Anda di halaman 1dari 16

SURYO.

H/1494094010/MEKANIKA FLUIDA DAN HIDROLIKA 1

VISKOSITAS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan zat cair
yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita lihat lebih kental daripada
minyak kelapa. Apa sebenarnya yang membedakan cairan itu kental atau tidak. Kekentalan
atau viskositas dapat dibayangkan sebagai peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian
yang lain dalam fluida. Dalam fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu
bagian fluida terhadap yang lain. Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan
tersebut seperti tegangan dan regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik
gas maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling
menumbuk. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat cair adalah
viskosimeter. Apabila zat cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol sedangkan
pada zat cair kental bagian yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang sama dengan
dinding.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah itu viskositas?
2. Bagaimana konsep viskositas?
3. Bagaimana cara mengukur viskositas?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas?
5. Apa saja yang termasuk viskositas dalam kehidupan sehari-hari?
6. Apa satuan viskositas itu?
1.3.Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari viskositas.


2. Untuk mengetahui bagaimana rumus dari viskositas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi Viskositas
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan
antara molekul molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah
mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan bahan
yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Pada hukum aliran viskos,
Newton menyatakan hubungan antara gaya gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai :
Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalah konstan sehubungan dengan gesekannya.
Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan
geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan
viskositas.
Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis
diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh
lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A.
Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida
dibawahnya, maka tidak ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F
dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan
kecepatan konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan lapisan yang
saling bergeseran.
Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesar F/A yang seragam,
dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan kecepatan lapisan fluida
paling bawah sama dengan nol. Maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat
pada jarak y dari bidang tetap, dengan tidak adanya tekanan fluida.
Viskositas adalah kekentalan lapisan-lapisan fluida ketika lapisan tersebut bergeser satu sama
lain. Viskositas juga merupakan gesekan dalam fluida. Besarnya viskositas menyatakan
kekentalan fluida. Gesekan yang terjadi dapat memberi hambatan pada fluida jika
bersinggungan dengan sebuah benda.
Dalam suatu fluida ideal (fluida tidak kental) tidak ada viskositas (kekentalan) yang
menghambat lapisan-lapisan fluida ketika lapisan-lapisan tersebut menggeser satu diatas
lainnya. Dalam suatu pipa yang luas penampangnya seragam (serba sama), setiap lapisan
fluida ideal bergerak dengan kecepatan yang sama, demikian juga lapisan fluida yang dekat
dengan dinding pipa. Ketika viskositas (kekentalan) hadir, kecepatan lapisan-lapisan fluida

tidak seluruhnya sama, lapisan fluida yang terdekat dengan dinding pipa bahkan sama sekali
tidak bergerak (v = 0), sedangkan lapisan fluida pada pusat pipa memiliki kecepatan terbesar.
Viskositas secara mudah dimengerti dengan memperhatikan percobaan yang menunjukan
suatu fluida kental diantara dua keping sejajar. Keping yang atas bebas bergerak sedangkan
keping yang bawah stasioner (diam). Jika keping atas digerakkan dengan kecepatan v relatif
terhadap keping bawah, maka suatu gaya F diperlukan. Untuk fluida yang sangat kental,
seperti madu, diperlukan gaya yang lebih besar; sedangkan untuk fluida yang kurang kental
(viskositasnya kecil), seperti air, diperlukan gaya yang lebih besar.
Besar gaya F yang diperlukan untuk menarik keping atas melawan gaya gesekan yang
diakibatkan fluida kental sehingga keping atas bergerak dengan kecepatan tetap v bergantung
pada beberapa faktor. Makin besar lus keping A yang bersentuhan dengan fluida, makin besar
gaya F yang diperlukan sehingga gaya sebanding dengan luas sentuh ( F A ). Untuk luas
sentuh A yang tertentun ternyata kelajuan v yang lebih besar memerlukan gaya Fyang lebih
besar, sehingga gaya sebanding dengan kelajuan ( F v ). Gaya juga berbanding terbalik
dengan jarak y antara keping atas dan keping bawah. Makin besar jarak, makin kecil gaya
yang diperlukan untuk kelajuan dan lus sentuh yang tetrtentu.
Ketiga pernyataan tersebut dapat digabungkan bersama dengan pernyataan F Av/y. Yang
menyatakan hubungan ini dengan bantuan konstanta kesebandingan (huruf yunani dibaca
eta), yang disebut koefisien viskositas. Besar gaya F yang diperlukan untuk menggerakan
suatu lapisan fluida dengan kelajuan tetap v untuk luas lapisan A dan letaknya pada jarak y
dari suatu permukaan yang tidak bergerak,
Dengan adalah koefisien viskositas, yang dinyatakan dalam satuan kg m-1 s-1 atau pascal
sekon (Pa s).
Secara matematis, besarnya viskositas dinyatakan dengan gaya yang diperlukan untuk
menggerakan lapisan fluida:
F = kv
Dengan:
F = gaya untuk menggerakan lapisan fluida (N)
v = kecepatan fluida (m/s)
= koefisien viskositas (Ns/m2)
Zat cair yang kental memiliki > dari zat cair yang encer. Menurut hukum stokes: Benda
yang bergerak dengan kecepatan v tertentu dalam fluida kental akan mengalami gaya gesekan
oleh fluida.

Koefisien k bergantung pada bentuk geometri benda. Untuk benda yang berbentuk bola
sehingga k = 6r
F = 6rv (dikenal dengan gaya Stokes)
Dengan r = jari-jari (m)
Jika benda dijatuhkan bebas dalam suatu fluida kental, benda tidak hanya mendapatkan gaya
apung, tapi juga mendapatkan gaya yang berlawanan dengan gerak benda yaitu gaya gesekan
fluida (gaya Stokes). Benda yang tercelup memilki kecepatan yang semakin besar dan pada
suatu saat dicapai kecepatan terbesar yang nilainya tetap. Kecepatan tetap ini disebut dengan
kecepatan terminal (vT)
2.2.Konsep Viskositas
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan
yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antara
molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu
fluida saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas
disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis).
Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya, fluida yang
lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dkk. Hal ini bisa
dibuktikan dengan menuangkan air dan minyak goreng di atas lantai yang permukaannya
miring. Pasti air ngalir lebih cepat daripada minyak goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu
fluida juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat
cair tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng paha ikan di dapur, minyak goreng yang
awalnya kental menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu
zat gas, semakin kental zat gas tersebut.
Perlu diketahui bahwa viskositas alias kekentalan cuma ada pada fluida riil (rill = nyata).
Fluida riil/nyata tuh fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti air, sirup, oli,
asap knalpot, dan lainnya. Fluida riil berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya
tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan untuk
membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini yang kita pakai dalam pokok
bahasan Fluida Dinamis). Mirip seperti kita menganggap benda sebagai benda tegar, padahal
dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya tidak ada benda yang benar-benar tegar/kaku.
Tujuannya sama, biar analisis kita menjadi lebih sederhana.
Satuan Sistem Internasional (SI) untuk koofisien viskositas adalah Ns/m 2 = Pa.s (pascal
sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk si koofisien viskositas adalah dyn.s/cm 2 =

poise (P). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipoise (cP). 1 cP = 1/100 P. Satuan
poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Perancis, almahrum Jean Louis Marie
Poiseuille (baca : pwa-zoo-yuh).
1 poise = 1 dyn . s/cm2 = 10-1 N.s/m2
Pada tabel didaftar koefisien viskositas beberapa fluida. Untuk suhu yang lebih rendah
umumnya zat cair menjadi lebih kental (koefisien viskositasnya lebih besar). Seperti yang
diamati pada oli mesin, madu, dan fluida-fluida kental lainnya. Berlawanan dengan itu, gas
biasanya berkurang kekentalannya jika suhu turun. Makin kecil fluida, makin mendekati
fluida ideal; untuk fluida ideal = 0.
Temperatur (o C)

Fluida

Koofisien Viskositas

Air

1,8 x 10-3

Darah (keseluruhan)

20
60
100
37

1,0 x 10-3
0,65 x 10-3
0,3 x 10-3
4,0 x 10-3

Plasma Darah

37

1,5 x 10-3

Ethyl alkohol

20

1,2 x 10-3

Oli mesin (SAE 10)

30

200 x 10-3

Gliserin

10.000 x 10-3

Udara

20
60
20

1500 x 10-3
81 x 10-3
0,018 x 10-3

Hidrogen

0,009 x 10-3

Uap air

100

0,013 x 10-3

Teori Dasar Viskositas merupakan suatu sifat fluida yang mendasari diberikannya tahanan
terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Viskositas sering diartikan sebagai kekentalan.
Viskositas sebenarnya disebabkan oleh kohesi dan pertukaran momentum molekuler di antara
lapisan-lapisan fluida dan pada waktu berlangsungnya aliran, efek ini terlihat sebagai
tegangan tangensial atau tegangan geser di antara lapisan yang bergerak. Akibat adanya
gradien kecepatan, akan menyebabkan lapisan fluida yang lebih dekat pada plat yang
bergerak, dan akan diperoleh kecepatan yang lebih besar dari lapisan yang lebih jauh. Cairan
yang mempunyai viskositas lebih tinggi akan lebih lambat mengalir didalam pipa
dibandingkan cairan yang viskositasnya lebih rendah.

Sebuah benda yang bergerak dalam fluida yang punya viskositas lebih tinggi mengalami gaya
gesek viskositas yang lebih besar daripada jika benda tersebut bergerak didalam fluida yang
viskositasnya lebih rendah. Tujuan mempelajari viskositas ini adalah memahami bahwa
benda yang bergerak di dalam fluida akan mendapatkan gesekan yang disebabkan oleh
kekentalan fluida tersebut. Selain itu, dapat menentukan koefisien kekentalan dari fluida.
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas antara lain adalah koefisien kekentalan zat cair
itu sendiri, massa jenis dari fluida tersebut, bentuk atau besar dari partikel fluida tersebut,
karena cairan yang partikelnya besar dan berbentuk tak teratur lebih tinggi dari pada yang
partikelnya kecil dan bentuknya teratur. Selain itu juga suhu, semakin tinggi suhu cairan
semakin kecil viskositasnya, semakin rendah suhunya maka semakin besar viskositasnya.
Aplikasi Teori Aplikasi dari viskositas adalah pelumas mesin. Pelumas mesin ini biasanya
kita kenal dengan nama oli. Oli merupakan bahan penting bagi kendaraan bermotor. Oli yang
dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin kendaraan berbeda-beda karena setiap tipe mesin kendaraan
membutuhkan kekentalan yang berbeda-beda. Kekentalan ini adalah bagian yang sangat
penting sekali karena berkaitan dengan ketebalan oli atau seberapa besar resistensinya untuk
mengalir. Sehingga sebelum menggunakan oli merek tertentu harus diperhatikan terlebih
dahulu koefisien kekentalan oli sesuai atau tidak dengan tipe mesin. Memilih dan
menggunakan oli yang baik dan benar untuk kendaraan bermotor merupakan langkah tepat
untuk merawat mesin dan peralatan kendaraan agar tidak cepat rusak dan mencegah
pemborosan.
Masyarakat umum beranggapan bahwa fungsi utama oli hanyalah sebagai pelumas mesin.
Padahal oli memiliki fungsi lain, yakni sebagai pendingin, pelindung karat, pembersih dan
penutup celah pada dinding mesin. Sebagai pelumas mesin oli akan membuat gesekan antar
komponen didalam mesin bergerak lebih halus dengan cara masuk kedalam celah-celah
mesin, sehingga memudahkan mesin untuk mencapai suhu kerja yang ideal.
Viskositas dari oli sangat diperhitungkan untuk meminimalisir gaya gesek yang ditimbulkan
oleh mesin yang bergerak dan terkontak satu terhadap yang lain sehingga mencegah
terjadinya keausan. Pada permesinan bagian yang paling sering bergesekan adalah piston, ada
banyak bagian lain namun gesekannya tak sebesar yang dialami piston. Disinilah kegunaan
oli. Oli memisahkan kedua permukaan yang berhubungan sehingga gesekan pada piston
diperkecil. Selain itu, oli juga bertindak sebagai fluida yang memindahkan panas ruang bakar
yang mencapai 1000-1600 derajat celcius ke bagian lain mesin yang lebih dingin, sehingga
mesin tidak over heat (sebagai pendingin).

Pembersih mesin dari sisa pembakaran dan deposit senyawa karbon yang masuk dalam ruang
bakar supaya tidak muncul endapan lumpur. Teknologi mesin yang terus berkembang
menuntut kerja pelumas semakin lengkap, seperti penambahan anti karat dan anti foam.
Semakin kental oli, maka lapisan yang ditimbulkan menjadi lebih kental. Lapisan halus pada
oli kental memberi kemampuan ekstra menyapu atau membersihkan permukaan logam yang
terlumasi. Sebaliknya oli yang terlalu tebal akan memberi resitensi berlebih mengalirkan oli
pada temperatur rendah sehingga mengganggu jalannya pelumasan ke komponen yang
dibutuhkan. Untuk itu, oli harus memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur tertinggi
atau temperatur terendah ketika mesin dioperasikan karena nilai viskositas masing-masing oli
akan berkurang jika suhu cairan dinaikkan. Suhu semakin tinggi diikuti makin rendahnya
viskositas oli atau sebaliknya.
Beberapa kriteria yang penting yang harus dipenuhi oleh oli antara lain :
1.

Viskositas harus cukup kental untuk menahan agar bagian peralatan yang bergerak relatif
terpisah, tetapi juga harus mencegah kebocoran dari segel.

2.

Fluida harus cukup pada saat awal yaitu pada saat peralatan masih dingin.

3.

Dapat membentuk film yang cukup kuat untuk pelumasan perbatasan.

4.

Tahan terhadap oksidasi suhu tinggi.

5.

Mengandung deterjen dan dispersan cukup untuk menyerap endapan atau lumpur yanga
terbentuk.

6.

Tidak membentuk emulsi dengan air yang masuk dari segel yang bocor.

Tingkat kekentalan oli disebut Viscosity Grade, yaitu ukuran kekentalan dan kemampuan oli
untuk mengalir pada temperatur tertentu menjadi prioritas terpenting dalam memilih oli.
Kode pengenal oli adalah berupa huruf SAE yang merupakan singkatan dari Society of
Automotive Engineers. Selanjutnya angka yang mengikuti dibelakangnya, menunjukkan
tingkat kekentalan oli tersebut. Misalnya oli yang bertuliskan SAE 15W-50, berarti oli
tersebut memiliki tingkat kekentalan SAE 10 untuk kondisi suhu dingin dan SAE 50 pada
kondisi suhu panas.
Semakin besar angka yang mengikuti kode oli menandakan semakin kentalnya oli tersebut.
Sedangkan huruf W yang terdapat dibelakang angka awal, merupakan singkatan dari Winter.
Dengan kondisi seperti ini, oli akan memberikan perlindungan optimal saat mesin start pada
kondisi ekstrim sekalipun. Sementara itu dalam kondisi panas normal, idealnya oli akan
bekerja pada kisaran angka kekentalan 40-50 menurut standar SAE.
Aliran cairan viskositas dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu :
1. Aliran laminer atau aliran kental

Menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil.
2. Aliran turbulen
Menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan diameter yang lebih besar.
Dengan kata lain pembagian ini ialah pertama bagian air yang mengalir seakan-akan
mengikuti suatu garis tak putus, bik lurus maupun melengkung. Ada bagian-bagian yang
alirannya berputar-putar dengan putaran yang tidak jelas ujung dan pangkalnya.
Aliran yang mengikuti suatu garis (lurus ataupun melengkung) yang jelas ujung dan
pangkalnya disebut aliran garis arus atau dalam bahasa Inggris disebut aliran Streamline.
Secara lebih cermat dikatakan bahwa aliran garis arus adalah aliran yang tiap partikel yang
melalui suatu titik mengikuti suatu garis yang sama seperti partikel-partikel lain melalui titik
itu. Selain itu, pada aliran garis arus arah gerak partikel-partikel itu sama dengan arah aliran
secara keseluruhan. Garis yang dilalui oleh partikel-partikel itu pada aliran seperti ini disebut
garis arus.
Berbeda dengan aliran garis arus, ada aliran yang disebut aliran turbulent. Aliran
turbulent ditandai oleh adanya aliran berputar. Ada partikel-partikel yang arah geraknya
berbeda, bahkan berlawanan dengan arah gerak keseluruhan fluida. Jika aliran turbulent maka
akan terdapat pusaran-pusaran dalam gerakannya dan lintasan partikel-partikelnya senantiasa
berubah. Aliran turbulent menggambarkan laju aliran yang beasar melqlui pipa dengan
diameter yang lebih besar.
Sifat dari fluida sejati adalah kompersibel, artinya volume dan massa jenisnya akan berubah
bila diberikan tekanan. Selain itu juga fluida sejati mempunyai viskositas yaitu gesekan di
dalam fluida sedangkan dalam anggapan fluida ideal semua sifat-sifat ini diabaikan.
Viskositas di dalam zat cair disebabkan oleh gaya kohesi antar molekul dan di dalam gas
disebabkan oleh pelanggaran-pelanggaran antar molekul yang bergerak dengan cepat.
Terutama dalam arus turbulent, viskositas ini naik dengan cepat sekali hamper berbanding
lurus dengan pangkat tiga kecepatannya. Makin besar kecepatannya, makin besar
viskositasnya.
Viskositas zat cair lebih besar daripada gas. Viskositas gas sedemikian kecilnya sehingga
sering diabaikan. Viskositas fluida bergantung kepada suhunya. Viskositas ini pada umumnya
yaitu zat cair, yang umumnya berkurang jika suhunya naik. Tetapi sebaliknya viskositas gas
lebih besar jika suhunya naik. Lapisan-lapisan gas atau zat cair yang mengalir saling
berdesakan. Karena itu terdapat gaya gesek yang bersifat menahan aliran yang besarnya
tergantung dari kekentalan zat cair tersebut.

Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan antar
lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk
mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat. Besarnya viskositas
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran
serta jumlah molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda
memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya
gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas
disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya, fluida yang
lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dll. Tingkat kekentalan
fluida dinyatakan dengan koefisien viskositas (h). Kebalikan dari Koefisien viskositas disebut
fluiditas, , yang merupakan ukuran kemudahan mengalir suatu fluida.
Viskositas cairan adalah fungsi dari ukuran dan permukaan molekul, gaya tarik menarik antar
molekul dan struktur cairan. Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam kedudukan
setimbang, maka sebelum sesuatu lapisan melewati lapisan lainnya diperlukan energy
tertentu. Sesuai hokum distribusi Maxwell-Boltzmann, jumlah molekul yang memiliki energy
yang diperlukan untuk mengalir, dihubungkan oleh factor e-E/RT dan viskositas sebanding
dengan e-E/RT. Secara kuantitatif pengaruh suhu terhadap viskositas dinyatakan dengan
persamaan empirik,
h = A e-E/RT
A merupakan tetapan yang sangat tergantung pada massa molekul relative dan volume molar
cairan dan E adalah energi ambang per mol yang diperlukan untuk proses awal aliran.
2.3.Cara mengukur viskositas
Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan viskometer.
Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain :
1.Viskometer kapiler / Ostwald
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan
tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer
Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi
suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut
(Moechtar,1990).

Viskometer kapiler / Otswald digunakan untuk menentukan viskositas dari suatu cairan
dengan menggunakan air sebagai pembandingnya. Caranya yaitu dengan membandingkan
waktu alir dan berat jenis cairan yang akan ditentukan dengan berat jenis cairan dan waktu
alir.
Hubungan antara viskositas dan suhu pertama kali ditemukan oleh Carransicle pada tahun
1913. Pada viskositas Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah
cairan tertentu mengaliri pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh gaya beratnya
sendiri. Pengukuran viskositas merupakan cara termudah dan termurah dalam menentukan
berat molekul makro. Persamaan yang digunakan dalam pengukuran viskositas dengan
viscometer ostwald adalah :
Pengukuran viskositas mempunyai beberapa bentuk diantaranya adalah :
1. Viskositas spesifik

2. Viskositas reduksi

3. Viskositas intrinsik

= limit C

Dimana : C = konsentrasi makro molekul (gr/100 ml)


Einsteinlah yang pertama kali menghubungkan viskositas dengan berat molekul yaitu pada
tahun 1906. Einstein memperlihatkan bahwa viskositas larutan molekul membentuk
bulatan yang encer dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Dimana : = fraksi volume zat terlarut makro molekul
Karena makro molekul biasanya tidak berbentuk bulat maka sp/ pada persamaan di atas
mempunyai nilai lebih besar dari 2,5.
2. Viskometer Hoppler
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan sehingga
gaya gesek = gaya berat gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola
( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan
jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel (Moechtar,1990).
3. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antaradinding luar dari bob dan dinding
dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah
terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi di sepanjangkeliling bagian
tube sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi. Penurunan konsentras ini menyebabkab

bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat
(Moechtar,1990).
4.Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan
hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan
dan sampelnya digeser di dalam ruang semitransparan yang diam dan kemudian kerucut yang
berputar (Moechtar,1990).
Viskositas cairan juga dapat ditentukan berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat cair,
yaitu berdasarkan hukum Stokes. Dimana benda bulat dengan radius r dan rapat d, yang jatuh
karena gaya gravitasi melalui fluida dengan rapat dm/db, akan dipengaruhi oleh gaya
gravitasi sebesar :
F1 = 4/3 r3 ( d-dm ) g
Perbedaan antara viskositas cairan dengan viskositas gas adalah sebagai berikut :
Jenis Perbedaan
Gaya gesek

Viskositas Cairan
Lebih
besar

Viskositas Gas
untuk Lebih
kecil

Koefisien viskositas
Temperatur

mengalir
Lebih besar
Temperatur

Tekanan

naik,viskositas turun
naik
Tekanan naik,viskositas Tidak tergantung tekanan

disbanding

viskositas cairan
Lebih kecil
Temperatur naik,viskositas

naik
2.4.Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas :
1. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun, dan
begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang
semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun kekentalannya.
2. Konsentrasi larutan

Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi
tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan
banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang
terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
3. Berat molekul solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan adanya solute yang
berat akan menghambat atau member beban yang berat pada cairan sehingga manaikkan
viskositas.
4. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.
2.5.Viskositas dalam kehidupan sehari-hari

1. Mengalirnya darah dalam pembuluh darah vena.


2. Proses penggorengan ikan (semakin tinggi suhunya, maka semakin kecil viskositas
minyak goreng).
3. Mengalirnya air dalam pompa PDAM yang mengalir kerumah-rumah kita.
2.6.Satuan viskositas
Satuan viskositas adalah L^2/T. Satuan internasinal bagi viskositas kinematik adalah
mm^2/s atau centiStoke atau cSt.
Tegangan geser dan viskositas
Hubungan antara tegangan geser dan viskositas dan perubahan kecepatan dapat dipahami
pada kasus aliran diantara dua plat datar, misalkan jarak antar palt adalah y, dan diantara plat
tersebut terdapat fluida dengan isi yang homogen, asumsikan bahwa plat sangat luas, dengan
luas A yang besar, pengaruh rusuk dapat dianggap tidak ada. pada plat bagian bawah
diaanggap tetap lalu diberikan gaya sebesar F pada plat atas. bila ternyata gaya ini
menyebabkan material diantara dua plat bergerak dengan perubahan kecepatan u. gaya yang
diberikan proposional dengan luas dan perubahan kecepatan:

gaya yang bekerja dapat ditulis dengan

Sehingga tegangan geser dapat ditulis dengan

sehingga untuk aliran laminar, teganan geser dapat dinyatakan sebagai

Atau dapat kita ambil pointnya sebagai berikut:


-

Tegangan geser berbanding lurus dengan perubahan kecepatan dengan arah tegak lurus

layer.
-

Teganan geser juga berbanding lurus dengan nilai viskositas suatu fluida, semakin besar

nilai viskositas fluida, semakin besar pula tegangan geser yang dibutuhkan untuk
mengalirkan fluida.

Tipe Viskositas

Newtonian: fluida yang memiliki viskositas konstan, misalnya air dan kebanyakan gas
mempunyai viskositas yang konstan.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan
maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan hanya untuk fluida), viskositas adalah
Ketebalan atau pergesekan internal. Oleh karena itu, air yang tipis, memiliki viskositas
lebih rendah, sedangkan madu yang tebal, memiliki viskositas yang lebih tinggi.
Sederhananya, semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari
fluida tersebut. Viskositas adalah kekentalan lapisan-lapisan fluida ketika lapisan tersebut
bergeser satu sama lain. Viskositas juga merupakan gesekan dalam fluida. Besarnya
viskositas menyatakan kekentalan fluida. Gesekan yang terjadi dapat memberi hambatan
pada fluida jika bersinggungan dengan sebuah benda.
Secara matematis, besarnya viskositas dinyatakan dengan gaya yang diperlukan untuk
menggerakan lapisan fluida:
F = kv
Dengan:
F = gaya untuk menggerakan lapisan fluida (N)
v = kecepatan fluida (m/s)
= koefisien viskositas (Ns/m2)

DAFTAR PUSTAKA
Nurizati . 2011 . Rangkuman Fisika SMA . Jakarta : Gagas Media.
Kanginan, marthen . 1999 . Fisika SMU edisi Kedua Jilid 1 C . Jakarta : Erlangga.

Pohan, hasian . 2002 . Fisika SMU .Bandung : Angkasa Bandung.


Chasanah, risdiyani . 2013 . Detik-Detik Ujian Nasional Fisika . Klaten : Intan Pariwara.
http://fisdas1.blogspot.com/2011/03/modul-05-viskositas.html (Diakses 01 Desember 2013).

Anda mungkin juga menyukai