Anda di halaman 1dari 10

Histeria

Histeria adalah suatu kondisi dimana seseorang memindahkan penderitaan mentalnya pada
suatu jenis penderitaan tubuh. Reaksi histeria adalah khas bagi kepribadian histerik yang
mempunyai ciri narsistik (mencintai diri sendiri secara berlebihan), infantil (bertabiat
kekanak-kanakan), suka bersandiwara (over acting), dan hiperaktif.
Hal-hal yang selalu terjadi dalam praktek sehari-hari adalah masih banyak masyarakat masih
menganggap bahwa konversi histerik yang terjadi pada seseorang adalah kasus pura-pura,
bahkan di luar negeri pun masih banyak para dokter yang bertindak tidak tepat karena mereka
mengatakan bahwa konversi histerik adalah its just your imagination atau theres nothing
wrong with you. Suatu manifestasi klinik atau penyakit yang dicurigai sebagai gejala
konversi histerik, maka anamnesa psikiatrik harus dibuat selengkap-lengkapnya. Kesulitan
dalam membuat anamnesa psikiatrik adalah khas bagi penderita konversi histerik.
Insidensi konversi histerik di beberapa negara bervariasi antara 0,2 0,7 % dan prevalensinya
bervariasi antara 3 - 6%. Di duga penderita wanita lebih banyak dari pada laki-laki.
Penanganan dari konversi histerik pada intinya tidak ada terapi yang khusus, namun sebagai
dokter yang terpenting dalam penanganan konversi histerik ini adalah memberikan terapi
persuasif dan sugesti terhadap pasien.
Ada beberapa penelitian yang mengatakan bahwa pendekatan religius juga perlu dilakukan
pada penderita konversi histerik.
Definisi
Histeria ialah suatu kondisi dimana seseorang memindahkan penderitaan mentalnya pada
suatu jenis penderitaan badaniah. Maka dari itu manifestasi badaniah tersebut dinamakan
konversi histerik. Reaksi tersebut adalah khas bagi kepribadian histerik, yang dicirikan oleh
sifat narsistik (mencintai diri sendiri secara berlebihan), infantil (bertabiat kekanak-kanakan),
suka bersandiwara (overacting) dan hiperaktif.
Etiologi
Etiologi dari Konversi Histerik belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa hal yang
diduga menyebabkan terjadinya Konversi Histerik yaitu adanya gangguan gerakan voluntar /
involuntar, gangguan sensorik, gangguan kesadaran dan gangguan susunan saraf autonom.
Epidemiologi
Terdapat perbedaan data epidemiologi dari beberapa negara, hal ini disebabkan oleh belum
adanya keseragaman dalam pengertian dan konversi histerik bukan merupakan penyakit yang

harus dilaporkan. Insidensi kejadian konversi histerik di berbagai negara bervariasi antara
0,2-0,7%, prevalensi antara 3-6 %.
Konversi histerik di jumpai pada semua ras di dunia, yang insidensi dan prevalensinya
hampir sama, walaupun beberapa peneliti menemukan angka lebih tinggi di negara
berkembang. Penderita wanita lebih banyak daripada laki-laki. Awitan dapat dimulai pada
semua umur. 30 % 33% penderita mendapat serangan pertama pada usia kurang dari 17
tahun, 50-51 % terdapat pada kelompok lebih dari 20 tahun. 15% penderita pada usia lebih
dari 35 tahun, dan 2% pada usia lebih dari 50 tahun.
Segi Psikiatrik
Seorang yang sedih, memperlihatkan paras muka yang khas. Dari paras mukanya dunia luar
mengetahui bahwa ia sedang berduka cita. Paras muka sedih itu merupakan reaksi tubuh,
sungguh-sungguh dan wajar. Reaksi histerik atau konversi histerik melambangkan suatu
bentuk komunikasi non-verbal. Misalnya seorang wanita menjadi lumpuh pada kedua
tungkai setelah ia mengancam akan meninggalkan suaminya. Konversi histeri yang berupa
paraplegia melambangkan pembatalan ancamannya, yang sekaligus merupakan permohonan
non-verbal yang bermakna: Janganlah membiarkan saya meninggalkanmu.
Karena komunikasi dengan bahasa tidak sanggup dilakukan, konflik emosi berkomunikasi
dengan dunia luar dalam bentuk suatu jenis konversi histerik. Konflik emosi itu dirasakan
tidak pantas untuk diungkapkan dengan kata-kata, dan meledaklah reaksi tubuh yang
melambangkan konflik tersebut.
Walaupun penderita tidak mau mengungkapkan penderitaan mentalnya, sifat histeriknya
dapat terungkap oleh pertanyaan-pertanyaan tentang manifestasi psikosomatik: sering
bernafas pendek dan cepat (hiperventilasi), sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah dan
sakit perut yang samar-samar. Dalam hal ini harus diketahui sifat manusia. Seseorang lebih
rela menderita penyakit badaniah daripada menderita penyakit jiwa. Kalau penyakitnya
dinyatakan sebagai manifestasi gangguan mental, ia menerimanya sebagai penghinaan, oleh
karena dalam penilaiannya, penyakit jiwa adalah penyakit yang merendahkan martabatnya
dan nama baik keluarganya.
Sebagian para penderita konversi histerik justru bereaksi lebih histerik jika ditanya mengenai
penderitaan mentalnya. Pertanyaan tentang kesukaran di rumah tangga dapat dijawab dengan
tangisan, pingsan atau kejang-kejang.
Sifat psikoneurosis yang berupa fobia, depresi, anxiety dan obsesi dapat dijumpai pada
kebanyakan penderita konversi histerik. Pengungkapannya harus dilakukan secara tidak
langsung. Misalnya; Sudah pernah berobat pada dokter mana? Berobat pada dokter A karena
apa? Pada dokter B karena apa?. Dari jawabannya dapat disimpulkan bahwa ia khawatir
mempunyai kanker, khawatir mempunyai penyakit jantung, ginjal dan lever (fobia, obsesi)
bahwa ia sering tidak dapat tidur (anxiety, depresi).
Manifestasi Klinis :
1. Nyeri Histerik

Nyeri histerik merupakan manifestasi konversi histerik yang sukar didiagnosa. Sifat nonorganiknya tidak mudah dikenal. Banyak contoh dapat diberikan untuk menggambarkan
bahwa nyeri histerik mudah dianggap oleh dokter yang berpengalaman sebagai nyeri organik
dan sebaliknya. Terutama nyeri abdominal histerik seringkali menyesatkan, sehingga
tindakan operatif dilakukan. Banyak penderita histerik telah menjalani operasi perut: pertama
karena nyeri kholelitiasis, kedua karena diduga menderita apendisitis dan ketiga karena
nyeri yang diduga karena invaginasi ileus.
Dalam hal nyeri histerik, faktor penunjang diagnosa yang dapat diperoleh dari anamnesa
ialah cara melukiskan sifat-sifat nyeri.
Seorang histerik yang menyajikan nyeri konversi tidak dapat melukiskan apa yang
dirasakannya secara singkat dan tepat. Sifat nyeri, lokasinya, gejala penyerta dan saat
timbulnya diuraikan secara samar, dan tidak menyakinkan.
2. Defisit Sensorik Histerik
Manifestasi histerik yang berupa defisit sensorik, yang paling sering dijumpai, ialah
parestesia dan anestesia. Defisit sensorik yang bersifat organik jarang sekali berupa anestesia
total.
Anestesia histerik hampir selamanya total. Dan pola anaestesia atau parestesia histerik hampir
selamanya berupa sarung tangan atau kaos kaki, yang menyerupai pola parestesia /
hipestesia karena polineuropatia (diabetes mellitus, defisiensi makanan, intoksikasi dan
sebagainya). Namun demikian, defisit sensorik histerik tersebut tidak diiringi tanda atau
gejala yang sesuai dengan manifestasi polineuropatia, seperti : reflek tendon lutut dan achilles
yang menurun dan kelemahan otot dorso-fleksor kaki.
Anestesi di daerah erogen (Vagina, introitus, mamae, bibir, leher) yang menunjukkan pola
aneh (tidak sesuai dengan suatu kawasan sensorik organik) dapat dijumpai juga manifestasi
konversi histerik.
Pola defisit sensorik yang bersifat organik ditentukan oleh lesi pada saraf penghantar impuls
protopatik dan oleh sifat proses patologiknya.
Defisit sensorik
Lesi
(1)

Pola
Ujung-ujung
serabut Hipestesia lokal
sensorik setempat

Manifestasi
Hipestesia yang terbatas pada
permukaan tubuh yang terluka.

(2)

Saraf tepi

Hipestesia
neuritik

Hipestesia yang terasa pada kawasan


sensorik suatu saraf tepi tertentu

(3)

Radiks dorsalis

Hipestesia
radikular

Hipestesia yang
dermatoma

terasa

disuatu

(4)

Lubang
grisea

disubstansia Hipestesia jenis Suatu kawasan sensorik yang


dissociated
hipestetik terhadap rangsang nyeri,
sensibility
tetapi masih peka terhadap rangsang
vibrasi

(5)

Hemilesi
spinalis

(6)

Lesi tranversal medula Para-hipestesia


spinalis

Hipestesia yang terasa dari tingkat


abdomen atau torakal sampai
kebawah

(7)

Hemilesi
oblongata

medula Hemi-hipestesia
alternans

Hipestesia hemi-fasialis ipsilateral


dengan hipestesia kontralateral
dibelahan leher, toraks, abdomen
dan anggota gerak

(8)

Hemilesi di
sensorik primer

korteks Hemi-hipestesia

Hipestesia kontralateral pada sesisi


seluruh tubuh

(9)

Degenerasi
serabut distal
(neuropatia)

medula Hipestesia jenis Hipestesia sesisi bagian bawah


Brown-Seguard
tubuh yang kontralateral terhadap
hemilesi dengan kelumpuhan sesisi
bagian bawah tubuh yang ipsilateral
terhadap hemilesi.

serabut- Hipestesia
sensorik polineuropatia

Hipestesia distal bilateral pada


anggota gerak (hipestesia sarung
tangan dan kaos kaki)

2. Manifestai Viseral Vegetatif Histerik


Berbagai macam manifestasi emosional yang wajar disertai gejala-gejala vaskular, sekretorik
dan motorik viseral. Pada kasus konversi histerik gejala-gejala tersebut bangkit secara
berlebihan, sehingga pertolongan dokter sering diperlukan. Adapun gejala viseral yang
dimaksudkan ialah takhikardia, takhipne, batuk, disfagia, aerofagia, muntah, meteorismus,
konstipasi, diare dan hiperhidrosis.
Takhikardia histerik hampir selamanya timbul sehubungan dengan suatu kejadian yang
emosional atau menegangkan, jarang sekali timbul secara paroksismal. Rasa tidak enak di
daerah prekordium, yang mengiringi takhikardia histerik sering diceritakan secara samar,
misalnya seperti perasaan mau mati (takut, khawatir). Sifat-sifat keorganikan yang dapat
diungkapkan oleh adanya gejala-gejala penyakit jantung atau oleh rekaman aktivitas jantung
(EKG) tidak mengiringi takhikardia histerik.
Takhipneu histerik selalu bangkit kalau ada orang di sekitar penderita, jarang atau tidak
pernah bila orang sakit sendirian.
Hiperventilasinya diiringi oleh suara mengeram, merintih atau bunyi nafas yang keras, tetapi
tidak disertai sianosis atau tanda-tanda penyakit paru atau penyakit jantung. Karena
hiperventilasi yang berlangsung lama dapat timbul alkalosis respiratorik, maka dari itu dapat
dijumpai tanda Chvostek atau tanda Trousseau.

Batuk histerik sering dijumpai. Cara batuknya ialah keras dan kering. Dahak tidak ada,
walaupun penderitanya sering berdahak-dahak. Pada suasana tegang batuk lebih sering
bangkit dan sewaktu tidur tidak pernah timbul.
Aerofagia sering dijumpai pada orang-orang histerik dan keluhan yang disajikan ialah perut
kembung atau rasa penuh di ulu hati. Tanpa disadari udara ditelan sewaktu tegang / emosional
sehingga memenuhi lambung.
Disfagia histerik yang sering bersifat globus, yaitu perasaan seperti ada bola di kerongkong
merupakan stigma histerik yang mantap. Globus histerikus dan klavus histerikus (sakit kepala
di batok kepala) hampir selalu menyertai manifestasi histerik apa pun.
Muntah histerik sering diiringi nyeri dan rasa tidak enak di perut bagian bawah. Muntahnya
dipresipitasikan oleh suasana emosional. Bertanak berulang-ulang yang dapat dibangkitkan
secara voluntar (tetapi disangkal oleh penderita) merupakan gejala pengiring muntah histerik.
Gejala gastritis atau infeksi umum yang sering diawali oleh muntah tidak merupakan gejala
penyerta muntah histerik.
Konstipasi histerik biasanya terjadi setelah defekasi ditahan, oleh karena sewaktu bepergian
tidak mau menggunakan kamar kecil yang asing bagi penderita. Karena itu, maka
sekembalinya di rumah sendiri, defekasi dipersulit oleh skibala yang kering dam besar.
Setelah defekasi berhassil dengan bantuan laksansia, maka pengalaman dalam kesukaran
berdefekasi membekas, sehingga konstipasi berikutnya timbul akibat autosugesti.
Diare histerik adalah manifestasi refleks gastro-kolon yang berlebihan. Setiap kali lambung
menerima makanan atau minuman, kolong terangsang sehingga timbul diare. Penyajian yang
khas adalah sebagai berikut: setiap kali makan / minum langsung buang air.
3. Paralis Histerik
Kelumpuhan histerik dapat menyerupai kelumpuhan flaksida atau spastika. Yang terkena
kelumpuhan dapat setiap bagian tubuh, tetapi tidak pernah terjadi pada suatu otot tunggal.
Kelumpuhan histerik banyak menyerupai kelumpuhan organik, tetapi pada penelitian tandatanda yang mencirikan setiap jenis kelumpuhan organik tidak ditemukan.
Bilamana kelumpuhan histerik menunjukkan kontraktur atau atrofi, EMG yang tidak dapat
mengungkapkan patologi dari otot yang terkena. Tanda-tanda UMN / LMN yang seharusnya
mencirikan kelumpuhan spastika / flaksida tidak menyertainya secara sesuai. Tanda-tanda
yang tidak mudah disimulasi, seperti refleks tendon yang meninggi, apa lagi tanda-tanda yang
sama sekali tidak dapat disimulasi seperti refleks patologik, sindroma horner, oftalmoplegia
dan nistagmus, tidak menyertai / mengiringi kelumpuhan histerik.
Paraplegia dan hemiplegia histerik dapat diperlihatkan penderita histerik, tetapi hanya
gerakan voluntarnya saja yang disajikan sebagai lumpuh. Bahwasanya kelumpuhan itu secara
organik tidak ada, tetapi hanya secara mental saja dihadapkan kepada orang-orang di
sekelilingnya dapat dibuktikan dengan test Hoover. Dengan test tersebut dapat diungkapkan
langkanya niat untuk mengangkat anggota gerak yang difikirkannya lumpuh.
Pada waktu mengangkat salah satu tungkai dalam posisi berbaring, tekanan tungkai lainnya
dapat dirasakan dengan jelas, bilamana kesungguhan dalam berusaha untuk mengangkat

tungkai memang ada. Bilamana tekanan kaki tidak dapat dirasakan pada waktu berusaha
untuk mengangkat tungkai lainnya, maka dapatlah disimpulkan bahwa niat / minat untuk
mengangkat tungkai tidak ada. Dalam hal ini tungkai yang harus diangkat itu bukannya
lumpuh, tetapi tidak dapat bergerak oleh karena tidak ada minat / niat untuk
menggerakkannya. Jadi, kelumpuhan pada tungkai tersebut ialah histerik.
Gaya berjalan yang khas bagi setiap jenis kelumpuhan anggota gerak tidak memperlihatkan
kekhasan yang sesuai. Gaya berjalan histerik adalah khas dalam arti, bahwa setiap gaya
berjalan organik dapat ditiru secara tidak tepat. Yang paling umum ialah gaya berjalan
histerik, dimana salah satu tungkai diseret. Kaki yang diseret menyikat tanah dengan bagian
medialnya, bahkan dengan dorsum pedisnya.
Hemiplegia organik jarang disertai retensio urina. Pada hemiplegia histerik, retensio urina
sering menjadi gejala penyerta. Dalam menganalisa retensio urina hendaknya diteliti semua
hasil pemeriksaan secara sistematik, oleh karena kendatipun retensio urina tidak jarang
bersifat histerik, gangguan tersebut adalah cukup serius untuk diabaikan begitu saja sebagai
fenomen histerik. Juga inkontinensia urina dapat melengkapi hemiplegia histeris. Bilamana
retensio atau inkontinensia urina timbul pada paraplegia yang diduga bersifat histerik, dugaan
itu adalah gegabah. Walaupun benar, bahwa retensio / inkontinensia urina mudah disimulasi,
tetapi kombinasi paraplegia dengan gangguan miksi adalah suatu sindroma yang sudah
mantap, sehingga diagnosa konversi histerik dalam kasus semacam itu hanya boleh dibuat
setelah orang sakit sembuh dari penyakitnya. Sebelum kesembuhan menjadi suatu kenyataan
yang jelas, maka pemeriksaan yang relevan harus dilanjutkan sampai semua persoalan
organik dan non-organik diselesaikan secara tuntas.
Gangguan gerakan histerik paling jelas menunjukkan protes non-verbal. Kelumpuhan pada
kedua tungkai sering melambangkan frustasi untuk berpindah, keengganan untuk
melanjutkan hidup, keengganan untuk melaksanakan keputusan dan sebagainya. Gangguan
gerakan yang mengganggu ketangkasan gerakan voluntar, misalnya monoparesis lengan,
spastisitas otot jari tertentu seperti pada writer cramp dapat menunjukkan frustasi dalam
pekerjaan atau konflik dalam bidang seksual.
2. Serangan Pseudo-Epileptik Histerik
Epilepsi dan histeria dapat bergandengan. Dalam hal tersebut pengenalan sifat keorganikan
penyakit sangat sulit, kecuali jika terdapat manifestasi-manifestasi yang mencirikan serangan
epileptik, yaitu :
a. Penderita terluka sewaktu mendapat serangan epileptik karena jatuh, lidahnya tergigit atau
terjadi luksasio salah satu anggota geraknya.
b. Kejang klonik-tonik yang tidak bertujuan dan berakhir dengan pernafasan stertorous dan
koma.
c. Mulut berbusa dan inkontinensia urina.
d. EEG yang memperlihatkan pola epileptik yang jelas.
Serangan pseudo-epileptik histerik memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Setiap kali mendapat serangan, penderita tidak pernah sendirian, tetapi selalu kalau ada
orang, terutama yang terlibat dalam konflik emosionalnya.
b. Penderita tidak pernah terluka akibat serangan epileptik histeriknya, lidah tidak pernah
tergigit dan sebagainya.
c. Gerakan yang timbul sewaktu serangan memperlihatkan pola voluntar.
d. Serangan epileptik histerik tidak diawali oleh wajah yang pucat atau sianotik.
e. Serangan epileptik histerik tidak pernah menunjukkan adanya mulut yang berbusa atau
timbulnya inkontinensia urina.
f. Mata penderita epileptik histerik tidak melirik ke atas atau ke samping atas pada awal
serangan, tetapi ditutup keras. Bilamana dokter membuka kelopak matanya untuk
pemeriksaan, secara kuat penderita menahannya.
g. Setelah gerakan epileptik histerik berhenti, penderita berbaring dengan mata tertutup.
Kesadarannya tidak terganggu, tetapi penderita bertingkah laku seolah-olah dalam koma.
Pada kelopak mata yang ditutup tampak gerakan yang khas yang diperlihatkan juga oleh
orang yang pura-pura tidur.
h. EEG penderita epilepsi histerik tidak memperlihatkan pola epileptik.
Tidak jarang serangan epileptik histerik berakhir juga dalam keadaan trance (kesurupan),
dimana penderita berbicara secara tidak beres. Tetapi di antara kalimat-kalimat yang kurang
terang diucapkannya dapat ditangkap kalimat-kalimat yang jelas diucapkannya dengan
penekanan yang adekuat.
Kalimat-kalimat semacam itu mengandung arti yang menunjuk pada inti problematik konflik
emosionalnya.
Adakalanya timbul sindroma histerik post-iktal, yang menyerupai automatismus epilepsi
lobus temporalis. Dalam keadaan demikian penderita dapat tertawa-tawa, berdansa,
menelanjangi diri sendiri dan sebagainya, sebagai manifestasi non-verbal yang menunjukkan
gerakan kepada inti konflik emosionalnya.
1. Gangguan Pancaindra Histerik
Gangguan penglihatan histerik mudah dikenal, oleh karena pola organiknya tidak ada. Buta
histerik memperlihatkan refleks pupil yang normal. Pola hemianopia homonim atau
heteronim tidak akan diperlihatkan oleh buta sesisi histerik.
Mata yang dinyatakan buta oleh seorang histerik masih bereaksi jika hendak disentuh secara
mendadak dan secara tidak diduga (refleks ancam mata).
Buta histerik sering disertai anestesia konjungtiva bulbi dan kornea. Anosmia histerik berbeda
dengan anosmia organik dalam hal penciuman iritansia. Daya penghidu yang hilang karena
lesi organik berarti bahwa seseorang tidak menyadari adanya bau cengkeh, tembakau, minyak
wangi dan sebagainya. Tetapi walaupun tidak mengetahui baunya, ia masih menyadari

adanya sesuatu yang merangsang jika ia mencium amoniak dan lain-lain jenis iritansia yang
merangsang serabut saraf trigeminus di selaput lendir hidung.
Tuli histerik selalu timbul sebagai protes berhenti untuk mendengar. Demikian juga halnya
dengan afasia histerik, yaitu protes berhenti untuk berbicara. Tetapi adanya refleks aurikulopalpebral mengungkapkan sifat histerik tuli itu.
Tuli histerik dan afasia histerik sering timbul secara bersama-sama, sehingga perilaku
penderita menyerupai mutismus. Tetapi dalam keadaan darurat, seorang dengan mutismus
histerik dapat bereaksi adekuat sesuai dengan usaha penanggulangan keadaan darurat.
1. Hiperpireksia Histerik
Manifestasi konversi histerik dapat menyerupai segala macam gangguan organik yang
bersifat motorik, sensorik, senso-sekreto-motorik viseral, fungsi luhur dan kesadaran.
Sebagian besar manifestasi tersebut dapat disimulasi tetapi sebagian kecil sukar.
Hiperpireksia adalah salah satu manifestasi yang sukar disimulasi. Tetapi hiperpireksia
histerik memang dapat terjadi.
Di antara sekian banyak jenis hiperpireksia yang tidak dapat dimengerti terdapat beberapa
yang bersifat konversi histerik. Walaupun demikian janganlah terlalu cepat menyimpulkan
bahwa suatu kasus hiperpireksia ialah histerik. Penderita histerik sering berobat dan
menggunakan banyak macam obat. Di antara mereka banyak juga yang mendapat demam
obat (drug fever) yang bukan bersifat histerik. Demam histerik boleh didiagnosa, bilamana
semua penelitian klinis dan laboratorik sudah dilakukan dan dengan sugesti dalam rangka
psikoterapi demam itu sudah dapat dilenyapkan secara tuntas.
Penatalaksanaan Penderita Histerik
Dalam penatalaksanaan penderita dengan konversi histerik tidak ada terapi yang bersifat
standar dan khusus. Setiap penderita harus dirawat sesuai dengan manifestasi histerik dan
situasi konflik masing-masing. Juga bagi seorang histerik yang sepanjang hidupnya mendapat
berbagai macam manifestasi konversi histerik secara berkala, obat-obat yang digunakan dan
nasihat yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan fakta-fakta yang dihadapi.
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam memberikan terapi terhadap pasien
konvulsi histerik, antara lain :
a. Setiap kasus konversi histerik harus ditanggulangi secara tegas. Dokter yang tidak
menunjukkan ketegasan dalam tindakan mediknya tidak akan mendapat kepercayaan orang
sakit.
b. Penderita konversi histerik akan memutuskan hubungan dengan dokternya yang
menyatakan bahwa ia adalah orang yang pura-pura sakit, atau orang yang cengeng atau orang
sehat yang senang mengeluh.
c. Kepribadian histerik sangat peka terhadap sugesti, maka terapi yang menggunakan persuasi
dan sugesti akan memperoleh hasil yang maksimal.

d. Sebelum persuasi dan sugesti dimulai, semua pemeriksaan klinis dan laboratorik harus
dilakukan dahulu. Apabila semua pemeriksaan laboratorik sudah dimintakan oleh dokter lain,
hasilnya harus diteliti kembali. Bila semua data lengkap, pemeriksaan tidak perlu dilakukan
lagi.
e. Penderita harus mendapat kesan bahwa ia sudah diperiksa dengan seksama. Tergantung
pada kasus dan situasi, dokter dapat menggunakan tranquiliser dahulu, sebelum persuasi
dan ssugesti dilakukan atau langsung memulai psikoterapi tersebut.
f. Oleh karena kebanyakan orang tidak menerima kalau dinyatakan bahwa penyakitnya
disebabkan oleh gangguan pikiran (mental), maka sebaiknya janganlah menggunakan katakata sehingga kesan tersebut di atas timbul. Yang paling mudah diterima oleh para penderita
histerik dan yang tidak menyesatkan ialah pernyataan bahwa otaknya lemah. Karena otaknya
lemah maka emosi tidak dapat dikendalikan lagi dan timbullah gangguan badaniah. Dengan
kata-kata awam dan contoh-contoh sederhana dijelaskan bahwa gejala konversi reaksi tidak
lain daripada manifestasi wajar yang berlebihan. Misalnya takhikardia histerik diterangkan
sebagai berikut: setiap orang yang takut atau khawatir merasakan bahwa jantungnya
berdenyut lebih cepat; jika otaknya lemah, jantungnya lebih cepat dan lebih mudah berdebardebar. Penjelasan mengenai kejang histerik dapat diberikan sebagai berikut: setiap orang yang
terkejut, baik karena suara keras atau karena suatu kenyataan yang tidak diduga / diingini,
tubuhnya atau bagian tubuh tertentu berkejut; pada orang dengan lemah otak kejutan tubuh
itu lebih keras dan dapat berupa kejang yang dapat berlangsung agak lama.
g. Pada follow up diberi sugesti bahwa kelemahan otak sudah jauh lebih baik dan dengan
kemauan diri sendiri otaknya akan lebih tahan terhadap gangguan pikiran. Persuasi untuk
bersikap realistis dilakukan dengan contoh-contoh sederhana yang sesuai dan tepat. Misalnya
persuasi dalam menentukan sikap yang realistik: dengan kesadaran bahwa kalau jatuh sakit
lagi berarti mengeluarkan uang banyak untuk dokter dan obat, maka janganlah terburu nafsu,
cepat terharu, setiap kali anda dapat mengatasi goncangan emosi, masukkanlah dalam
tabungan anda uang yang diperuntukkan ongkos berobat untuk dimanfaatkan dalam
menikmati penghidupan.
h. Bersikaplah waspada terhadap manifestasi seorang yang pernah atau sering mendapat
konversi histerik. Ingatlah, orang-orang histerik tidak kebal terhadap penyakit organik. Setiap
kali mereka datang dengan keluhan lama atau baru, periksalah secara klinis sebagaimana
mestinya.
Penderita yang sudah pernah mendapat persuasi dan sugesti tidak perlu menggunakan obatobat setiap kali ia datang dengan manifestasi histerik yang beraneka warna itu. Ingatkan lagi
mereka akan hal-hal yang pernah dibicarakan.
KESIMPULAN
1. Konversi histerik adalah manifestasi tubuh seseorang yang disebabkan oleh
penderitaan mentalnya.
2. Etiologi dari konversi histerik belum diketahui secara pasti, namunh ada beberapa
hal yang diduga sebagai penyebab terjadinya konversi histerik, yaitu gangguan
gerakan voluntar atau involuntar, gangguan sensorik, gangguan kesadaran dan
gangguan susunan syaraf otonom.

3. Manifestasi klinik dari konversi histerik antara lain nyeri histerik, defisit sensorik
histerik, manifestasi viseral vegetatif histerik, paralisis histerik, serangan pseudo
epileptik histerik, gangguan panca indera histerik, dan hiperpireksia histerik.
4. Penatalaksanaan konversi histerik tidak ada yang bersifat khusus, namun ada
beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang dokter dalam menangani penderita
konversi histerik yaitu dengan menggunakan pendekatan persuasi dan sugesti
terhadap pasien.

Anda mungkin juga menyukai