Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan
manusia. Di era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang
begitu ekstrim menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek
sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan
masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan
lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Maluku adalah provinsi kepulauan terbesar di Indonesia yang
berdiri di timur NKRI. Maluku sudah dikenal sejak masa penjajahan
dengan rempah-rempah khas yaitu pala dan cengkih juga tanaman yang
menjadi makanan pokok masyarkat Maluku sagu. Maluku kaya akan
kekayaan alam yang melimpah menjadikan Maluku memiliki aset alam
yang luar biasa mulai dari laut hingga daratan. Seni budaya serta adat
istiadat tradisinya juga menjadi daya tarik sendiri bagi Maluku.
Maluku merupakan salah satu propinsi bahari di Indonesia karena
sembilan puluh persen dari luas daerahnya merupakan lautan. Sebagian
besar masyarakat Maluku hidup sebagai nelayan. Sehingga Maluku
merupakan penghasil ikan terbesar di Indonesia.
Komoditi perikanan menjadi salah satu komoditi unggulan.
Dengan kekayaan laut itu maka muncul pasar ikan sebagai tempat jual beli
ikan yang selalu ramai setiap harinya.
Persepsi masyarakat tentang pasar ikan adalah tempat yang kotor
dan bau sehingga pembeli tidak merasa nyaman untuk berbelanja. Tanpa
disadari kekayaan laut merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki yang
seharusnya dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Selain itu Maluku
memiliki

budaya

leluhur

yang

masyarakatnya.

masih

dipegang

teguh

dalam

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui Budaya dan Praktik Pelayanan
Kesehatan di Maluku
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui pengertian budaya
2. Mahasiswa mengetahui budaya dan tradisi Maluku
3. Mahasiswa mengetahui budaya maluku yang berhubungan dengan
kesehatan
4. Mahasiswa mengetahui praktik pelayanan kesehatan di maluku

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Budaya
Budaya adalah mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana
seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau mereka
berhubungan dengan orang lain. Istilah Budaya berasal dari kata Culture
yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan

kebudayaan, berasal dari kata latin "colere" yang berarti mengolah atau
mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau petani.
Budaya Maluku adalah aspek kehidupan yang mencakup adat
istiadat, kepercayaan, seni dan kebiasaan lainnya yang dijalani dan
diberlakukan oleh masyarakat Maluku. Maluku adalah sekelompok pulau
yang merupakan bagian dari Nusantara. Maluku berbatasan dengan Timor
di sebelah selatan, pulau Sulawesi di sebelah barat, Irian Jaya di sebelah
timur dan Palau di timur laut. Maluku memiliki beragam budaya dan adat
istiadat mulai dari alat musik, bahasa, tarian, hingga seni budaya.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
B. Budaya dan Tradisi Maluku
1) Makan Patita
Makan Patita adalah tradisi yang rajin dilakukan dalam setahun.
Makan Patita diselenggarakan untuk merayakan hari-hari penting
seperti 17-an, HUT kota dll. Makan Patita adalah tradisi makan
bersama sekelompok masyarakat dengan menyajikan menu makanan
khas Maluku seperti ikan asar, kokohu, patatas rebus, singkong rebus
dll. Setiap rumah akan memasak menu khas Maluku dalam jumlah
banyak kemudian, menu-menu itu akan dibawa ke lokasi makan patita
untuk dimakan bersama-sama. Makan Patita biasanya berlokasi
ditempat terbuka seperti lapangan, jalan-jalan desa dan ada juga yang
didalam gedung. Meja Patita adalah sebutan untuk tempat meletakan
makanan. Biasanya meja patita ada yang terbuat dari daun kelapa atau
daun pisang yang ditata disepanjang jalan/lokasi sebagai alas, ada juga
yang menggunakan meja kayu yang ditutupi daun pisang sebagi meja.
2) Pukul Sapu
Pukul Sapu adalah tradisi berikutnya. Pukul Sapu merupakan
sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat desa Mamala sebuah

desa yang berada di pulau Ambon.Tradisi ini dilakukan setiap 7


Syawal atau sepekan setelah hari raya Idul Fitri, tradisi ini dilakukan
oleh para lelaki. Mereka bertelanjang dada dengan menggunakan
celana pendek dan ikat kepala. Sebelum mereka melakukan aktraksi
pukul memukul mereka akan dikumpulkan di rumah adat untuk
mengikuti serangkaian acara adat dan meminta doa kepada leluhur
agar diberkati. Pemain pukul sapu berjumlah 10 sampai 15 orang yang
terbagi dalam 2 kelompok dengan warna celana berbeda. Mereka
memegang sapu lidi yang terbuat dari tulang daun pohon mayang
(Pohon Enau) dengan panjang sekitar 1,5 meter dengan diameter
pangkal lidi 1-3 cm. Mereka akan mulai saling memukul sampai tubuh
mereka luka-luka dan bengkak, namun para pemain pukul sapu
mengatakan bahwa mereka tidak pernah merasa sakit pada tubuh
mereka, mereka hanya mereasa nyaman.
3) Bambu Gila
Berikut ini adalah tradisi yang punya kaitan dengan hal mistis.
Bambu Gila adalah tradisi Maluku yang erat dengan hal mistis. Di
pulau Ambon, pertunjukan Bambu Gila bisa ditemukan di desa Liang
dan desa Mamala. Tradisi ini dimulai dengan menebang batang bambu,
batang bambu yang digunakan tidak sembarang dipili,sang pawang
haruslah melakukan serangkaian adat untuk meminta izin penebangan
batang bambu dihutan bambu. Bambu yang dipakai untuk tradisi ini
adalah bambu dengan ruas ganjil, panjang bambu bisa mencapai 2,5
meter dengan diameter 8-10 cm. Setelah mendapatkan bambu, berikut
yang harus disediakan adalah kemenyaan, mantra dan para lelaki yang
berjumlah ganjil sebagai penahan bambu.
4) Malam Badendang
Badendang dalam bahasa Ambon berarti berdansa/bergoyang.
Tradisi Malam Badendang merupakan sarana untuk berkumpul
keluarga dan membangun kebersamaan dalam hidup bermasyarakat.

Dalam acara ini para peserta acara akan menarikan tari-tarian daerah
seperti katerji dan orlapei. Acara yang berlangsung semalam suntuk ini
juga dimeriahkan dengan karoke dan makanan khas Maluku. Selain
dilaksanakan untuk acara kumpul keluarga, malam badendang juga
diselenggarakan

untuk

memeriahkan

acara

seperti

pernikahan,sidi,wisuda, dll. Acara ini digelar setelah jam 12 malam


saat para tamu undangan telah pulang dan yang tinggal hanya keluarga
dan kerabat. Lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu yang energik
dan yang slow. Tarian dalam acara seperti ini adalah tarian bebas
layaknya sedang dugem di club malam.
5) Tradisi Timba Laor
Laor adalah sebutan untuk hewan laut mirip cacing yang hidup
dikarang. Biasanya masyarakat akan pergi ke pantai pada malam hari
untuk mengambil hewan ini. Hewan ini dimakan dengan mentah atau
digoreng. Laor mentah hanya dicampur dengan cuka dan garam
ditambah irisan bawang merah sedangkan laor yang digoreng tentunya
digoreng seperti biasa. Namun tradisi ini tidak setiap tahunnya ada
karena laor tidak muncul setiap tahunnya.
6) Tradisi Cuci Negeri
Negeri adalah sebutan untuk desa-desa di Maluku. Orang Maluku
lebih kenal negeri daripada desa. Negeri-negeri ini dipimpin oleh
seorang kepala desa yang disebut Bapa Raja. Tradisi cuci negeri
sendiri adalah tradisi rutin yang dilakukan masyarakat pedesaan untuk
membersihkan lokasi-lokasi yang diyakini menjadi tempat mistis pada
leluhur atau nenek moyang. Cuci negeri dilaksanakan setiap akhir
tahun sekitar tanggal 27-29 Desember tiap tahunnya. Masyarakat satu
desa akan berkumpul didepan Baileo sebelum melaksanakan kegiatan
dengan membawa peralatan adat yang diperlukan, setelah itu
masyarakat akan berbondong-bondong bergerak menuju tempat-tempat
seperti sumur dan tempat bertapah nenek moyang dan membersihkan

lokasi itu. Setelah itu pada sore harinya, masyarakat akan kembali ke
depan Baileo untuk makan bersama da menyaksikan penampilan seni
dan budaya Maluku.
7) Pela Gandong
Pela Gandong adalah tradisi yang sudah melekat dalam diri tiap
masyarakat Maluku dan tradisi ini masih bertahan hingga sekarang.
Oleh karena tradisi inilah Maluku disebut Negeri Pela Gandong. Pela
Gandong sendiri ada tradisi yang berbeda satu sama lain namun
bertujuan sama yaitu untuk kebersamaan dan kekeluargaan. Pela
dilaksanakan untuk mengikat kekeluargaan antar dua desa beragam
sama sedangkan Gandong untuk yang berbeda agama. Pela dan
Gandong dilaksanakan untuk mengikat kekeluargaan dan hidup aman
saling menghargai dan menghormati sesama masyarakat Maluku.
C. Budaya Maluku yang Berhubungan dengan Kesehatan
1) Saat nifas, ibu dilarang makan terong karena dapat membuat tubuh si
ibu dan bayi menjadi gatal. Namun, menurut pembuktian bahwa terong
merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak mengandung Vitamin
A dan C. Terutama pada jenis Terong Belanda. Terong jenis ini
mempunyai banyak manfaat dan khasiat, diantaranya mengandung
antosianin, termasuk kedalam golongan flavonoid yang merupakan
salah satu jenis antioksidan.
2) Pantang memakan nanas dan mangga karena dianggap tidak bagus
untuk rahim ibu. Padahal buah mangga mengandung vitamin A, C dan
E yang dapat berfungsi sebagai desinfektan dan juga membersihkan
darah. Sedangkan buah nanas mengandung vitamin B dan C. Dapat
mencegah serangan jantung dan stroke, selain itu berguna juga dalam
menyembuhkan luka.
3) Orang Maluku biasanya makan dengan cabai yang sangat banyak Ada
banyak manfaat yang terkandung dalam cabai misalnya menambah
nafsu makan, sebagai sumber vitamin C, mengendalikan pencemaran

mikroba, mencegah kanker dan sebagainya tetapi jika terlalu banyak


makan cabai juga bisa mendatangkan efek buruk bagi kesehatan.
namun ada juga efek sampingnya misalnya :
a. Gastritis
Gastritis adalah inflamasi atau peradangan yang terjadi
pada lambung.
b. Refluks asam lambung
Salah satu yang tidak dibolehkan pada orang yang memiliki
penyakit refluks asam lambung adalah mengkonsumsi makanan
yang

pedas-pedas.

Refluks

asam

lambung

kronis

dapat

menimbulkan berbagai komplikasi seperti kanker esophagus,


pneumonia dan gigi rusak karena asam lambung.
c. Insomnia
Kebanyakan kita tidak tahu bahwa selain kafein ternyata
makanan pedas juga bisa menimbulkan kesulitan tidur. Ini terjadi
karena setelah memakan makanan pedas maka suhu tubuh akan
naik (itu sebabnya kita berkeringat setelah memakannya)
sementara tubuh perlu melambatkan metabolisme sebelum tidur.
d. Menurunnya kepekaan lidah
Semakin lama orang terbiasa mengkonsumsi makanan yang
pedas maka kepekaan lidahnya menurun.
e. Sakit perut dan diare
Ini akibat iritasi pada organ pencernaan karena makanan pedas.
D. Praktik Pelayanan Kesehatan di Maluku
Derajat kesehatan masyarakat walaupun

mulai

cenderung

meningkat, tetapi belum mencapai standar pelayanan minimal. Misalnya,


tingkat kematian bayi (IMR) di kabupaten Maluku Tenggara Barat untuk
tahun 2009 masih cukup tinggi (17,6), di atas IMR rata-rata Provinsi
Maluku (8,4) (BPS Provinsi Maluku 2010). Kematian neonatal dalam 3
tahun terakhir meningkat, dan penyebab kematian adalah BBLR, asfiksia,
infeksi, serta penyebab lainnya. Sebaliknya, kematian ibu melahirkan
menurun; penyebab kematian terbesar adalah perdarahan (Dinas

Kesehatan MTB 2011). Pada tahun-tahun sebelumnya, angka kematian ibu


hamil dan bayi di MTB termasuk tinggi, bahkan pernah tercatat pada
peringkat nomor dua untuk tingkat provinsi (setelah Pulau Buru).
Dari catatan statistik, rata-rata persalinan ditolong oleh bidan
(82,6%) dan dukun terlatih (17,4%). Walaupun peranan bidan dalam
persalinan tinggi, tetapi peranan dukun beranak juga cukup signifikan
dalam masyarakat lokal, terutama dengan kondisi geografis kepulauan, di
mana fasilitas dan paramedis kesehatan modern terbatas jumlahnya,
demikian juga sarana dan prasarana transportasi. Bahkan dari wawancara
di desa, ada kecenderungan untuk lebih memilih dukun tidak terlatih
daripada dukun terlatih, walaupun pembayarannya lebih tinggi. Hal ini
disebabkan pelayanan dukun tidak terlatih terhadap ibu melahirkan dan
bayi lebih menyeluruh. Dengan demikian, sistem pengobatan tradisional
masih memainkan peranan di wilayah ini, dan dapat mengatasi masalah
akses pada pusat-pusat pelayanan kesehatan.
Terhadap masalah akses transportasi dan pelayanan kesehatan,
Pemerintah MTB mulai memperkenalkan program rumah tunggu dan
tabulim (tabungan ibu hamil). Program rumah tunggu baru mulai
dilaksanakan pada tahun 2010 di ibukota kecamatan Selaru (Adaut).
Tujuan rumah tunggu ini adalah untuk membantu para ibu melahirkan
yang berasal dari desa-desa yang jauh dari fasilitas kesehatan. Penanganan
persalinan dilakukan di Puskesmas, dan perawatan dilanjutkan di rumah
tunggu yang memakai rumah-rumah penduduk setempat sampai kondisi
ibu dan bayi sehat, baru kembali ke desa asal. Nampaknya, untuk desadesa yang dekat dengan perkotaan, program tabulim kurang dirasakan
manfaatnya, tetapi sebaliknya akan sangat bermanfaat bagi mereka di
wilayah yang jauh dari pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang kurang optimal di kepulauan ini juga
dipengaruhi oleh terbatasnya tenaga kesehatan. Selain jumlahnya kurang,
distribusi tenaga kesehatan pun menjadi permasalahan besar. Umumnya
tenaga dokter hanya tersedia di ibukota kabupaten dan tidak semua ibukota

kecamatan memiliki dokter, sehingga sebagian besar penduduk sangat


tergantung pada pelayanan paramedis non-dokter bilamana tersedia
(mantri, perawat, bidan, dukun beranak), atau pada sistem medisin
tradisional.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kaya akan ragam seni budaya sudah semestinya Indonesia
berbangga, maka sudah selayaknya bagi bangsa dan masyarakat negeri ini
untuk melestarikan dan menjaga ragam seni budaya yang ada di Indonesia
ini. Untuk mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan, dan
mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi lebih
baik. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar
tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan
pada sumber-sumber social, budaya dan personal
B. Saran
Dengan banyaknya berbagai macam budaya dan kebiasaan orangorang Maluku, kita sebagai perawat harus bisa memberikan praktik
pelayanan kesehatan dengan tidak menentang kebiasaan adat masyarakat
Maluku misalnya apapun kebiasaan mereka yang bertentangan dengan
kesehatan atau mampu membahayakan diri mereka, kita harus melakukan
pendekatan terlebih dahulu, kemudian melakuan negosiasi apakah budaya
tersebut di pertahankan atau di modifikasi kemudian baru melakukan

pendidikan kesehatan untuk memberikan pengetahuan kepada mereka


tentang kebiasaan yang bisa berbahaya bagi diri mereka sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
BPS Provinsi Maluku. 2010. Maluku Dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik
Provinsi Maluku.
http://www.depkes.go.id/downloads/profil/profil_maluku_2007.pdf

diakses

tanggal 12 Agustus 2012.


Setiadi, Elly, M. Effendi Ridwan. 2012. Ilmu Soisal & Budaya Dasar. Jakarta:
Kencana.
Sulaeman, M.Munandar. 1998. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT. Eresco.

10

Anda mungkin juga menyukai