Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan Kognitif pada Masa Kanak-kanak Akhir

1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget: Tahap Pra Operasional v


-Subtahap Fungsi Simbolik (Santrock, Life Span) v
-Subtahap Pemikiran Intuitif (Santrock, Life Span) v
-Keterbatasan Pemikiran Praoperasional (Berk) v
2. Teori Perkembangan Vygotsky
-Zona Perkembangan Proksimal (Berk)V
-Private Speech (Berk) v
-Effective Social Interaction (Berk)V
3. Pemrosesan Informasi
-Perhatian (Attention) (Berk)
-Memory (Berk)
-Problem Solving (Berk)
-Teori Pikiran Anak (Berk)
4. Perkembangan Bahasa
-Vocabulary (Berk)
-Grammar (Berk)
-Conversation (Berk)
5. Pendidikan Masa Kanak-kanak Awal v
-Variasi Pendidikan Anak Usia Dini (Santrock, Masa Perkembangan Anak) v
-Mendidik Anak yang Tidak Mampu (Santrock, Masa Perkembangan Anak)

PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA MASA KANAK-KANAK AWAL

Teori Perkembangan Kognitif Piaget: Tahap Pra Operasional


Tahap Pra Operasional berlangsung antara usia 2-7 tahun. Pada tahap
tersebut, anak-anak mewakili dunia dengan kata-kata, citra, dan gambar-gambar.
Pada tahap inilah konsep yang stabil terbentuk, penalaran mental muncul,
egosentrisme mulai kuat dan kemudian lemah, serta keyakinan terhadap hal yang
magis terbentuk. Pemikiran praoperasional tidak lain merupakan masa tunggu yang
longgar bagi pemikiran operasional konkret, walaupun label praoperasional
menekan kan bahwa anak pada tahp ini belum berpikir secara operasional. Apa itu
operasi? Operasi (operation) adalah perangkat tindakan terinternalisasi yang
memungkinkan anak melakukan secara mental apa yang telah dilakukan secara
fisik sebelumnya. Operasi sangat terorganisasi dan sesuai dengan aturan aturan
dan prinsip-prinsip logika tertentu. Operasi tampak dalam bentuk pemikiran
operasional konkret dan dalam bentuk lain pemikiran operasional formal. Pemikiran
pada tahap praoperasional kacau dan tidak terorganisasi dengan baik.
Subtahap Pemikiran Praoperasional
Pemikiran praoperasional juga mencakup peralihan penggunaan simbol dari
yang 2animistic kepada yang lebih canggih. Pemikiran praoperasional dibagi
menjadi 2 subtahap:
1. Subtahap Fungsi Simbolis (Symbolic Function Substage)
Subtahap Fungsi Simbolis adalah sub tahap pertama pemikiran
praoperasional yang terjadi kira-kira antara usia 2-4 tahun. Pada subtahap ini,
anak-anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara
mental suatu objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berpikir simbolis ini
disebut sebagai fungsi simbolis. Anak-anak kecil menggunakan desain coretcoret untuk menggambarkan manusia, rumah, mobil, awan dan lain-lain.
Mungkin karena anak-anak kecil tidak terlu peduli akan realitas, gambargambar mereka penuh khayal dan penuh daya cipta. Matahari biru, langit
kuning, dan mobil mengambang di awan di dunia simbolis dan imajinatif
mereka. Sedangkan pada tahun-tahun sekolah dasar, gambar anak-anak
menjadi lebih realistis, rapi, dan teliti.
2. Subtahap Pemikiran Intuitif (Intuitive Thought Substage)
Subtahap pemikiran intuitif adalah tahap kedua dari pemikiran pra
operasional, yang berlangsung antara usia 4 hingga 7 tahun. Dalam subtahap
ini, anak-anak mulai menggunakan pemikiran primitif dan ingin mengetahui
jawaban dari semua pertanyaan. Pada usia 5 tahun, anak-anak mulai

menanyakan pertanyaan mengapa kepada orang dewasa di sekitarnya.


Pertanyaan-pertanyaan ini menunjukkan ketertarikan anak-anak dalam
memikirkan dan mengetahui mengapa segala hal menjadi sebagaimana
adanya. Berikut adalah contoh pertanyaan yang ditanyakan anak selama usia
4 sampai 6 tahun (Elkind, 1976): Apa yang membuat kau tumbuh?,
Siapakah yang menjadi ibu saat semua orang masih bayi?, Mengapa daundaun jatuh?, dan Mengapa matahari bersinar?. Piaget menyebut
subtahap ini sebagai subtahap intuitif karena anak-anak terlihat sangat yakin
akan pengetahuan dan pemahamannya, tapi tidak menyadari bagaimana
mereka mengetahui apa yang mereka ketahui. Begitulah, mereka
mengetahui sesuatu tanpa menggunakan pemikiran rasional.
Keterbatasan Pemikiran Pra Operasional
Terdapat beberapa keterbatasan dalam pemikiran praoperasional, yaitu
1. Egosentris dan Animistik
Bagi Piaget,kekurangan yang paling serius dari pemikiran pra
operasional, yang mendasari kekurangan yang lain, adalah egosentrisme,
yaitu ketidakmampuan untuk membedakan antara sudut pandang orang lain
dengan sudut pandangnya sendiri. Piaget percaya bahwa ketika anak-anak
pertama kali menggambarkan dunia, mereka fokus pada sudut pandang
mereka. Oleh karena itu, mereka sering berasumsi bahwa orang lain melihat,
berpikir, dan merasakan hal yang sama sebagaimana mereka.
Demonstrasi Piaget yang paling meyakinkan megenai egosentrisme
adalah masalah tiga gunung (three mountains problem). Pada percobaan
ini, anak-anak diminta melihat 3 buah gunung yang dibedakan dengan warna
dan benda yang berada di puncaknya. Pada gungung pertama terdapat salib
merah, pada gunung kedua terdapat rumah kecil, dan gunung ketiga tertutup
salju. Kemudian, sebuah boneka diletakkan di sisi yang lain dari gununggunung tersebut. Anak-anak pada tahap praoperasional tidak dapat memilih
gambar yang menggambarkan gunung-gunung tersebut dari sudut pandang
si boneka. Mereka malah memilih gambar yang menunjukkan sudut pandang
mereka.
Piaget juga mengnggap bahwa egosentrisme inilah yang mendasari
munculnya pemikiran a3nimistik pada anak-anak tahap praoperasional.
Pemikiran 3nimistic adalah kepercayaan bahwa benda mati memiliki kualitas
seperti makhluk hidup, misalnya dapat berpikir, merasa, berharap dan lainlain.

2. Ketidakmampuan untuk Mengkonservasi (Inability to Conserve)


Tugas Konservasi (Conservation Task)Piaget membuktikan salah satu
keterbatasan dalam pemikiran pra operasional. Konservasi merujuk pada
pemahaman bahwa karakteristik fisik sebuah objek akan tetap sama,
walaupun penampilan luar dari objek itu diubah. Tugas Konservasi Piaget bisa
dilakukan dengan memperlihatkan anak dua gelas berisi air yang tingginya
sama kemudian anak ditanya apakah kedua gelas ini berisi air yang
jumlahnya sama. Setelah mereka menjawab ya, salah satu gelas tersebut
dituangkan airnya ke wadah yang lebih tinggi. Ketika ditanya: apakah air
dalam gelas tersebut tetap sama jumlahnya atau berubah, anak pada masa
praoperasional akan menjawab bahwa jumlah airnya sudah berubah karena
permukaan air terlihat lebih tinggi.
Ketidakmampuan anak-anak untuk mengkonservasi ini dipengaruhi
oleh beberapa aspek dari pemikiran mereka. Pertama, pemahaman mereka
terpusat, atau dapat disebut sentrasi (centration). Mereka berfokus pada satu
aspek dalam situasi dan mengabaikan aspek penting yang lain. Kedua, anakanak mudah teralihkan dengan penampilan perseptual (perceptual
appearance) benda. Ketiga, anak-anak memperlakukan keadaan awal dan
akhir dari cairan tersebut sebagai kejadian yang tidak berhubungan, dan
mengabaikan perubahan dinamis (penuangan air) diantara dua keadaan
tersebut.
Ciri tidak logis yang paling penting dalam pemikiran praoperasional
adalah ireversibilitas, yaitu ketidakmampuan untuk secara mental memahami
rangkaian langkah dalam suatu masalah dan membalikan arahnya,
mengembalikan ke titik awal. Reversibilitas adalah bagian dari setiap operasi
logis.

3. Ketidakmampuan melakukan klasifikasi hierarkis


Ketidakmampuan untuk melakukan operasi logis menyebabkan anakanak prasekolah mengalami kesulitan dalam melakukan klasifikasi hierarkis
(hierarcial classification), yaitu mengorganisasi objek ke dalam kelas-kelas
dan subkelas berdasarkan persamaan atau perbedaan yang dimiliki objek
tersebut. Piaget mendemonstrasikan keterbatasan ini dalam class inclusion
problem. Dalam demonstrasi ini, anak-anak diperlihatkan bunga-bunga
dengan dua warna berbada, yaitu bunga biru dan bunga kuning, dimana
bunga kuning berjumlah lebih banyak daripada bunga biru. Kemudian, anak
ditanya: manakah yang lebih banyak, bunga atau bunga kuning?. Anakanak pada masa pra operasional akan menjawab bahwa bunga kuning lebih
banyak karena mereka tidak menyadari bahwa baik bunga kuning maupun
bunga biru berada dalam satu kategori yang sama, yaitu bunga.

Teori Sosiokultural Vygotsky

Dalam teorinya, Vygotsky menyatakan bahwa anak-anak dan lingkungan


sosial bekerja sama untuk membentuk kognisi. Selama masa kanak-kanak awal,
pertumbuhan yang cepat dalam bahasa memperluas kemampuan mereka dalam
berpartisipasi dalam dialog sosial dengan orang-orang yang lebih berpengetahuan,
yang mendorong untuk menguasai tugas-tugas penting. Segera setelah itu anakanak mulai berkomunikasi dengan diri mereka sendiri sebagaimana mereka
berkomunikasi dengan orang lain. Ini meningkatkan kompleksitas mereka dalam
berpikir dan kemampuan mereka dalam mengendalikan prilaku.
Private Speech
Jika memperhatikan anak-anak dalam aktivitas sehari-hari, mereka sering kali
berbicara keras terhadap diri mereka sendiri. Vygotsky berpendapat bahwa anakanak bicara pada diri mereka sendiri sebagai pembimbingan diri (self-guidance).
Karena bahasa membantu mereka untuk memikirkan aktivitas mental dan prilaku
dan memilih tindakan. Vygotsky menganggap itu sebagai dasar bagi semua proses
kognitif yang lebih tinggi, termasuk perhatian yang terkontrol, mengingat dengan
sengaja, dan memanggil kembali, kategorisasi, perencanaan, pemecahan masalah,
dan refleksi diri. Seirng dengan bertambah dewasanya si anak dan ia merasa tugastugas tersebut menjadi lebih mudah, pembicaraan mereka erhdap diri sendiri
terinternalisasi menjadi inner speech, yaitu dialog verbal yang kita lakukan dengan
diri kita sendiri ketika berpikir dan bertindak dan sistusi sehari-hari.
Zona Perkembangan Proksimal (Zone Of Proximal Development)
Kepercayaan Vygotsky pada pentingnya pengaruh sosial, terutama instruksi
atau arahan, pada perkembangan kognitif anak terlihat pada konsepnya tentang
Zona Perkembangan Proksimal (Zone Of Proximal Development). Zona
Perkembangan Proksimal (ZPD) adalah istilah Vygotsky untuk rentangan berbagai
tugas yang terlalu sulit bagi anak-anak untuk dikuasai sendir dan apa yang dapat
mereka capai dengan bimbingan orang dewasa atau anak lain yang lebih terampil.
Oleh karena itu, batas bawah dari ZPD adalah tingkat kemampuan yang dapat
diraih anak-anak secara mandiri dan batas atasnya adalah adalah tugas tambahan
yang dapat dikuasai anak-anak dengan bantuan pengajar yang kompeten.

Interaksi Sosial yang Efektif


Untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak, interaksi sosial harus
memiliki dua ciri penting. Yang pertama adalah intersubjektivitas, yaitu proses
dimana dua partisipan yang memulai tugas dengan pemahaman yang berbeda
sampai pada pemahaman bersama. intersubjektivitas menciptakan kesamaan untuk
komunikasi, karena masing-masing pasangan menyesuaikan dengan perspektif
yang lain. Yang kedua adalah scaffolding, yaitu penyesuaian dukungan yang
diberikan selama sesi pengajaran untuk menyesuaikan tingkat kinerja anak. Ketika
anak hanya memiliki sedikit gagasan mengenai bagai mana harus melanjutkan,
orang dewasa menggunakan arahan langsung, menyarankan strategi, dan
memberikan alasan-alasan untuk menggunakannya. Ketika kemampuan anak
meningkat, scaffolder yang efektif secara bertahap mengurangi bantuan dan
memberikan tanggung jawab kepada si anak. Kemudian anak-anak mengambil
dialog ini, menjadikannya bagian dari private speech mereka, dan menggunakannya
dalam usaha mandiri mereka.

Pemrosesan Informasi
Perhatian (Attention)
Perhatian (Attention) didefinisikan sebagai pemfokusan sumber daya mental
dalam memilih informasi. Kemampuan anak untuk memperhatikan meningkat
selama tahun prasekolah. Sebagai perbandingan, anak-anak prasekolah dapat

diobservasi ketika menonton televisi selama setengah jam. Satu penelitian


merekam kegiatan anak-anak di rumah mereka. Dalam 99 keluarga yang diamati
selama 4672 jam, perhatian visual terhadap televise meningkat secara
dramatisselama tahun prasekolah.
Anak-anak terutama membuat kemajuan dalam dua aspek perhatian, yaitu
perhatian eksekutif dan perhatian berkelanjutan. Perhatian eksekutif (executive
attention) melibatkan perencanaan tindakan, mengalokasikan perhatian terhadap
tujuan, mengenali kesalahan dan kompensasi, memantau kemajuan tugas-tugas,
dan berurusan dengan perbedaan atau keadaan sulit. Perhatian berkelanjutan
(sustained attention) adalah keterlibatan yang terfokus dan diperpanjang dengan
objek, tugas, kejadian, atau aspek-aspek lain dari lingkungan.
Namun control perhatian anak-anak prasekolah masih
kurang memadai, setidaknya dalam 2 hal berikut.
Dimensi mencolok versus relevan. Anak-anak
usia prasekolah cenderung memperhatikan
stimulus yang menonjol atau mencolok, bahkan
ketika stimulus tersebut tidak relevan untuk
memecahkan masalah atau mengerjakan tugas.
Sebagai contoh, jika seorang badut yang
mencolok memberikan arahan untuk
menyelesaikan masalah, anak-anak prasekolah
cenderung lebih memperhatikan badut tersebut
daripada arahan yang diberikannya. Setelah usia
6 atau 7 tahun, anak-anak memperhatikan
dengan lebih efisien kjepada dimensi tugastugas yang relevan seperti arahan untuk
memecahkan masalah. Perubahan tersebut
mencerminkan perubahan dalam control kognitif
terhadap perhatian, sehinggan anak bertindak
kurang impulsive dan lebih mendalam.
Perencanaan. Meskipun secara umum anak
merencanakan peningkatan sebagai bagian
kemajuan dalam perhatian eksekutif, ketika
peneliti meminta anak untuk menilai apakah dua
gambar yang komplek adalah sama, anak prasekolah cenderung
menggunakan strategi yang berbahaya, tidak memeriksa semua detil saat
mengambil keputusan.
Memori (Memory)
Memori adalah penyimpanan informasi sepanjang waktu yang merupakan
proses sentral dalam perkembangan kognitif anak-anak. Memori terbagi menjadi
2 ,yaitu memori jangka panjang dan memori jangka pendek. Dalam memori jangka
pendek (short-term memory) , individu menyimpan informasi selama 30 detik jika
tidak ada pengulangan informasi. Penelitian dengan tugas rentang memori

menunjukkan bahwa memori jangka pendek meningkat pada masa kanak-kanak


awal.
Beberapa faktor yang mempengaruhi memori jangka panjang anak-anak. Yang
pertama, ada perbedaan usia dalam kerentanan anak terhadap sugesti. Anak-anak
prasekolah merupakan kelompok usia yang paling mudah terpengaruh dibanding
dengan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Sebagai contoh, anak-anak
prasekolah lebih mudah percaya pada informasi yang diberikan setelah suatu
kejadian. Yang kedua, ada perbedaan individu dalam kerentanan. Beberapa anak
prasekolah sangat resisten terhadap sugesti pewawancara, sementara yang lain
menyerah pada sedikit sugesti . Yang ketiga, teknik wawancara dapat menghasilkan
distorsi substansialdalam laporan anak-anak mengenai peristiwa yang mencolok.
Anak-anak mudah terpengaruh tidak hanya mengenai detail-detail kecil, namun
juga pada aspek-aspek utama pada peristiwa.
Strategi dan Pemecahan Masalah
Strategi terdiri atas aktivitas mental yang disengaja untuk meningkatkan
pemrosesan informasi. Sebagai contoh, mengulang informasi dan
mengorganisasikannya merupakan dua strategi khas yang digunakan oleh anakanak yang lebihtua dan orang dewasa untuk mengingat lebih efektif. Biasanya,
anak-anak tidak menggunakan pengulangan dan organisasi untuk mengingat.
Selama masa kanak-kanak awal, toddler yang secara relative didorong oleh
stimulus berubah menjadi seorang anak yang mampu melakukan pemecahan
masalah yang terarah pada tujuan dan fleksibel. Para peneliti menemukan bahwa
pada usia sekitar 4 tahun, anak-anak memperoleh perspektif konsep yang
memungkinkan mereka memahami bahwa sebuah stimulus dapat dijelaskan dalam
dua cara yang berbeda.
Perkembangan Bahasa
Memahami Fonologi dan Morfologi
Selama tahun-tahun prasekolah, secara bertahap anak-anak menjadi lebih
sensitif terhadap bunyi kata-kata yang diucapkan dan semakin mampu
memproduksi semua bunyi dari bahasa mereka (National Research Council). Pada
saat anak-anak berusia 3 tahun, mereka dapat memproduksi semua huruf vokal dan
sebagian besar konsonan (Menn & Stoel-Gammon).
Pada saat anak-anak bergerak keluar dari ujaran dua kata, mereka menunjukkan
pemahaman mengenai aturan morfologi. Anak-anak mulai menggunakan kata
jamak dan bentuk posesif (seperti dogs dan dogs). Mereka menempatkan akhiran
yang sesuai untuk kata kerja (seperti s dan ed). Mereka menggunakan preposisi
(seperti in dan on), artikel (seperti a dan the) dan berbagai bentuk kata kerja to be.
Perubahan dalam Sintaksis dan Semantik
Anak-anak prasekolah juga belajar dan menerapkan aturan sintaksis. Mereka
semakin menunjukkan penguasaan aturan kompleksmengenai penyusunan katakata yang benar. Kemajuan dalam semantic juga mencirikan masa kanak-kanak
awal. Perkembangan kosakata merupakan hal dramatis. Beberapa ahli telah

menyimpulkan bahwa antara usia 18 bulan dan 6 tahun, anak-anak belajar satu
kata baru setiap jam bangun tidur. Pada saat mereka masuk kelas satu, diperkirakan
bahwa anak-anak tahu sekitar 14.000 kata.
Kemajuan-kemajuan dalam Pragmatik
Perubahan dalam pragmatik juga menandai perkembangan bahasa anakanak. Anak-anak mulai terlibat dalam wacana yang diperpanjang. Sebagai contoh,
mereka belajar aturan-aturan budaya spesifik mengenai berbicara dan sopan santu,
serta menjadi peka untuk menyesuaikan ucapan mereka dalam situasi yang
berbeda. Saat anak-anak semakin besar, mereka menjadi semakin mampu
berbicara mengenai hal-hal yang tidak ada disini dan tidak saat ini. Sekitar usia 4-5
tahun, anak-anak belajar untuk mengubah gaya bicara mereka agar sesuai dengan
situasi. Sebagai contoh, mereka berbicara dengan cara yang berbeda kepada anak
yang berusia 2 tahun dibandingkan dengan teman sebaya mereka. Mereka juga
berbicara dengan cara yang berbeda kepada orang dewasa dibandingkan teman
sebaya. Mereka menggunakan bahasa yang lebih sopan dan formal terhadap orang
dewasa.
Kemajuan-kemajuan dalam bahasa yang terjadi pada masa kanak-kanak awal
meletakkan dasar untuk perkembangan lebih lanjut pada tahun-tahun sekolah dasar
atau masa kanak-kanak akhir.
Variasi dalam Pendidikan Kakak-Kanak Awal
Ada beberapa variasi dalam cara mendidik anak usia kanak-kanak awal.
1. The Child-Centered Kindergarten
Pengasuhan adalaha aspek kunci dalam child-centered kindergarten, yang
menekankan pendidikan pada seluruh anak dan memerhatikan
perkembangan fisik, kognitif, dan sosioemosional mereka. Instruksi
diorganisasikan di sekitar kebutuhan, ketertarikan, dan gaya belajar si anak.
Perhatian lebih dipusatkan pada proses belajar daripada pada apa yang
dipelajari. Child-centered kindergarten menghormati tiga prinsip: Setiap anak
mengikuti pola perkembangan yang unik; anak-anak belajar paling baik
melalui pengalaman langsung dengan orang atau dengan benda; bermain
sangat penting dalam perkembangan anak. Bereksperimen, mengeksplorasi,
menemukan, mencoba, restrukturisasi, berbicara, dan mendengarkan adalah
kegiatan yang sering dalam program TK yang sangat baik. Program-program
tersebut erat selaras dengan status perkembangan anak 4- dan 5 tahun.
2. Pendekatan Montessori
Sekolah Montessori dipolakan setelah filsafat pendidikan Maria Montessori
(1870-1952), seorang Italia dokter-berubah-pendidik, yang pada awal abad
ke-20 membuat pendekatan revolusioner untuk pendidikan anak. Pendekatan
Montessori adalah filsafat pendidikan di mana anak-anak diberi kebebasan
yang cukup besar dan spontanitas dalam memilih kegiatan. Mereka diizinkan
untuk berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya yang mereka

inginkan. Guru bertindak sebagai fasilitator daripada pengarah. Guru


menunjukkan anak bagaimana melakukan kegiatan intelektual, menunjukkan
cara yang menarik untuk mengeksplorasi materi kurikulum, dan menawarkan
bantuan ketika anak memintanya. "Dengan mendorong anak-anak untuk
membuat keputusan dari usia dini, pemecah masalah yang mandiri yang
dapat membuat pilihan dan mengatur waktumereka secara efektif.
Beberapa ahli perkembangan mendukung pendekatan Montessori, tetapi
yang lain percaya bahwa itu mengabaikan pembangunan sosioemosional
anak. Sebagai contoh, meskipun Montessori mendorong kemandirian dan
pengembangan keterampilan kognitif, itu pendekatan ini kurang menekankan
interaksi verbal antara guru dan anak dan interaksi teman sebaya. Kritikus
Montessori juga berpendapat bahwa itu membatasi permainan imajinatif dan
ketergantungan pada bahan self-korektif mungkin tidak cukup
memungkinkan untuk kreativitas dan untuk berbagai gaya belajar.

Anda mungkin juga menyukai