Anda di halaman 1dari 2

BANK SAMPAH DI INDONESIA: MENABUNG, MENGUBAH

PERILAKU
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia.
Seiring peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi saat ini
pengelolaan sampah sebagian besar kota masih menimbulkan permasalahan
yang sulit dikendalikan. Untuk mengurangi volume sampah dan menjadikan
sampah tersebut menghasilkan nilai rupiah maka harus dikelola secara
kreatif oleh masyarakat misalnya melalui program Bank Sampah. Bank
Sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta
memiliki manajemen layaknya perbankan tapi yang ditabung bukan uang
melainkan sampah. Warga yang menabung yang juga disebut nasabah
memiliki

buku tabungan dan dapat

meminjam

uang

yang nantinya

dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam. Sampah yang


ditabung ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang nantinya akan dijual
di pabrik yang sudah bekerja sama.
Pengelolaan sampah di tingkat komunitas melalui Bank Sampah
pertama kali dilakukan sejak tahun 2008 di Desa Badegan Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbeda dengan Bank lain yang
berupa bangunan permanen dan dilengkapi dengan pendingin ruangan,
Bank Sampah Gemah Ripah di Dusun Badegan Bantul menempati rumah
bilik bambu yang berukuran tak lebih dari 12 meter persegi. Di dalam
ruangan, tak ada brankas yang berisi uang tetapi berkarung-karung sampah
yang telah dipilah. Sampah plastik, kertas, stryrofoam, kardus dan kemasan
botol minuman bekas pakai. Adapun fungsi dari bank sampah yaitu sebagai
media edukasi bagi anak-anak usia dini tentang bagaimana kita memelihara
lingkungan, sarana belajar untuk masyarakat lebih terampil dalam mengolah
sampah, menghindari pencemaran lingkungan, menjadikan sampah yang
tidak dipandang menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis, membantu para
pengepul sampah dan bagi masyarakat yang mengumpulkan sampah akan
memperoleh imbalan berupa uang.

Anda mungkin juga menyukai