Anda di halaman 1dari 18

BAB III

PEMBAHASAN

3.1

Faktor-Faktor Penyebab Menyontek


Penyebab munculnya tindakan menyontek bisa dipengaruhi

beberapa hal. Baik dari diri sendiri (internal) maupun dari luar
(eksternal) misalnya dari guru, orang tua, maupun sistem pendidikan itu
sendiri. Berikut beberapa faktor penyebab menyontek yang saya dapat:
1. Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan
menyontek

meskipun

pada

awalnya

tidak

ada

niat

melakukannya.
2. Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian terlalu
membuku (buku sentris) sehingga memaksa peserta ujian harus
menghapal kata demi kata dari buku teks.
3. Merasa guru kurang adil dan diskriminatif dalam pemberian nilai.
4. Adanya peluang karena pengawasan yang tidak ketat.
5. Takut gagal. Yang bersangkutan tidak siap menghadapi ujian
tetapi tidak mau menundanya dan tidak mau gagal.
6. Ingin mendapatkan nilai tinggi tetapi tidak bersedia mengimbangi
dengan belajar keras atau serius.
7. Tidak percaya diri. Sebenarya yang bersangkutan sudah belajar
teratur tetapi ada kekhawatiran akan lupa lalu akan menimbulkan
kefatalan, sehingga perlu diantisipasi dengan membawa catatan
kecil.

8. Terlalu cemas menghadapi ujian sehingga hilang ingatan sama


sekali lalu terpaksa buka buku atau bertanya kepada teman yang
duduk berdekatan.
9. Merasa sulit menghafal atau mengingat, sementara soal yang
dibuat

penguji

sangat

menekankan

kepada

kemampuan

mengingat.
10. Mencari jalan pintas dengan pertimbangan daripada mempelajari
sesuatu yang belum tentu keluar lebih baik mencari bocoran soal.
11. Menganggap sistem penilaian tidak objektif, sehingga
pendekatan pribadi kepada guru lebih efektif daripada belajar
serius.
12. Penugasan guru yang tidak rasional yang mengakibatkan siswa
terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam cara.

3.2

Dampak Kebiasaan Menyontek


Mencontek punya dampak buruk bagi pelakunya. Dampak buruk

ini ada yang langsung dirasakan akibatnya, tapi ada juga dampak yang
sifatnya jangka panjang. Mencontek memiliki dampak buruk diantaranya
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ketergantungan terhadap catatan atau orang Lain.


Hilangnya rasa percaya diri.
Tidak bisa menjadi diri sendiri.
Tidak bisa menghargai pendapat diri sendiri.
Tidak bisa mengembangkan ide dan menghancurkan kreatifitas.
Tidak terlatih untuk menghadapi dan menanggapi masalah.
Menumbuhkan sifat malas belajar.
Menumbuhkan sikap tidak jujur.

9. Menimbulkan perasaan takut dan cemas.


10. Menimbulkan sifat tidak bisa berlaku adil.
11. Menimbulkan sikap menghalalkan berbagai cara untuk mencapai
tujuan.
12. Menumbuhkan sikap memaksa kehendak.
13. Membohongi diri sendiri.
14. Tidak bisa menghargai diri sendiri.

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1
Pertanyaan : Pernahkah anda menyontek?
No
1
2

Jawaban
Pernah
Tidak pernah

Frekuensi
60
0

Presentase
100%
0%

Berdasarkan tabel diatas, jumlah siswa yang mengisi angket 60 orang,


terdiri dari 60 siswa (100%) yang menjawab pernah menyontek dan
tidak ada siswa yang tidak pernah menyontek. Jadi, semua siswa
pernah menyontek.

Tabel 3.2
Pertanyaan : Seringkah anda menyontek?
No
1
2
3

Jawaban
Sering
Kadang-kadang
Jika terdesak saja

Frekuensi
7
14
39

Presentase
11,67%
23,33%
65%

Berdasarkan penelitian diatas, siswa yang sering menyontek terdiri dari


7 orang (11,67%), yang kadang-kadang 14 orang (23,33%), dan yang
menyontek jika terdesak saja ada 39 orang (65%). Jadi, dominan siswa
yang menyontek jika terdesak saja.

Tabel 3.3
Pertanyaan : Bagaimana cara anda menyontek?
No
1

Jawaban
Bertanya pada teman yang

Frekuensi
42

Presentase
70%

duduk berdekatan
Menggunakan buku atau kertas

11,67%

contekan
Menggunakan alat komunikasi

11

18,33%

Berdasarkan penelitian diatas, 42 siswa (70%) menyontek dengan cara


bertanya pada teman yang duduk berdekatan, 7 siswa (11,67%)
menggunakan

buku

atau kertas contekan, 11 siswa

(18,33%)

menggunakan alat komunikasi seperti handphone dan sebagainya.

Tabel 3.4
Pertanyaan : Apa alasan anda menyontek?
No
1
2

Jawaban
Tidak belajar sebelumnya
Ingin mendapatkan nilai

Frekuensi
14
7

Presentase
23,33%
11,67%

yang bagus
Soal ujian yang terlalu susah

34

56,67%

Lainnya

8,33%

Berdasarkan penelitian diatas, 14 siswa (23,33%) menyontek karena


tidak belajar sebelumnya, 7 siswa (11,67%) ingin mendapatkan nilai
yang bagus, 34 siswa (56,67%) menyontek karena soal ujian yang
terlalu susah, dan 5 siswa (8,33%) menyontek karena alasan lainnya,
seperti tidak percaya diri dengan jawaban sendiri, ingin menyamakan
jawaban, dan lain-lain.

Tabel 3.5
Pertanyaan : Bagaimana kondisi yang memungkinkan bagi anda untuk
menyontek?
No
1
2

Jawaban
Pengawas yang lengah
Ada teman untuk saling

Frekuensi
40
20

Presentase
66,67%
33,33%

menyontek
Lainnya

0%

Berdasarkan tabel diatas, 40 siswa (66,67%) menyontek ketika


pengawasnya lengah, dan 20 siswa (33,33%) menyontek ketika ada
teman

untuk

saling

menyontek.

Jadi,

berpengaruh bagi siswa untuk menyontek.

pengawas

yang

lengah

Tabel 3.6
Pertanyaan : Apakah dengan menyontek anda mendapat nilai baik?
No
1
2
3

Jawaban
Lebih baik
Sama saja
Tambah jelek

Frekuensi
23
36
1

Presentase
38,33%
60%
1,67%

Berdasarkan tabel diatas, 23 siswa (38,33%) mendapatkan nilai yang


lebih baik ketika menyontek, 36% siswa (60%) mendapatkan nilai yang
sama saja ketika menyontek, dan 1 siswa (1,67%) mendapatkan nilai
yang lebih jelek. Jadi, dominan siswa yang mendapatkan nilai yang
sama saja ketika menyontek.

Tabel 3.7
Pertanyaan : Apa dampak menyontek yang anda rasakan?
No
1
2
3

Jawaban
Malas belajar
Tidak percaya diri
Biasa saja

Frekuensi
12
25
23

Presentase
20%
41,67%
38,33%

Berdasarkan penelitian diatas, 12 siswa (20%) menjadi malas belajar,


25 siswa (41,67%) menjadi tidak percaya diri, dan 23 siswa (38,33%)
merasa biasa saja. Jadi, dominan siswa menjadi tidak percaya diri
ketika selesai menyontek.

Tabel 3.8
Pertanyaan : Apa yang anda rasakan ketika selesai menyontek?
No
1
2
3

Jawaban
Senang
Merasa bersalah
Biasa saja

Frekuensi
2
32
26

Presentase
3,33%
53,33%
43,33%

Berdasarkan tabel diatas, 2 siswa (3,33%) merasa senang ketika


menyontek, 32 siswa (53,33%) merasa bersalah, dan 26 siswa
(43,33%) merasa biasa saja. Jadi, dominan siswa merasa bersalah
ketika selesai menyontek.

Tabel 3.9
Pertanyaan : Apakah ada keinginan untuk berhenti dari kebiasaan
menyontek?
No
1
2
3

Jawaban
Iya
Tidak
Mungkin

Frekuensi
47
0
13

Presentase
78,33%
0%
21,67%

Berdasarkan penelitian diatas, 47 siswa (78,33%) ingin berhenti dari


kebiasaan menyontek, 13 siswa (21,67%) masih ragu untuk berhenti
dari kebiasaan menyontek, dan tidak ada siswa yang tidak ingin
berhenti dari kebiasaan menyontek.

Tabel 3.10
Pertanyaan : Apa yang anda rasakan ketika dicontek?
No
1
2
3
4

Jawaban
Kesal
Mengganggu konsenstrasi
Merasa dirugikan
Biasa saja

Frekuensi
8
17
9
26

Presentase
13,33%
28,33%
15%
43,33%

Berdasarkan tabel diatas, 8 siswa (13,33%) merasa kesal ketika


dicontek, 17 siswa (28,33%) merasa terganggu konsentrasinya, 9 siswa
(15%) merasa dirugikan ketika dicontek, dan 26 siswa (43,33%) merasa
biasa saja. Jadi, dominan siswa merasa biasa saja ketika dicontek.

Tabel 3.11
Pertanyaan : Apa alasan anda memberi contekan kepada teman?
No
Jawaban
1
Kasihan
2
Terpaksa
3 Solidaritas antar teman

Frekuensi
18
9
33

Presentase
30%
15%
55%

Berdasarkan tabel diatas, 18 siswa (30%) memberi contekan karena


kasihan, 9 siswa (15%) karena terpaksa, 33 siswa (55%) karena
solidaritas antar teman. Jadi, dominan siswa mementingkan solidaritas
antar teman ketika memberi contekan.

Pertanyaan : Menurut anda, apa solusi untuk menghentikan kebiasaan


menyontek?
Jawaban siswa pada umumnya yaitu belajar dengan giat terlebih
dahulu, mendisiplinkan diri, percaya diri dengan kemampuan sendiri,
yakin dengan pilihan sendiri, memperketat pengawasan, mempermudah
soal ujian itu sendiri, dan sebagainya. Ada juga yang berpendapat
bahwa kebiasaan menyontek tidak bisa dihentikan, hanya bisa
dikurangi.

3.3

Solusi Mengatasi Kebiasaan Menyontek


Ada beberapa solusi untuk mengatasi kebiasaan menyontek

yaitu:

1. Dari dalam diri sendiri


a. Bangkitkan Rasa Percaya Diri
Dengan membangkitkan rasa percaya diri, seorang siswa akan
mampu untuk mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.
Siswa

yang

menyontek

biasanya

akan

terbiasa

untuk

bergantung pada orang lain. Oleh karena itu untuk mengurangi


kebiasaan menyontek, seorang siswa harus dapat meningkatkan
rasa percaya dirinya
b. Arahkan Self-consept ke Arah yang Lebih Proporsional
Jika seorang siswa sudah memiliki konsep diri yang positif,
maka dia akan dapat mengontrol dirinya agar tidak menyontek
ketika ujian maupun tes lainnya. Siswa yang memiliki konsep diri
yang positif berarti dia sudah mampu mengenal diri dan potensipotensi yang dapat dikembangkan baik dalam bidang akademik
maupun non akademik. Hal tersebut dapat membuat siswa
mampu menentukan tujuan yang realistis dan lebih mudah
mencapai prestasi yang optimal.

c. Biasakan Berpikir Lebih Realistis dan Tidak Ambisius


Di dalam belajar maupun ujian hendaknya seorang siswa tidak
hanya mementingkan tujuan akan nilai yang tinggi dan prestasi
yang baik saja. Di dalam belajar yang diharapkan terhadap
siswa adalah mampu menguasai apa yang di pelajari bukan
hanya berorientasi pada hasil akhirnya.

2. Dari Guru
Guru pun dapat membantu siswanya untuk meninggalkan
kebiasaan menyontek dalam ujian atau ulangan dengan
berusaha melakukan berbagai hal sebagai berikut:
a. Membentuk hubungan saling menghargai antara guru dengan
siswa, serta menolong siswa bertindak jujur dan tanggung
jawab.
b. Membuat dan mendukung peraturan sehubungan dengan
menyontek, karena siswa memahami peraturan dari tindakan
guru.
c. Mengembangkan kebiasaan dan keterampilan belajar yang baik
dan menolong siswa merencanakan, melaksanakan cara belajar
siswa.
d. Tidak membiarkan siswa menyontek jika hal tersebut terjadi
dalam kelas dengan teguran atau cara lain yang pantas dengan
perbuatannya, sebagai penerapan disiplin.

e. Bertanggung jawab merefleksikan kebenaran dan kejujuran,


yaitu guru menjadikan diri sebagai teladan siswa dalam
menanamkan nilai kebenaran dan kejujuran.
f. Menggunakan tes subjektif sebagai dasar proses ulangan dan
ujian.
g. Menekankan belajar lebih sekedar mendapat nilai, yaitu
membantu siswa memahami arti belajar sebagai suatu tujuan
mereka sekolah dan nilai akan berarti bila murni dengan
kemampuan siswa sendiri.

Anda mungkin juga menyukai