PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mewujudkan kemandirian daerah, Pemerintah harus meningkatkan mutu pelayanan
publik dan perbaikan dalam berbagai sektor, yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan
PAD untuk mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan dari pusat, sehingga dapat
meningkatkan otonomi dan keuangan daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber utama kemandirian keuangan
pemerintah daerah dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan
pelayanan masyarakat. Dengan adanya desentralisasi fiskal kepada pemerintah daerah relatif
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemberdayaan dan peningkatan kemampuan
perekonomian daerah, Selain itu juga dapat memberikan transparansi, partisipasi, dan
bertanggung jawab antara pemerintah daerah dan masyarakat. Semakin tinggi tingkat
kemandirian keuangan suatu daerah menunjukan tingkat partisipasi masyarakat dalam
mengisi pembangunan di daerahnya, terutama dalam membayar pajak dan retribusi daerah
yang merupakan komponen utama dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah ketentuannya diatur dalam UndangUndang yang dikeluarkan pemerintah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu UU
No.28 Tahun 2009 yang menggantikan UU No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang- undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan retribusi daerah merupakan pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Indikator kemandirian suatu daerah adalah rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD)
terhadap Dana Perimbangan dan pinjaman, dengan demikian PAD dan Dana Perimbangan
merupakan sumber pengeluaran pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap
pengeluaran pemerintah suatu daerah.
Beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas
pemerintah daerah (Halim, 2002:128), yaitu rasio kemandirian keuangan (otonomi fiskal),
rasio efektivitas terhadap pendapatan asli daerah, rasio efisiensi keuangan daerah, rasio
keserasian, rasio pertumbuhan (analisis shift), rasio proporsi pendapatan dan belanja daerah
(analisis share).
Selama ini, peranan PAD dalam membiayai kebutuhan pengeluaran daerah sangat
kecil dan bervariasi antar daerah yaitu kurang dari 10-50%. Sebagian besar daerah Provinsi
hanya dapat membiayai kebutuhan pengeluarannya kurang dari 10%. Dalam pelaksanaanya
ternyata ada permasalahan yang dialami daerah dalam rangka peningkatan pendapatan asli
daerah (PAD) yang disebabkan oleh berbagai faktor. Seperti halnya di Kabupaten Tanah
Bumbu yang merupakan kabupaten pemekaran dari kabuaten Kotabaru di mana penerimaan
daerah dari PAD sendiri masih sangat rendah serta struktur pendapatan daerah masih
didominasi oleh transfer dari pemerintah pusat. Karena semakin besar kontribusi PAD
terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka akan semakin kecil pula
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah pusat.
Tabel 1.1
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Untuk Kemandirian Keuangan di Kabupaten Tanah Bumbu 2010-2014
N
o
Tahun
Anggaran
2010
Persentase (%)
3,78
2
3
4
5
2011
2012
2013
2014
Rp29.599.131.622
Rp66.535.645.235
Rp84.464.231.170
Rp117.751.306.727
Rp549.410.281.775
Rp1.077.275.000.000
Rp1.120.342.402.401
Rp1.295.333.685.833
5,39
6,18
7,54
9,09
Berdasarkan data di atas bahwasanya Kabupaten Tanah Bumbu masih ada peluang
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Hal ini dikarenakan kontribusi PAD
setiap tahunnya meningkat. Sehingga di harapkan kedepan nanti pemerintah daerah dapat
mandiri dalam kegiatan pemerintahannya melalui pemanfaatan kekayaan alam yang ada.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas dengan judul Analisis Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kemandirian Suatu Daerah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka makalah ini merumuskan masalah yaitu
Seberapa Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk Kemandirian suatu daerah di
Kabupaten Tanah Bumbu (Indikator Analisis Rasio Kemandirian).
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini di buat untuk mengetahui kontibusi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dalam mewujudkan Kemandirian Keuangan Daerah di Kabupaten Tanah Bumbu melalui alat
ukur Analisis Rasio Kemandirian.
1.4 Manfaat Penulisan
Sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis serta sebagai referensi bagi
yang membutuhkan. Serta sebagai bahan pertimbangan nantinya untuk pemerintah dalam
merumuskan kebijakan yang sesuai dengan permasalahan di makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kemandirian Suatu Daerah
Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 bahwa
Kemandirian keuangan daerah berarti pemerintah dapat melakukan pembiayaan, dan
pertanggungjawaban keuangan sendiri, melaksanakan sendiri, dalam rangka asas
desentralisasi.
Pengertian kemandirian keuangan daerah di kemukakan oleh Abdul Halim
(2008:232) yaitu Kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan pemerintah daerah
dalam membiayai sendiri kegiatan Pemerintahan, Pembangunan, dan pelayanan kepada
masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang
diperlukan daerah.
Dari beberapa pendapat yang di kemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa
kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan pemerintah daerah dalam menggali dan
mengelola sumberdaya atau potensi daerah yang dimilikinya secara efektif dan efisien
sebagai sumber utama keuangan daerah yang berguna untuk membiayai kegiatan
penyelenggaraan pemerintah di daerah.
Menurut Paul Hersey dan Kenneth Blanchard (dalam Abdul Halim, 2004:284), ada
empat macam pola hubungan kemandirian keuangan daerah antara lain:
a) Pola hubungan instruktif, peranan pemerintah pusat lebih dominan dari pada
kemandirian pemerintah daerah (daerah tidak mampu melaksanakan otonomi
daerah).
Potensi daerah, indikator yang banyak digunakan sebagai tolak ukur potensi ekonomi
Banyak sumber pendapatan di kabupaten/kota yang besar tetapi digali oleh instansi
b
c
d
e
f
lainnya
Adanya kebocoran-kebocoran/kolusi
Biaya pemungutan masih tinggi
Adanya kebijakan pemerintah yang berakibat menghapus atau mengurangi
penerimaan PAD
Banyak peraturan daerah yang perlu disesuaikan dan disempurnakan baik besaran
akan berimplikasi pada peningkatan pungutan pajak daerah dan retribusi daerah, karena
penyumbang terbesar PAD adalah dua komponen tersebut.
Menurut Mardiasmo (2004: 152-155) upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Dearah (PAD) adalah:
1. Menjadikan PBB sebagai pajak daerah,sehingga pemerintah akan mendapatkan pendapatan pajak
daerah yang besar dan nantinya pemerintah daerah tidak perlu lagi mengurusi pajak-pajak yang
kecil nilainya.
2. Pemerintah perlu memperbaiki sistem perpajakan daerah, maka daerah dapat menikmati
pendapatan dari sektor pajak yang cukup besar.
3. Optimalisasi peran BUMD dan BUMN. Peran investasi swasta dan perusahaan milik
Negara/daerah diharapkan dapat berfungsi sebagai pemacu utama pertumbuhan ekonomi daerah.
2.3
kemandirian
juga
menggambarkan
tingkat
partisipasi
masyarakat
dalam
Rasio
Kemandirian
0-25
>25-50
>50-75
>75-100
Tabel 1.3
Kontribusi PAD , Transfer Pemerintah Pusat dan Provinsi serta Pendapatan Lain-lain
terhadap kemandirian keuangan daerah di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2010-2014
No
Tahun
Anggara
n
2010
Pendapatan Asli
Daerah (PAD) (Rp)
Pendapatan
Transfer Pusat
(Rp)
Pendapatan
Transfer
Provinsi (Rp)
Rp24.093.777.202
Rp
502.321.606.38
9
Rp
32.914.395.792
Pendapatan
Lain-lain (Rp)
Total Transfer
Pemerintah
Pusat/Provinsi dan
Pendapatan Lainlain
Rasio
Kemandi
rian %
Rp
106.562.767.66
0
Rp
641.798.769.841
3,8
2011
Rp29.599.131.622
2012
Rp66.535.645.235
2013
Rp84.464.231.170
2014
Rp117.751.306.7
27
Rp
636.668.670.27
6
Rp
804.624.399.56
4
Rp
760.967.179.99
9
Rp
817.780.317.89
6
Rp
47.624.689.586
Rp120.087.699.
663
Rp
93.837.938.744
Rp
94.264.614.036
Rp
64.685.033.714
Rp
146.446.965.92
0
Rp
138.355.393.65
7
Rp
114.300.428.81
3
Rp
748.978.393.576
4,0
Rp
1.071.159.065.147
6,2
Rp
993.160.512.400
8,5
Rp
1.026.345.360.745
11,5
Penyumbang terbesar PAD Tanah Bumbu dari tahun ke tahun yaitu bersumber dari
pajak pertambangan. Namun jika melihat kondisi saat ini bahwasanya harga komoditas
pertambangan justru sedang mengalami penurunan. Kondisi semacam ini pastinya akan
mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan apabila pemerintah daerah dalam hal ini
tidak dapat mengembangkan sektor-sektor yang lain seperti Perikanan, Pertanian dan
Perkebunan maka yang di khawatirkan Kabupaten Tanah Bumbu akan sangat bergantung
lagi pada transfer pemerintah pusat.
Dengan kata lain pemerintah daerah harus mandiri dalam membiayai sebagian besar
anggaran pembangunannya, sehingga sumber daya yang ada harus dikelola dan
dimanfaatkan secara maksimal termasuk aset-aset berupa tanah maupun bangunan agar
penerimaan daerah bisa tercapai secara optimal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Indikator kemandirian suatu daerah adalah rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD)
terhadap Dana Perimbangan dan pinjaman, dengan demikian PAD dan Dana
Perimbangan merupakan sumber pengeluaran pemerintah daerah berpengaruh positif
terhadap pengeluaran pemerintah suatu daerah.
2. Beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas
pemerintah daerah (Halim, 2002:128), yaitu rasio kemandirian keuangan (otonomi
fiskal), rasio efektivitas terhadap pendapatan asli daerah, rasio efisiensi keuangan
daerah, rasio keserasian, rasio pertumbuhan (analisis shift), rasio proporsi pendapatan
dan belanja daerah (analisis share).
2.4 Saran
Untuk meningkatkan kemandirian suatu daerah tentunya di butuhkan anggaran
pendapatan yang besar. Oleh karena itu yang harus di lakukan oleh pemerintah
Kabupaten Tanah Bumbu selain bergantung pada transfer dana pemerintah pusat,
pemerintah daerah harus lebih mengoptimalkan kembali potensi alam yang dimiliki.
Apalagi jika melihat potensi alam di Kabupaten Tanah Bumbu sangatlah besar seperti
Pertambangan, Perikanan, Pertanian, Perkebunan, dll. Namun seperti yang kita ketahui
bahwa penyumbang terbesar pendapatan asli daerah (PAD) saat ini hanya berasal dari
satu sub sektor saja yaitu pajak pertambangan. Disinilah peran pemerintah daerah di
tuntut untuk tidak hanya bergantung pada satu sub sektor saja. Tetapi lebih
memperhatikan lagi sub sektor-sektor yang memang memiliki potensi besar untuk
dijadikan sebagai pendapatan daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Bumbu.2011. Tanah Bumbu Dalam Angka 2011
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Bumbu.2015. Tanah Bumbu Dalam Angka 2015
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Departemen Dalam negeri Republik Indonesia, Jakarta 2004.
Budi Mulyana Subkhan Kuwat Slamet. 2006. Keuangan DaerahPerspektif Desentralisasi
Fiskal dan Pengelolaan APBD di Indonesia. Jakarta : LPKPAP,2006
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Salemba Empat.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit ANDI
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_055153_chapter2(1).pdf
http://jdih.setjen.kemendagri.go.id/Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu Peraturan Daerah
Kabupaten Tanah Bumbu Nomor 14 Tahun 2010.