PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir, sejumlah studi komprehensif mengenai berbagai
dampak korupsi terhadap variabel-variabel ekonomi secara ekstensif telah
dilakukan.Usaha rintisan telah dimulai oleh Mauro (1995) yang menegaskan
bahwa
korupsi
memperlemah
investasi
dan
pertumbuhan
ekonomi.
3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap ekonomi.
2. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap pelayanan kesehatan.
3. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap social dan kemiskinan
4.
5.
6.
7.
masyarakat.
Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap birokasi pemerintahan.
Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap politik dan demokrasi.
Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap penegak hukum.
Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan.
Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap pelestarian lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Dampak Korupsi
Berbagai dampak masif korupsi yang merongrong berbagai aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara akan diuraikan berikut ini.
2.1.1. Dampak Ekonomi
Korupsi merupakan salah satu dari sekian masalah yang mempunyai
dampak negatif terhadap perekonomian suatu negara, dan dapat
berdampak merusak sendi-sendi perekonomian negara. Korupsi dapat
memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi (Mauro, 1995, dalam
Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi, 2011). Tidak mudah
memberantas korupsi, sebab korupsi dalam suatu tingkat tertentu selalu
hadir di tengah-tengah kita. Dampak korupsi dari perspektif ekonomi
adalah misallocation of resources, sehingga perekonomian tidak optimal
(Ariati, 2013). Berbagai dampak korupsi terhadap aspek ekonomi, adalah
sebagai berikut.
1. Menghambat Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Mauro (1995), setelah dilakukan studi terhadap 106
negara, ia menyimpulkan kenaikan 2 poin pada Indeks Persepsi
Korupsi (IPK, skala 010) akan mendorong peningkatan investasi
lebih dari 4 persen. Sementara Podobnik et al (2008) menyimpulkan
bahwa pada setiap kenaikan 1 poin IPK, GDP per kapita akan
mengalami pertumbuhan sebesar 1,7 persen setelah melakukan kajian
empirik terhadap perekonomian dunia tahun 19992004.
Menurut Gupta et al (1998) fakta bahwa penurunan skor IPK
sebesar 0,78 akan mengurangi pertumbuhan ekonomi yang dinikmati
kelompok miskin sebesar 7,8 persen. Ini menunjukkan bahwa korupsi
memiliki dampak yang sangat signifikan dalam menghambat investasi
dan pertumbuhan ekonomi (Bagus Anwar, 2011).
IPK telah digunakan banyak negara sebagai referensi tentang
situasi korupsi. IPK merupakan indeks gabungan yang mengukur
persepsi korupsi secara global yang merupakan gabungan yang berasal
3
dari 13 (tiga belas) data korupsi yang dihasilkan oleh berbagai lembaga
independen yang kredibel. IPK digunakan untuk membandingkan
kondisi korupsi di suatu negara terhadap negara lain. IPK mengukur
tingkat persepsi korupsi di sektor publik, yaitu korupsi yang dilakukan
oleh pejabat negara dan politisi. IPK direpresentasikan dalam bentuk
bobot skor/angka (score) dengan rentang 0100. Skor 0 berarti negara
dipersepsikan sangat korup, sementara skor 100 berarti dipersepsikan
sangat bersih dari korupsi. Meskipun skor IPK Indonesia tahun 2013
tidak beranjak dari skor tahun 2012 yaitu 32, Indonesia meningkat
empat peringkat. Tahun 2012, Indonesia berada di peringkat 118 dari
176 negara dan di tahun 2013 peringkat Indonesia menjadi 114 dari
177 negara (Anonim, 2013).
Korupsi membuat sejumlah investor kurang percaya untuk
menanamkan
modalnya
di
Indonesia
dan
lebih
memilih
fasilitas
umum,
seperti
perbaikan
jalan
sehingga
(Ditjen
Pengelolaan
Utang
Kemenkeu
yang
dikutip
finance.detik.com, 2013).
4. Menurunkan Pendapatan Negara
Pendapatan per kapita (PDB per kapita) Indonesia termasuk
rendah. Pada Mei 2013, berada pada angka USD 4.000. Apabila
dibandingkan dengan negara- negara maju, Indonesia tertinggal jauh.
Pada tahun 2010 saja, Luksemburg sudah mencapai USD 80.288,
Qatar USD 43.100, dan Belanda USD 38.618 (KPK, 2013).
Pendapatan negara terutama berkurang karena menurunnya pendapatan
negara dari sektor pajak. Pajak menjadi sumber untuk membiayai
pengeluaran pemerintah dalam menyediakan barang dan jasa publik.
Pada umumnya perdagangan di daerah itu ilegal dan tidak membayar
pajak, tidak resmi, izinnya banyak dilanggar (Sekjen Asosiasi
Pengusaha Indonesia/ Apindo, Franky Sibarani, seperti dikutip KPK,
2013).
Kondisi penurunan pendapatan dari sektor pajak, diperparah
dengan korupsi pegawai pajak untuk memperkaya diri sendiri maupun
kelompok. Sebagai contoh kasus fenomenal GT, seorang pegawai
golongan 3 A, yang menggelapkan pajak negara sekitar Rp26 miliar.
Dengan demikian, pendapatan pemerintah dari sektor pajak akan
berkurang Rp26 miliar, itu hanya kasus GT belum termasuk kasus
makelar pajak lainnya yang sudah maupun belum terungkap.
5. Menurunkan Produktivitas
Lemahnya investasi dan pertumbuhan ekonomi serta menurunnya
penda- patan negara akan menurunkan produktivitas. Hal ini akan
berdampak pada meningkatnya pengangguran. Berdasarkan data
6
Pertama,
pertumbuhan
bukti
ekonomi
empiris
yang
menunjukkan
tinggi
berkaitan
bahwa
tingkat
dengan
tingkat
masalah yang tak kunjung usai. Dampak krisis yang ditimbulkan gizi
buruk menyebabkan biaya subsidi kesehatan semakin meningkat. Gizi
buruk juga menyebabkan lebih dari separo kematian bayi, balita, dan
ibu, serta Human Development Indeks (HDI) menjadi rendah
(Suhendar, 2012).
2. Tingginya Angka Kriminalitas
Korupsi menyuburkan berbagai jenis kejahatan yang lain dalam
masyarakat. Semakin tinggi tingkat korupsi, semakin besar pula
kejahatan. Menurut Transparency International, terdapat pertalian erat
antara jumlah korupsi dan jumlah kejahatan. Rasionalnya, ketika angka
korupsi meningkat, maka angka kejahatan yang terjadi juga meningkat.
Sebaliknya, ketika angka korusi berhasil dikurangi, maka kepercayaan
masyarakat terhadap penegakan hukum (law enforcement) juga
meningkat. Dengan mengurangi korupsi dapat juga (secara tidak
langsung) mengurangi kejahatan yang lain. Idealnya, angka kejahatan
akan
berkurang
jika
timbul
kesadaran
masyarakat
(marginal
kesejahteraan
masyarakat
sudah
memadai
(sufficient)
masyarakat
umum
akan
menurunkan
kredibilitas
kepada
pemerintah.
demoralisasi
di
Praktik
kalangan
korupsi
warga
yang
kronis
masyarakat.
umum
kepada
masyarakat.
Korupsi
menumbuhkan
10
dan
kecenderungan
semakin
11
12
13
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Semua bentuk korupsi dicirkan tiga aspek. Pertama pengkhianatan terhadap
kepercayaan atau amanah yang diberikan, kedua penyalahgunaan wewenang,
pengambilan keuntungan material ciri-ciri tersebut dapat ditemukan dalam
bentuk-bentuk korupsi yang mencangkup penyapan pemersasn, penggelapan
dan nepotisme Kesemua jenis ini apapun alasannya dan motivasinya
merupakan bentuk pelanggaran terhadap norma-norma tanggung jawab dan
14
DAFTAR PUSTAKA
15