Anda di halaman 1dari 24

RANGKUMAN

MUSYAWARAH NASIONAL IV
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI

I.

PENDAHULUAN
Penyelenggaraan rangkaian acara Business Forum dan Musayawarah Nasional
direncanakan dengan skenario sebagai berikut :
1. Business Forum mengambil tema yang sama dengan tema Musyawarah
Nasional IV Kamar Dagang dan Industri (Munas IV Kadin), yaitu : Dunia Usaha
sebagai Solusi untuk Sekarang dan di Masa Depan dengan Sub-Tema :
Perluasan Kesempatan Kerja sebagai Fokus.
2. Business Forum dimaksudkan selain sebagai forum temu muka antara pelaku
usaha, pemerintah, perbankan, dan masyarakat luas, juga sebagai forum
untuk mendapatkan masukan-masukan bagi pelaksanaaan Munas IV Kadin,
khususnya yang menyangkut substansi output dari Munas yang mencakup :
a. Keorganisasian,
b. Program Kerja, dan
c. Pokok-Pokok Pikiran Kadin Indonesia Kedepan dan Agenda Aksi Stratejik
2004 2008.
3. Dalam Business Forum dibahas topik-topik yang dipandang penting dan yang
berkaitan dengan tema Business Forum dan Munas, yaitu :
a. Kesiapan Dunia Usaha Indonesia dalam Forum WTO dan AFTA sekaligus
Menyongsong AEC 2020.
b. Perekonomian Nasional dan Program Kerja Prioritas Pemerintah Pasca IMF.
c. Tindak lanjut pertemuan Tripartit KTI dan KBI antara Pemerintah,
Perbankan dan Pelaku Usaha sebagai Solusi untuk Meningkatkan Investasi,
Ekspor dan Perluasan Lapangan Kerja.
d. Paradigma Baru Dunia Usaha Untuk Menciptakan Good Corporate
Governance.
4. Selain dari hasil-hasil Business Forum, dalam sidang-sidang Komisinya Munas
IV Kadin juga memperhatikan bahan-bahan :
a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Kadin yang ditetapkan
dengan Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2004 pada tanggal 18
Februari 2004.
b. Konsep Restrukturisasi dan Revitalisasi Kadin
c. Pandangan Kadin Indonesia 10 Tahun Kedepan, yang disampaikan oleh
Ketua Umum Kadin Indonesia Periode 1999 2004 pada waktu
menyampaikan Laporan dan Pertanggungjawaban Dewan Pengurus Kadin
Indonesia Periode 1999 2004.
d. Sambutan-Sambutan dan bahah-bahan yang disampaikan dalam Munas IV
Kadin.

II.

MUSYAWARAH NASIONAL IV KADIN


A. Sambutan Ketua Umum Kadin Indonesia
dalam Acara Pembukaan Munas IV Kadin
1. Saat ini perekonomian Indonesia masih menghadapi tantangan yang butuh
berbagai kreatifitas untuk mengatasinya. Salah satu tantangan adalah
bertambahnya tenaga kerja Indonesia sebesar 2 juta orang per tahun. Jika
dunia usaha tidak mampu menyerap tenaga kerja baru tersebut maka
jumlah pengangguran akan terus bertambah yang saat ini berjumlah 10
juta jiwa, dan jika ditambah dengan pengangguran terselubung maka
jumlahnya mencapai 40 juta jiwa. Untuk itu maka merupakan tugas kita
semua, dan dunia usaha sebagai ujung tombak, untuk mengembangkan
perekonomian agar peluang kerja semakin terbuka.
2. Dalam bidang perbankan, jika fungsi intermediasi berjalan baik maka
kebangkitan dunia usaha dan pembukaan lapangan kerja baru akan lebih
cepat pula. Jika dunia perbankan dapat menyalurkan kredit lebih banyak
lagi kepada sektor riil maka perekonomian akan berkembang lebih cepat.
Saat ini dana masyarakat di perbankan mencapai lebih dari Rp. 800
triliun, namun yang baru disalurkan sebagai kredit usaha oleh perbankan
baru mencapai Rp. 450 triliun, jauh di bawah tingkat loan-to-deposit
ratio di jaman krisis. Untuk itu maka upaya untuk mengembalikan peran
perbankan sebagai lembaga intermediasi yang optimal merupakan salah
satu agenda penting dari pemerintah dan Bank Indonesia.
B. Sambutan Wakil Presiden Republik Indonesia
pada Acara Pembukaan Munas IV Kadin
1. Wakil Presiden Republik Indonesia mengakui bahwa dunia usaha
merupakan solusi pembangunan bangsa di masa sekarang dan yang akan
datang. Dunia usaha adalah pilar ekonomi negara. Beliau mengatakan
bahwa sebelum krisis ekonomi tahun 1997, kita pernah juga mengalami
krisis yaitu pada tahun 1980-an. Pada saat itu dengan berbagai kebijakan
dan deregulasi maka kita mampu mengatasi krisis dan sekaligus
menciptakan laju pertumbuhan yang tinggi. Namun berbeda dengan
negara lain yang hanya mengalami krisis ekonomi dan keuangan, pada
krisis ekonomi tahun 1997 kita sulit mengatasinya, bahkan akhirnya
melahirkan krisis multi dimensi yaitu krisis kepribadian, moral dan
disiplin. Krisis seperti ini lebih berat untuk recovery-nya. Tanpa
mengetahui dan mendalami penyebabnya maka kita akan sulit keluar dari
krisis ini. Untuk itu kita harus menciptakan kebijakan yang konseptual dan
komprehensif bukan bersifat parsial dan tambal sulam.
2. Dalam 3 tahun terakhir secara bertahap telah terlihat perbaikan terhadap
pemulihan ekonomi nasional seperti yang ditunjukkan dengan indikator di
bidang makro ekonomi. Namun hal ini membutuhkan biaya yang sangat
besar. Beliau sependapat bahwa sektor perbankan dan sektor riil harus

lebih ekspansif karena kalau tidak maka stabilitas makro ekonomi tidak
akan ada artinya.
3. Wakil Presiden dalam Sambutan Kuncinya melihat ada sedikitnya lima
masalah yang mengakibatkan terjadinya krisis multi dimensi.
Pertama, karena kita belum mampu memberikan nilai ekonomis dalam
pengelolaan sumber daya nasional, baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusia.
Kedua, kita tidak cermat dan hati-hati dalam melakukan pinjaman luar
negeri di masa lalu sehingga menjadi beban saat ini. Jumlah pinjaman
luar negeri hanya 25% yang berbentuk uang sementara sisanya
berbentuk barang dan jasa namun harus dikembalikan dalam bentuk
uang. Saat ini kita tetap wajib melakukan pembayaran utang dan
bunga tepat pada waktunya, tak peduli pada tingkat pertumbuhan
ekonomi. Tahun lalu kita harus membayar sebesar 40 triliun sementara
tahun ini sebesar 80 triliun. Untuk itu kita terpaksa melakukan
divestasi, penjualan aset dan mengeluarkan obligasi agar kita tetap
dapat menciptakan laju pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, pembangunan dunia usaha pada masa lalu mengabaikan sektor
UKM dan koperasi. Hal ini terlihat dari perolehan penerimaan dalam
PDB, UKM dan Koperasi yang berjumlah 95% hanya menyumbangkan
44% dalam PDB sementara dunia usaha yang besar yang hanya
berjumlah 5% menyumbangkan 56%. Trickle down effect yang
diharapkan tidak pernah terjadi.
Keempat, kegiatan dunia usaha di masa lalu hanya terfokus di wilayah
Indonesia bagian Barat, terutama Jabotabek, sementara wilayah Timur
Indonesia sangat kurang. Jumlah kredit sebagian besar hanya beredar
di daerah Barat. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab munculnya
masalah struktural di Indonesia.
Kelima, pembangunan dimasa lalu mengabaikan demokrasi dan HAM
sehingga sekarang mengakibatkan reformasi yang over-dosis. Hal ini
pada akhirnya juga menjadi pemicu dan penyebab krisis kepribadian
bangsa, termasuk krisis moral dan disiplin.
C. Penyampaian Pandangan Kadin Sepuluh Tahun Kedepan (2005-2015)
oleh Aburizal Bakrie, Ketua Umum Kadin Indonesia Periode 1999 2004
1. Aburizal Bakrie mengharapkan kinerja Kadin di masa depan harus
dikembangkan dengan suatu darah baru, semangat baru. Untuk itu perlu
satu sosok Kadin yang kokoh yang tidak bisa ditembus siapapun walaupun
ada usaha-usaha untuk memecahbelahnya. Jika dunia usaha tidak
bergerak, maka lapangan kerja berkurang, pajak berkurang, pemerintah
tidak memiliki dana untuk membangun sekolah, rumah sakit, dan
infrastruktur yang modern.
2. Saat ini Indonesia sedang berada di persimpangan jalan dan krisis sejak
tahun 1997 belum dapat dihilangkan. Kita masih berjalan tertatih-tatih,

sementara Malaysia dan Thailand telah bergerak dengan cepat. Beliau


menggambarkan bahwa kita pernah selama 2 dekade yakni 1970-an hingga
1996 mengalami tingkat pertumbuhan 6-7 persen dan kemiskinan absolut
berkurang dari 55 juta menjadi 22 juta jiwa. Artinya 33 juta penduduk
terangkat dari jurang kemiskinan. Pada saat yang sama, dunia industri dan
jasa semakin tumbuh dan modern dengan kemampuan ekspor yang dapat
diandalkan.
Dunia
pertanian
berkembang
(meskipun
proporsi
kontribusinya terhadap PDB semakin berkurang) menjadi produktif dengan
mencapai target swasembada pangan.
3. Pada saat itu Indonesia dipandang sebagai salah satu model keberhasilan
dari negara-negara sedang berkembang, salah satu East Asian Economic
miracle. Negara kita dimasukkan dalam kategori naga-naga kecil yang
diyakini mampu mengikuti kisah sukses Jepang, Hongkong, dan Korsel
dalam melakukan transformasi ekonomi, dari ekonomi terbelakang
menjadi ekonomi maju hanya dalam 2 generasi.
4. Kaum pengusaha kita pun mengalami kisah sukses semacam itu. Bahkan
dapat dikatakan semenjak pertengahan tahun 1980-an, terutama era
deregulasi ekonomi, kaum pengusaha telah menggantikan peran
pemerintah sebagai dinamo ekonomi. Saat itu pencapaian Indonesia
melebihi berbagai negara berkembang lainnya. Mimpi dan cita-cita
founding fathers akan negara yang makmur dan sejahtera terlihat dapat
dicapai. Namun datangnya badai finansial 1997 menyebabkan semua kisah
sukses seolah lenyap ditelan angin. PDB anjlok, utang pemerintah dan
swasta melonjak, investasi asing menurun drastis. Krisis finansial di
Indonesia dianggap yang paling parah di antara negara-negara lain dengan
penyesuaian yang lamban dan penuh kebimbangan. Hal ini terlihat pada
cara pemerintah yang lamban dan bimbang dalam membuat kebijakan
ekonomi. Bahkan dunia usaha dituding sebagai salah satu penyebab proses
pemulihan Indonesia yang lamban itu.
5. Selanjutnya Ketua Umum Kadin menyampaikan bahwa jika tingkat
pertumbuhan ekonomi 7 persen dapat dicapai maka PDB kita pada 2014
bisa mencapai 4500 triliun rupiah dari 2000 triliun rupiah saat ini. Namun
dengan tingkat pertumbuhan 3-4 persen saat ini maka pada saat yang
sama PDB kita hanya akan bertambah 2.500 triliun. Kiranya perlu
diciptakan cara-cara non-konvensional atau jalan pintas untuk
menciptakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
6. Krisis dan tantangan hendaknya menjadi pelajaran untuk maju kembali
dan pemacu untuk dapat berbuat lebih banyak lagi. Hendaknya harus
dibuktikan bahwa pengusaha Indonesia tidak mudah menyerah. Semua
pihak harus menyadari tugas besar itu dan bertindak sebagaimana
mestinya. Kadin hendaknya dapat menjadi partner pemerintah yang
setara, kritis, bahkan terhadap otoritas pemerintah atau bank sentral
supaya Indonesia cepat keluar dari krisis. Kita harus mencontoh Malaysia
dan Thailand yang mampu bertindak decisive dan tidak bimbang yang
membuat kedua negara tersebut lebih cepat keluar dari krisis. Tindakan
ini harus diambil pemerintah Indonesia di masa depan. Pemerintah harus

menjadi bagian dari solusi dan bukan bagian dari permasalahan. Kadin
bertekad menjadi bagian dari solusi melalui program-programnya serta
akan memberikan kritik dan saran yang membangun.
7. Beliau juga mengakui terdapat ketidakpuasan dari Kadin-kadin daerah
yaitu antara lain masih banyaknya pengusaha yang tidak mendapatkan
kredit, masalah jaminanan dan juga banyaknya ide mati, seolah-olah
tanpa dana maka perusahaan tidak dapat berkembang. Padahal ide adalah
hal sangat penting. Jika ide tersebut bagus maka dana pasti akan
mengalir. Banyak proposal, semacam white paper, yang dibuat oleh Kadin
dan diajukan kepada pemerintah namun tidak mendapat tanggapan, salah
satunya adalah reformasi perpajakan. White paper ini telah diserahkan
kepada Pemerintah Januari lalu namun hingga kini masih belum
disampaikan ke parlemen. Situasi menunggu semacam ini harus didobrak
sehingga keputusan diharapkan akan menjadi cepat dan tepat.
8. Tanda-tanda pertumbuhan pesat perekonomian dunia makin terlihat.
Diproyeksikan perekonomian AS akan tumbuh sekitar 4 persen, yang
selama ini hanya 2 persen. Jepang kini mulai bangkit kembali, demikian
juga Eropa. Artinya bagi Indonesia pasar semakin besar sehingga jumlah
uang yang akan tertarik ke Indonesia diharapkan akan semakin besar pula.
Gejala-gejala ini akan semakin membuka peluang. Teknologi juga
berkembang pesat, arus perputaran barang dan jasa intensif, perputaran
modal lebih cepat lagi. Tidak ada lagi batasan antar negara untuk
pergerakan modal. Inilah yang dinamakan proses globalisasi. Pemerintah
dan kaum pengusaha harus melihat proses ini sebagai peluang, bukan
ancaman. Kita harus mempersiapkan diri dan mengambil peluang ini,
jangan bimbang dan ragu. Sistem Indonesia harus semakin terbuka dan
kompetitif.
9. Keterbukaan dan perdagangan sebenarnya rahmat bagi Indonesia, seperti
halnya pada masa lalu para pedagang datang dari segala penjuru dunia ke
Indonesia. Keterbukaan sudah ada di darah kita sehingga hendaknya
menjadi bagian dari kekuatan dan sumber inspirasi kita sehingga bisa
bersaing.
10. Demikianlah tantangan yang harus kita hadapi. Apakah kita mampu dan
punya kekuatan? Mampukah kita merubah paradigma institusi? Untuk itu
merupakan tugas Kadin dan Kadinda untuk berperan aktif untuk
merealisasikan cita-cita mulia itu.
D. Hasil-Hasil Munas IV Kadin
Materi-materi bahasan dalam Munas IV Kadin dibahas dalam sidang-sidang
Komisi sebagai berikut :
1. Komisi Pertanggungjawaban Pengurus (termasuk
Keuangan/Perbendaharaan) dan Rencana Kerja 2004 2009.
2. Komisi Organisasi.
3. Komisi Pokok-pokok Pikiran Kadin Indonesia Kedepan.

1. Hasil Sidang Komisi Pertanggungjawaban Pengurus


(termasuk Keuangan/Perbendaharaan) dan Rencana Kerja 2004 - 2009
Komisi A
Pertanggungjawaban Pengurus dan Rencana Kerja
Kadin 2004 - 2008
a. Latar Belakang
1) Perekonomian Indonesia selama tahun 2003 menunjukkan tandatanda pertumbuhan yang relatif sama dengan pertumbuhan di
tahun 2000 2002, sebesar sekitar 4 persen per tahun. Inflasi ratarata terkendali di sekitar 9 persen setahun, sedangkan nilai tukar
Rupiah terhadap dollar stabil di tingkat Rp. 8300,- per dollar
Amerika; suku bunga SBI cenderung turun, pada minggu pertama
bulan Oktober 2003 mencapai 8,56 persen; dan Indeks Harga Sahan
Gabungan (IHSG) telah menembus angka 610.
2) Angka pengangguran menunjukkan pengangguran terbuka sekitar
10% dari total angkatan kerja atau 5 juta jiwa lebih, dan jumlah
yang setengah menganggur sekitar 34 juta jiwa, sementara
angkatan kerja bertambah 2 juta jiwa lebih per tahun.
3) Pertumbuhan ekonomi, yang digerakkan terutama oleh konsumsi
dalam negeri, sebesar 4 persen per tahun hanya cukup untuk
menyerap tenaga kerja sekitar 1,6 juta orang. Oleh karena itu,
tidak mengherankan apabila angka pengangguran masih tinggi dan
bahkan cenderung meningkat dengan tidak cukup tersedianya
lapangan pekerjaan.
4) Dengan pola pertumbuhan ekonomi seperti sekarang ini, ekspor
produk industri manufaktur Indonesia tumbuh relatif normal
sebesar 4,5 persen, sedangkan pertumbuhan sektor pertanian
relatif rendah pada tingkat 2,2 persen per tahun.
5) Sementara itu, Rencana Anggaran dan Pendapatan Negara tahun
2004 (RAPBN 2004) memakai asumsi bahwa pertumbuhan PDB akan
sebesar 4,5 persen per tahun, inflasi sebesar 7 persen setahun,
suku bunga SBI 9 persen per 3 bulan, dan nilai tukar Rupiah antara
Rp. 8200,- - Rp. 9200,- per dolar Amerika.
6) Dengan disepakatinya Bali Concorde II pada KTT ASEAN yang lalu,
ASEAN akan membentuk ASEAN Economic Community (AEC),
ASEAN Security Community (ASC) dan ASEAN Socio-Cultural
Community (ASCC). Dengan demikian, ASEAN akan menuju pada
satu Pasar ASEAN, seperti halnya dengan Uni Eropa. Dengan
membentuk suatu masyarakat ekonomi ASEAN, skema CEPT dalam
rangka AFTA semakin diperluas, karena yang terbentuk tidak hanya
sekedar Area Pasar bebas (Free Trade Area).

7) Acara Munas IV Kadin mengambil tema Dunia Usaha Sebagai Solusi


Sekarang dan di Masa Depan, yang menandai tekad dunia usaha
untuk mempercepat pemulihan krisis yang masih berlangsung dan
mengembalikan pertumbuhan ekonomi nasional paling tidak
ketingkat pertumbuhan sebelum krisis. Suatu acara Business
Forum untuk mengawali acara Munas IV Kadin tersebut
diselenggarakan dengan maksud antara lain sebagai forum diskusi
untuk menghasilkan masukan-masukan bagi pokok-pokok pikiran
Kadin kedepan yang mendasari penyusunan Program Kerja Umum
Kadin 2004 2008, terutama dalam empat bidang permasalahan,
yaitu :
a) Liberalisasi perdagangan
b) Program prioritas pemerintah pasca IMF
c) Kerjasama Tripartite Pemerintah Pelaku Usaha Perbankan
d) Good Corporate Governance.
b. Pendekatan
Program Kerja Umum Kadin 2004 2008 mencakup kegiatan utama
sebagai berikut :
1) Kegiatan Eksternal Organisasi :
a) Kegiatan yang bersifat lintas sektoral untuk pengembangan
dunia usaha dan iklim usaha
b) Kegiatan pelayanan anggota
c) Peningkatan hubungan kemitraan dengan pemerintah
d) Hubungan luar negeri
e) Penggalakan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
2) Kegiatan Internal Organisasi :
a) Kegiatan peningkatan Keuangan Organisasi
b) Kegiatan yang terkait dengan Proses Internal Organisasi
c) Kegiatan terkait dengan Pembelajaran dan Pertumbuhan
3) Dalam menyusun Program Kerja Umum tersebut, materi dan hasil
diskusi dalam Business Forum yang mencakup empat aspek berikut
ini dijadikan acuan :
a) Liberalisasi perdagangan
b) Program prioritas pemerintah pasca IMF
c) Kerjasama Tripartite Pemerintah Pelaku Usaha Perbankan
d) Good Corporate Governance.
Dengan demikian, Program Kerja Umum Kadin 2004 2008, terutama
untuk kegiatan eksternal organisasi, akan mencakup keempat aspek
permasalahan tersebut di atas.
c. Sasaran Umum

Program Umum Kadin 2004 2008 dilaksanakan untuk mencapai


sasaran umum sebagai berikut :
1) Meningkatnya peran Kadin dalam mengembangkan perekonomian
Indonesia, ditandai dengan meningkatnya kegiatan usaha para
anggota Kadin dan dunia usaha nasional, baik di dalam maupun di
luar negeri, yang memberikan kontribusi pada perekonomian
nasional.
2) Meningkatnya peran Kadin sebagai mitra pemerintah dalam
menciptakan iklim berusaha dan berinvestasi yang kondusif,
ditandai dengan meningkatnya investasi, produksi dan
perdagangan.
3) Meningkatnya tingkat pelayanan kepada anggota Kadin, yang
ditandai dengan meningkatnya tingkat kepuasan para anggtoa
Kadin dan bertambahnya jumlah anggota Kadin.
4) Meningkatnya efektifitas dan profesionalitas manajemen Kadin,
yang ditandai oleh Struktur organisasi Kadin yang efektif dan
efisien, Sekretariat yang kuat dan profesional serta kemandirian
keuangan organisasi yang meningkat.
5) Meningkatnya kesadaran tanggung jawab sosial perusahaan, yang
ditandai oleh meingkatnya pelaksanaan kontribusi perusahaan
terhadap
kesejahteraan
sosial
masyarakat
sekitar
dan
perlindungan lingkungan hidup.
d. Program Kerja Umum
Program Kerja Umum Kadin 2004 2008 berisi Program Kerja Eksternal
Organisasi, yang mempunyai ruang lingkup lintas sektor dan bertujuan
untuk memajukan dan meningkatkan daya saing dunia usaha
Indonesia, serta Program Kerja Internal Organisasi, yang bertujuan
untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme organisasi, termasuk
Sekretariat Kadin Indonesia. Garis besar Program Kerja Umum Kadin
adalah sebagai berikut :
1) Pengembangan Dunia Usaha dan Iklim Usaha (Lintas Sektoral)
Hasil yang Diharapkan :
Terciptanya iklim berusaha yang kondusif dan dunia usaha dan
yang maju dan berdaya saing tinggi; yang ditandai oleh
meningkatnya kegiatan usaha para anggota Kadin dan dunia usaha
nasional, baik di dalam maupun di luar negeri, yang memberikan
kontribusi yang meningkat pada perekonomian nasional sesuai
dengan Undang-undang nomor 1 Tahun 1987 dan segera mendesak
untuk melengkapi dengan Peraturan Pemerintah.
Kegiatan :
a) Kebijaksanaan Pengembangan Industri (Lintas Sektoral)
(1) Melakukan kajian pengembangan industri nasional (oleh
LP3E Kadin Indonesia)

(2)

Memberikan masukan kepada pemerintah dalam


menyusun kebijakan pengembangan industri nasional,
terutama UKMk dan PKL.

b) Investasi/Permodalan
(1) Pelaksanaan Pertemuan Tripartit Pemerintah Pelaku
Usaha Perbankan
(2) Mengupayakan tumbuhnya lembaga keuangan termasuk
factory, permodalan, penjaminan kredit, dan penjaminan
ekspor di daearah
(3) Mensosialisasikan skema pembiayaan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, dan mengaktifkan kembali skema yang
pernah ada dan dipandang masih efektif
(4) Bersama-sama dengan pemerintah meningkatkan citra
Indonesia sebagai negara dengan potensi besar untuk
investasi, dengan memanfaatkan lembaga-lembaga dan
kerjasama internasional yang terkait (ICC, ASEAN CCI,
CACCI, AIDA, IMT-GT, BIMP-EAGA, PBEC, G-77, G-15, dan
sebagainya)
(5) Promosi peluang investasi di Indonesia, baik di luar
maupun di dalam negeri
(6) Memberikan masukan kepada pemerintah dalam
menyederhanakan perizinan dan penjaminan kepastian
hukum
(7) Pengembangan dan Penerapan teknologi
(8) Meningkatkan kandungan teknologi pada industri
nasional, terutama pada UKMK dan PKL, bekerjasama
dengan Lembaga-Lembaga Penelitian dan universitas
(9) Meningkatkan kemampuan manajemen UKM
(10) Mendorong tumbuhnya kerjasama pengembangan dan
penerapan teknologi antara industri, Lembaga Penelitian
dan universitas, dan antar industri, di dalam dan di luar
negeri.
c) Memberikan masukan kepada pemerintah dalam penyusunan
peraturan
perundang-undangan
yang
kondusif
bagi
pengembangan industri dan investasi
(1) Penyusunan kebijakan ekonomi Pasca IMF
(2) Pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan Program Kerja
Prioritas Pasca IMF
(3) Penyusunan kebijaksanaan terkait dengan WTO, AFTA,
ASEAN Economic Community 2020
(4) Penyusunan Undang-Undang yang terkait dengan industri,
perdagangan dan investasi
(5) Kebijaksanaan Keuangan (Fiskal dan Moneter)
(6) Kebijaksanaan Perpajakan.
d) Perdagangan/industri Jasa MICE

(1)
(2)
(3)
(4)

Memberikan masukan kepada pemerintah berkaitan


dengan pelaksanaan forum WTO, AFTA, dan ASEAN
Economic Community 2020
Pembentukan Indonesian House di Luar Negeri dan
tempat-tempat strategis lainnya.
Fasilitasi peningkatan kerjasama perdagangan luar
negeri.
Melakukan upaya-upaya yang maksimal untuk memajukan
industri pariwisata yang merupakan penghasil devisa
nomor 2 secara umum yang meliputi : meeting incentive
convention and exhibition.

e) Peningkatan Kemampuan SDM Dunia Usaha


(1) Pendidikan dan Pelatihan tenaga terampil.
(2) Aktif terlibat dalam Badan Nasional Sertifikasi Profesi
(BNSP) dan mengedepankan fungsi Kadin selaku pengguna
tenaga kerja.
(3) Memfasilitasi pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi di
Asosiasi bekerjasama dengan lembaga pendidikan, sesuai
dengan Undang-Undang Pendidikan Nasional dan
peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
f) Penyediaan Informasi
(1) Pembangunan sinergi Sistem Informasi Manajemen.
(2) Penerbitan Direktori Kadin.
(3) Penerbitan Majalah Kadin.
(4) Pembangunan Pusat Informasi Bisnis di Sekretariat Kadin
Indonesia.
g) Mendorong Penerapan Good Corporate Governance di industri
2) Pelayanan Anggota
Hasil yang Diharapkan :
Meningkatnya tingkat pelayanan kepada anggota Kadin, yang
ditandai dengan meningkatnya tingkat kepuasan para anggtoa
Kadin dan bertambahnya jumlah anggota Kadin.
Kegiatan
a) Anggota Biasa
(1) Layanan data, informasi dan komunikasi
(2) Penerbitan (Newsletter/Buletin/Majalah)
(3) Konsultasi bisnis dan manajemen
(4) Pengembangan bisnis
(5) Pendidikan dan Pelatihan
(6) Penyelenggaraan Misi dagang, Pameran.
b) Asosiasi dan Himpunan (Anggota Luar Biasa)
Pemberdayaan Asosiasi/Himpunan.

c) Penyelenggaraan Lokakarya Kesekretariatan Kadin setiap tahun


untuk meningkatkan profesionalisme Sekretariat Kadin;
meningkatkan efektifitas, efisiensi serta kinerja pelaksanaan
tugas dan pengelolaan Sekretariat.
d) Pembentukan Chamber Development Center di Sekretariat
Kadin Indonesia untuk melaksanakan penelitian dan
pengembangan kinerja Kadin dan Kadinda.
e) Melanjutkan
perjuangan
untuk
penetapan
Peraturan
Pemerintah bagi UU No. 1 Tahun 1987 tentang Kadin, khususnya
yang mengandung ketentuan mengenai asosiasi sektoral,
pemberian
tugas-tugas
oleh
pemerintah,
dan
pendataan/pencatatan/ pendaftaran perusahaan.
f) Melanjutkan kegiatan advokasi penyempurnaan UU Wajib
Daftar
Perusahaan
bekerjasama
dengan
Departemen
Perindustrian dan Perdagangan.
g) Peningkatan efektifitas dan intensitas upaya advoksi dan
repesentasi anggota Kadin dengan pemerintah dan DPR, dalam
upaya peningkatan daya saing industri dan peningkatan
perdagangan dan investasi.
h) Melakukan kerjasama dengan Kadin negara lain, antara lain
dengan DIHK (Asosiasi Kadin Jerman), European Chamber, US
International Chamber, dan lain sebagainya dalam rangka
meningkatkan kinerja Kadin
3) Kemitraan dengan Pemerintah
Hasil yang Diharapkan :
Meningkatnya peran Kadin sebagai mitra pemerintah dalam
pembangunan ekonomi, yang ditandai oleh diikutsertakannya
Kadin dalam penyusunan kebijaksanaan pemerintah, penerbitan
peraturan perundang-undangan, dan pelimpahan tugas-tugas
pemerintah.
Kegiatan
a) Pelaksanaan Pertemuan Tripartit Pemerintah Pelaku Usaha
Perbankan dan tindak lanjut kesepakatan yang telah dicapai,
dengan memberdayakan Kadinda.
b) Peningkatan peran Kadin Indonesia sebagai mitra Pemerintah.
c) Melakukan tugas-tugas yang dilimpahkan pemerintah.
d) Melanjutkan kerjasama dengan Kantor Menteri Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat dalam Poverty Reduction
Strategy dan Komite Penanggulangan Kemiskinan.
4) Hubungan Luar Negeri
Hasil yang Diharapkan :

Meningkatnya hubungan ekonomi dengan negara-negara lain, yang


ditandai oleh meningkatnya kerjasama industri dan perdagangan
internasional.
Kegiatan :
a) Pembenahan/Regionalisasi Komite Bilateral dan Multilateral
Kadin Indonesia, guna pengefektifan pengelolaan kerjasama
ekonomi pengusaha Indonesai dengan partner asing.
b) Pembentukan dan peningkatan efektifitas pengelolaan dan
pelaksanaan kegiatan Business Council.
c) Menyelenggarakan Misi Dagang dan Pameran di luar negeri,
serta menerima kunjungan delegasi dan misi dagang
internasional ke Indonesia.
d) Melaksankan Promosi Investasi.
e) Aktif berpartisipasi dalam kegiatan Kamar Dagang dan Industri
regional dan internasional (ASEAN CCI, CACCI, ICCI) dan
membina kerjasama bilateral dengan Kadin negara-negara
asing.
5) Mendorong Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Hasil yang Diharapkan :
Meningkatnya implementasi tanggung jawab sosial (Corporate
Social Resposibility) dari perusahaan yang beroperasi di Indonesia.
Kegiatan :
a) Program pengembangan komunitas (community development)
dan pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan.
b) Program pelestarian lingkungan hidup.
c) Forum Bipartit/Tripartit.
6) Keuangan Internal Organisasi
Hasil yang Diharapkan :
Kemandirian keuangan organisasi yang mencukupi kebutuhan biaya
operasional rutin, pelaksanaan kegiatan-kegiatan pelayanan
anggota, kegiatan internasional dan kegiatan-kegiatan Kadin
lainnya.
Kegiatan :
a) Peningkatan keuangan organisasi melalui kegiatan Income
Generating .
b) Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan.
7) Proses Internal Organisasi
Hasil yang Diharapkan :

Struktur organisasi dan manajemen baru Kadin yang lebih efisien


dan efektif mampu memberikan layanan informasi dan komunikasi,
advokasi/konsultasi, fasilitasi pemecahan masalah lintas sektoral,
lintas wilayah, lintas regional/internasional bagi dunia usaha dan
stakeholder Kadin; didukung dengan Standard Operating
Procedure, sumber daya manusia dan infrsastruktur Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang handal.
Kegiatan :
a) Perkuatan Organisasi Kadin
(1) Melanjutkan kegiatan restrukturisasi Kadin, yang dapat
meningkatkan perkuatan organisasi dan manajemen
Kadin, sehingga berkemampuan optimal secara sektoral,
spasial dan regional/internasional.
(2) Melanjutkan kegiatan revitalisasi Sekretariat Kadin
Indonesia, yang mampu secara profesional menjalankan
seluruh fungsi dan tugas layanan dan fasilitasi bagi dunia
usaha, serta melaksanakan kebijaksanaan dari Dewan
Pengurus.
(3) Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance di
Kadin Indonesia.
(4) Peningkatan Manajemen (penerapan ISO, Balanced Score
Card).
(5) Peningkatan Kesejahteraan Karyawan Sekretariat Kadin.
(6) Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk
mendukung kegiatan internal dan eksternal organisasi.
b) Optimalisasi peran serta Asosiasi/Himpunan dan Kadinda.
c) Revitalisasi fungsi dan kelembagaan
(1) Fungsi Kadin Indonesia sebagai mitra Pemerintah.
(2) Fungsi Kadin sebagai penggerak ekonomi nasional dan
daerah (Lintas Sektoral).
8) Pembelajaran dan Pertumbuhan
Hasil yang Diharapkan :
Meningkatnya profesionalisme Sumber Daya Manusia Sekretariat
Kadin.
Kegiatan :
a. Pengembangan pengetahuan substansial dan teknis di bidang
industri, perdagangan dan investasi dari sumber daya manusia
(SDM) Sekretariat Kadin dengan pendidikan dan pelatihan.
b) Pelatihan ketrampilan dan kemampuan dalam penerapan
manajemen mutu dari SDM Sekretariat Kadin.
c) Penyusunan dan penerapan Kode Etik Kadin.

1. Hasil Sidang Komisi Organisasi


Komisi B
Organisasi
Sidang Komisi Organisasi menilai bahwa Rancangan Revitalisasi,
Restrukturisasi dan Sistem Manajemen Modern Kadin merupakan suatu
kerangka dasar sistem pengelolaan organisasi yang rasional dan efektif.
Dalam pembahasan, Sidang Komisi Organisasi telah menyepakati solusi
berbagai masalah dasar keorganisasian Kadin. Sidang Komisi Organisasi
telah menyepakati berberapa tambahan penyempurnaan terhadap
rancangan tersebut. Selengkapnya Sidang Komisi Organisasi menetapkan
pokok-pokok sebagai berikut :
a. Pedoman Pelaksanaan Aturan Peralihan
Dengan berlakunya AD-ART hasil Munassus Kadin 2003 setelah disetujui
dengan Keppres Nomor 14 Tahun 2004, Dewan Pengurus Kadin
Indonesia terpilih harus segera mengeluarkan peraturan organisasi
sebagai pedoman teknis mengenai Ketentuan Peralihan dan
Penyesuaian Struktur Organisasi Kadin Provinsi, Kadin Kabupaten/Kota
yang telah terbentuk sebelum AD-ART hasil Munasus Kadin 2003
berlaku.
b. Struktur Dewan Pengurus
Struktur Dewan Pengurus Kadin Indonesia periode 2004-2008 adalah
sebagaimana bagan terlampir, diusulkan untuk menjadi acuan bagi
Formatur dalam menyusun kepengurusan Kadin Indonesia periode 2004
2008.
c. Perkuatan Sekretariat
Optimalisasi pelaksanaan fungsi, tugas dan kegiatan Kadin
sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 dan
AD-ART Kadin memerlukan dukungan sekretariat yang berperan
efektif. Karena itu perkuatan lembaga sekretariat perlu segera
dilakukan, terutama mengenai :
1) Perlu segera diangkat direktur eksekutif definitif yang diseleksi
melalui proses uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test);
2) Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM);
3) Pengorganisasian sekretariat, yakni yang berkaitan dengan :
a) Departementasi
yang
efektif
memenuhi
kebutuhan
stakeholders Kadin;
b) Pembagian dan tanggung jawab dan wewenang
c) Uraian tugas yang jelas;
d) Pengembangan sistem pelaporan dan pengawasan.
4) Peraturan kerja

5) Penilaian atas kinerja setiap karyawan (audit SDM)


6) Pelaksanaan rotasi jabatan sekaligus sebagai pengembangan karier
7) Penataan dan pengembangan manajemen kinerja,
penerapan :
a) sistem imbal jasa yang tepat
b) sistem insentif (reward and punishment)
c) pelaksanaan penilaian kerja (performance appraisal).

melalui

8) Pemanfaatan teknologi informasi.


d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987
Sidang Komisi Organisasi menilai bahwa penyebab kelemahan jajaran
Kadin melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987
terutama bersumber dari belum adanya suatu peraturan pelaksanaan
undang-undang tersebut yang efektif dan mengikat pada tingkatan
Peraturan Pemerintah (PP).
Dewan Pengurus periode 2004-2008 harus intensif berupaya adanya PP
tersebut, terutama harus terlebih dulu menyusun rancangan PP dan
melakukan pendekatan pada pemerintah untuk menetapkannya
segera.
e. Keppres 80 Tahun 2003
Sidang Komisi Organisasi menilai bahwa selama berlakunya sistem
sertifikasi perusahaan berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres)
Nomor 18 Tahun 2000 tentang pengadaan barang/jasa instansi
pemerintah, eksistensi organisasi Kadin cukup kuat.
Sidang mengakui adanya kelemahan dalam proses pelaksanaan sistem
sertifikasi tersebut. Tapi kelemahan tersebut tak perlu menyebabkan
Keppres 18/2000 diganti dengan Keppres 80/2003 yang akan
melemahkan eksistensi Kadin beserta asosiasi-asosiasi. Keppres
80/2003 juga dipandang terlalu liberal yang akan menyebabkan
perusahaan-perusahaan nasional akan terjepit menghadapi persaingan
yang kuat dari pihak luar negeri. Saat ini, masih diperlukan adanya
rambu-rambu yang memberdayakan perusahaan nasional.
Munas IV Kadin mengamanatkan kepada Dewan Pengurus terpilih untuk
segera menyusun rancangan amandemen sekaligus melakukan
pendekatan kepada pemerintah agar mengamandemen Keppres
80/2003. Sementara proses rancangan amandemen berlangsung,
Dewan Pengurus terpilih harus mendesak pemerintah untuk
menangguhkan pemberlakuan Keppres 80/2003 sampai terbit Keppres
baru penggantinya, yang mengacu kepada Undang-undang Nomor 1
Tahun 1987.
f. Kemitraan
Sidang Komisi menilai, dewasa ini posisi Kadin pada setiap tingkatan
organisasi lemah. Umumnya di daerah, Kadin belum dianggap sebagai
mitra pembangunan oleh pemerintah daerah, walaupun di beberapa

daerah, seperti di Jawa


pembangunan cukup baik.

Timur,

posisi

Kadin

sebagai

mitra

Munas IV Kadin mengamanatkan kepada Dewan Pengurus terpilih agar


sungguh-sungguh berupaya agar posisi Kadin sebagai mitra pemerintah
dalam bidang ekonomi dapat berlaku di setiap tingkatan organisasi
dan pemerintahan.
g. Badan Arbitrase
Sidang Komisi menilai, pertumbuhan kegiatan usaha yang semakin
cepat dan luas juga diiringi semakin banyak terjadinya perselisihan
bisnis (business contract disputes). Penyelesaian perselisihan bisnis
melalui arbitrase lebih menguntungkan pihak-pihak berselisih daripada
melalui proses pengadilan niaga. Di banyak daerah, badan arbitrase
belum ada. Karena itu, Dewan Pengurus terpilih perlu memberikan
pedoman dan memfasilitasi bagi pembentukan Badan Arbitrase (BANI)
daerah.
Di samping itu komisi B merekomendasikan kepada Formatur agar mantan
Ketua Umum Kadin Indonesia periode 1999 2004 ditetapkan menjadi
Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia periode 2004 2008.

3. Hasil Sidang Komisi Pokok-Pokok Pikiran Kadin Indonesia Kedepan


Komisi C
Pokok-Pokok Pikiran
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Kedepan
dan Agenda Aksi Stratejik 2004 - 2008
Sudah enam tahun berlalu sejak Krisis Keuangan Asia 1997 dan lima tahun
sejak pergantian pemerintah yang dipelopori oleh koalisi besar untuk
reformasi. Dalam masa itu Indonesia menyaksikan peralihan yang luar
biasa besar, terutama :
a. Kebangkitan relatif masyarakat kewargaan (civil society) dibanding
masyarakat politik dan dunia usaha; demokratisasi politik dalam arti
pembagian kekuasaan sesama pemerintah eksekutif, perwakilan
rakyat dan badan peradilan.
b. Desentralisasi politik yang berintikan pelimpahan kekuasaan negara
dalam banyak bidang ke pemerintah daerah.
c. Prakarsa-prakarsa pengatasan krisis yang diikuti oleh perubahan besarbesaran dalam pemilikan perusahaan-perusahaan besar Indonesia,
termasuk perubahan ke pemilik-pemilik asing dari pemilik pemerintah
maupun swasta Indonesia.

d. Reformasi ekonomi dan dunia usaha yang mengarah pada keterbukaan


yang lebih tinggi terhadap ekonomoi-ekonomi lain, pertumpuan yang
lebih kuat atas persaingan daripada pengendalian oleh pemerintah,
penadbiran baik (good governance) yang mengacu pada praktikpraktik terbaik dunia daripada penadbiran yang didominasi oleh
praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) atau subur bagi
opportunisme manajemen atau penyimpangan manajemen dari
kontrak untuk memperkaya dirinya di satu pihak dan merugikan
petaruh-petaruh lain (stakeholders) di lain pihak.
e. Reformasi kelembagaan politik, dunia usaha dan Masyarakat
Kewargaan, termasuk pemulihan pluralisme dalam perserikatan
perburuhan yang menjadi mitra kerja dari masyarakat pengusaha.
Selama masa peralihan tersebut para pengusaha yang bergabung dalam
KADIN Indonesia memelihara dialog yang berkelanjutan dengan sesama
pengusaha dan profesional dunia usaha nasional, dengan pengusahapengusaha dan profesional asing, dengan serikat-serikat buruh, dengan
Dewan Perwakilan Rakyat, dengan pemerintah pusat dan daerah, dengan
kalangan Masyarakat Kewargaan, dengan kalangan akademia dan dengan
perwakilan-perwakilan asing, dan badan-badan internasional terutama
International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia dan Bank Pembangunan
Asia dan United Nations Development Program (UNDP). Dari pengalaman
para pengusaha dan dialog-dialog berbagai pihak tersebut di atas KADIN
Indonesia melalui Musyawarah Nasional 2004 membuat pernyataanpernyataan dan rekomendasi-rekomendasi yang membentuk Pokok-Pokok
Pikiran ini.
Kadin bersama-sama Pemerintah berupaya menyempurnakan Undang
Undang RI no I tahun 1987 dengan menyusun dan membentuk Peraturan
Pemerintah (PP) yang operasional antara lain :
a. Peraturan Pemerintah tentang Pembinaan Dunia Usaha Nasional
b. Peraturan Pemerintah tentang Pelaku Ekonomi Nasional
c. Peraturan Pemerintah tentang Hubungan dan Kerjasama Badan Usaha
d. Peraturan Pemerintah tentang Profesi
e. Peraturan Pemerintah tentang Bidang dan Sektor Usaha
Serta peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan dunia
usaha, Kadin agar dilibatkan secara aktif.
a. Pemulihan Stabilitas Makro
Masyarakat dunia usaha Indonesia, termasuk perusahaan-perusahaan asing
yang beroperasi di Indonesia menyambut dengan baik keberhasilan
pemerintah dalam pemulihan ekonomi makro yang tercermin dalam :
1) Penguatan dan stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat, walaupun pelemahan di pihak lain terhadap Euro dan dollar
Australia.

2) Tingkat inflasi yang tergolong sangat rendah dan jarang terjadi dalam
sejarah Indonesia merdeka.
3) Keseimbangan neraca pembayaran yang tercermin dalam kenaikan
cadangan devisa sebagai hasil gabungan dari surplus transaksi berjalan
dan meredanya arus keluar modal (capital outflows) swasta.
4) Defisit yang kecil dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
5) Tingkat pertumbuhan ekonomi yang naik perlahan-lahan menjadi 4,1%
dalam tahun 2003 melalui peningkatan ekspor dan industri substitusi
impor.
Masyarakat dunia usaha mengharapkan stabilitas makro ini digunakan
sebagai landasan bagi program kebangkitan ekonomi yang lebih kuat dan
berkelanjutan dengan tetap memperhatikan kebutuhan akan kehatihatian (macroeconomic prudence).
b. Kewaspadaan Terhadap Destabilisasi Baru
Pemulihan stabilitas makro yang dinikmati Indonesia belakangan ini
memang patut dihargai oleh semua pihak, termasuk masyarakat dunia
usaha. Namun demikian harus disadari bahwa pemulihan tersebut masih
harus dikonsolidasi, di samping masih bersifat parsial. KADIN Indonesia
menganggap perlu untuk memelihara kewaspadaan sehubungan dengan
titik-titik lemah berikut :
1) Perbankan Indonesia masih sangat tergantung pada pemerintah dan
Bank Indonesia. Aset bank yang menghasilkan masih sangat didominasi
oleh obligasi pemerintah dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), terutama
dalam hal bank-bank besar. Rasio kredit terhadap deposito masih
rendah sekitar 40%. Pertumbuhan kredit perbankan baru masih sangat
didominasi oleh kredit konsumsi yang tidak mempunyai multiplier
effect bagi pertumbuhan ekonomi. Pemerintah harus mempunyai
action plan yang terbuka untuk penyelesaian hutang dalam negeri
yang jumlahnya sangat besar, terutama berupa rekap bond yang
berada di sistem perbankan.
2) Bank-bank utama masih menderita perantaraan terbalik (reverse
intermediation), yaitu mengumpulkan deposito dari rakyat dan dunia
usaha untuk ditanam dalam SBI dan obligasi atau terbalik dengan yang
seharusnya dilakukan, yaitu mengumpulkan deposito untuk disalurkan
ke perusahaan-perusahaan. Normalisasi aset produktif perbankan
terbentur pada kekurangan ekuitas dan lemahnya permintaan kredit
dari perusahaan-perusahaan yang layak kredit (creditworthy).
3) Perbankan agar meningkatkan pembiayaan investasi jangka panjang
(terutama bidang usaha pengeksploitasi sumber daya alam dan
pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku usaha di sektor tersebut).
Perluasan segmen usaha perbankan di dalam mikro financing untuk
mendorong pertumbuhan segmen usaha kecil.

4) Mengupayakan juga lembaga penjaminan kredit untuk segmen usaha


UKMK & Lembaga pembiayaan ekspor di skala nasional (bukan hanya di
daerah).
5) Pemerintah berhadapan dengan utang yang besar kepada kreditur luar
negeri, terutama Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, IMF dan
Jepang, dan kepada bank-bank umum Indonesia yang mendapat
obligasi negara untuk mengganti kredit buruk yang diambilalih negara
dalam rangka rekapitalisasi.
6) Penjualan aset BUMN agar diprioritiskan ke investor dari dalam negeri
diantaranya melalui ESOP dan lain-lain.
7) Reflasi atau kenaikan harga-harga di ekonomi-ekonomi besar Amerika
Utara dan Eropa Barat, kenaikan tingkat bunga internasional dan
peralihan ke kebijakan dollar kuat (strong dollar policy) akan memicu
pergerakan serupa di Indonesia, yaitu kenaikan tingkat inflasi dan
tingkat bunga di satu pihak dan melemahnya rupiah dalam suatu
waktu dalam tahun 2004 yang kebetulan adalah tahun pemilihan
umum di Indonesia. Pengawasan devisa dan hutang luar negeri baik
pemerintah maupun swasta harus dilakukan.
8) Risiko-risiko di atas membuat pelaksanaan yang konsisten semakin
penting dari Paket Kebijakan Pasca Program IMF atau Buku Putih,
termasuk bagian-bagian yang menyangkut sektor riel: penguatan
investasi, penguatan pertumbuhan di sektor-sektor yang kompetitif
dan penguatan perdagangan internasional dalam barang maupun jasa.
Kekonsistenan seperti itu akan membantu memulihkan reputasi
Indonesia sebagai lokasi investasi dan perdagangan yang kompetitif.
9) Kelemahan supremasi hukum sangat menghambat percepatan
pemulihan dan pertumbuhan ekonomi, tentunya selama ini hanya
tergantung kepada beberapa sektor saja eg. Perbankan, atau sektor
riil, tapi juga harus didukung oleh seluruh komponen.
c. Pengangguran Yang Sangat Memprihatinkan
Bagi penduduk miskin di negara yang miskin seperti Indonesia pekerjaan
(employment) adalah persoalan eksistensial karena mereka tidak dapat
mengandalkan hasil tabungan keuangan dan hasil harta riel untuk
membiayai kehidupan. Pada waktu yang sama pengangguran tinggi juga
berarti kehilangan pendapatan yang besar (forgone income). Ia dapat
dieksploitasi menjadi ladang subur bagi tindakan-tindakan kejahatan
perorangan dan kejahatan terorganisasi atau bahkan bagi ekstrimisme
politik. Sebagai mitra yang berhubungan langsung dengan para pekerja
para anggota Kadin merasa sangat prihatin sehubungan dengan hal-hal
berikut :
1) Jumlah pertambahan tahunan angkatan kerja Indonesia masih lebih
besar daripada jumlah lapangan kerja yang dapat dibuka dengan
pertumbuhan ekonomi setinggi 4% per tahun.

2) Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam enam tahun terakhir bertumpu


terutama atas penggunaan kapasitas produksi yang sudah ada dan
bukan atas kapasitas baru. Pertumbuhan seperti itu cenderung
mempunyai dampak ketenagakerjaan yang lemah.
3) Jumlah penduduk Indonesia yang menanggur pada awal 2004 pasti
adalah jauh lebih besar daripada enam tahun silam, walaupun
sebagian penduduk usia kerja masih dapat mencipta pekerjaan
informal untuk menopang eksistensi.
4) Kekakuan dalam pasar ketenagakerjaan seperti tercermin dalam
otomatisme kenaikan upah minimum, kenaikan biaya-biaya
kepegawaian seperti pencadangan (provisioning) bagi pemutusan
hubungan kerja, tidak terperhatikannya nasib para penganggur dalam
kebijakan serikat buruh dan perselisihan-perselisihan perburuhan
kiranya adalah suatu paradoks di bawah penangguran yang tinggi dan
meningkat.
5) Pemerintah tidak dapat berbuat banyak dalam pembukaan pekerjaan
umum (public employment) karena keterbatasan sumber keuangan
dan inersia dalam lembaga-lembaga publik yang membuat
perubahan prioritas pengeluaran negara sulit sekali dilakukan.
d. Stagnasi Investasi dan Perdagangan Luar Negeri
Dalam ekonomi dunia abad ke-21 hubungan antara investasi dan
perdagangan luar negeri menguat luar biasa. Bagian yang semakin besar
dari penanaman modal asing (PMA) dilakukan untuk memaksimasi daya
saing global dan bukan untuk menguasai asar lokal tempat PMA itu. Di
pihak lain, bagian yang semakin besar dari perdagangan internasional
adalah akibat dari strategi persaingan global. Perdagangan intraperusahaan, yaitu ekspor-impor komponen sesama anggota perusahaan
transnasional yang sama, naik terus menerus sebagai pecahan
perdagangan global. Dengan kata lain, PMA baru diperlukan untuk
mendorong ekspor di satu pihak dan daya saing ekspor mempengaruhi arus
PMA di lain pihak. Karena itu KADIN Indonesia menganggap penting untuk
menarik perhatian pada hal-hal berikut :
1) Kinerja investasi Indonesia dalam 2003 masih tetap sangat lemah
seperti dalam tahun-tahun sebelumnya sejak krisis 1997. Pertumbuhan
investasi dalam 2003 hanya 1,4% setelah tumbuh 0,2% dalam tahun
2002.
2) Indikator-indikator mikro investasi juga memprihatinkan seperti
penurunan tajam dalam persetujuan baru PMDN dan PMA selain
pergantian status perusahaan yang sudah ada, stagnasi impor barangbarang modal dan kenaikan kredit perbankan di luar kredit konsumsi.
3) Dengan rendahnya investasi baru mesin-mesin dan perlengkapan
industri Indonesia tampaknya sudah mengusang (obsolete) sedemikian
sehingga tidak dapat menyediakan mutu kelas dunia pada biaya yang
bersaing.

4) Dampak rekonfigurasi lingkungan perdagangan dan investasi dunia


yang memuncak pada awal tahun 1990-an semakin terasa di Indonesia
dengan munculnya lokasi-lokasi baru yang menarik seperti Vietnam,
India, Eropa Tengah dan Timur yang didahului Cina. Pangsa Indonesia
dalam ekspor barang dan jasa dunia cenderung melemah.
5) Pangsa Indonesia dalam jumlah kumulatif dan arus baru PMA di dunia
menurun tajam. Dalam lingkungan yang ditandai oleh konsentrasi yang
meninggi karena merger dan akuisisi (M&A) besar-besaran dalam
1980an dan 1990an Indonesia ditinggalkan oleh beberapa perusahaan
kelas dunia atau dibiarkan berada di luar pilihan-pilihan lokasi baru.
6) Kinerja investasi dan perdagangan yang lemah itu berakar dalam
praktik-praktik kebijakan dan penadbiran (governance) yang buruk. Di
bawah semangat otonomi daerah diperkenalkan berbagai peraturanperaturan daerah yang berlawanan dengan undang-undang seraya
membuat lingkungan kebijakan semakin samar-samar (nebulous) dan
sulit dipahami.
7) Pemulihan reputasi Indonesia dalam penegakan kepastian hukum dan
pemerangan korupsi dan pemerangan penyelundupan tidak
menunjukkan kemajuan selain yang tercermin dalam keinginan yang
tersirat dalam undang-undang baru, amandemen undang-undang yang
ada dan peraturan-peraturan baru.
8) Biaya-biaya berbisnis (costs of doing business) meningkat karena
ketidakpastian hukum, memanjangnya proses yang harus dilalui untuk
memenuhi undang-undang dan peraturan-peraturan dan biaya-biaya
yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan ilegal seperti pencurian hasil
perkebunan dan premanisme.
9) Di bawah lingkungan investasi dan perdagangan yang serba berat itu
masyarakat dunia usaha dipaksa oleh situasi untuk memusatkan
perhatian pada hal-hal yang berkaitan dengan krisis dan karena itu
berkurang waktunya untuk peningkatan hubungan dengan perusahaanperusahaan asing.

e. Peluang Percepatan Kebangkitan Dunia Usaha dan Aksi-aksi Yang Tidak


Konvensional
Kadin Indonesia menyadari bahwa dalam lingkungan yang sulit pun seperti
diuraikan di atas Indonesia masih menikmati peluang untuk memetik
keuntungan dari ekonomi global yang sedang bangkit kembali dan
melanjutkan pendalaman keterbukaan. Beberapa kekuatan juga masih
tersedia berupa sumber daya alam dan manusia, termasuk pengusahapengusaha dan profesional yang dapat digerakkan dengan cepat di bawah
tuntunan pemimpin-pemimpin transformasional dalam politik, bisnis dan
masyarakat kewargaan. Namun demikian, prakarsa-prakarsa konvensional

akan tidak cukup kuat untuk membangkitkan kembali perhatian pemodalpemodal dunia terhadap Indonesia. Paling tidak dalam masa peralihan
sekarang dibutuhkan prkarsa-prakarsa yang tegar dan tidak konvensional
(unconventional measures). KADIN Indonesia merekomendasikan :
1) Normalisasi intermediasi perbankan dengan menetapkan tingkat suku
bunga pinjaman yang wajar dan dapat meningkatkan kinerja sektor
riil.
2) Pemulihan fleksibilitas dalam pasar ketenagakerjaan, sesedikitnya
dalam arti pembatasan kenaikan upah minimum pada tingkat inflasi,
perhatian yang cukup dari pemerintah terhadap penduduk yang
menganggur, dan minimasi perselisihan-perselisihan perburuhan.
Diharapkan adanya insentif (diantaranya PPH 21) melalui
Kebijaksanaan Pemerintah dalam program magang karyawan, dan
pelatihan serta sertifikasi terutama bagi pelaku bisnis UKMK.
3) Pemecahan secara tuntas masalah-masalah yang mengganjal
perampungan proyek-proyek penanaman modal yang sedang
terbengkalai seperti perampungan Jakarta Outer Ring Road (JORR).
4) Pragmatisme dalam menghadapi usaha kecil dan mikro dengan
membantu mereka untuk memenuhi persayaratan-persyaratan yang
dituntut oleh peraturan perijinan. Dengan ijin yang dipermudah
perusahaan-perusahaan kecil dan mikro dapat menjalin hubungan
yang lebih menguntungkan dengan mitra-mitra usaha mereka (one
stop service). Fasilitasi sertifikasi tanah juga akan membantu banyak
sekali perusahaan-perusahan kecil dan mikro untuk membuka akses ke
kredit perbankan. Dengan fasilitasi seperti itu, salah satu tantangan
terberat dalam pembanguan dunia usaha akan terjawab paling tidak
sebagian.
5) Perluasan dan pendalaman kemitraan antara usaha kecil dan mikro
disatu pihak dengan usaha menengah dan besar (korporasi) di lain
pihak yang setara. Kemajuan yang lambat dalam kemitraan ini justru
harus menjadi pemacu untuk menggalang upaya-upaya baru yang akan
lebih berhasil jika didukung oleh program fasilitasi pemerintah yang
disebut di atas.
6) Pengalihan hak-hak atas harta negara yang terlantar seperti tanahtanah luas yang ditinggalkan oleh pemegang HPH kepada perusahaanperusahaan yang menguasai praktik-praktik terbaik yang perlu dalam
pengelolaan hak-hak tersebut. Lahan-lahan tersebut harus
dimanfaatkan untuk percepatan sektor agrobisnis, perikanan,
pertambangan dan industri lainnya sesuai dengan potensi lahan yang
ada. Pemerintah juga harus proaktif mempromosikan aspek bisnis
semua daerah terutama daerah yang dianggap masih belum kondusif
untuk kegiatan investasi baik dari luar maupun dalam negeri terutama
melalui aspek keamanan.
7) Sumber daya alam khususnya hutan sebaiknya dikelola secara lestari
dengan menerapkan Sustainable Forest Management (Manajemen
Hutan Lestari). Pola manajemen ini bertumpu pada kelestarian tiga
fungsi hutan yaitu Ekonomi, Sosial dan Lingkungan yang selaras dengan

tuntutan dunia untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan


(WSSD), keberhasilan penerapan manajemen hutan lestari dewasa ini
menjadi fokus dunia bisnis.
8) Untuk masa depan industri perkayuan, Kadin agar menjembatani
proses pentahapan down streaming industri tersebut dan diversifikasi
bahan baku (HTI, hutan rakyat dan impor) mengingat nilai tambah
yang dihasilkan lebih besar, dan kaitannya dengan makin terbatasnya
bahan baku hasil hutan alam dalam konteks upaya kita menjaga hutan
lestari. Karena akan berdampak pada kepasrian usaha dan potensi
terjadinya PHK besar-besaran.
9) Peran Kadin dalam rangka penyediaan data dan informasi melalui
sistem informasi manajemen dan database dari potensi seluruh daerah
dan dalam menerapkan e-Government dan e-Procurement guna
menghasilkan kompetinsi tinggi untuk daya saing.
10) Penurunan tingkat Pajak Penghasilan Badan secara umum dan PPh
Badan atas laba yang ditanam ulang atau direinvestasi. Maksimasi
penerimaan pajak tidak patut diletakkan sebagai prioritas terpenting
keuangan negara ketika Indonesia menderita erosi daya tarik sebagai
lokasi perdagangan dan investasi.
11) Rekonfirmasi Batam sebagai kawasan perdagangan bebas yang bebas
PPN dan rekonfirmasi perlakuan-perlakuan perpajakan dan
kepabeanan bagi kawasan-kawasan berikat yang telah ada maupun
akan didirikan.
12) Menegaskan kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia dalam arti
menghilangkan dualisme antara keputusan-keputusan unilateral,
keputusan-keputusan regional, dan keputusan-keputusan multilateral.
Tingkat bea masuk perlu disederhanakan menjadi tingkat MFN (Most
Favored Nation) dan tingkat regional, tetapi tingkat MFN yang
sekarang diturunkan secara bertahap dalam rangka Putaran
Pembangunan Doha dari WTO.
13) Peluncuran upaya baru untuk memerangi penyelundupan, terutama
penyelundupan terselubung yang melibatkan pejabat-pejabat bea
cukai maupun pejabat-pejabat yang lain.
14) Pengampunan pajak atas modal yang ditanam dalam kegiatan
produktif sebagai bagian dari paket kebangkitan baru tanpa menjadi
toleran terhadap pencucian uang.
15) Langkah-langkah korporatisasi layanan-layanan bea cukai dan
pemungutan pajak seperti pernah dicoba dengan hasil yang baik atas
layanan bea cukai dalam 1980-an.
16) Pembukaan Kawasan Industri bagi perusahaan-perusahaan terbaik
dalam industri-industri yang bertumbuh seperti Teknologi Informasi
dan Komunikasi (ICT) bioteknologi di bawah Otorita yang terinsulasi
terhadap praktik-praktik kebijakan, birokrasi dan penadbiran yang
buruk. Dalam otoritas itu pemerintah, masyarakat dunia usaha dan
akademia bekerja sama untuk membuat lokasi bersangkutan

semenarik mungkin bagi


masing-masing industri.

perusahaan-perusahaan

terbaik

dalam

17) Penuntasan pemerangan teorisme sebagai bagian yang perlu dari


upaya pemulihan reputasi Indonesia sebagai pusat pariwisata. Turisme
adalah salah satu industri yang dapat diandalkan Indonesia sebagai
sektor pertumbuhan dalam upaya untuk kembali ke pertumbuhan
tinggi dalam waktu singkat.
18) Pengunduran pengundangan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
sampai pemerintah menunjukkan kemajuan dalam penegakan hukum,
penegakan persaingan yang wajar dalam bisnis, penegakan politik
yang bersih dan panen dini dalam kebangkitan ekonomi.
19) Peluncuran prakarsa-prakarsa di pihak pemerintah dan masyarakat
dunia usaha untuk memulihkan kepastian hukum, memerangi korupsi
dan memajukan penadbiran yang baik. Kadin Indonesia menganggap
perlu
kemajuan
progresif
dalam
swastanisasi,
penerbitan
penyebarluasan laporan berkala tentang harta negara dan pasarisasi
hak-hak atas harta negara.
20) Konkritisasi aksi-aksi bersama untuk perwujudan gerakan Bersih,
Transparen dan Profesional, Kampanye Anti-Suap dan Pemajuan
Penadbiran Korporat Yang Baik (Good Corporate Governance) di
kalangan perusahaan-perusahaan yang menjadi anggota Kadin
Indonesia diantaranya melalui :
a) Fit and Proper Test dimeratakan ke seluruh jajaran pejabat
pemerintah (Executive, Legislative, Judicative) dan BUMN.
b) Pelaksanaan pengawasan berkala untuk kegiatan operasional yang
terbuka dengan berpacu pada aturan main yang jelas.
21) Pertukaran pejabat senior pemerintah dan profesional Kadin untuk
menanamkan saling pengertian yang perlu bagi kemitraan yang
semakin produktif dalam dunia yang semakin kompetitif.
22) Anggota Kadin yang semula memprioritaskan pada proyek-proyek
pemerintah namun dengan perkembangan sektor swasta di era
globalisasi, diharapkan dapat melibatkan diri secara pro aktif kepada
usaha-usaha yang sustainable dan inovatif.

Anda mungkin juga menyukai