MUSYAWARAH NASIONAL IV
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI
I.
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan rangkaian acara Business Forum dan Musayawarah Nasional
direncanakan dengan skenario sebagai berikut :
1. Business Forum mengambil tema yang sama dengan tema Musyawarah
Nasional IV Kamar Dagang dan Industri (Munas IV Kadin), yaitu : Dunia Usaha
sebagai Solusi untuk Sekarang dan di Masa Depan dengan Sub-Tema :
Perluasan Kesempatan Kerja sebagai Fokus.
2. Business Forum dimaksudkan selain sebagai forum temu muka antara pelaku
usaha, pemerintah, perbankan, dan masyarakat luas, juga sebagai forum
untuk mendapatkan masukan-masukan bagi pelaksanaaan Munas IV Kadin,
khususnya yang menyangkut substansi output dari Munas yang mencakup :
a. Keorganisasian,
b. Program Kerja, dan
c. Pokok-Pokok Pikiran Kadin Indonesia Kedepan dan Agenda Aksi Stratejik
2004 2008.
3. Dalam Business Forum dibahas topik-topik yang dipandang penting dan yang
berkaitan dengan tema Business Forum dan Munas, yaitu :
a. Kesiapan Dunia Usaha Indonesia dalam Forum WTO dan AFTA sekaligus
Menyongsong AEC 2020.
b. Perekonomian Nasional dan Program Kerja Prioritas Pemerintah Pasca IMF.
c. Tindak lanjut pertemuan Tripartit KTI dan KBI antara Pemerintah,
Perbankan dan Pelaku Usaha sebagai Solusi untuk Meningkatkan Investasi,
Ekspor dan Perluasan Lapangan Kerja.
d. Paradigma Baru Dunia Usaha Untuk Menciptakan Good Corporate
Governance.
4. Selain dari hasil-hasil Business Forum, dalam sidang-sidang Komisinya Munas
IV Kadin juga memperhatikan bahan-bahan :
a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Kadin yang ditetapkan
dengan Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2004 pada tanggal 18
Februari 2004.
b. Konsep Restrukturisasi dan Revitalisasi Kadin
c. Pandangan Kadin Indonesia 10 Tahun Kedepan, yang disampaikan oleh
Ketua Umum Kadin Indonesia Periode 1999 2004 pada waktu
menyampaikan Laporan dan Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Kadin
Indonesia Periode 1999 2004.
d. Sambutan-Sambutan dan bahah-bahan yang disampaikan dalam Munas IV
Kadin.
II.
lebih ekspansif karena kalau tidak maka stabilitas makro ekonomi tidak
akan ada artinya.
3. Wakil Presiden dalam Sambutan Kuncinya melihat ada sedikitnya lima
masalah yang mengakibatkan terjadinya krisis multi dimensi.
Pertama, karena kita belum mampu memberikan nilai ekonomis dalam
pengelolaan sumber daya nasional, baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusia.
Kedua, kita tidak cermat dan hati-hati dalam melakukan pinjaman luar
negeri di masa lalu sehingga menjadi beban saat ini. Jumlah pinjaman
luar negeri hanya 25% yang berbentuk uang sementara sisanya
berbentuk barang dan jasa namun harus dikembalikan dalam bentuk
uang. Saat ini kita tetap wajib melakukan pembayaran utang dan
bunga tepat pada waktunya, tak peduli pada tingkat pertumbuhan
ekonomi. Tahun lalu kita harus membayar sebesar 40 triliun sementara
tahun ini sebesar 80 triliun. Untuk itu kita terpaksa melakukan
divestasi, penjualan aset dan mengeluarkan obligasi agar kita tetap
dapat menciptakan laju pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, pembangunan dunia usaha pada masa lalu mengabaikan sektor
UKM dan koperasi. Hal ini terlihat dari perolehan penerimaan dalam
PDB, UKM dan Koperasi yang berjumlah 95% hanya menyumbangkan
44% dalam PDB sementara dunia usaha yang besar yang hanya
berjumlah 5% menyumbangkan 56%. Trickle down effect yang
diharapkan tidak pernah terjadi.
Keempat, kegiatan dunia usaha di masa lalu hanya terfokus di wilayah
Indonesia bagian Barat, terutama Jabotabek, sementara wilayah Timur
Indonesia sangat kurang. Jumlah kredit sebagian besar hanya beredar
di daerah Barat. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab munculnya
masalah struktural di Indonesia.
Kelima, pembangunan dimasa lalu mengabaikan demokrasi dan HAM
sehingga sekarang mengakibatkan reformasi yang over-dosis. Hal ini
pada akhirnya juga menjadi pemicu dan penyebab krisis kepribadian
bangsa, termasuk krisis moral dan disiplin.
C. Penyampaian Pandangan Kadin Sepuluh Tahun Kedepan (2005-2015)
oleh Aburizal Bakrie, Ketua Umum Kadin Indonesia Periode 1999 2004
1. Aburizal Bakrie mengharapkan kinerja Kadin di masa depan harus
dikembangkan dengan suatu darah baru, semangat baru. Untuk itu perlu
satu sosok Kadin yang kokoh yang tidak bisa ditembus siapapun walaupun
ada usaha-usaha untuk memecahbelahnya. Jika dunia usaha tidak
bergerak, maka lapangan kerja berkurang, pajak berkurang, pemerintah
tidak memiliki dana untuk membangun sekolah, rumah sakit, dan
infrastruktur yang modern.
2. Saat ini Indonesia sedang berada di persimpangan jalan dan krisis sejak
tahun 1997 belum dapat dihilangkan. Kita masih berjalan tertatih-tatih,
menjadi bagian dari solusi dan bukan bagian dari permasalahan. Kadin
bertekad menjadi bagian dari solusi melalui program-programnya serta
akan memberikan kritik dan saran yang membangun.
7. Beliau juga mengakui terdapat ketidakpuasan dari Kadin-kadin daerah
yaitu antara lain masih banyaknya pengusaha yang tidak mendapatkan
kredit, masalah jaminanan dan juga banyaknya ide mati, seolah-olah
tanpa dana maka perusahaan tidak dapat berkembang. Padahal ide adalah
hal sangat penting. Jika ide tersebut bagus maka dana pasti akan
mengalir. Banyak proposal, semacam white paper, yang dibuat oleh Kadin
dan diajukan kepada pemerintah namun tidak mendapat tanggapan, salah
satunya adalah reformasi perpajakan. White paper ini telah diserahkan
kepada Pemerintah Januari lalu namun hingga kini masih belum
disampaikan ke parlemen. Situasi menunggu semacam ini harus didobrak
sehingga keputusan diharapkan akan menjadi cepat dan tepat.
8. Tanda-tanda pertumbuhan pesat perekonomian dunia makin terlihat.
Diproyeksikan perekonomian AS akan tumbuh sekitar 4 persen, yang
selama ini hanya 2 persen. Jepang kini mulai bangkit kembali, demikian
juga Eropa. Artinya bagi Indonesia pasar semakin besar sehingga jumlah
uang yang akan tertarik ke Indonesia diharapkan akan semakin besar pula.
Gejala-gejala ini akan semakin membuka peluang. Teknologi juga
berkembang pesat, arus perputaran barang dan jasa intensif, perputaran
modal lebih cepat lagi. Tidak ada lagi batasan antar negara untuk
pergerakan modal. Inilah yang dinamakan proses globalisasi. Pemerintah
dan kaum pengusaha harus melihat proses ini sebagai peluang, bukan
ancaman. Kita harus mempersiapkan diri dan mengambil peluang ini,
jangan bimbang dan ragu. Sistem Indonesia harus semakin terbuka dan
kompetitif.
9. Keterbukaan dan perdagangan sebenarnya rahmat bagi Indonesia, seperti
halnya pada masa lalu para pedagang datang dari segala penjuru dunia ke
Indonesia. Keterbukaan sudah ada di darah kita sehingga hendaknya
menjadi bagian dari kekuatan dan sumber inspirasi kita sehingga bisa
bersaing.
10. Demikianlah tantangan yang harus kita hadapi. Apakah kita mampu dan
punya kekuatan? Mampukah kita merubah paradigma institusi? Untuk itu
merupakan tugas Kadin dan Kadinda untuk berperan aktif untuk
merealisasikan cita-cita mulia itu.
D. Hasil-Hasil Munas IV Kadin
Materi-materi bahasan dalam Munas IV Kadin dibahas dalam sidang-sidang
Komisi sebagai berikut :
1. Komisi Pertanggungjawaban Pengurus (termasuk
Keuangan/Perbendaharaan) dan Rencana Kerja 2004 2009.
2. Komisi Organisasi.
3. Komisi Pokok-pokok Pikiran Kadin Indonesia Kedepan.
(2)
b) Investasi/Permodalan
(1) Pelaksanaan Pertemuan Tripartit Pemerintah Pelaku
Usaha Perbankan
(2) Mengupayakan tumbuhnya lembaga keuangan termasuk
factory, permodalan, penjaminan kredit, dan penjaminan
ekspor di daearah
(3) Mensosialisasikan skema pembiayaan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, dan mengaktifkan kembali skema yang
pernah ada dan dipandang masih efektif
(4) Bersama-sama dengan pemerintah meningkatkan citra
Indonesia sebagai negara dengan potensi besar untuk
investasi, dengan memanfaatkan lembaga-lembaga dan
kerjasama internasional yang terkait (ICC, ASEAN CCI,
CACCI, AIDA, IMT-GT, BIMP-EAGA, PBEC, G-77, G-15, dan
sebagainya)
(5) Promosi peluang investasi di Indonesia, baik di luar
maupun di dalam negeri
(6) Memberikan masukan kepada pemerintah dalam
menyederhanakan perizinan dan penjaminan kepastian
hukum
(7) Pengembangan dan Penerapan teknologi
(8) Meningkatkan kandungan teknologi pada industri
nasional, terutama pada UKMK dan PKL, bekerjasama
dengan Lembaga-Lembaga Penelitian dan universitas
(9) Meningkatkan kemampuan manajemen UKM
(10) Mendorong tumbuhnya kerjasama pengembangan dan
penerapan teknologi antara industri, Lembaga Penelitian
dan universitas, dan antar industri, di dalam dan di luar
negeri.
c) Memberikan masukan kepada pemerintah dalam penyusunan
peraturan
perundang-undangan
yang
kondusif
bagi
pengembangan industri dan investasi
(1) Penyusunan kebijakan ekonomi Pasca IMF
(2) Pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan Program Kerja
Prioritas Pasca IMF
(3) Penyusunan kebijaksanaan terkait dengan WTO, AFTA,
ASEAN Economic Community 2020
(4) Penyusunan Undang-Undang yang terkait dengan industri,
perdagangan dan investasi
(5) Kebijaksanaan Keuangan (Fiskal dan Moneter)
(6) Kebijaksanaan Perpajakan.
d) Perdagangan/industri Jasa MICE
(1)
(2)
(3)
(4)
melalui
Timur,
posisi
Kadin
sebagai
mitra
2) Tingkat inflasi yang tergolong sangat rendah dan jarang terjadi dalam
sejarah Indonesia merdeka.
3) Keseimbangan neraca pembayaran yang tercermin dalam kenaikan
cadangan devisa sebagai hasil gabungan dari surplus transaksi berjalan
dan meredanya arus keluar modal (capital outflows) swasta.
4) Defisit yang kecil dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
5) Tingkat pertumbuhan ekonomi yang naik perlahan-lahan menjadi 4,1%
dalam tahun 2003 melalui peningkatan ekspor dan industri substitusi
impor.
Masyarakat dunia usaha mengharapkan stabilitas makro ini digunakan
sebagai landasan bagi program kebangkitan ekonomi yang lebih kuat dan
berkelanjutan dengan tetap memperhatikan kebutuhan akan kehatihatian (macroeconomic prudence).
b. Kewaspadaan Terhadap Destabilisasi Baru
Pemulihan stabilitas makro yang dinikmati Indonesia belakangan ini
memang patut dihargai oleh semua pihak, termasuk masyarakat dunia
usaha. Namun demikian harus disadari bahwa pemulihan tersebut masih
harus dikonsolidasi, di samping masih bersifat parsial. KADIN Indonesia
menganggap perlu untuk memelihara kewaspadaan sehubungan dengan
titik-titik lemah berikut :
1) Perbankan Indonesia masih sangat tergantung pada pemerintah dan
Bank Indonesia. Aset bank yang menghasilkan masih sangat didominasi
oleh obligasi pemerintah dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), terutama
dalam hal bank-bank besar. Rasio kredit terhadap deposito masih
rendah sekitar 40%. Pertumbuhan kredit perbankan baru masih sangat
didominasi oleh kredit konsumsi yang tidak mempunyai multiplier
effect bagi pertumbuhan ekonomi. Pemerintah harus mempunyai
action plan yang terbuka untuk penyelesaian hutang dalam negeri
yang jumlahnya sangat besar, terutama berupa rekap bond yang
berada di sistem perbankan.
2) Bank-bank utama masih menderita perantaraan terbalik (reverse
intermediation), yaitu mengumpulkan deposito dari rakyat dan dunia
usaha untuk ditanam dalam SBI dan obligasi atau terbalik dengan yang
seharusnya dilakukan, yaitu mengumpulkan deposito untuk disalurkan
ke perusahaan-perusahaan. Normalisasi aset produktif perbankan
terbentur pada kekurangan ekuitas dan lemahnya permintaan kredit
dari perusahaan-perusahaan yang layak kredit (creditworthy).
3) Perbankan agar meningkatkan pembiayaan investasi jangka panjang
(terutama bidang usaha pengeksploitasi sumber daya alam dan
pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku usaha di sektor tersebut).
Perluasan segmen usaha perbankan di dalam mikro financing untuk
mendorong pertumbuhan segmen usaha kecil.
akan tidak cukup kuat untuk membangkitkan kembali perhatian pemodalpemodal dunia terhadap Indonesia. Paling tidak dalam masa peralihan
sekarang dibutuhkan prkarsa-prakarsa yang tegar dan tidak konvensional
(unconventional measures). KADIN Indonesia merekomendasikan :
1) Normalisasi intermediasi perbankan dengan menetapkan tingkat suku
bunga pinjaman yang wajar dan dapat meningkatkan kinerja sektor
riil.
2) Pemulihan fleksibilitas dalam pasar ketenagakerjaan, sesedikitnya
dalam arti pembatasan kenaikan upah minimum pada tingkat inflasi,
perhatian yang cukup dari pemerintah terhadap penduduk yang
menganggur, dan minimasi perselisihan-perselisihan perburuhan.
Diharapkan adanya insentif (diantaranya PPH 21) melalui
Kebijaksanaan Pemerintah dalam program magang karyawan, dan
pelatihan serta sertifikasi terutama bagi pelaku bisnis UKMK.
3) Pemecahan secara tuntas masalah-masalah yang mengganjal
perampungan proyek-proyek penanaman modal yang sedang
terbengkalai seperti perampungan Jakarta Outer Ring Road (JORR).
4) Pragmatisme dalam menghadapi usaha kecil dan mikro dengan
membantu mereka untuk memenuhi persayaratan-persyaratan yang
dituntut oleh peraturan perijinan. Dengan ijin yang dipermudah
perusahaan-perusahaan kecil dan mikro dapat menjalin hubungan
yang lebih menguntungkan dengan mitra-mitra usaha mereka (one
stop service). Fasilitasi sertifikasi tanah juga akan membantu banyak
sekali perusahaan-perusahan kecil dan mikro untuk membuka akses ke
kredit perbankan. Dengan fasilitasi seperti itu, salah satu tantangan
terberat dalam pembanguan dunia usaha akan terjawab paling tidak
sebagian.
5) Perluasan dan pendalaman kemitraan antara usaha kecil dan mikro
disatu pihak dengan usaha menengah dan besar (korporasi) di lain
pihak yang setara. Kemajuan yang lambat dalam kemitraan ini justru
harus menjadi pemacu untuk menggalang upaya-upaya baru yang akan
lebih berhasil jika didukung oleh program fasilitasi pemerintah yang
disebut di atas.
6) Pengalihan hak-hak atas harta negara yang terlantar seperti tanahtanah luas yang ditinggalkan oleh pemegang HPH kepada perusahaanperusahaan yang menguasai praktik-praktik terbaik yang perlu dalam
pengelolaan hak-hak tersebut. Lahan-lahan tersebut harus
dimanfaatkan untuk percepatan sektor agrobisnis, perikanan,
pertambangan dan industri lainnya sesuai dengan potensi lahan yang
ada. Pemerintah juga harus proaktif mempromosikan aspek bisnis
semua daerah terutama daerah yang dianggap masih belum kondusif
untuk kegiatan investasi baik dari luar maupun dalam negeri terutama
melalui aspek keamanan.
7) Sumber daya alam khususnya hutan sebaiknya dikelola secara lestari
dengan menerapkan Sustainable Forest Management (Manajemen
Hutan Lestari). Pola manajemen ini bertumpu pada kelestarian tiga
fungsi hutan yaitu Ekonomi, Sosial dan Lingkungan yang selaras dengan
perusahaan-perusahaan
terbaik
dalam