Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR GENETIKA
ACARA VI
EKSTRAKSI DNA

Disusun oleh:
Nama
NIM
Gol

: Nur Wulan Fajriani


: 13/347407/PN/13173
: A5

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN GENETIKA


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016

PERSILANGAN JAGUNG
ABSTRAKSI
PraktikumPersilanganJagungbertujuanmelatihmahasiswauntukmelakukanpersilanganjagungsebagaitan
aman model dalamgenetikadanmempelajarihasilpersilangantersebut.Praktikuminidilaksanakanmulai
sampai 2012 di Kebun Tri Dharma FakultasPertanianUniversitasGadjahMada, Banguntapan,
Yogyakarta.Metode yang digunakan dalam praktium ini yaitu metode Tasselbagmethod yakni dengan
cara membungkus bunga jantan maupun betina sebelum mekar dengan menggunakan kantong kertas
minyak. Dari metode percobaan tersebut diatas, didapatkan 4 macam jenis persilangan yaitu :
Selfing(bunga betina putih xmalai putih), pembastaran resiprok (bunga betinaputih x malai ungu),
selfing (bunga betina ungu x malai ungu), pembastaran (bunga betina ungu x malai putih). Hasil
tersebut menunjukkan....

TINJAUAN PUSTAKA
Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, sesuai ditanam
di wilayah bersuhu tinggi, dan pematangan tongkol ditentukan oleh akumulasi panas yang
diperoleh tanaman. Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase
baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah kurang dari
40% kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air. Pada dataran rendah, umur jagung
berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas 1000 mdpl berumur 4-5 bulan.
Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan tinggi tempat 50 m
dari permukaan laut, umur panen jagung akan mundur satu hari (Hyene, 1987).
Tanaman jagung memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan dan pembentukan
biji. Air sangat diperlukan pada saat penanaman, pembungaan (4555 hari setelah tanam) dan
pengisian biji (6080 hari setelah tanam). Pada tanaman yang toleran kekeringan, air tanaman
dapat dipertahankan oleh tanaman dengan reaksi daun-daun menggulung, stomata menutup,
ketika kelembaban rendah dan kehadiran lapisan kutikula lilin yang tebal (Ludlow dan
Muchow, 1990).Tanaman jagung lebih peka pada pembungaan dari pada tanaman lainnya,
hal ini karena 16 floret betina berkembang pada waktu yang sama dan umumnya lahir dari
satu tongkol pada satu batang. Tidak seperti sereal lainnya, pada tanaman jagung bunga
jantan dan betina terletak terpisah kurang lebih satu meter, dan malai dan jaringan fragile
stigma keluar yang berfungsi sebagai organ pelaku polinasi (Westgate dan Boyer, 1986).
Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan penyerbukan silang
tetapi juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin membuktikan bahwa penyerbukan
sendiri pada jagung akan menghasilkan produksi yang rendah dan tanaman tidak dapat
tumbuh tinggi, padahal penyerbukan sendiri memiliki vigor yang normal (Sinnotet, al.,
1958). Selfing atau persilangan dalam adalah hasil persilangan antara individu yang ada
hubungan keluarga untuk pembuahan sendiri dan mengarak ke peningkatan homozygot. Efek

silang dalam istilah defresi silang pada silang dalam pada tanaman menyerbuk silang, seperti
jagung maka akibat silang dalam sangat nyata sekali (Suprapto, 1986).
Tanaman jagung selama pertumbuhannya tidak terlepas dari organisme pengganggu
tanaman, baik hama maupun penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan oleh virus.
Menurut Bos (1983), virus mempunyai pengaruh yang bermacam-macam terhadap tanaman,
karena virus mempunyai daya tular yang tinggi sehingga infeksinya pada tanaman budi daya
berlangsung cepat dan dapat mencapai tingkat epidemi. Sampai saat ini telah ditemukan 24
jenis virus yang menyerang tanaman jagung (Bruntetal., 1990), tiga di antaranya ditemukan
di Indonesia yaitu MaizeDwarfMosaic Virus (MDMV), CucumberMosaic Virus (CMV), dan
SugarcaneMosaic Virus (SCMV) (Saleh etal., 1989; Semangun, 2004).
Kendala biotis yang paling banyak mengganggu dalam budidaya jagung di Indonesia
adalah penyakit bulai. Jenis patogen bulai yang paling banyak merusak pertanaman jagung di
Indonesia adalah Peronosclerosporamaydis. Patogen tersebut cukup berbahaya karena dapat
menyebabkan kehilangan hasil hingga 90 persen dan bahkan dapat menyebabkan kegagalan
panen (Semangun, 1996; Subandi etal., 1996).

METODE PRAKTIKUM
Praktikum Dasar- dasa Genetika Acara PersilanganJagungdilaksanakan mulai ... ...
2012 di Kebun Tri Dharma,FakultasPertanian,Universitas Gadjah Mada, Banguntapan,
Yogyakarta.
Bahan yang digunakanyaitutanamanjagung (Zeamays), berupapopulasitanamanjagung
ungu dan jagung putih. Alat yang digunakanyaituperlengkapanpolinasi (kantongkertas,
gunting, label,paper clip,kuas, staples, tali/ benang).Pada metode ini baik bunga jantan
maupun bunga betina dibungkus sebelum mekar menggunakan kantong kertas minyak.
Malai (tassel) yang keluar dari pucuk tanaman dikerodong menggunakan kantong kertas.
Untuk bunga betina (ear/tongkol), dikerodong sebelum

kepala putih (rambut jagung)

keluar. Hari berikutnya tongkol diperiksa untuk melihat laju keluarnya rambut jagung.
Rambut jagung yang sudah tinggi dipotong menggunakan gunting setinggi 12 cm di
atas

permukaan ujung

klobot.

Pemotongan

tongkol keluar dari kantong sehingga

ini dimaksudkanuntukmencegah rambut

terjadi penyerbukan yang

tidak

dikehendaki.

Pemotongan dilakukan 2-3 kalisampaiseluruh rambur tongkol telah keluar. Tongkol yang
seluruh rambutnya telah keluar dari klobot menunjukkan bahwa tongkol tersebut siap
diserbuki. Malai bunga jantan yang
untuk

digunakan sebagai

tetua

telah dikerodong

dikumpulkan

jantan.Penyerbukan buatan

dilakukan

serbuk sarinya
dengan

cara

menaburkan serbuk sari (pollen) yang telah terkumpul tersebut di atas permukaan
potongan rambut jagung. Prosedur ini dapat diulang 23 kali (menggunakan pollen
dari tetua yang sama) untuk meyakinkan
bahwabunga

jantan

seluruh putik telah terserbuki. Tanda-tanda

siap menyerbuki adalah serbuk sari

pembungkus.Persilangan yang dilakukan adalah:


jagung putih X jagung putih (selfing),
jagung ungu X jagung ungu (selfing),
jagung ungu X jagung putih (pembastaran),
jagung putih X jagung ungu (pembastaran resiprok).

melekat pada

kantong

HASIL PENGAMATAN
Jumlah bulir
Betina Jantan
Putih Putih
(Selfing)
Ungu Ungu
(Selfing)
Ungu Putih
(Pembastaran)
Ungu Putih
(Pembastaran
resiprok)

Ungu
Jumlah %

Merah
Jumlah %

Kuning

Putih

Jumlah

Jumlah

Total
Bulir

142

100

142

120

43

47

17

64

23

49

17

280

PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan penyerbukan jagung dengan bantuan manusia, habitat
pada umumnya penyerbukan jagung bersifat bebas dan dibantu oleh angin maupun serangga
seperti lebah kecil. Jagung termasuk tanaman berputik tunggal, dimana benang sari dan putik
berada dalam satu tanaman namun berbeda bunga. Faktor utama yang berpengaruh terhadap
keberhasilan persilangan adalah waktu dan proses penyerbukan yang dilakukan. Waktu yang
optimal untuk melakukan proses penyerbukan pada tanaman jagung adalah pada pagi hari
yaitu antara pukul 06.00 hingga pukul 09.00 WIB. Faktor lainnya adalah proses penyerbukan,
setelah serbuk sari jagung diserbukkan ke tongkol jagung harus segera ditutup rapat dengan
sungkup untuk melindungi jagung betina (tongkol) agar serbuk sari (malai) dari tanaman
jagung lain tidak dapat mengenai putik jagung betina tersebut. Selain itu untuk menghindari
adanya kemungkinan pencucian. Pengetahuan tentang aksi gen yang mengendalikan suatu
karakter sangat penting terutama dalam hal keefektifan penerapan program seleksi yang
akan digunakan dalam kegiatan pemuliaan untuk karakter yang diinginkan. Faktor biji kisut
(kosong) selain disebabkan oleh faktor genetik, kemungkinan besar bisa saja terjadi bila
jagung terlalu lama dipanen dan malai belum cukup matang untuk menyerbuki putik di dalam
tongkol jagung melalui media rambut.Pada dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4
bulan, tetapi di dataran tinggi di atas 1000 mdpl berumur 4-5 bulan.Adapun beberapa
gangguan dari faktor luar seperti adanya serangga vektor penyakit, ulat pemakan biji
jagungsehingga tongkol kosong dan hujan berkepanjangan pada saat masa penyerbukan
(generatif) yang menyebabkan timbulnya jamur.
Pada tanaman jagung, warna bulir ungu lebih dominan dibandingkan warna bulir
putih. Jika terjadi perkawinan antara jagung bulir ungu dengan jagung bulir putih maka
keturunan pertamanya (F1) akan berwarna ungu dan akan ada sedikit campuran warna putih
apabila penyerbukan kurang merata atau tidak memenuhi syarat.
Perkawinan antara

jagung ungu dan jagung putih dilakukan melalui kombinasi

persilangan ( Putih X Putih), ( Putih X Ungu), (Ungu X Putih), dan ( Ungu X


Ungu). Pada tanaman jagung penyerbukan dilakukan dengan kondisi yang layak untuk
penyerbukan berdasarkan ciri-ciri bunga jantan memiliki benangsari (malai) baik, sehat,
belum berbunga serta tidak terserang hama untuk menjaganya maka dilakukan proses
penutupan menggunakan kertas sampul. Setelah benang sari sudah terkumpul, gamet
betinanya adalah jagung putih yang berwarna putih dan siap diserbuki (2-3 hari setelah
pengrodongan) dengan sebelumnya dilakukan sterilisasi terhadap benang sari bebas sehingga
penyerbukan dapat diamati dengan baik dan dan sesuai dengan metode penyerbukan silang.

Pada pembastaran jagung dengan bulir ( Putih X Ungu) dan (Ungu X Putih),
terjadi penyimpangan oleh persilangan ( Putih X Ungu) yang menghasilkan jagung
dengan.
Tanaman hasil persilangan selfing jagung ungu menghasilkan bulir dengan persentase
43% ungu, 17% merah, 23% kuning dan 17% putih. Persilangan selfing menghasilkan bulir
jagung yang maksimal dengan adanya dukungan lingkungan terhadap kondisi jagung sehat
tidak terserang hama maupun berjamur dan malai jagung ungu layak untuk penyerbukan
dengan kondisi tepungnya yang banyak dan matang, sehingga rambut putik dapat diserbuki
dengan mudah. Pada persilangan ini gen warna ungu pada biji jagung bersifat dominan. Bulir
jagung yang dihasilkan menjadi bermacam macam padahal menurut teori bulir jagung hasil
persilangan (selfing) tetuah ungu akan menghasilkan jagung warna ungu 100%. Hal ini
disebabkankarena kebocoran pada saat melakukan pengrodongan di mana pemilihan tongkol
jagung telah berambut dan sedikit terkontaminasi dari malai tanaman jagung di sekitarnya
maupun karena pemilihan tetuah jagung ungu yang ditanam bukan merupakan galur
murni.Galur murni dihasilkan dari penyerbukan sendiri hingga diperoleh tanaman
yang homozigot. Hal ini umumnya memerlukan waktu lima hingga tujuh generasi
penyerbukan sendiri yang terkontrol. Pada awalnya, galur murni dibentuk dari varietas
menyerbuk terbuka (openpollinatedvarieties) tetapi belakangan ini, galur murni dibentuk dari
banyak sumber yang lain seperti seperti varietas sintetik, varietas komposit, atau populasi
generasi lanjut dari hibrida. Selain mengalami penurunan vigor, individu tanaman yang di
serbuk sendiri menampakkan

berbagai

kekurangan

seperti:

tanaman

bertambah

pendek, cenderung rebah, peka terhadap penyakit, dan bermacam-macam karakter lain yang
tidak diinginkan. Munculnya fenomena-fenomena tersebut dikenal dengan istilah depresi
tangkar dalam atau inbreedingdepression (Singh, 1987).Pada persilangan ini dapat dikatakan
berhasil karena hasil yang didapatkan cukup mendekati harapan dengan selisih kesalahan
dengan harapan hanya 58,8%. Hasil ini sesuai dengan teori dimana pengaruh gamet jantan
langsung tampak pada F1 meskipun masih terjadi kontaminasi dengan serbuk sari jagung
warna lainnya.
Tanaman jagung putih yang diserbuk sendiri(selfing) menghasilkan 100% bulir putih,
namun hampir 20% tidak menghasilkan bulir. Kondisi jagung yang nampak berongga rongga disebabkan karena penyerbukan yang tidak merata akibat dari jumlah malai yang
belum mencukupi dan belum matang sepenuhnya. Kekeringan juga dapat mempengaruhi
kecepatan fotosintesis, di mana dapat menurunkan persediaan aliran asimilat. Aliran asimilat
untuk pertumbuhan organ-organ menurun, sejak perkembangan rambut (silk) selama

seminggu sebagai sink. Pertumbuhan rambut (silk) akan tertunda, anthesissilking interval
(ASI) meningkat, sehingga mempengaruhi polinasi. Struktur organ reproduktif betina lebih
peka dari pada malai, malai lebih awal rusak apabila suhu tanaman mencapai 38 oC. Aborsi
tongkol dan aborsi biji meningkat sehingga tongkol tanaman menjadi hampa (Zaidi,
etal,2002).Persilangan ini dianggap berhasil karena hasil ini sesuai dengan teori dimana
pengaruh gamet jantan langsung tampak pada F1.
Kondisi cuaca pada saat melakukan percobaan ini didominasi oleh curah hujan yang
tinggi sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman kurang maksimal. Radiasi dan
panjang penyinaran sinar matahari yang kurang akibat tertutupi oleh awan mendung sehingga
fotosintesis yang dilakukan relatif lebih sedikit. Kelembaban yang meningkat disertai
kenaikan volume air dalam tanah mengakibatkan proses evapotranspirasi yang kecil dan
penyerapan air oleh akar relatif lebih sedikit sehingga dimungkinkan terjadi pembusukan
akar. Gardner etal. (1985) menyatakan bahwa kondisi lingkungan selalu mempengaruhi
tanaman untuk mengekspresikan potensi genetiknya. Tanaman menunjukkan respon yang
berbeda terhadap kompleksitas lingkungan.

1.

KESIMPULAN
Keberhasilan hasil penyerbukan sangat dipengaruhi oleh proses penyerbukan dan

2.

tetuah tanaman tersebut.


Jagung merupakan tanaman yang dapat melakukan penyerbukan sendiri maupun

3.

penyerbukan silang.
Urutan dominansi warna bulir jagung adalah dari yang paling dominan yaitu ungu,

4.

merah, kuning, dan putih.


Galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan maupun sifat-sifat resesif dari
suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyaikedua macam alele

5.

tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominan lengkap).


Apabila tetuah tanaman bukan merupakan galur murni maka akan memperbesar
terjadinya penyimpangan pada keturunannya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai