BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penggalian mayat ( exhumation) adalah pemeriksaan terhadap mayat yang sudah
dikuburkan dari dalam kuburannya yang telah disahkan oleh hukum untuk membantu
peradilan. Ex dalam bahasa latin berarti keluar dan humus berarti tanah. Pada umumnya,
penggalian mayat dilakukan kembali karena adanya kecurigaan bahwa mayat mati secara
tidak wajar, adanya laporan yang terlambat terhadap terjadinya pembunuhan yang
disampaikan kepada penyidik atau adanya anggapan bahwa pemeriksaan mayat yang
telah dilakukan sebelumnya tidak akurat1.
Ekshumasi tidak hanya dilakukan pada penggalian kuburan personal namun juga dapat
dilakukan penggalian kuburan massal seperti penggalian kuburan massal di hutan Situkup
selama 3 hari. Penelitian massal ini bertujuan untuk mengungkapkan jumlah korban
pembunuhan, penahanan, penyiksaan, dan pelanggaraan HAM. Menurut keterangan dr.
Handoko (Tim Forensik), dari proyektil proyektil yang ditemukan pada kerangka yang
digali bisa ditarik kesimpulan bahwa pembunuhan ini dilakukan dengan menggunakan
senjata laras panjang maupun pendek yang diduga hanya dimiliki oleh militer.7
2.2 Indikasi Ekshumasi
Indikasi dilakukan penggalian mayat adalah sebagai berikut :
[if !supportLists]1.
[endif]Terdakwa telah mengaku dia telah membunuh
seseorang dan telah menguburnya di suatu tempat.8
[if !supportLists]2.
[endif]Jenazah setelah dikubur beberapa hari baru kemudian
ada kecurigaan bahwa jenazah
meninggal secara tidak wajar.8
[if !supportLists]3.
[endif]Atas perintah hakim untuk melakukan pemeriksaan
ulang terhadap jenazah yang telah
dilakukan pemeriksaan dokter untuk membuat visum et repertum.8
[if !supportLists]4.
[endif]Penguburan mayat secara ilegal untuk
menyembunyikan kematian atau karena alasan criminal.1
[if !supportLists]5.
[endif]Pada kasus dimana sebab kematian yang tertera dalam
surat keterangan kematian tidak jelas dan menimbulkan pertanyaan seperti keracunan
dan gantung diri.1 Dalam pembongkaran dua kuburan seperti yang dilakukan oleh aparat
TNI/Polri di Kecamatan Kuta baro yang hanya ditemukan tulang berulang korban.
Melihat dari kondisi korban, korban ditembak di pelipisnya dalam posisi jongkok di
depan lubang yang telah disediakan dengan kedua tangan dan kaki terikat, selanjutnya
dilakukan pemeriksaan bagian rambut dan gigi di lab forensik. Sedangkan satu kuburan
lagi yang hanya ditemukan tengkorak kepala bersama separuh rahang bawah kiri dan
empat tulang rusuk serta tulang tangan dan kaki tidak ditemukan. Proses penggalian
tersebut disaksikan oleh keuchik dan tokoh masyarakat.9
[if !supportLists]6.
[endif]Pada kasus dimana identitas mayat yang dikubur tidak
jelas kebenarannya atau diragukan.1
[if !supportLists]7.
[endif]Pada kasus criminal untuk menentukan penyebab
kematian yang diragukan, misalnya pada kasus pembunuhan, yang ditutupi seakan bunuh
diri.1
2.3 Hal Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Exhumasi
[if !supportLists]5.
[endif]Proses penggalian kuburan
- Untuk menentukan lokasi, bila dikuburan umum, adalah keluarga atau juru kunci
a
b
c
- Teknik Gohn
Teknik Letulle dan Gohn memiliki ketelitian yang lebih tinggi.11
Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut
adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri ciri
khusus, dan deformitas serta tidak memungkinkan dilakukan rekonstruksi wajah. Dicari
juga apakah terdapat tanda tanda kekerasan pada tulang serta memperkirakan sebab
kematian. Perkiraan saat kematian ini dapat dilakukan dengan memperhatikan kekeringan
tulang. Bila terdapat dugaan bahwa itu seseorang tertentu, maka identifikasi dilakukan
dengan membandingkan data antemortem orang tersebut. Dapat dilakukan identifikasi
dengan teknik superimposisi yaitu suatu system pemeriksaan untuk melakukan jatidiri
seseorang dengan membandingkan korban semasa hidup dengan kerangka atau tengkorak
yang ditemukan. Kesulitan kesulitan dalam teknik imposisi adalah korban tidak pernah
membuat foto semasa hidup, foto korban harus baik kondisi dan kualitasnya, tengkorang
yang ditemukan sudah hancur dan tidak terbentuk lagi, dan kesulitan proses kamar gelap
yang butuh banyak biaya.11
2.4 Prosedur Pengggalian Jenazah
[if !supportLists][endif]Permintaan secara tertulis oleh penyidik, disertai
permintaan untuk otopsi.
[if !supportLists][endif]Penyidik harus memberikan keterangan tentang
modus dan identitas korban sehingga dokter dapat mempersiapkan diri. Misalnya korban
pencekikan maka pemeriksaan leher akan lebih berhati-hati. Korban keracunan, maka
dipersiapkan alkohol 95% untuk pengawet.
[if !supportLists][endif]Yang harus diperhatikan dalam identitas korban
adalah
[if !supportLists]1.
[endif]Jenis kelamin, laki-laki atau perempuan
[if !supportLists]2.
[endif]Tinggi badan.
[if !supportLists]3.
[endif]Umur korban.
[if !supportLists]4.
[endif] Pakaian, perhiasan yang menempel pada tubuh
korban.
[if !supportLists]5.
[endif]Sidik jari. (dari Satlantas saat mengambil SIM).
[if !supportLists]6.
[endif] Tanda-tanda yang ada pada tubuh korban :
Warna dan bentuk rambut serta panjangnya.
Bentuk dan susunan gigi. Memakai gigi palsu / tidak.
Ada tatou di kulit atau tidak. (bentuk dan lokasinya)
Adanya cacat pada tubuh korban misalnya : Adanya luka perut, pada kulit, penyakitpenyakit lainnya.
Label identitas diikat erat pada ibu jari atau gelang tangan dan kaki.1
Pada kasus non kriminal, seperti mati mendadak ( sudden death), kecelakaan, dan
bunuh diri, maka identitas mayat disertakan dengan label oleh polisi, perawat, atau
petugas kamar mayat, yang berisi nama, alamat, nomor seri dan detail lain yang
relevan.1
Ahli patologi harus mencocokkan dokumen resmi tentang label tersebut. Bila ada
ketidaksamaan maka otopsi tidak boleh dilakukan sampai didapatkan identitas yang benar
dari polisi.1
Jika ada kecurigaan tertentu, sampel tanah harus diambil pada permukaan kuburan,
bagian di sekitar makam dan tanah di atas peti mayat. Saat peti telah dipindahkan, ahli
forensik akan mengambil sampel tanah dari pinggir dan bawah peti mayat. Saat ada
kecurigaan atau diduga tindak criminal, rekaman gambar pada setiap bagian identifikasi
dimakamkan harus diambil ( biasa difoto oleh polisi) untuk menemukan bukti-bukti
selama otopsi1.
Jika dicurigai diracun, contoh dari kain kafan, pelengkapan peti mati dan benda yang
hilang seperti cairan harus dianalisis. Mayat dipindahkan dilucuti pakaian dan dilakukan
otopsi sesuai kondisi pada tubuh. Pembusukan, adiposere dan mumifikasi merupakan
penyulit pemeriksaan, kadang ketiganya berada pada tubuh yang sama. Pada posisi yang
tinggi akan membuat keadaan mayat lebih baik daripada tanah yang berisi air ditempat
penguburan1.
Sebelum mayat dikubur kembali harus dipastikan apakah bahan bahan yang diperlukan
sudah cukup untuk menghindari penggalian ulang1.
2.5 Aspek Hukum
Identifikasi kuburan harus dilakukan dengan perencanaan dan dicatat segala
sesuatunya atas ijin petugas pemakaman dan pihak yang berwenang. Prosedur penggalian
mayat di atur dalam KUHAP dan memerlukan surat permintaan pemeriksaan dari
penyidik. Di samping itu, masih diperlukan persiapan lain yaitu koordinasi dengan pihak
pemerintah daerah (Dinas Pemakaman), untuk memperoleh bantuan penyediaan tenaga
para penggali kubur, juga perlu dipersiapkan kantong plastic besar untuk jenazah serta
kantong plastic untuk wadah /sample pemeriksaan laboratorium1.
KUHAP Pasal 135
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat,
dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat 2 dan pasal
134 ayat 1 undang-undang ini.
Dalam penjelasan pasal 135 KUHAP ini lebih lanjut disebut : yang dimaksud dengan
penggalian mayat termasuk pengambilan mayat dari semua jenis tempat dan
penguburan.1
KUHAP Pasal 133 ayat 2
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.1
KUHAP Pasal 134 ayat 1
Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga
korban.
Mengenai biaya untuk kepentingan penggalian mayat, bila merujuk ke dalam ketentuan
hukum KUHP dinyatakan ditangguang oleh Negara, walaupun dalam pelaksanaannya ada
ketegasan dan kejelasan.1
KUHAP Pasal 136
Semua biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pemeriksaan sebagaimana dimaksud
dalam bagian kedua BAB XIV ditanggunga oleh Negara.1
KUHAP Pasal 7 ayat 1 h
Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara.
KUHAP Pasal 180
(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hakim
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
(3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).
Bagi yang menghalang- halangi atau menolak bantuan pihak pengadilan dapat dikenakan
sanksi hokum seperti tercantum dalam pasal 222 KUHP.1
KUHP pasal 222
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalangi, atau menggagalkan pemeriksaan
mayat untuk pengadilan dihukum dengan penjara selama-lamanya 9 bulan atau denda
sebanyak- banyaknya tiga ratus ribu rupiah.1
Profesionalisme kedokteran forensik di Indonesia dapat ditingkatkan apabila didukung
oleh undang undang yang memberinya kewenangan, kelembagaaan dan dukungan
financial yang memadai.1
Tujuan utama penggalian jenazah : membantu mengumpulkan jejas-jejas yang ada pada
jenazah atau kelainan-kelainan yang ada pada jenazah atau pakaiannya.1
Bila mayat baru dikubur (beberapa hari) segera dilakukan penggalian kubur (ekshumasi).
Semakin ditunda maka mayat semakin busuk dan dapat menghilangkan barang bukti.
Apabila sudah sebulan atau lebih, maka penggalian dapat ditunda dan disesuaikan dengan
cuaca dan keadaan. Setelah dilakukan penggalian mayat, maka segera otopsi di RS
terdekat atau di tempat penggalian.1
Cara Mengambil Kesimpulan dari Hasil Pemeriksaan1.
[if !supportLists]1.
[endif]Pada penggalian ditemukan jenazah dalam keadaan
membusuk.
- Pada otopsi ditemukan patah tulang kepala yang hampir separuh kepala.
- Patah tulang tersebut mempunyai tanda-tanda akibat persentuhan dengan benda tajam.
- Kesimpulannya ialah :
Ditemukan patah tulang kepala akibat persentuhan dengan benda tajam.Kekerasan oleh
benda tajam pada kepala korban. tersebut dapat menimbulkan kematian.
2.6 Aspek Budaya
Ditinjau dari aspek budaya, pelaksanaan ekshumasi (penggalian kubur) seperti di India,
Srilanka dan lain lain yang mayoritas penduduknya beragama hindu jarang dilakukan
ekshumasi karena jenazah yang sudah meninggal tidak dikubur melainkan dibakar1.
2.7 Kesimpulan
Penggalian mayat merupakan pemeriksaan terhadap mayat yang sudah dikubur. Ada
beberapa kemungkinan mengapa penggalian mayat harus dilakukan. Biasanya berkenaan
dengan tindak pidana, dimana diperlukan keterangan mengenai penjelasan yang masih
kabur bagi penyidik ataupun pengadilan.
Prosedur penggalian mayat diatur dalam KUHAP, dalam pasal 135 dan disini
terkait pada pasal 133, 134, dan 136 KUHAP. Dan bagi yang menghalangi atau menolak
bantuan phak peradilan dapat dikenakan sanksi hukum seperti tercantum dalam pasal 222
KUHP. Tidak Semua jenazah dimakamkan, namun ada juga yang dikremasi. Untuk
menghindari konflik kepentingan dalam sebuah investigasi forensic perlu diupayakan
agar penyelidikan dilakukan dengan melibatkan para penyelidik yang netral dan pnting
juga melibatka peran masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
[if !supportLists]1.
[endif]Amir, A. 2007. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik
Edisi Kedua. Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
[if !supportLists]2.
[endif]Anonimous. 2010. Exhuming a Corpse For Forensic
Analysis. (Online) (Available at http://www.exploreforensics.co.uk/exhuming-a-corpsefor-forensic-analysis.html. diakses 1 April 2010)
[if !supportLists]3.
[endif]________. 2008. Exhumation. (Online). (available at
calcaneuser.blogspot.com/2008_07_01_archive.html. diakses 1 April 2010)
[if !supportLists]4.
[endif]________ . 2000. Kuburan mayat berluka bakar
digali. (Online). (Available at
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2000/05/11/0017.html. Diakses 4 April 2010)
[if !supportLists]5.
[endif]________ . 2010. Exhumation. (Online). (Available at
http://www.enotes.com/forensic-science/exhumation . diakses 4 April 2010)
[if !supportLists]6.
[endif]________ . 2010. Exhume Law and Legal Definition.
(Online). (Available at http://definitions.uslegal.com/e/exhume .diakses 4 April 2010)
[if !supportLists]7.
[endif]________. 2000. Sekitar Penggalian Kuburan Massal
di Wonosobo. (Online). (Available at
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2000/11/29/0007.html. Diakses 2000)
[if !supportLists]8.
[endif]Solichin, S. 2008. Penggalian Jenazah. Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
[if !supportLists]9.
[endif]________ . 2000. Aparat Bongkar Dua Kuburan.
(Online). (Available at http://www.indomedia.com/serambi/image/200324.htm diakses 4
April 2010)
[if !supportLists]10. [endif]________ . 2003. Polri : TNI Tak Punya Kewenangan
Gali Kuburan Massal Aceh. (Online). (Available at
http://www.dephan.go.id/modules.php?name=news&file=article&sid=4342. Diakses 4
April 2010)
[if !supportLists]11. [endif]Amir, A. 2004. Autopsi Medikolegal Edisi Kedua.
Medan: Percetakan Ramadan.