah penderita TB (TB09)
Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan (TB10)

Cara pengisisan formulir sesuai dengan buku pedoman penanggulangan TB Nasional


(P2TB)
Jika memungkinkan data yang ada dari formulir TB01 dimasukkan ke dalam
formulir Register TB (TB03).
Catatan :
a) Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB di luar paru, maka untuk
kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru.
b) Bila seorang pasien ekstraparu pada beberapa organ, maka dicatat sebagai
(4 )
ekstraparu pada organ yang penyakitnya paling berat .

9. Jelaskan kategori OAT!


Jawab :
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
pasien yaitu :
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
b. Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian


kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan
positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi
aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa
kemungkinan :
a. Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll).
b. TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten
menangani kasus tuberkulosis.
c. Kasus defaulted atau drop out
Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil
obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
d. Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif
pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik
f. Kasus Bekas TB:
1. Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan
gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.
2. Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan
OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:
a. TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi luas
Paduan obat yang dianjurkan :
1) 2 RHZE / 4 RH atau
2) 2 RHZE/ 6HE atau
3) 2RHZE / 4R3H3
Paduan ini dianjurkan untuk :
1) TB paru BTA (+), kasus baru
2) TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk luluh paru)

Bila ada fasiliti biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil
uji resistensi
b. TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks: lesi minimal
Paduan obat yang dianjurkan :
1) 2 RHZE / 4 RH atau
2) 6 RHE atau
3) 2 RHZE/ 4R3H3
c. TB paru kasus kambuh
Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase
lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi
dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.
d. TB Paru kasus gagal pengobatan
Sebelum ada hasil uji resistensi seharusnya diberikan obat lini 2 (contoh paduan:
3-6 bulan kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin dilanjutkan 15-18 bulan
ofloksasin, etionamid, sikloserin). Dalam keadaan tidak memungkinkan pada fase
awal dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji
resistensi.
Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.
1. Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
2. Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke dokter spesialis paru.
e. TB Paru kasus putus berobat
Pasien TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan kembali sesuai
dengan kriteria sebagai berikut :
a) Berobat > 4 bulan
1) BTA saat ini negatif
Klinis dan radiologi tidak aktif atau ada perbaikan maka
pengobatan OAT dihentikan. Bila gambaran radiologi aktif, lakukan
analisis lebih lanjut untuk memastikan diagnosis TB dengan
mempertimbangkan juga kemungkinan penyakit paru lain. Bila terbukti
TB maka pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih
kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama.

2) BTA saat ini positif


Pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat
dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama
b) Berobat < 4 bulan
1) Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang
lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama
2) Bila BTA negatif, gambaran foto toraks positif TB aktif pengobatan
diteruskan
Jika memungkinkan seharusnya diperiksa uji resistensi terhadap OAT.
f. TB Paru kasus kronik
a) Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji resistensi, berikan
RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi
b) (minimal terdapat 4 macam OAT yang masih sensitif) ditambah dengan obat
lini 2 seperti kuinolon, betalaktam, makrolid dll. Pengobatan minimal 18 bulan.
c) Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup
d) Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan
e) Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke dokter spesialis paru
Kategori

Kasus

Paduan obat yang diajurkan

- TB paru BTA +,

2 RHZE / 4 RH atau

BTA - , lesi luas

2 RHZE / 6 HE
*2RHZE / 4R3H3

II

- Kambuh
- Gagal pengobatan

-RHZES / 1RHZE / sesuai hasil uji resistensi


atau 2RHZES / 1RHZE / 5 RHE
-3-6

kanamisin,

sikloserin

15-18

ofloksasin,
ofloksasin,

etionamid,
etionamid,

sikloserin atau 2RHZES / 1RHZE / 5RHE

Sesuai lama pengobatan sebelumnya, lama


berhenti minum obat dan keadaan klinis,
II

- TB paru putus berobat

bakteriologi dan radiologi saat ini (lihat


uraiannya) atau
*2RHZES / 1RHZE / 5R3H3E3

-TB paru BTA neg. lesi 2 RHZE / 4 RH atau


III

minimal

6 RHE atau
*2RHZE /4 R3H3

RHZES / sesuai hasil uji resistensi (minimal


IV

- Kronik

OAT yang sensitif) + obat lini 2 (pengobatan


minimal 18 bulan)

Sesuai uji resistensi + OAT


IV

- MDR TB

lini 2 atau H

(4 )

seumur hidup .

10. Apa gold standar TB?


Jawab :
Tuberkulosis merupakan tipe tersering dan paling utama penyakit TB ditinjau dari
sudut pandang kesehatan masyarakat. Diagnosisnya ditegakkan melalui gejala klinis, foto
paru, menemukan secara mikroskopis melalui pengecatan sputum dan biakan kuman TB.
Standar emas (The golg standar) dianosis TB adalah kultur kuman TB yaitu
Mycobacterium tuberculosis dengan sensitivitas 99% dan spesifitas 100%. Kultur akan

menunjukkan hasil positif apabila minimal terdapat minimal 50 basil tahan asam (BTA)
perm mL sputum dan membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu pertumbuhan
bakteri yaitu 6-8 minggu, jadi pemeriksaan ini kurang praktis.
Sedangkan pada anak, diagnosis TB pada juga sangat sukar karena gambaran
klinis TB tidak spesifik dan foto paru sulit diinterprestasi. Ditemukan kuman merupakan
standar baku emas sebagai diagnosis pasti TB, tetapi pada anak cara ini sanagt tidak
mungkin oleh karena TB pada anak mempunyai jumlah kuman yang sangat sedikit.
Skenario diagnosis TB pada anak seringkali didasarkan atas keluhan dan gejala yang
timbul, foto paru, uji tuberkulin, dan adanya kontak dengan kasus dewasa. Hal tersebut
(9,10 )

menimbulkan terjadinya underlover diagnosis TB pada anak .


11. Bagaimana mekanisme obat TB?
Jawab :
NAMA
NO OBAT
1
Isoniazid
(INH)

Rifampisin

MEKANISME
KERJA
Berdasarkan
terganggunya
mycolic acid , yang
diperlukan
untuk
membangun dinding
bakteri.
Isoniazid
merupakan
obat
kemoterapi
terpenting terhadap
berbagai tipe TB dan
selalu dalam bentuk
multiple
terapi
dengan
rifampisin
dan pirazinamid.
obat ini mematikan
kuma
yang
"dormant"
selama
fase pembelahannya
yang singkat. Maka,
obat
ini
sangat
penting
untuk
membasmi
semua
bacil guna untuk
mencegah

EFEK SAMPING
Polineuritis : radang saraf
dengan gejala kejang dan
gangguan
penglihatan.
Piridoksin : perasaan tidak
sehat, letih, lemah serta
anoreksia adalah lazim pula

Penyakit kuning (icterus)


terutama bila dikombinasi
dengan INH dan juga agak
toksis di bagian hati. Obat ini
juga sering menyebabkan
gangguan
saluran
cerna
seperti mual, muntah, sakit
ulu hati, kejang perut dan
diare, begitu pula gejala
gangguan SSP dan reaksi

DOSIS
oral/ i.m dewasa
dan anak-anak 1
dd
4-8
mg/kg/hari sehari
atau dd 300-400
mg atau sebagai
single-dose
bersama
rifamfisin, pagi
hari a.c atau
sesudah makan
bila
terjadi
gangguan
lambung
TBC, MAC oral
1 dd 300-600 mg
dengan
kombinasi
dengan 2 dd
klaritromisin 0,5
g dan etambutol 1
dd
150
mg.
Profilaksis
MAC : 1 dd 300

Etambutol

Pirazinamid

Streptomisin

kambuhnya TB
berdasarkan
penghambatan RNA
pada kuman yang
sedang
membelah
juga
menghindar
terbentuknya
mycolic acid pada
dinding sel.

hipersensitasi.
neuritis optica (radang saraf
mata) yang mengakibatkan
gangguan penglihatan, antara
lain
kurang
tajamnya
penglihatan dan buta warna
terhadap warna merah-hijau.

pengubahan menjadi
asam pirazinat oleh
enzim
pyrazinamidase
yang berasal dari
bacil TBC. Obat ini
khusus
digunakan
pada fase intersif,
pada
fase
pemeliharaannya
bila
terdapat
multiresistensi
berdasarkan
penghambatan
sintesa
protein
kuman dengan jalan
pengikatan
pada
RNA
ribosomal.kedua
antibiotika ini toksis
untuk
organ
pendengaran.

Kerusakan hati dengan ikterus


(hepatotoksis). Pirazinamid
meghambat pengeluaran asam
urat sehingga meningkat
kadarnya
dalam
darah
(hiperuricemia)
dan
menimbulkan
serangan
encok(gout). Obat ini dapat
pula menimbulkan gangguan
lambung-usus,
fotosensibilisasi
dengan
reaksi kulit jadi merah-coklat
Sebaiknya jangan digunakan
dalam jangka waktu yang
lama, karena efek neurooksis
dari obat ini terehadap saraf
cranial
ke-8
dapat
menimbulkan
ketulian
permanen.

mg.
oral sekaligus 2025
mg/kg/hari
(garam di HCL)
selalu
dengan
kombinasi
dengan INH. i.v
(infus) 1 dd 15
mg/kg dalam 2
jam.
oral 1 dd 30
mg/kg selama 2-4
bulan ,
maksimum 2g
sehari. Pada
meningitis TBC
50 mg/kg/hari.

i.m/i.v 15 mg/kg
dalam 2-3 kali
(garam
sulfat)
seiap hari atau 24 X seminggu,
maksimum 1 g
(11)
sehari .

DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Arthur C, Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
2. Jawetz, Melnick, Adelberg. 2012. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
3. Sandstrom, Staffan. 2010. Ulasan Radlografl (The WHO Manual of Diagnostic
Imaging: Radiographic Technique and Projections). Jakarta : EGC
4. PDPI. 2006. Tuberkulosis : Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia . Jakarta : PDPI
5. Sudoyo, Aru W., dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi IV .
Jakarta : Interna Publishing
6. Depkes, 2006.Pemeriksaan Miroskopis Tuberkulosis. Panduan Bagi PetugasLaboratorium
7. Kemenkes, 2011.Modul Pelatihan Pemeriksaan Mikroskopis TB.
8. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.
9. Palomino JC. Nonconventional and new methods in the diagnosis of tuberculosis: feasibility
and applicability in the field. Eur respir J 2005 ; 26:339-50
10. Lodha R, Kabra SK. Never diagnostics modalities for tuberculosis. Indian J Pediatr 2004 ;
71:221-7
11. Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja, OBAT-OBAT PENTING Khasiat, Penggunaan
dan Efek-efek Sampingnya, Edisi 5, Alex Media Komputindo, Jakarta, Maret 2002.
12. Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC
13. Ganong. 1993. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
14. Lorraine M.Wilson. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta.2002

15. Chernecky CC & Berger BJ. Laboratory Tests and Diagnostic Procedures 5th edition.
Saunders-Elsevier, 2008.
16. Hariadi, slamet, et all. 2011. Ilmu penyakit paru. Surabaya : FKUNAIR
17. A. Price, sylvia, et all. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Proses penyakit. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai