Benang, dari untaian benang yang dirajut aku pun dilahirkan. Aku adalah
seuntai gelang kain berwarna cokelat. Aku adalah sebuah hadiah dari
seorang Ibu untuk anak laki-lakinya yang tersayang. Aku sudah melingkar
di tangan kanan anak laki-laki ini sejak dia masih bayi, hingga sekarang
sudah beranjak remaja. Aku selalu menemani anak laki-laki ini melewati
semua harinya tanpa terkecuali. Aku sudah sayang sekali dengan anak ini,
aku senang berada melingkar di tangannya. Aku nyaman merasakan
darah mengalir di nadi tangan kanannya. Aku ingin selamanya melingkar
di sini, melihat anak laki-laki ini tumbuh dan sukses, dan menemani
hingga akhir hayatnya.
Aku tahu anak laki-laki ini juga sangat menyayangiku. Dia selalu
merawatku. Dia selalu melepaskan aku ketika akan mandi. Dia selalu
menyimpanku ketika dia kehujanan. Anak laki-laki ini tidak pernah
membiarkan aku terkena air karena itu memang akan merusakku secara
perlahan. Dia merawatku layaknya sebagaimana hadiah dari seorang
Ibunya yang terkasih. Seperti halnya hidup, yang ku lalui bersama anak
laki-laki ini tak selamanya berjalan menyenangkan.
Stop boy, jangan pernah menyentuh minuman itu lagi. Gak akan baik
buat masa depanmu. Ibumu pasti sangat sedih kalau sampai tahu hal itu.
Itulah kata-kata yang ingin sekali aku teriakkan tepat di telinganya ketika
setiap kali dia mengangkat minuman itu dengan tangan kanannya. Tapi
apa daya aku hanyalah barang mati yang melingkar tak berdaya
meskipun aku tetap bisa untuk melihat dan merasakan. Aku sangat marah
dan putus asa dengan kelakuan buruknya ini, namun di sisi lain sangat
kasihan dengan hidupnya yang seperti ini.
Hingga suatu saat kebiasaan buruknya ini pun berhenti. Berawal di suatu
pagi, itu adalah hari pertamanya kuliah di semester 2. Pagi itu tidak tahu
kenapa tiba-tiba denyut nadi di pergelangan tangan kanannya -tempat di
mana aku selalu tinggal- berdenyut semakin cepat. Darah yang mengalir
di bawah kulitnya pun mengalir deras. Sempat aku takut dengan apa yang
terjadi pada anak ini. Aku melihat di sekitar, dia baru saja berpapasan
dengan seorang anak perempuan. Namun aku tidak sempat melihat
wajahnya karena buru-buru aku dimasukkan ke saku jaketnya. Selama
beberapa
menit
denyut
nadinya
tidak
kunjung
normal.
Apa yang sebenarnya terjadi. Apa tadi dia berbuat salah pada anak
perempuan itu. Tapi tadi aku tidak mendengarkan apa-apa. Semuanya
berlangsung spontan. pikirku.