Anda di halaman 1dari 64

BAB IV

KEGIATAN YANG DIAMATI

4.1 Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan yang diamati pada proyek perkantoran World Trade
Center 3 selama praktik kerja lapangan adalah pekerjaan upper structure,
finishing, dan Mechanical, Electrical, Plumbing (MEP).
Pekerjaan upper structure meliputi seluruh pekerjaan yang tidak
berhubungan langsung dengan tanah yaitu pekerjaan kolom, balok, slab, corewall/
shearwall, dinding serta tangga. Sedangkan pekerjaan arsitektur dan pekerjaan
instalasi termasuk ke dalam pekerjaan finishing.
4.1.1 Pekerjaan Upper Structure
Pekerjaan upper structure adalah pekerjaan struktur frame/portal dan
struktur tertinggal, meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.

Pekerjaan kolom
Pekerjaan balok dan slab
Pekerjaan corewall/ shearwall
Pekerjaan tangga
Pekerjaan perbaikan struktur

4.1.2 Pekerjaan Finishing dan MEP


a. Pekerjaan Arsitektur Interior
1. Pekerjaan pasangan bata ringan
2. Pekerjaan kolom praktis
3. Pekerjaan finishing dinding (Plester, acian, cat dasar, dan cat interior)
4. Pekerjaan screeding lantai
5. Pekerjaan pemasangan keramik dan marmer
b. Pekerjaan Arsitektur Eksterior
1. Pekerjaan pemasangan window wall (Facade)
2. Pekerjaan cat eksterior
c. Pekerjaan Mechanical dan Electrical
1. Pemasangan lampu
2. Instalasi dan daya
3. Instalasi power listrik
4. Instalasi air conditioner
5. Instalasi system telepon

6. Instalasi sound system


7. Instalasi CCTV
8. Instalasi emergency lift
9. Instalasi fire alarm
d. Pekerjaan Plumbing
1. Instalasi air bersih
2. Instalasi air kotor
3. Instalasi air panas
4. Instalasi water tank
5. Instalasi sistem pembuangan dan pemipaan
6. Instalasi drainase
7. Pekerjaan bak control
4.2 Pekerjaan Yang Diamati
Pekerjaan yang diamati selama praktik kerja lapangan di proyek World
Trade Center 3 ini sebagian besar adalah pekerjaan upper structure. Pada bab ini
akan dibahas mengenai tahapan-tahapan dari pekerjaan upper structure tersebut
meliputi pekerjaan surveying, pekerjaan penulangan, pekerjaan pemasangan
bekisting, pekerjaan pengecoran, serta pekerjaan perawatan beton pasca
pengecoran. Objek penulis di bab ini difokuskan pada Tower lantai 15 sampai
dengan lantai 19.
Pekerjaan proyek konstruksi memerlukan berbagai macam peralatan untuk
mempermudah pekerjaan, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dalam
proyek yang berada diluar batas kemampuan manusia. Dengan adanya peralatan
yang disesuaikan dengan kebutuhan akan menambah kemudahan terselesaikannya
masalah-masalah dan menunjang kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan
proyek sesuai waktu dan mutu yang diharapkan. Pemilihan jumlah dan jenis alatalat yang akan digunakan perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Biaya yang tersedia


Jenis pekerjaan yang dilaksanakan
Jangka waktu pelaksanaan
Kondisi lapangan
Kondisi alat
Spesifikasi dan kapasitas alat
Kemampuan sumber daya yang ada
Adapun alat-alat kerja yang digunakan pada proses pelaksanaan proyek

WTC 3 ini, yaitu :

Pekerjaan Surveying

Gambar 4.1 Theodolite

Gambar 4.2 Tripod

Gambar 4.3 Unting-unting

Gambar 4.4 Pesawat sipat datar

Gambar 4.5 Target

Gambar 4.6 Lot benang

Gambar 4.7 Staf level

Gambar 4.8 Rambu ukur

Gambar 4.9 Roll meter

Gambar 4.10 Waterpass

Gambar 4.11 Spidol

Gambar 4.12 Sikat pembersih


Pekerjaan Penulangan

Gambar 4.13 Pylox

Gambar 4.14 Payung

Gambar 4.15
Bar cutter

Gambar 4.18
Hand grinder

Gambar 4.16 Pemotong


besi manual

Gambar 4.19
Kakaktua

Gambar 4.17 Bar bender

Gambar 4.20
Fischer

Gambar 4.22 Mesin pembentuk ulir untuk

Gambar 4.21
Sambungan coupler

Gambar 4.23 Kunci momen

tulangan dengan sambungan coupler


Pekerjaan Bekisting

Gambar 4.24 PCH scaffolding


base

Gambar 4.25 U-head

Gambar 4.26 Jack

Gambar 4.27 Joint pin

Gambar 4.29 Frame scaffolding

Gambar 4.31 Tie rod

Gambar 4.28 Balok girder

Gambar 4.30 Adjustable bracing

Gambar 4.32 Adjustable kickers

Gambar 4.33 Steel waller

Gambar 4.34 Base plate

Gambar 4.35 Multipleks

Gambar 4.36 Tower crane

Pekerjaan Pengecoran

Gambar 4.37 Placing boom

Gambar 4.38 Bucket crane

Gambar 4.39 Concrete trowel

Gambar 4.40 Concrete vibrator

Gambar 4.41 High pressure cleaner

Gambar 4.42 Concrete mixer truck

Gambar 4.43 Truck concrete pump

4.2.1 Pekerjaan Kolom


Kolom merupakan salah satu struktur utama yang berfungsi untuk menahan
beban vertikal pada bangunan. Ukuran kolom pada proyek WTC 3 ini bergantung
pada distribusi pembebanannya. Secara legkap ukuran kolom dapat dilihat pada
Tabel 3.3 dan table 3.4 pada Halaman. Penulangan kolom dilakukan di area
pabrikasi tulangan sesuai dengan gambar kerja. Tulangan kolom dirakit persegmen, setelah tulangan selesai dirakit , lalu diangkat ke lokasi kolom yang akan
dipasang menggunakan tower crane. Pemasangan bekisting dilakukan setelah
proses penulangan kolom selesai. Bekisting kolom dirakit sesuai dengan marking
yang telah disiapkan sebelumnya pada setiap kolom. Bahan untuk pengecoran
kolom adalah beton siap pakai yang komposisinya telah di pesan sesuai dengan
kebutuhan kepada PT. Pionirbeton Industri . Spesifikasi beton yang digunakan
berdasarkan pada nilai slump yang telah direncanakan yaitu 16 +3/-1 cm yang
artinya nilai slump berada di antara 15 19 cm dengan kekuatan fc55. Berikut
tahapan pengerjaan kolom :

1) Persiapan Lahan ( Cek marking )


1. Tentukan marking grid line dari lantai bawah ke lantai atas melalui
2.
3.
4.
5.

lubang survey dengan alat total station.


Buat marking pinjaman +1000 dari marking grid line.
Marking dimensi posisi kolom.
Cek posisi besi kolom apakah selimut terpenuhi.
Untuk kontrol setelah tulangan kolom tertutup bekisting yaitu dengan
mengecek kembali posisinya terhadap marking gride line yang telah
dibuat sebelumnya.

Gambar 4.44 Detail persiapan lahan


2) Penulangan Kolom
1. Menyiapkan gambar kerja.
2. Penulangan atau perakitan tulangan kolom dikerjakan di area pabrikasi
tulangan.
3. Perakitan dimulai dari pemasangan tulangan utama.
4. Selanjutnya dilakukan pemasangan, pada setiap pertemuannya dengan
tulangan utama diikat oleh kawat bendrat dengan sistem silang.
5. Setelah tulangan selesai dirakit, kemudian diangkut dengan
menggunakan tower crane ke lokasi yang akan dipasang.
6. Kemudian tulangan disambungkan pada stek tulangan yang telah ada
dari lantai sebelumnya dan dilakukan oleh orang vertikal.
7. Panjang overlap yang lama dengan yang baru harus sesuai dengan
standar overlap yang telah direncanakan dimana disesuaikan dengan
dimensi kolom dan mutu beton kolom.
8. Pengukuran overlap tulangan dan jarak tumpuan dan lapangan
dilakukan dengan meteran.
9. Setelah tulangan tersambung dipasang lagi sengkang pada daerah
sambungan.
10. Selanjutnya dipasang tulangan dengan posisi menyilang untuk
menambah kekakuan dari tulangan.

11. Setelah tulangan terpasang dan cukup kaku lalu dipasang spacer /
beton dekking sesuai ketentuan. Spacer ini berfungsi untuk menjaga
selimut beton.
12. Sepatu kolom dipasang di sudut-sudut kolom, diberi stek besi 10 dan
plat besi siku yang dilaskan pada tulangan begel kolom kemudian
dicek dengan waterpass.
13. Pembersihan menggunakan alat air compressor agar bersih dari
kotoran sebelum dipasang bekisting lalu QC melakukan pengecekan
agar sesuai dengan rencana.

3) Pemasangan Bekisting Kolom


1. Telah dilakukan pengecekan tulangan oleh MK serta QC dan disetujui.
2. Siapkan seorang petugas koordinasi dengan operator tower crane
(TC).
3. Angkat bekisting dengan TC, kemudian dirikan pada lokasi tulangan
kolom yang telah terpasang.
4. Atur jarak bekisting sesuai dengan batas jarak yang telah ditentukan.
5. Perkuat bekisting dengan mengatur tie rod.
6. Setelah bekisting terpasang dengan tegak, jangan lupa untuk
memasang catwalk pada bagian atas bekisting kolom yang nantinya
dipakai untuk mempermudah petugas cor untuk mengontrol proses
pengecoran.
7. Sanggah bekisting dengan scaffolding dengan kemiringan yang telah di
atur.
8. Support telah terpasang kuat.
9. Bagian bawah dan celah antar bekisting ditutup dengan busa tebal 1
cm.
10. Bagian atas bekisting diberi kaso agar besi tidak bergeser.
11. Cek verticality bekisting dengan menggunakan theodolite arah x & y
masing-masing titik (atas 2 titik; A1 & A2, bawah 2 titik; B1 & B2).
12. Pasang unting-unting di kedua sisi bekisting sewaktu pengecoran
kolom untuk kontrol verticality.
13. Buat marking elevasi top cor dan marking pinjaman di pembesian
kolom untuk kontrol ketinggian cor kolom.
14. Bagian bawah harus bersih dari sisa-sisa beton / kotoran (divacum).
15. Kemudian tulangan dan bekisting kolom siap untuk dicor.

4) Pengecoran Kolom
Sebelum masuk kedalam pelaksanaan pengecoran, ada beberapa
pemeriksaan yang perlu dilakukan. Berikut adalah hal-hal yang perlu
diperiksa dalam pekerjaan checklist pengecoran kolom :
Pemeriksaan Penulangan
Jumlah dan ukuran tulangan utama.
Pemeriksaan jumlah, jarak, posisi, dan letak sengkang.
Pemeriksaan penyambungan tulangan.
Pemeriksaan ikatan bendrat.
Tulangan harus bebas dari kotoran dan karat serta bahan bahan lain
yang dapat mengurangi daya ikat.
Pemeriksaan tebal selimut beton.
Pemeriksaan Bekisting
Ukuran bekisting (lebar dan tinggi sesuai dengan shop drawing).
Pengukuran elevasi.
Pengukuran ketegakan / Verticality.
Kebersihan lokasi pengecoran.
Pemeriksaan perkuatan bekisting.
Jarak beton dekking / Spacer.
Kemudahan dalam pembongkaran.
Kekuatan dan kekakuan bekisting.

Gambar 4.45 Flowchart checklist pengecoran


a) Persiapan Alat dan Material Pendukung
1. Cek vibrator yang digunakan, untuk setiap pengecoran harus
tersedia 1 vibrator & 1 vibrator cadangan yang berfungsi dengan
baik.
2. Jika pengecoran dilaksanakan pada malam hari, lampu penerangan
harus sudah terpasang dan berfungsi dengan baik.
3. Pada pertemuan beton lama dan beton baru (cold joint) diberi
bonding agent (dikasarkan dan dibasahi).
4. Besi kolom harus bersih dari karat, kerak beton & kotoran lainnya.
5. Bekisting kolom harus bersih dari kotoran yang menempel dan
telah diberi mud oil / minyak bekisting.
b) Pengujian Slump
1. Menyiapkan alas yang bersih dan rata untuk tempat pengujian dan
kerucut Abrams.
2. Adukan beton segar dimasukan ke dalam kerucut Abrams mulamula sebanyak 1/3 tinggi kerucut lalu ditusuk-tusuk dengan batang
baja sebanyak 25 kali tusukan secara vertikal.
3. Kemudian adukan ditambah lagi sebanyak 1/3 tinggi kerucut dan
mengulangi langkah nomor 2.
4. Kemudian adukan ditambah lagi untuk yang terakhir sebanyak 1/3
tinggi kerucut dan mengulangi langkah nomor 2, lalu permukaan
atas diratakan dengan bibir atas kerucut Abrams.
5. Selanjutnya selubung kerucut diangkat ke atas maka adukan beton
akan turun.
6. Kemudian kerucut diletakkan di samping beton dengan posisi
terbalik, lalu beton diukur besar penurunannya dengan meteran
terhadap kerucut Abrams.
7. Jika besar slump memenuhi syarat maka beton diterima dan
selanjutnya dilakukan pengecoran. Tetapi jika tidak memenuhi
syarat tersebut beton dikembalikan.
8. Selanjutnya menyiapkan sampel benda uji silinder untuk tes
kekuatan beton.
c) Metode Pengecoran Kolom Menggunakan Bucket Crane

1. Pastikan mutu beton dan volume beton yang digunakan sesuai


dengan yang direncanakan.
2. Tidak diperbolehkan menambah air selama pengecoran di luar ijin
konsultan pengawas yang berwenang.
3. Masukkan vibrator kedalam bekisting sebelum beton dituang
setelah 2/3 kepal vibrator terisi, fungsikan alat vibrator, dst.
4. Vibrator tidak boleh langsung mengenai besi dan posisi vibrator
vertikal.
5. Vibrator tidak boleh terlalu lama pada satu tempat (maksimal 5
detik), posisi harus selalu berpindah untuk menghindari segregasi
beton.
6. Cek posisi kolom terhadap marking pinjaman selama pengecoran.
7. Cek verticality selama pengecoran dengan menggunakan untingunting.
8. Batas cor tidak boleh melebihi dari marking yang sudah
ditentukan.
9. Pengecoran menggunakan bucket crane dengan tujuan agar
jatuhnya beton teratur atau posisi jatuhnya beton kurang dari 1 m.
10. Untuk kolom yang tinggi atau kondisi sengkang yang terlalu rapat
harus menggunakan vibrator eksternal.
5) Pembongkaran Bekisting Kolom
1. Bekisting kolom dibuka jika umur beton sudah mencukupi. Umur
beton untuk kolom adalah 8 jam setelah dilakukan pengecoran.
Namun, pada proyek ini pembukaan bekisting kolom dilakukan setelah
24 jam.
2. Bekisting dibuka dengan menarik tuas push-pull agar frame bekisting
kolom menjadi mengendur.
3. Membuka ikatan tie rod untuk melepas bekisting kolom dari kolom
yang sudah mengering.
4. Bekisting kolom tidak dibuka secara penuh, hanya dibuka sampai
kondisi bekisting sudah dapat lepas dari kolom.
5. Mengangkat frame bekisting kolom dari kolom dengan bantuan tower
crane.
6) Perawatan Beton Kolom
1. Lakukan curing beton segera setelah bekisting dibongkar.
2. Curing dilakukan dengan bahan curing compound Antisol S produk
SIKA dengan cara dioles seperti mengecat.

3. Untuk mencegah penguapan dapat dilakukan penyiraman secara teratur


setiap hari dan pengikatan goni basah pada kolom.
7) Dokumentasi Pelaksanaan Pekerjaan Kolom

Gambar 4.46 Proses perakitan tulangan kolom

Gambar 4.47 Pengangkatan tulangan kolom dengan tower crane

Gambar 4.48 Proses ereksi kolom menggunakan tower crane

Gambar 4.49 Sepatu kolom

Gambar 4.50 Penulangan hubungan balok dan slab dengan kolom

Gambar 4.51 Proses cipping pada area kolom menggunakan drill

Gambar 4.52 Proses pembersihan tulangan kolom menggunakan


air compressor sebelum di cor

Gambar 4.53 Proses pengelasan besi penangkal petir/ gronding pada kolom

Gambar 4.54 Bekisting kolom

Gambar 4.55 Bekisting kolom beserta catwalk

Gambar 4.53 Uji slump beton untuk kolom lantai 16

Gambar 4.56 Pengujian slump untuk kolom

Gambar 4.57 Proses pengecoran kolom dengan menggunakan bucket crane


4.2.2 Pekerjaan Balok dan Slab
Bekisting balok dan slab yang digunakan pada proyek WTC 3 ini
menggunakan bekisting semi konvensional dengan sistim PCH (Perth
Construction Hire). Penulangan balok dilakukan setelah bekisting balok selesai
dibuat sesuai dengan gambar kerja. Begitupula dengan slab, tulangan dirangkai
setelah bekisting slab selesai dikerjakan sesuai dengan gambar kerja. Perangkaian
tulangan balok dan slab dilakukan langsung pada lokasi yang telah ditentukan
secara manual oleh para pekerja besi. Material untuk merangkai tulangan terlebih

dahulu disiapkan di area pabrikasi tulangan yang kemudian diangkat


menggunakan tower crane ke lokasi penulangan. Bahan untuk pengecoran plat
lantai adalah beton siap pakai yang komposisinya telah dipesan sesuai dengan
kebutuhan yang dipesan kepada PT. Holcim Jakarta. Spesifikasi beton yang
digunakan berdasarkan pada nilai slump yang telah direncanakan yaitu 16 +3/-1
cm yang artinya nilai slump berada di antara 15 19 cm dengan kekuatan fc45.
Berikut ulasan tahapan pengerjaan balok dan slab :
1) Persiapan Lahan
a) Cek Marking dan Pinjaman Elevasi
1. Marking elevasi top cor pada bekisting perimeter, selanjutnya
membuat data elevasi bekisting.
2. Marking pinjaman elevasi lantai + 1000 pada Corewal.
3. Marking posisi kolom pada besi rebar lantai dan bekisting.
4. Pastikan stek kolom telah diikat agar tidak bergeser dari marking dan
selimut kolom terpenuhi.
5. Cek posisi dan dimensi opening/block out MEP serta pipa jordall
sudah terpasang & sesuai shop drawing.
6. Besi perkuatan pada opening/block out sudah terpasang dan sesuai
shop drawing.
7. Cek spacer/ beton decking yang terpasang untuk selimut beton dan
rolling harus berada diatas spacer/ beton decking.
b) Pemasangan Stop Cor
1. Pemasangan stop cor harus kuat dan lurus.
2. Posisi stop cor harus pada 1/3 sampai 1/4 bentang.
3. Posisi stop cor tidak boleh pada area basah untuk menghindari
kebocoran.
4. Dipasang rolling sepanjang stop cor ( 30 cm dari stop cor) dan
termasuk diluar stop cor harus ada rolling/cakar ayam dan spacer nya.
5. Jaga agar besi di luar stop cor tidak turun elevasinya.

Gambar 4.58 Detail posisi stop cor pada slab

2) Pemasangan Bekisting Balok dan Slab


1. Menyiapkan gambar kerja. Pada pekerjaan pemasangan bekisting
balok dan slab adalah satu kesatuan sehingga dipasang bersamaan.
2. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan diangkut ke lokasi
dengan menggunakan tower crane.
3. Merangkai PCH (scaffolding) sesuai dengan gambar kerja.
4. Setelah PCH terangkai kemudian pasang jack base, joint pen, dan uhead lalu letakkan balok gelagar di atas u-head.
5. Mengukur ketinggian bekisting untuk balok dan slab melalui rambu
ukur yang diukur dengan alat sipat datar.
6. Setelah ketinggian bekisting sesuai dengan rencana, pastikan posisi
letak u-head selang-seling untuk menjepit balok gelagar lalu di paku
agar tidak terjadi pergerakan.
7. Kemudian pasang girder dengan jarak yang disesuaikan agar dapat
menahan beban pengecoran.
8. Setelah girder terpasang, kemudian pasang papan di atasnya.
9. Memasang bekisting balok sesuai dengan rencana dan ukuran balok.
10. Kemudian ukur kembali dengan alat sipat datar, elevasi serta kekuatan
dari bekisting.

11. Setelah seluruhnya sesuai dengan gambar kerja yang direncanakan,


bekisting balok dan plat lantai dapat digunakan untuk tahap
selanjutnya.
3) Penulangan Balok dan Slab
a) Penulangan Slab
1. Menyiapkan gambar kerja.
2. Memotong besi menggunakan bar cutter di area pabrikasi tulangan
sesuai dengan kebutuhan.
3. Menyiapkan besi rolling sesuai dengan dimensi yang direncanakan
sebagai pengganti tulangan cakar ayam yang berfungsi untuk
menahan top rebar dan menjaga jarak dengan bottom rebar.
4. Setelah tulangan selesai dibuat kemudian dikirim ke lokasi
perangkaian menggunakan tower crane.
5. Perangkaian diawali dari bottom rebar slab sesuai dengan gambar
kerja dan ikat pertemuan antar tulangan luar dan dalam dengan
kawat bendrat agar tidak terjadi perubahan jarak.

6. Setelah bottom rebar selesai dirangkai kemudian memasang besi


rolling dengan jarak setiap 1 m.
7. Setelah itu merangkai top rebar slab sesuai dengan gambar kerja
dan ikat pertemuan antar tulangan luar dan dalam dengan kawat
bendrat agar tidak terjadi perubahan jarak.
8. Selanjutnya memasang spacer untuk menjaga jarak selimut beton
antara bekisting slab dengan bottom rebar.
9. Lakukan pembengkokan tulangan secara manual ( karena diameter
tulangan yang digunakan kecil ) pada setiap ujung dari penulangan
slab agar tulangan saling mengikat satu sama lain.
10. Setelah itu mengecek kembali tulangan yang terpasang sesuai
dengan gambar kerja dan jarak ketinggian besi rolling sesuai
dengan ketinggian slab dikurangi selimut beton.
11. Untuk batas pengecoran, pada tulangan akhir batas pengecoran
dipasang potongan bambu sebagai batas stop cor.
12. Setelah semua ukuran dan jarak sesuai dan telah dicek oleh petugas
QC serta MK maka slab siap untuk dicor.
b) Penulangan Balok
1. Menyiapkan gambar kerja.
2. Memotong besi menggunakan bar cutter sesuai dengan kebutuhan.
3. Setelah tulangan selesai dibuat kemudian dikirim ke lokasi
perangkaian menggunakan tower crane.
4. Tulangan balok dipasang sesuai dengan posisi coupler yang telah
terpasang di corewall menggunakan kunci momen sesuai dengan
ketentuan.
5. Jumlah tulangan atas dan bawah baik tumpuan dan lapangan
didasarkan pada gambar kerja rencana.
6. Memasang begel dan tulangan sepinggang dan sepihak pada
tulangan utama dikaitkan/ diikat dengan menggunakan kawat
bendrat.
7. Jarak begel dan tulangan sepingang dan sepihak sesuai dengan
gambar rencana.
8. Memasang spacer pada sisi bawah dan sisi samping tulangan agar
tulangan tidak bergeser saat pengecoran.

9. Melakukan checking dan checklist oleh quality control untuk


memastikan bahwa jumlah dan jarak tulangan telah sesuai dengan
gambar kerja.
4) Pengecoran Balok dan Slab
Sebelum masuk kedalam pelaksanaan pengecoran, ada beberapa
pemeriksaan yang perlu dilakukan. Berikut adalah hal-hal yang perlu
diperiksa dalam pekerjaan checklist pengecoran balok dan slab :
Pemeriksaan Penulangan
Jumlah dan ukuran tulangan utama.
Pemeriksaan jumlah, jarak, posisi, dan letak sengkang.
Pemeriksaan penyambungan tulangan.
Pemeriksaan ikatan bendrat.
Pemeriksaan pemasangan spacer/selimut beton
Tulangan harus bebas dari kotoran dan karat serta bahan bahan lain
yang dapat mengurangi daya ikat.
Pemeriksaan tebal selimut beton.
Pemeriksaan Bekisting
Ukuran bekisting (lebar dan tinggi sesuai dengan shop drawing).
Pengukuran elevasi.
Kebersihan lokasi pengecoran.
Pemeriksaan perkuatan bekisting.
Jarak beton dekking / Spacer.
Jarak rolling/besi cakar ayam
Kemudahan dalam pembongkaran.
Kekuatan dan kekakuan bekisting.
Celah-celah pada acuan bekisting

Gambar 4.59 Flowchart checklist pengecoran balok dan slab


a) Persiapan Alat dan Material Pendukung
1. Cek vibrator yang akan digunakan, untuk setiap pengecoran harus
tersedia minimal 2 vibrator. Pastikan vibrator berfungsi dengan
baik.
2. Jika pengecoran dilakukan pada malam hari, lampu penerangan
harus sudah terpasang dan berfungsi dengan baik.
3. Harus ada terpal di lapangan untuk antisipasi bila terjadi hujan
(tidak bocor/ berlubang).
4. Bersihkan area yang akan dicor dengan menggunakan air
compressor
5. Pada pertemuan beton lama dan beton baru (cold joint) harus
dibersihkan dari kerak beton dan diberi concrete bonding agent
(dikasarkan dan dibasahi) dengan spesifikasi yang telah disetujui
oleh MK serta QC.
b) Pengujian Slump
Tahapan pengujian slump pada balok dan slab sama hal nya dengan
tahapan pengujian slump pada kolom. Secara runtut tahapan pengujian
slump telah dijelaskan pada Sub Bab 4.2.1 Hal
c) Metode Pengecoran Balok dan Slab Menggunakan Placing Boom
1. Pastikan kualitas beton yang digunakan sesuai dengan spesifikasi
yang diinginkan dengan melakukan uji slump dan pembuatan
sample benda uji silinder untuk uji kuat tekan beton.
2. Setelah selesai beton segar dituangkan dari truck mixer ke dalam
concrete pump dimana mesin telah dalam kondisi hidup (stand by).
3. Beton segar kemudian ditembakkan oleh concrete pump menuju
lokasi pengecoran melalui pipa menuju placing boom.
4. Seorang operator mengatur arah belalai placing boom menuju
wilayah pengecoran yang sedang dikerjakan.

5. Kemudian pada saat yang bersamaan beton yang menumpuk


diratakan menggunakan trowel dan digetarkan dengan concrete
vibrator agar tersebar merata serta sesuai dengan ketebalan slab
dan tidak menimbulkan rongga pada slab.
6. Pada saat proses pengecoran, surveyor harus selalu mengontrol
ketinggian pengecoran dengan menggunakan waterlevel dan rambu
ukur agar slab datar dan rata.
7. Mengulangi langkah-langkah di atas sampai didapat volume slab
yang diinginkan.
5) Pembongkaran Bekisting Balok dan Slab
1. Pembongkaran bekisting dan slab/ plat lantai dilakukan setelah umur
beton mencukupi untuk menahan berat sendiri. Pada proyek WTC 3
ini, pembongkaran dilakukan 28 hari setelah pengecoran.
2. Full-bekisting digunakan pada 2 lantai dibawah lantai yang sedang
dicor. Sedangkan, lantai ke-3 di bawah lantai yang sedang dicor
disanggah menggunakan resouring yang berfungsi sebagai perkuatan
beton sebelum mampu menahan berat sendiri.
3. Saat pembongkaran bekisting harus diberi ijin oleh QC dan MK agar
memastikan bahwa beton slab telah kuat dan bekisting dibuka tepat
pada waktunya yaitu 28 hari.
6) Perawatan Beton Slab
1. Perhatikan gosokan pada permukaan beton harus padat atau matang
untuk menghindari retak rambut.
2. Lakukan curring beton slab sesudah pengecoran selesai (minimal 3
jam sesudah pengecoran) menggunakan karung goni basah secara
merata.

7) Dokumentasi Pelaksanaan Pekerjaan Balok dan Slab

Gambar 4.60 Proses pemasangan bekisting balok dan slab

Gambar 4.61 Proses pengeboran lubang untuk pelaksanaan chemical tulangan


slab

Gambar 4.62 Proses chemical tulangan slab

Gambar 4.63 Proses uji tarik tulangan slab yang telah di chemical

Gambar 4.64 Penulangan balok dan slab lantai 17

Gambar 4.65 Pemasangan spacer pada slab

Gambar 4.66 Pemasangan besi rolling pada slab

Gambar 4.67 Pemasangan coupler menggunakan kunci momen

Gambar 4.68 Pengecoran zona 1 lantai 17 telah selesai di cor dan berhenti tepat
pada stop cor

Gambar 4.69 Proses curing pada balok dan slab menggunakan goni basah
4.2.3 Pekerjaan Corewall
Corewall merupakan struktur utama yang berfungsi untuk menahan gaya
geser bangunan. Pada umumnya posisi corewall berada di tengah-tengah
bangunan tower. Pada proyek WTC 3 pekerjaan pembuatan corewall

menggunakan metode cast-in place. Penulangan corewall dilakukan di tempat


pabrikasi tulangan sesuai dengan gambar kerja. Penulangan corewall dilakukan
persegmen yang kemudian akan dirangkaikan pada lokasi yang diinginkan.
Penulangan dilakukan sebelum proses pemasangan bekisting corewall. Bekisting
corewall yang digunakan pada proyek WTC 3 menggunakan semi sistim atau
bekisting modern. Bahan untuk pengecoran corewall adalah beton siap pakai yang
komposisinya telah di pesan sesuai dengan kebutuhan kepada PT.Pionirbeton
Industri. Spesifikasi beton yang digunakan berdasarkan pada nilai slump yang
telah direncanakan yaitu 16 +3/-1 cm yang artinya nilai slump berada di antara 15
19 cm dengan kekuatan fc55. Berikut tahapan pekerjaan corewall :
1) Cek Marking dan Pinjaman Elevasi
1. Buat data verticality, dimensi, posisi kolom dari bawah, tengah dan
atas.
2. Tentukan marking grid line dari lantai bawah ke lantai atas melalui
3. lubang survei dengan alat total station.
4. Buat marking pinjaman 1000 dari marking grid line.

5. Marking dimensi posisi Corewall.


2) Pekerjaan Penulangan Core Wall
1. Menyiapkan gambar kerja.
2. Penulangan atau perakitan tulangan kolom corewall dan dinding
corewall dikerjakan di area pabrikasi tulangan.
3. Perakitan dimulai dari tulangan kolom corewall, lalu dilanjutkan
dengan merakit tulangan dinding corewall.
4. Pada perakitan dinding corewall dimulai dari pemasangan tulangan
utama besi arah vertikal dan arah horizontal.
5. Selanjutnya dilakukan pemasangan tulangan sepihak, pada setiap
pertemuannya dengan tulangan utama diikat oleh kawat bendrat
dengan sistem silang.
6. Setelah tulangan selesai

dirakit,

kemudian

diangkut

dengan

menggunakan tower crane ke lokasi yang akan dipasang.


7. Kemudian tulangan disambungkan pada stek tulangan yang telah ada
dari lantai sebelumnya dan dilakukan oleh orang vertikal.

8. Panjang overlap yang lama dengan yang baru harus sesuai dengan
standar overlap yang telah direncanakan dimana disesuaikan dengan
dimensi kolom dan mutu beton kolom.
9. Pengukuran overlap tulangan dan jarak tumpuan dan lapangan
dilakukan dengan meteran.
10. Setelah kolom corewall dan dinding corewall terpasang dilakukan
penegakan menggunakan katrol lalu diikat keempat sisinya untuk
mempertahankan ketegakannya.
11. Setelah tulangan kolom corewall dan dinding corewall tersambung
dipasang lagi tulangan sepihak serta besi arah horizontal pada daerah
sambungan.
12. Setelah pemasangan tulangan corewall selesai, dilakukan pemasangan
coupler.
13. Selanjutnya dipasang tulangan perkuatan dengan posisi menyilang
untuk menambah kekakuan dari tulangan.
14. Setelah tulangan terpasang dan cukup kaku lalu dipasang spacer /
beton dekking sesuai ketentuan. Spacer ini berfungsi untuk menjaga
selimut beton.
15. Sepatu kolom dipasang setiap jarak 1 meter, kemudian dicek dengan
waterpass.
16. Pembersihan menggunakan alat air compressor agar bersih dari
kotoran sebelum dipasang bekisting lalu QC dan MK melakukan
pengecekan agar sesuai dengan rencana.
3) Pemasangan Bekisting Corewall
1. Telah dilakukan pengecekan tulangan oleh MK serta QC dan disetujui.
2. Siapkan seorang petugas koordinasi dengan operator tower crane
(TC).
3. Siapkan angkur cone sebagai tumpuan bekisting corewall.
4. Angkat bekisting menggunakan tower crane, kemudian bekisting
corewall diangkat dan dipasang ke angkur cone yang telah disiapkan
5.
6.
7.
8.

sebelumnya.
Perkuat bekisting dengan mengatur tie rod.
Pastikan support telah terpasang kuat.
Bagian atas bekisting diberi kaso agar besi tidak bergeser.
Cek verticality bekisting dengan menggunakan theodolite dari lantai
dibawahnya.

9. Pasang unting-unting pada bekisting sewaktu pengecoran corewall


untuk kontrol verticality.
10. Kemudian tulangan dan bekisting corewall siap untuk dicor.
4) Pelaksanaan Pengecoran Corewall
Sebelum masuk kedalam pelaksanaan pengecoran, ada beberapa
pemeriksaan yang perlu dilakukan. Berikut adalah hal-hal yang perlu
diperiksa dalam pekerjaan checklist pengecoran corewall :
Pemeriksaan Penulangan
Jumlah dan ukuran tulangan utama.
Pemeriksaan jumlah, jarak, posisi, dan letak sengkang.
Pemeriksaan penyambungan tulangan.
Pemeriksaan ikatan bendrat.
Pemeriksaan pemasangan spacer/selimut beton
Tulangan harus bebas dari kotoran dan karat serta bahan bahan lain

yang dapat mengurangi daya ikat.


Pemeriksaan tebal selimut beton.
Pemeriksaan coupler pastikan sudah terpasang sesuai dengan titik yang

direncanakan.
Sisi luar coupler dipasang penutup menggunakan tripleks sesuai
dimensi balok untuk menghindari hilang atau tertutupnya lubang

coupler setelah pengecoran dilakukan.


Pemeriksaan Bekisting
Ukuran bekisting (lebar dan tinggi sesuai dengan shop drawing).
Pengukuran elevasi.
Kebersihan lokasi pengecoran.
Pemeriksaan perkuatan bekisting.
Jarak beton dekking / Spacer.
Kemudahan dalam pembongkaran.
Kekuatan dan kekakuan bekisting.
Kekuatan pada perkuatan/ dudukan jump form
Celah-celah pada acuan bekisting

Gambar 4.70 Flowchart checklist pengecoran corewall

a) Persiapan Alat dan Material Pendukung


1. Cek vibrator yang akan digunakan, untuk setiap pengecoran harus
tersedia minimal 2 vibrator. Pastikan vibrator berfungsi dengan baik.
2. Jika pengecoran dilakukan pada malam hari, lampu penerangan harus
sudah terpasang dan berfungsi dengan baik.
3. Harus ada plastic cor di lapangan untuk antisipasi bila terjadi hujan
(tidak bocor/ berlubang).
4. Bersihkan area yang akan dicor dengan menggunakan air compressor

5. Pada pertemuan beton lama dan beton baru (cold joint) harus
dibersihkan dari kerak beton dan diberi concrete bonding agent
(dikasarkan dan dibasahi) dengan spesifikasi yang telah disetujui oleh
MK serta QC.

b) Pengujian Slump

Tahapan pengujian slump pada balok dan slab sama hal nya dengan
tahapan pengujian slump pada kolom. Secara runtut tahapan pengujian
slump telah dijelaskan pada Sub Bab 4.2.1 Hal

c) Metode Pengecoran Corewall Menggunakan Placing Boom

1. Sebelum beton dituang kedalam bekisting terlebih dahulu vibrator


dimasukkan, setelah kepala vibrator terisi 2/3 bagian, maka
fungsikan vibrator.
2. Pastikan kualitas beton yang digunakan sesuai dengan spesifikasi
yang diinginkan dengan melakukan uji slump dan pembuatan
sample benda uji silinder untuk uji kuat tekan beton.
3. Dilarang menambah air selama pengecoran diluar ijin konsultan
pengawas yang berwenang .
4. Selama pengecoran, hindari penumpukan beton basah pada satu
tempat tetapi harus tersebar rata.
5. Vibrator tidak boleh langsung mengenai besi dan posisi vibrator
harus tegak lurus/ vertikal.
6. Vibrator tidak boleh terlalu lama pada satu tempat (maksimal 5
detik), posisi harus selalu berpindah untuk menghindari segregasi
beton.
7. Cek selalu posisi corewall terhadap marking pinjaman selama
pengecoran.
8. Cek verticality selama pengecoran dengan menggunakan untingunting.
9. Batas cor tidak boleh melebihi dari marking yang sudah ditentukan
.
10. Posisi jatuh beton kurang dari 1 m untuk wall yang tinggi dan jika
pemasangan sengkang rapat dapat digunakan eksternal vibrator.
5) Pembongkaran Bekisting Corewall
1. Bekisting corewall dibuka jika umur beton sudah mencukupi. Pada
proyek WTC 3 ini umur beton untuk core wall adalah 24 jam setelah
dilakukan pengecoran.
2. Bekisting dibuka dengan menarik tuas push-pull agar frame bekisting
corewall menjadi mengendur.
3. Membuka ikatan tie rod untuk melepas bekisting corewall dari
corewall yang sudah mengering.
4. Bekisting corewWall tidak dibuka secara penuh, hanya dibuka sampai
kondisi bekisting sudah dapat lepas dari Core Wall.
5. Mengangkat frame bekisting core wall dari core wall dengan bantuan
tower crane.

6) Perawatan Core Wall


1. Lakukan curing beton segera setelah bekisting dibongkar.
2. Curing dilakukan dengan bahan curing compound Antisol S produk
SIKA dengan cara dioles seperti mengecat.

7) Dokumentasi Pelaksanaan Pekerjaan Core Wall

Gambar 4.71 Tulangan core wall setelah dirakit dan dipasang

Gambar 4.72 Pemasangan coupler untuk sambungan antara core wall dan balok

Gambar 4.73 Bekisting core wall metode jump form

Gambar 4.74 Proses pengecoran core wall menggunakan placing boom

4.3 Tugas Selama Praktik


Selama menjalani praktik kerja lapangan di proyek World Trade Center 3,
penulis ditempatkan dalam divisi konstruksi dan divisi quality control pekerjaan
struktur. Berikut adalah ulasan mengenai tugas yang penulis laksanakan selama
menjalani praktik kerja lapangan dalam divisi tersebut.
4.3.1 Divisi Konstruksi
1) Mempelajari Gambar Kerja / Shop Drawing
Sebelum memulai suatu pekerjaan konstruksi, hal pertama yang perlu
diperhatikan adalah kelengkapan gambar kerja dari item pekerjaan tersebut.
Gambar kerja harus benar-benar dipelajari dan dimengerti dengan baik oleh
petugas yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut agar tidak terjadi
kesalahan dalam proses pelaksanaannya. Selama menjalani praktik kerja
lapangan dalam divisi konstruksi, tugas yang diberikan yaitu mempelajari dan
menganalisa gambar kerja / shop drawing yang digunakan pada setiap
lantainya, diantaranya yaitu concrete outline / gambar kerja formwork,
keyplan beam / gambar kerja pembesian balok, bottom & top layer main slab

reinforcement / gambar kerja pembesian lantai, column reinforcement / gambar


kerja pembesian kolom, plan corewall reinforcement. Lampiran 4.1 Shop
Drawing
2) Mempelajari Prosedural Persiapan Pekerjaan
Sebelum melaksanakan pekerjaan dilapangan, seorang Site Engineer harus
membuat ijin pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Dalam proyek WTC 3 ini,
ada 2 jenis surat perijinan yang dibuat oleh Site Engineer, yaitu :
1. Request For Inspection & Test (RFIT)
RFIT adalah form perijinan yang dibuat oleh seorang site engineer
untuk melakukan pengetesan serta inspeksi bersama antara quality
control dengan site engineer di lapangan.

Gambar 4. 75 Request For Inspection & Test (RFIT)


2. Permit To Work (PTW)
PTW adalah form perijinan yang dibuat oleh site engineer untuk
melaksanakan pekerjaan pengecoran. Form perijinan tersebut dibuat

setelah dilaksanakannya proses pengetesan dan inspeksi di lapangan


oleh quality control dan site engineer.

Gambar 4.76 Permit To Work

3) Mengamati Pelaksanaan Pabrikasi Tulangan


Pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan
ini memegang peranan penting dari aspek kualitas mengingat fungsi besi
tulangan yang penting dalam kekuatan struktur bangunan. Pada proyek WTC
3 ini, proses pabrikasi tulangan sebagian besar dilaksanakan di area pabrikasi,
yaitu di sebelah timur lokasi proyek. Proses pabrikasi tulangan dibagi menjadi
3 item pekerjaan, yaitu :
1. Pemotongan dan Pembengkokan
Proses pemotongan dan pembengkokan besi tulangan dikerjakan oleh
10 orang pekerja dan diawasi oleh 2 orang mandor. Pemotongan dan
pembengkokan besi tulangan dilaksanakan berdasarkan bar bending
schedule yang telah dibuat oleh PT. Indofab selaku sub contractor,
yang mengacu pada gambar kerja yang telah dibuat oleh kontraktor
utama sebelumnya. Proses pemotongan dan pembengkokan besi
tulangan yang dilaksanakan di area pabrikasi WTC 3 ini menggunakan
2 buah bar cutter dan 1 buah bar bending.

Gambar 4.77 Proses pembengkokan tulangan menggunakan bar


bender

2. Perakitan
Proses perakitan besi tulangan dikerjakan oleh 12 orang pekerja
dan diawasi oleh 1 orang mandor. Perakitan tulangan didasarkan oleh

gambar kerja yang telah dibuat oleh kontraktor. Perakitan yang


dilaksanakan di area pabrikasi hanya perakitan tulangan kolom dan
perakitan tulangan corewall. Sedangkan perakitan tulangan balok dan
slab langsung dilaksanakan pada lokasi yang diinginkan. Biasanya,
dalam waktu 1 hari pekerjaan perakitan kolom dapat menghasilkan 4
buah kolom yang siap pasang dengan tinggi 4.26 m dan dikerjakan
oleh 2 orang pekerja pada setiap kolomya. Sedangkan untuk corewall,
pekerjaan perakitannya baru dapat diselesaikan dalam waktu 2 sampai
3 hari dan dikerjakan oleh 2 orang pekerja setiap corewall nya.

Gambar 4.78 Proses perakitan tulangan corewall di area pabrikasi

Gambar 4.79 Proses perakitan tulangan kolom di area pabrikasi

Gambar 4.80 Tulangan kolom yang telah selesai dirakit


3. Pembuatan Ulir untuk Metode Penyambungan Coupler
Pembuatan ulir pada proyek WTC 3 ini menggunakan mesin
pembuat ulir atau sering disebut dengan mesin bubut. Mesin ini
digunakan untuk memotong baja tulangan yang dilakukan dengan
membuat sayatan pada tulangan dimana mata pisau yang digunakan
bekerja secara translasi dan sejajar dengan sumbu dari benda kerja
yang berputar. Tulangan yang telah dibuat ulir atau yang lebih dikenal
dengan sebutan moment break coupler digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konstruksi struktur dalam memperkuat penyambungan
pada tulangan. Moment break coupler memiliki ulir yang lancip dan
berakhir

pada

tengah-tengah

coupler

sehingga

memberikan

kemudahan dalam memutar tulangan ke dalam coupler dan


memperkuatnya saat dipasang menggunakan kunci momen yang telah
di atur nilai momennya berdasarkan diameter tulangan yang
digunakan.
Untuk memperjelas pembahasan diatas, penulis akan membahas
sedikit mengenai metode coupler yang digunakan pada proyek WTC 3

ini. Metode coupler merupakan sistem penyambungan pembesian


antara dinding beton corewall yang menggunakan bekisting sistem
jump form yaitu sistem bekisting yang sifatnya mendahului dua
sampai tiga tingkatan slab. Berdasarkan kebutuhan penyambungan
diatas ada 2 jenis coupler yang digunakan pada proyek WTC 3 ini.
Tipe pertama

yaitu

moment

break coupler, yang berfungsi

menghubungkan antar besi tulangan, dan tipe moment weldable


coupler, yang berfungsi menghubungkan besi dengan kingpost,
dimana letak coupler di sisi king post dalam kondisi di las.
Namun, pada saat penulis melaksanakan praktik kerja lapangan ini,
penulis tidak mendapat kesempatan untuk melihat langsung proses
pelaksanaan sambungan coupler dengan tipe moment weldable
coupler dikarenakan tipe tersebut sudah jauh dilaksanakan sebelum
penulis melaksanakan praktik kerja lapangan.

Gambar 4.81 Proses pembuatan ulir untuk sambungan coupler

Gambar 4.82 Tulangan yang telah selesai dibuat ulir

4) Mengamati Proses Pemasangan Tulangan di Lapangan


Proses pemasangan tulangan pada proyek WTC 3 ini tidak jauh berbeda
dengan proses pemasangan tulangan pada proyek pembangunan gedung
lainnya. Pemasangan tulangan dapat dilaksanakan secara bersamaan selama
tenaga, ruang dan peralatan yang tersedia memadai ataupun dilakukan secara
bertahap. Pemasangan tulangan secara bertahap dapat dimulai dari
pemasangan tulangan corewall, lalu kolom dan yang terakhir adalah balok dan
slab. Untuk item pekerjaan pemasangan tulangan corewall dan kolom
dilakukan dengan metode ereksi.
Secara umum, metode ereksi pada tulangan adalah suatu proses yang
terdiri dari perakitan komponen tulangan sehingga menjadi satu kesatuan yang
dilaksanakan di lapangan. Proses ereksi terdiri dari proses pengangkatan dan
menempatkan tulangan yang telah dirakit pada posisi yang telah ditentukan,
kemudian menghubungkan antara tulangan yang baru dirakit dan diangkat
menggunakan tower crane dengan tulangan yang sudah ada dari lantai
sebelumnya. Sedangkan, untuk pemasangan tulangan balok dan slab proses
pelaksanaannya langsung dilaksanakan di lantai yang telah direncanakan tanpa
harus dirakit terlebih dahulu di area pabrikasi. Secara lengkap proses
pemasangan tulangan corewall, kolom serta balok dan slab telah di jelaskan
pada Sub Bab 4.2 Halaman
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan besi
tulangan, diantara lain besi harus bersih dari kotoran dan minyak, perletakan
tulangan harus teratur sehingga ada ruang tersedia untuk proses pemadatan
beton, dan jika ada besi yang perlu disambung maka harus ada overlapping
yang sesuai perhitungan atau spesifikasi teknis.

Gambar 4.83 Proses penulangan balok

Gambar 4.84 Proses penulangan slab

Gambar 4.85 Proses ereksi kolom

5) Mengamati Proses Pemasangan Bekisting di Lapangan


Proses pemasangan bekisting pada proyek WTC 3 ini dibagi menjadi 2
cara, cara pertama yaitu, dilaksanakan secara manual oleh para pekerja untuk
pekerjaan balok dan slab dan cara kedua yaitu dengan bantuan tower crane
untuk pekerjaan kolom dan corewall, namun pekerjaan tersebut tetap dikontrol
oleh para teknisi.
Pemasangan bekisting pada balok dan slab pada proyek ini tidak jauh
berbeda dengan pemasangan bekisting di proyek lain. Pekerjaan dimulai dari
pemasangan scaffolding dengan masing masing jarak 100 cm disusun
berjajar sesuai dengan kebutuhan di lapangan, baik untuk bekisting balok
maupun slab. Lalu mengatur ketinggian scaffolding untuk balok dan slab
dengan mengatur base jack atau U-head jack nya. Pada U-head dipasang
girder sejajar dengan arah cross brace dan diatas girder tersebut dipasang
balok suri setiap jarak 50 cm (kayu 5/7) dengan arah melintangnya, kemudian
dipasang pasangan plywood sebagai alas balok.
Namun, ada sedikit perbedaan untuk bagian slab, karena posisi slab lebih
tinggi daripada balok, maka scaffolding untuk slab lebih tinggi daripada balok
dan diperlukan main frame tambahan dengan menggunakan Joint pin,
selebihnya, proses pemasangan bekisting slab sama dengan proses
pemasangan bekisting pada balok. Pastikan semua plywood dipasang serapat
mungkin, sehingga tidak terdapat rongga yang dapat menyebabkan kebocoran
pada saat pengecoran. Setelah semua bekisting balok dan slab terpasang
dengan baik, olesi bekisting menggunakan mud oil agar beton tidak menempel
pada bekisting, sehingga dapat mempermudah dalam proses pembongkaran
dan bekisting masih dalam kondisi layak pakai untuk pekerjaan berikutnya.
Pemasangan bekisting kolom dilaksanakan setelah proses penulangan
kolom selesai dilaksanakan. Bekisting dipasang sesuai dengan acuan yang
telah dibuat sebelumnya. Saat pemasangan bekisting kolom, pastikan
bekisting menyentuh sepatu kolom yang telah dipasang pada tulangan
sengkang. Atur kemiringan bekisting kolom dengan memutar push pull.

Sama dengan pemasangan bekisting kolom, bekisting corewall pun baru


dapat dilaksanakan setelah semua proses penulangannya selesai dilaksanakan.
Sistem pemasangan bekisting corewall pada proyek WTC 3 ini menggunakan
sistem jump form. Sistem jump form merupakan sistem yang memerlukan
bantuan tower crane untuk memindahkan bekisting dari satu tingkat ke tingkat
berikutnya yang lebih tinggi. Penggunaan bekisting sistem jump form
merupakan solusi efektif untuk pembangunan struktur yang sama dan
berulang. Sistem jump form tidak hanya berisi untuk bekisting itu sendiri,
namun juga memberi ruang kerja untuk pekerja konstruksi, mesin, dan layer
untuk perlindungan cuaca. Keunggulan dari sistem jump form ini adalah
pekerjaan menjadi efisien, karena dapat menghemat waktu antara 50% sampai
dengan 70%.

Gambar 4.86 Proses pemasangan bekisting balok dan slab

Gambar 4.87 Bekisting balok dan slab setelah selesai dipasang

Gambar 4.88 Bekisting kolom yang telah dirakit dan siap untuk dipasang

Gambar 4.89 Bekisting corewall yang telah selesai dipasang dan siap untuk di cor
6) Mengamati Proses Pelaksanaan Pengecoran
Proses pengecoran beton dilapangan pada proyek WTC 3 ini dibagi
menjadi 2 item pekerjaan, yaitu pekerjaan struktur vertikal dan pekerjaan
struktur horizontal. Pengecoran balok dan slab merupakan pengecoran
struktur horizontal, sedangkan pengecoran corewall dan kolom merupakan
pengecoran struktur vertikal. Untuk pekerjaan struktur horizontal, beton siap
pakai yang digunakan dipesan dari PT. Pionerbeton industri selaku sub
contractor. Sedangkan untuk pekerjaan struktur vertikal, beton siap pakai
yang digunakan dipesan dari PT. Holcim Indonesia.
Proses pengecoran diawali dengan pengujian slump dan pengujian suhu
pada beton segar. Jika beton segar yang datang memenuhi nilai slump yang
telah ditentukan, maka beton tersebut siap untuk digunakan. Namun, apabila
hasil uji slump pada beton segar tersebut melewati batas toleransi, maka beton
itu harus ditolak dan dikembalikan. Siapkan concrete pump, bucket crane
(pekerjaan kolom) dan placing boom (pekerjaan balok dan slab serta
corewall). Lalu lakukan penyetelan alat pada lokasi yang akan dilakukan

pengecoran. Campuran beton dari truck mixer yang telah lulus uji slump di
pompa menggunakan concrete pump melalui pipa menuju placing boom.
untuk pekerjaan kolom, beton dari truck mixer dituangkan ke bucket crane
untuk diangkat oleh tower crane ke lokasi pengecoran kolom. Pemadatan
menggunakan vibrator dilakukan bersamaan dengan proses pengecoran agar
hasil pengecoran merata. Beton yang sudah dituangkan dilakukan perataan
oleh pekerja menggunakan jidar atau trowel sesuai elevasi pipa / rolat sebagai
pedoman ketinggian pada beton slab. Sedangkan untuk kolom dan corewall
pedoman ketinggian adalah 30 cm dari atas permukaan panel bekisting.

Gambar 4.90 Proses pemindahan beton segar dari truck mixer ke dalam concrete
pump

Gambar 4.91 Placing boom yang telah siap digunakan


G

Gambar 4.92 Proses pengecoran dan perataan dengan vibrator pada corewall

Gambar 4.93 Proses pengecoran kolom menggunakan bucket crane


4.3.2 Divisi Quality Control Struktur
Pada pekerjaan konstruksi diperlukan seorang Quality
Control

yang

bertugas

untuk

mengawasi,

mengecek,

dan

memastikan

jalannya

kegiatan

sesuai

dengan

yang

telah

direncanakan atau tidak. Selama praktik kerja lapangan ini,


kegiatan

pengecekan

dan

pengawasan

langsung

dilakukan

langsung bersama Quality Control secara internal di lapangan.


Berikut adalah kegiatan yang dilaksanakan bersama dengan
Quality Control :
1) Checklist Penulangan
Selama

praktik

kerja

lapangan,

pengawasan

dan

pengecekan tulangan yang dilakukan bersama Quality Control


diantaranya pada slab lantai 19 zone 1 dan balok lantai 15-18.
Pengecekan yang dilakukan diantaranya pengecekan jumlah
tulangan, jarak tulangan dan dimensi tulangan yang dipasang
apakah sudah sesuai dengan shop drawing. Hasil pengecekan
selanjutnya dituliskan dalam inspection form oleh QC yang
sebelumnya telah dibuat RFIT oleh Site Engineer.
2) Checklist Bekisting
Bekisting pada proyek WTC 3 ini dilakukan oleh BKW yang
merupakan sub kontraktor khusus untuk pekerjaan bekisting.
Pada pengecekan dan inspeksi yang dilakukan bersama
Quality Control yaitu mengecek dimensi, elevasi dan posisi
bekisting

apakah

sesuai

dengan

shop

drawing.

Contoh

parameter-parameter yang dilakukan antara lain:


a. Sepatu kolom sesuai dengan dimensi kolom pada shop
drawing
Sepatu kolom

berfungsi

sebagai

patokan

acuan

pemasangan bekisting pada suatu struktur sehingga beton


yang dihasilkan tidak melebihi batas marking.

Gambar 4.94 Bentuk sepatu kolom


b. Verticality kolom / corewall
Pekerjaan verticality adalah

pekerjaan

penegakkan

bekisting kolom / core wall yang bertujuan agar hasil akhir


pengecoran tegak / tidak miring .

Gambar 4.95 Petugas surveyor melakukan verticality


kolom
c.

Pemasangan stop
cor, sleeve
Stop

dan sparring
cor
adalah
pembatas

area

pada

yang akan dicor

sehingga material tidak menyebar ke area lain yang

tidak diinginkan.
Sleeve merupakan material MEP seperti pipa air dan pipa
conduit yang diletakan pada balok sebelum pengecoran dimana

bertujuan untuk keperluan pekerjaan MEP.


Sparring lubang pada plat lantai yang dibuat untuk mengambil
acuan garis as grid pada pekerjaan surveyor dari lantai
sebelumnya, selain itu untuk membuat lubang yang bertujuan
untuk keperluan MEP

Stop
cor

Gambar 4.96 Stop cor yang terbuat dari potongan bambu

Gambar 4.97 Sparring pada incore

Gambar 4.98 Sleeve pada slab


3) Pengecekan Beton Pra Pengecoran
Sebelum melakukan pekerjaan pengecoran seorang Quality
Control diharuskan mengecek serta mengawasi beberapa
pengujian yang dilaksanakan. Pengujian dan pekerjaan yang
dilakukan pada pra pengecoran diantaranya :
a. Uji Slump dan Uji Suhu.
Pada saat praktik kerja lapangan kami diberi tugas untuk
mengamati

dan

melakukan

pengujian

slump

secara

langsung dilapangan. Berikut adalah dokumentasi proses


pengujian slump yang dilaksanakan. Hasil dari uji slump
tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4.2

Gambar 4.99 Penuangan beton segar ke dalam kerucut


Abram

Gambar 4.100 Penumbukan beton segar sebanyak 25 kali


per lapis

Gambar 4.101 Pengukuran hasil uji slump


b. Uji Kuat Tarik Tulangan Slab
Uji kuat tarik tulangan slab dilaksanakan sebelum dilaksanakannya
proses pengecoran. Uji kuat tarik tulangan ini dilaksanakan untuk
memastikan tulangan slab yang telah selesai di chemical memenuhi syarat
kuat tarik yang telah direncanakan. Seorang Quality Control harus benarbenar awas dan teliti dalam mengawasi pengujian kuat tarik tulangan ini
agar nantinya tidak ditemukan kegagalan setelah dilaksanakannya proses
pengecoran.

Gambar
4.103

Proses
pelaksanaan
uji kuat tarik tulangan slab

Gambar 4.104 Bacaan dial beban pada alat uji kuat tarik
tulangan pada slab
c. Pembuatan Sample Benda Uji untuk Keperluan Pengujian
Kuat Tekan
Pengambilan

beton

segar

dari

truck

mixer

untuk

keperluan pembuatan sample benda uji pengujian kuat


tekan yaitu sebanyak setengah dari volume beton segar
yang berada di dalam truck mixer tersebut. Sample benda
uji dibuat sebanyak 40 sample berupa silinder diameter 15
cm dan tinggi 30 cm setiap satu truck mixer yang berisi 5-6
m3 beton.

Gambar 4.105 Pembuatan benda uji untuk pengujian


kuat tekan

Gambar 4.106 Pengeringan benda uji kuat tekan


Gambar 4.107 Curing sample benda uji untuk pengujian kuat
tekan
4) Pengecekan Beton Pasca Pengecoran
Setelah

pekerjaan

pengecoran

selesai

dilaksanakan,

seorang Quality Control melakukan pengecekan (cek internal)


serta melaksanakan serangkaian pengujian. Pengecekan dan
pengujian yang dilaksanakannya diantaranya yaitu:
a. Uji Kuat Tekan
Uji kuat tekan pasca pengecoran dilakukan untuk
menguji kekuatan beton apakah sudah sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Alat yang digunakan
untuk pengujian ini berupa hammer test. Seorang
Quality Control bertugas melakukan pengujian tersebut
dan memberikan hasil uji kepada konsultan. Jika hasil
pengujian mutu beton tidak sesuai maka diperlukan
adanya

perbaikan.

Laporan

hasil

pengujian

yang

dilakukan oleh

Quality Control dapat dilihat pada

lampiran. GAMBAR HASIL UJI KUAT TEKAN


b. Pengecekan kondisi beton
Beton yang sudah dicor perlu dilakukan pengecekan untuk mengetahui

kerusakan atau kegagalan yang terjadi pada beton, misalnya beton


keropos, retak atau permukaannya tidak rata akibat pengaruh dari
bekisting. Seorang Quality Control memiliki tugas melakukan
pengecekan kondisi pada beton yang telah melalui proses curing. Hasil
dari pengecekan ini selanjutnya diserahkan ke konsultan dan owner
untuk disetujui. Inspection form dari pengecekan beton pasca
pengecoran dapat dilihat pada lampiran

Gambar 4.108 Permukaan slab yang tidak halus yang disebabkan oleh
form bekisting

Anda mungkin juga menyukai