Anda di halaman 1dari 2

Domba Texel Wonosobo (Dombos)

Domba Texel atau juga dikenal dengan nama


Dombos yang artinya Domba Texel Wonosobo. Pada bulan Juli 2009, peternak di Lampung Timur
mendatangkan 75 ekor betina dan 1 pejantan domba Texel yang didatangkan dari daerah Dieng
Wonosobo, dan ternyata dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik di daerah Lampung
Timur yang bersuhu panas.
Pada tahun 1954/1955 Pemerintah mendatangkan 500 ekor Domba Texel dari Belanda dan
dialokasikan ke beberapa daerah di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah (Baturaden Banyumas dan
Tawangmangu Solo) dan Jawa Timur, tetapi daerah tersebut tidak mampu mengembangkannya.
Akhirnya tahun 1957, dipindahkan ke Daerah Wonosobo. Ternyata penduduk Wonosobo mampu
mengembangkan Domba Texel tersebut, akhir tahun 2006 populasi mencapai 8.753 ekor.
Domba Texel mempunyai ciri khas yang mudah dibedakan dari domba jenis lain yaitu : Mempunyai
bulu wol yang keriting halus berbentuk spiral berwarna putih yang menyelimuti bagian tubuhnya
kecuali perut bagian bawah, keempat kaki dan kepala. Postur tubuh tinggi besar dan panjang
dengan leher panjang dan ekor kecil.
Domba Texel tergolong ternak unggulan yang berpotensi sebagai penghasil daging. Bobot badan
dewasa jantan dapat mencapai 100 kg dan yang betina 80 kg dengan karkas sekitar 55 %. Dalam
penggemukkan secara intensif dapat menghasilkan pertambahan berat badan 265 285 gram/hari.
Masyarakat Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah telah banyak merintis usaha
penggemukan intensif terhadap Domba Persilangan Texel dengan Domba Lokal, yang menghasilkan
keuntungan memadai. Di samping itu Domba Texel dapat menghasilkan bulu wool berkualitas
sebanyak 1000 gram/ekor/tahun, yang dapat diolah sebagai komuditas yang mempunyai nilai
tambah. Di pedesaan Wonosobo yang potensial Domba texel telah dirintis industri rumah tangga
yang mengolah bulu wool Domba Texel.

Domba Texel tergolong ternak yang cepat berkembang biak, dapat beranak pertama kali pada umur
15 bulan dan selanjutnya dapat melahirkan setiap delapan bulan. Anak pertama cenderung tunggal
dan anak berikutnya kadang-kadang kembar dua. Domba Texel mempunyai karakter genetik yang
cenderung dominan. Di Kabupaten Wonosobo, Domba Texel telah banyak memberi kontribusi
genetik terhadap domba-domba lokal melalui proses kawin silang, menghasilkan domba domba
persilangan yang potensial sebagai penghasil daging.
Kendala pengembangan Domba Texel justru karena tingginya permintaan dari luar daerah yang
disinyalir untuk di ekspor ke Malaysia. Hal ini sebenarnya meningkatkan pamor dan nilai harga
Domba Texel itu sendiri, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat peternak dan pedagang
Domba Texel. Namun di sisi lain, bila pengeluaran ke luar daerah tak dikendalikan, bisa mengancam
terjadinya pengurasan ternak. Kendala lain, perkembang biakan Domba Dexel masih tergantung
pada kawin alam, berhubung belum terdapatnya Produsen Frozen semen Domba Texel.
Pemerintah telah berupaya melestarikan Domba Texel melalui Program Village Breeding Centre
(VBC) Domba Texel yang meliputi kegiatan pendataan, droping Domba Texel Gaduhan Pemerintah,
sosialisasi dan promosi pelestarian maupun teknik budidaya serta pelatihan pengolahan bulu, kulit
dan daging Domba Texel.
Dari serat, melalui proses pemintalan maka akan menjadi benang yang digunakan untuk
pakaian dan industri lainnya.

100% serat alami: 100% katun, 100% rayon, dan 100% wol

Campuran: 50% katun + 50% rayon


50% katun + 50% wol
50% rayon + 50% wol
Diekspor ke: Cina, Hong Kong, Jepang, Malaysia, dan Amerika Selatan
Diimpor dari: Cina, India, dan Pakistan

Anda mungkin juga menyukai