DISUSUN OLEH:
Afdillah Septian Djati
20130115130148
Irma Meiditya
21030113130140
Izmi Nursafitri
21030115120016
Dila Firizqina
21030115120043
Nurdin Hariyadi
21030115120057
21030115120011
21030115140172
Shidibha Ryanvalan
21030114140175
21030114140175
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Sebuah sistem minyak bumi didefinisikan sebagai sistem hidrokarbon alami
yang meliputi sumber batuan aktif dan unsur penting lainnya sehingga menyebabkan
proses akumulasi hidrokarbon selama jutaan tahun (Magoon, 1988; Magoon dan Dow,
2000).
Minyak bumi menunjukkan berbagai sifat fisik dan beberapa hubungan yang
dapat dibuat menjadi berbagai sifat fisik (Speight, 2001). Sedangkan sifat lain seperti
densitas, viskositas, titik didih, dan warna dari minyak bumi dapat bervariasi.
Kandungan karbon dalam minyak bumi relatif konstan
Proses penyulingan minyak bumi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Pemisahan: pembagian bahan baku menjadi berbagai aliran (atau fraksi)
tergantung dari sifat bahan mentah
2. Konversi: produksi bahan yang dijual dari bahan baku dengan kerangka
perubahan, atau bahkan oleh perubahan jenis kimia dari konstituen bahan baku
3. Finishing: pemurnian aliran berbagai produk dengan berbagai proses yang
menghilangkan kotoran dari produk
Analisa minyak bumi dilakukan untuk menentukan apakah setiap batch minyak
mentah yang diterima di kilang cocok untuk tujuan pemurnian. Selain itu, tes dilakukan
untuk mengetahui informasi tentang minyak mentah apakah terkontaminasi selama
proses pengiriman dan penyimpanan yang dikhawatirkan dapat meningkatkan biaya
operasional. Untuk memperoleh informasi yang diperlukan, digunakan 2 skema analisa
yaitu: (1) skema inspeksi dan (2) skema komprehensif (Speight, 2006).
Pemeriksaan secara inspeksi melibatkan penentuan beberapa sifat kunci minyak
bumi (misalnya, derajad API, kandungan sulfur, titik tuang, dan kisaran distilasi)
(Speight, 2006).
Di sisi lain, uji komprehensif memang lebih kompleks yang melibatkan antara
lain: (1) hasil residu karbon, (2) densitas (berat jenis), (3) kandungan sulfur, (4) profil
destilasi (volatilitas), (5) konstituen logam, (6) viskositas, dan (7) titik tuang, serta
berbagai tes yang dilakukan untuk memahami sifat dan perilaku minyak mentah
(Speight, 2006).
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 SIFAT FISIKA
Analisa Elemen
Analisa minyak bumi seperti kandungan carbon, hidrogen, oksigen, sulfur, dan
nitrogen merupakan metode awal untuk menguji sifat umum minyak bumi. Analisis
ultimate (komposisi unsur) dari minyak bumi tidak dilaporkan sama sejauh seperti
untuk batubara (Speight, 1994). Namun demikian, ada prosedur ASTM untuk analisis
produk minyak bumi dan minyak.
Misalnya, kandungan karbon dapat ditentukan dengan metode yang ditunjukkan
untuk batubara dan kokas (ASTM D3178) atau dengan metode yang ditujukan untuk
limbah padat perkotaan (ASTM E777).
Ada juga metode yang ditujukan untuk:
1. Kandungan hidrogen (ASTM D1018, ASTM D3178, ASTM D3343, ASTM D3701,
and ASTM E777),
2. Kandungan nitrogen (ASTM D3179, ASTM D3228, ASTM D3431, ASTM E148,
ASTM E258, and ASTM E778),
3. Kandungan oksigen (ASTM E385), dan
4. Kandungan sulfur (ASTM D124, ASTM D1266, ASTM D1552, ASTM D1757,
ASTM D2662, ASTM D3177, ASTM D4045 and ASTM D4294) (Speight, 2006).
Dari data yang tersedia, proporsi elemen dalam minyak bervariasi seperti tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Senyawa Minyak Bumi
Unsur
Karbon
Hidrogen
Nitrogen
Oksigen
Sulfur
Logam (Ni dan V)
(Sumber: Speight, 2006)
Kandungan
83,0-87,0%
10,0-14,0%
0,1 sampai 2,0%
0,05-1,5%
0,05-6,0%
<1000 ppm
Source
Residuum
Californi
a
Venezuela
Temperature
C
25
77
45
113
65
149
25
77
45
113
65
149
Pressure :
psi
Pressure:
atm
Pressure:
Mpa
Density,
g/cm3
API gravity
Density,
g/cm3
API gravity
Density,
g/cm3
API gravity
Density,
g/cm3
API gravity
Density,
g/cm3
API gravity
Density,
g/cm3
API
gravity
14.21
2,843
5,685
8.528
11.371
14,21
0.97
193
387
580
774
967
0.098
19.6
39.2
58.8
78.4
98.0
1.014
8.0
1.023
6.8
1.031
5.7
1.038
4.8
1.045
3.9
1.05
3.3
1.002
9.7
1.011
8.5
1.020
7.2
1.028
6.1
1.035
5.2
1.04
4.4
0.990
11.4
1.000
10.0
1.009
8.7
1.017
7.6
1.025
6.6
1.03
5.6
1.024
6.7
1.032
5.6
1.040
4.6
1.048
3.5
1.054
2.7
1.06
1.9
1.012
8.3
1.020
7.2
1.029
6.0
1.037
5.0
1.044
4.0
1.05
3.1
1.000
1.009
1.018
1.027
1.034
1.04
10.0
8.7
7.5
6.3
5.3
4.4
minyak
utama
digunakan
konstan
akan
mengalami
batas
akhir
kempampuannya.
Kandungan Logam
Heteroatom (nitrogen, oksigen, sulfur, dan logam) ditemukan di setiap minyak
mentah dan konsentrasinya harus dikurangi untuk mengkonversi minyak mentah
menjadi bahan bakar transportasi. Hal ini dikarenakan jika nitrogen dan belerang hadir
dalam bahan bakar selama pembakaran yakni Nitrogen oksida (NOx) dan Sulfur oksida
(SOx) bentuk masing-masing akan banyak menyebabkan merugikan seperti, meracuni
katalis dan menyebabkan akumulasi dalam pembakaran. Berbagai tes untuk uji
kandungan logam (ASTM D1026, D1262, D1318, D1368, D1548, D1549, D2547
D2599, D2788, D3340, D3341, D3605) (Speight, 2006).
Tabel 3. Efek Suhu pada Tegangan Permukaan dari Bitumen Athabasca
Temperature
Surface Tension
o
o
C
F
dyn/cm Mn/m
21.1
70.0
35.3
35.3
23.3
74.0
34.7
34.7
30.0
86.0
30.1
30.1
43.4
110.0
27.3
27.3
51.7
125.0
28.0
28.0
65.6
150.0
25.4
25.4
73.9
165.0
22.5
22.5
82.2
180.0
21.0
21.0
87.8
190.0
18.9
18.9
95.6
204.0
20.0
20.0
104.0
219.0
19.2
19.2
123.9
255.0
18.2
18.2
(Sumber : Speight, 2006)
II.2 SIFAT THERMAL
Volatilitas
Volatilitas gas cair atau cair dapat didefinisikan sebagai kecenderungan suatu zat
untuk menguap yaitu untuk berubah dari cair ke bentuk uap atau gas. Karena salah satu
dari tiga hal penting untuk pembakaran dalam nyala api adalah bahwa bahan bakar
dalam bentuk gas, volatilitas merupakan karakteristik primer bahan bakar cair (Speight,
2006).
Kecenderungan minyak bumi dan produknya untuk mengalami penguapan
adalah karakteristik utama dari cairan bahan bakar minyak bumi. Sebuah uji (ASTM
D6) dapat dilakukan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya kehilangan material saat
minyak mentah (crude oil) dan senyawa aspal saat dipanaskan. Uji lainnya adalah
ASTM D20 yaitu sebuah metode untuk distilasi tar yang dapat diaplikasikan untuk
memperkirakan volatilitas dari residu dengan berat molekul yang tinggi.
Informasi mengenai tahapan awal penguapan dibutuhkan untuk beberapa tujuan
dan untuk memenuhi informasi tersebut, terdapat beberapa metode yang dapat
dilakukan yaitu flash dan fire, tekanan uap, dan penguapan. Data yang didapat dari
metode distilasi juga dapat digunakan. Untuk tujuan lain, penting hal nya mengetahui
kecenderungan suatu produk untuk menguap sebagian atau seluruhnya.
Titik nyala (flash point) minyak bumi atau produk minyak bumi adalah
temperatur dimana produk harus dipanaskan dalam kondisi tertentu untuk
mengeluarkan uap yang cukup untuk membentuk campuran dengan udara yang dapat
dinyalakan sejenak oleh api yang ditentukan (ASTM D56, D92, dan D93). Sementara
titik api (fire point) adalah suhu produk yang harus dipanaskan di bawah kondisi
dengan dibakar terus menerus sampai uap dan udara bercampur (ASTM D92).
Ditinjau dari segi keselamatan, informasi tentang titik nyala diperlukan untuk
mengetahui daya ledak atau eksplosif dari suatu produk. Selain itu, titik nyala dapat
digunakan untuk mendeteksi keberadaan kontaminan.
Sebuah observasi dilakukan untuk mengetahui korelasi antara kualitas produk
minyak bumi dan kandungan hidrogennya dimana gas, kerosin, bahan bakar diesel, dan
minyak pelumas terbentuk dari hidrokarbon yang mengandung porsi besar dari
hidrogen. Sehingga, wajar jika suatu uji untuk mendeterminasi volatilitas dari minyak
bumi dan produknya adalah yang utama dilakukan.
Distilasi melibatkan prosedur umum dari penguapan cairan minyak bumi yang
sesuai pada tekanan atmosfer (ASTM D86, D216, D285, D447, dan D2892) atau
mengurangi tekanan (ASTM D1160) dan data yang dilaporkan dalam bentuk satu atau
lebih dari berikut tujuh item:
1. Titik didih awal (initial boiling point) adalah membaca termometer di leher labu
distilasi saat penurunan pertama dari distilat meninggalkan ujung tabung kondensor.
2. Suhu distilasi (distillation temperature) biasanya diamati ketika tingkat distilat
mencapai setiap tanda
3. Titik akhir atau maksimum suhu (end-point or maximum temperature) adalah
pembacaan termometer tertinggi diamati selama distilasi.
4. Titik kering (dry point) adalah termometer membaca pada saat yang labu menjadi
kering.
5. Pemulihan (recovery) adalah total volume distilat pulih sedangakan residu adalah
adalah material cair.
6. Pemulihan total (total recovery) adalah jumlah dari pemulihan cair dan residu,
kehilangan distilasi ditentukan dengan mengurangi pemulihan total dari 100%.
7. Persentase evaporasi (percentage evaporated) adalah persentase pulih pada
pembacaan termometer khusus atau distilasi suhu lainnya, atau sebaliknya. (Speight,
2006)
Liquifasi dan Solidifikasi
Minyak dan mayoritas produk minyak bumi berbentuk cairan pada suhu kamar.
Ketidakjenuhan mempengaruhi titik leleh terutama dengan perubahan yang simetri,
sehingga etana (-172 oC, -278 oF) dan etilen (-169.5 oC, -273 oF) hanya berbeda sedikit
titik lelehnya, tetapi titik leleh sikloheksana (6.2 oC, 21 oF) dan sikloheksana (-104 oC,
-155 oF) terlihat sangat kontras. Semua jenis hidrokarbon yang tidak simetris sulit untuk
mengkristal; sedangkan hidrokarbon yang asimetris bercabang alifatik serendah siklik
oktan dan hidrokarbon terdiri dari sebagian besar fraksi pelumas dari minyak bumi
mengkristal perlahan-lahan dan pada pendinginan hanya mengambil bentuk seperti
gelas padat (Speight, 2006).
Residu Carbon
Produk minyak bumi adalah campuran dari banyak senyawa yang berbeda
dalam sifat fisik dan kimianya. Beberapa dari mereka mungkin akan menguap karena
tidak adanya udara pada tekanan atmosfer tanpa meninggalkan residu yang cukup.
Senyawa nonvolatile lainnya meninggalkan residu karbon ketika destruktif disuling
dalam kondisi seperti itu. Residu ini dikenal sebagai residu karbon saat ditentukan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Residu karbon adalah properti yang
dapat dikorelasikan dengan beberapa properti dari minyak bumi (Speight, 2000).
Nilai-nilai yang sangat kecil dari residu karbon diperoleh dengan metode
Conradson dan Ramsbottom bila diterapkan pada minyak distilat ringan bahan bakar,
adalah kebiasaan untuk menyaring produk-produk tersebut untuk minyak residu 10%
dan menentukan residu karbon daripadanya. Nilai-nilai tersebut dapat digunakan secara
langsung dalam membandingkan bahan bakar minyak, asalkan itu tetap diingat bahwa
nilai-nilai adalah bahwa untuk minyak residu dan tidak dapat dibandingkan dengan
residu karbon dari bahan baku keseluruhan.
Ada dua metode yang lebih tua untuk menentukan residu karbon dari minyak
bumi atau petroleum produk: metode Conradson (ASTM D189) dan metode
Ramsbottom (ASTM D524). Keduanya berlaku untuk bagian yang relatif nonvolatile
produk minyak bumi dan minyak bumi, yang sebagian membusuk ketika disuling pada
tekanan 1 atmosfer. Metode ketiga, melibatkan micropyrolysis sampel, juga tersedia
sebagai metode uji standar (ASTM D4530). Metode ini memerlukan jumlah sampel
yang lebih kecil dan pada awalnya dikembangkan sebagai metode termogravimetri.
Residu karbon yang dihasilkan oleh metode ini sering disebut sebagai residu
microcarbon (MCR) (Long dan Speight, 1989).
Titik Anilin
Titik anilin cairan pada awalnya didefinisikan sebagai titik kritis dua cairan,
artinya ketika temperatur minimum masih dalam bentuk alaminya. Nilai ini lebih
mudah diukur daripada nilai asli dan hanya beberapa persepuluh derajat lebih rendah
untuk sebagian besar zat. Untuk pengujian menggunakan (ASTM D611), titik anilin
adalah nilai yang cukup besar dalam karakterisasi produk minyak bumi (Speight,
2006).
Panas Spesifik
Panas spesifik yang didefinisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk
menaikkan suhu 1 g zat sebesar 1 0C (ASTM D2766).
Panas spesifik dari minyak petroleum dapat dimodelkan sebagai berikut:
C = 1/d (0.388 + 0.00045t)
C adalah panas spesifik pada toF dari minyak yang mempunyai gravitasi spesifik
60/60oF nya d. Panas spesifik meningkat seiring dengan suhu dan dengan turunnya
gravitasi spesifik (Speight, 2006).
Panas Laten
Ada dua sifat yang mewakili transformasi fase: panas laten peleburan dan panas
laten penguapan. Panas laten peleburan didefinisikan sebagai jumlah panas diperlukan
untuk mengubah satuan berat dari padat menjadi cair tanpa ada perubahan suhu. Untuk
hidrokarbon, panas laten peleburan sekitar 15 kal/ g untuk metana, meningkat menjadi
40 kal/ g untuk oktan, kemudian secara bertahap mendekati nilai limit dari 55 kal/ g.
Parafin bercabang biasanya memiliki panas laten yang lebih rendah dari fusi daripada
isomer normal; lilin parafin memiliki panas laten fusi dalam kisaran 50 sampai 60 kal/
g (Speight, 2006).
Panas laten penguapan didefinisikan sebagai jumlah panas yang dibutuhkan
untuk menguapkan unit berat cair pada titik didih atmosfernya. Panas laten penguapan
pada titik didih atmosfernya umumnya meningkat seiring peningkatan berat
molekulnya dan untuk parafin normal, umumnya menurun dengan meningkatnya suhu
dan tekanan (Speight, 2006).
Entalphi
Enthalpi merupakan energi panas yang diperlukan untuk membawa sistem dari
keadaan standar ke sistem yang diinginkan. Suhu referensi biasa adalah 0 oC (32 oF).
Data Entalpi mudah diperoleh dari data panas spesifik dengan integrasi grafis atau
dengan persamaan empiris yang diberikan untuk panas spesifik cukup akurat dari
persamaan, (Speight, 2006):
H = 1/ d (0.388 + 0.000225t2 12.65)
Konduktivitas Thermal
Konduktivitas thermal (K) diberikan persamaan sebagai berikut:
K = 0.28 / d (l 0.00054) x 10-3
di mana d adalah spesifik gravitasi. Nilai untuk lilin parafin padat yaitu sekitar
mendekati 0,00056 tergantung dari tipe lilin dan suhu (Speight, 2006).
Hubungan Tekanan-Volume-Temperatur
Uap hidrokarbon seperti gas lainnya mengikuti hukum gas ideal (PV RT)
hanya pada tekanan yang relatif rendah dan suhu tinggi yaitu jauh dari kondisi kritis.
Beberapa persamaan yang lebih empiris telah diusulkan untuk mewakili hukum gas
lebih akurat, seperti persamaan van der Waals, tetapi itu baik untuk perhitungan atau
diperlukan untuk penentuan eksperimental beberapa konstanta. Sebuah perangkat yang
lebih berguna adalah dengan menggunakan hukum gas sederhana dan untuk mendorong
koreksi, disebut faktor kompresibilitas, , sehingga persamaan mengambil bentuk:
PV = RT
Untuk hidrokarbon, faktor kompresibilitas hampir satu-satunya fungsi dari
variabel dari beberapa kondisi yaitu fungsi dari tekanan dan temperatur dibagi dengan
nilai kritis masing-masing. Metode faktor kompresibilitas berfungsi sangat baik untuk
senyawa murni tetapi dapat menjadi ambigu untuk campuran, karena konstanta penting
memiliki arti yang sedikit berbeda (Speight, 2006).
Panas Pembakaran
Panas pembakaran (
reaktan. Pada volume yang konstan maka panas pembakaran dari produk minyak Bumi
dapat diperkirakan dengan rumus:
di mana d adalah 60 / 60oF berat jenis. Deviasi umumnya kurang dari 1%, meskipun
banyak minyak mentah aromatik menunjukkan nilai yang jauh lebih tinggi, rentang
untuk minyak mentah adalah 10.000 sampai 11.600 kal/g dan panas pembakaran
minyak berat dan bitumen tar jauh lebih tinggi. Untuk bensin, panas pembakarannya
adalah
11.000
sampai
11.500
kal/g
dan
minyak
tanah
(dan
minyak diesel) itu rendah dalam kisaran 10.500 sampai 11.200 kal/g. Jadi, panas
pembakaran bahan bakar minyak adalah berkisar dari 9500 sampai 11.200 kal/g.
Sifat Kritis
Temperatur, tekanan, dan volume pada titik kritis itu sangat penting di dalam
minyak bumi, khususnya yang berhubungan dengan tekanan tinggi, temperatur tinggi,
pada pengoprasian sebuah kilang dan dalam hubungan antar tekanan, suhu, dan volume
untuk beberapa kondisi. Data kritis diketahui untuk molekul hidrokarbon murni dengan
berat yang sangat rendah. Dan metode standar yang umumnya digunakan biasanya
untuk menyelesaikan suatu perhitungan. Titik kritis dari campuran murni adalah sebuah
persamaan pada phase gas cair yang takdapat dibedakan dan selalu bersama sama
(Speight, 2006).
II.3 SIFAT ELEKTRIKAL
Konduktivitas
Konduktivitas elektrik dari hidrokarbon cukup kecil. Sebagai contoh, hidrokarbon
normal (Hexana keatas) mempunyai konduktivitas elektrik lebih kecil daripada 10-16
ohm/cm; benzene sendiri memiliki konduktivitas elektrik 4,4 x 10 -17 ohm/cm sedangkan
sikloheksana memiliki konduktivitas elektrik 7 x 10 -18 ohm/cm. Dari data diatas, dapat
Sementara itu, menurut teori AC, power factor merupakan cosinus dari sudut
fase antara tegangan dan arus di mana bentuk gelombang sinus benar-benar ada untuk
keduanya, hal ini bertambah dalam pengunaan suhu. Ketika bahan isolasi berfungsi
sebagai dielektrik dari kondensor, faktor daya listrik adalah sifat intrinsik dari
dielektrik. Untuk peralatan listrik praktis, daya rendah faktor isolasi tentu saja akan
selalu diinginkan, minyak bumi umumnya sangat baik dalam hal ini, memiliki nilainilai urutan 0,0005, dibandingkan dengan kuarsa leburan dan resin polistirena (Speight,
2006).
Elektrifikasi Statis
Dielektrik cairan nafta sangat ringan dan dapat memperoleh listrik statis tinggi
yang mengalir melalui atau disemprotkan dari pipa logam. Efek yang ditimbulkan yaitu
tersebarnya kontaminan secara koloidal, seperti produk oksidasi yang dapat
dihilangkan dengan penyaringan drastis atau adsorpsi. Kelembaban yang tinggi di
sekitar atmosfer sangat membantu dalam menurunkan listrik statis, dan bahan
radioaktif yang telah digunakan untuk mendorong pembuangan ke tanah. Berbagai
aditif telah ditemukan yang dapat meningkatkan konduktivitas minyak bumi, sehingga
menurunkan tingkat elektrifikasi. Garam kromium dari asam salisilat dan garam
teralkilasi lainnya seperti asam sulfosuccinic teralkilasi bekerja dalam konsentrasi
rendah berkisar 0,005% (Speight, 2006).
sama terlepas dari molekul berat badan, sedangkan aromatik jauh lebih tinggi dan
hidrokarbon alifatik jenuh adalah intermediate.
Pembiasan spesifik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
jumlah berdasarkan rumus :
n-1/(n2+2)d = C
dimana n adalah indeks bias, d adalah berat jenis, dan C adalah suhu konstan (Speight,
2006)
Aktivitas Optik
Bila seberkas cahaya terpolarisasi diteruskan melalui jenis kristal tertentu dan
cairan tertentu, maka arah getar cahaya terpolarisasi yang keluar tidak akan sama
dengan arah awalnya. Fenomena inilah yang disebut pemutaran bidang getar/polarisasi.
Sedangkan zat yang memperlihatkan efek ini disebut zat optik aktif. Ada dua macam
fenomena pemutaran zat optik aktif, yaitu efek yang memutar bidang polarisasi
kekanan, dilihat secara horisontal berkas yang bergerak maju, efek ini disebut pemutar
kanan (dextrorotatory) dengan simbol d, dan yang memutar bidang polarisasi kekiri
disebut pemutar kiri (levorotatory) dengan simbol l. Aktivitas optik bisa terjadi karena
ketidaksimetrisan molekul zat, atau karena sifat kristal secara keseluruhan (Speight,
2006).
Rumus Faraday Effect:
= Bd
= sudut rotasi (radian)
B= kerapatan fluks magnet (Tesla)
= konstanta verdet (rad/ Tesla meter)
D= jarak yang ditempuh cahaya (meter)
II.5 METODE ANALISA SPEKTROKOPIS
Metode ini dapat digunakan untuk menentukan
1.
2.
3.
4.
Spektrokopis Infrared
Spektroskopi inframerah konvensional menghasilkan informasi tentang fitur
fungsional berbagai konstituen minyak. Misalnya, spektroskopi inframerah akan
membantu dalam identifikasi fungsi N-H dan O-H, sifat rantai polimetilena, C-H outof-tempat lentur frekuensi, dan sifat dari setiap sistem aromatik polynuclear (Yen,
1973).
Dengan perkembangan terbaru dari Fourier Transform Infrared (FTIR)
Spectroscopy, kuantitatif perkiraan berbagai kelompok fungsional juga bisa dibuat. Hal
ini sangat penting untuk aplikasi konstituen berat molekul tinggi padat minyak bumi
(yaitu fraksi asphaltene). Hal ini juga memungkinkan untuk memperoleh parameter
struktural dari data spektroskopi inframerah seperti: (1) hidrogen jenuh rasio karbon
jenuh, (2) karakter parafin, (3) karakter naftenat, (4) kelompok metil, dan (5) panjang
rantai parafin (Speight, 2006).
Resonansi Nuklear Magnet
Resonansi nuklir magnetik pada minyak bumi telah dipelajari baik secara umum
maupun struturalnya sekarang ini (Bouquet and Bailleul, 1982; Hasan et al.,1989).
Analisa pertama pada era modern ini diawali dengan mempelajari Resonansi Proton
Magnetik yang menemukan terdapat sistem polinuklir yang aromatik pada unsur
petroleum dengan berat molekul tinggi. Pada umunya, tipe proton pada fraksi minyak
bumi dapat dibagi menjadi tiga tipe (Brown and Ladner, 1960) atau menjadi 5 tipe (Yen
and Erdman, 1962).
Pembagian tiga tiper menurut Brown dan Ladner:
1. Cincin hidrogen aromatik
2. Hidrogen alifatik yang dekat dengan cincin aromatik
3. Hidrogen alifatik yang jauh dengan cincin aromatik
Sedangkan Yen dan Erdman membaginya menjadi 5 jenis, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Hidrogen aromatik
Hidrogen yang disubstitusikan pada cincin aromatik
Hidrogen naphtenik
Hidrogen metilen
Metil hidrogen terminal yang jauh dari cincin aromatik
Namun, harus diingat bahwa struktur karbon yang didapat dari spectra proton
adalah turunan inferensi dan harus diketahui pula bahwa proton pada posisi periferal
dapat dikaburkan oleh interaksi intermolekul. Sehingga dapat menyebabkan error
pada rasio yang akan mempengaruhi hasil kalkulasi (Ebert et al., 1987; Ebert, 1990)
Namun, proton pada periferal dapat menghalangi interaksi intermolekular
yang dapat menyebabkan kesalahan kalkulasi. Resonansi magnetik pada karbon 13
sangat penting karena mepengaruhi jenis analisa distribusi karbonnya, yang berguna
untuk mengetahui struktur aromatisnya (Snape et al, 1979)
Spektrokopis Massa
Spektrometri massa, tidak seperti metoda spektroskopi yang lain, tidak
melibatkan interaksi antara radiasi ektromagnetik dan materi. Spektrometer massa
adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk menentukan struktur kimia dari
molekul organik berdasarkan perhitungan massa dari molekul tersebut serta pola
fragmentasinya.
Dalam spektrometri massa, molekul sampel dalam fase uap dibombardir dengan
elektron berenergi tinggi (70 eV) yang menyebabkan lepasnya satu elektron dari kulit
valensi molekul tersebut.
Molekul yang kehilangan satu electron akan menjadi suatu kation radikal
(M) + e(M+.) + 2eKation radikal tersebut mengandung semua atom-atom dari molekul asal, minus
satu elektron, dan disebut ion molekul /molecular ion, dan dinyatakan dengan M+.
Sebagai hasil dari tabrakan dengan elektron berenergi tinggi, ion molekul akan
mempunyai energi yang tinggi dan dapat pecah menjadi fragmen yang lebih kecil
(kation, radikal atau molekul netral).
M+.
m1+ + m.2 atau M+.
m1+. + m2
Ion molekul, ion fragmen dan ion radikal fragmen dipisahkan menggunakan
medan magnet sesuai dengan perbandingan massa/ muatannya (m/z), dan menghasilkan
arus listrik (arus ion) pada kolektor/detektor yang sebanding dengan kelimpahan
relatifnya. Fragmen dengan m/z yang besar akan turun terlebih dahulu diikuti fragmen
dengan m/z yang lebih kecil.
Partikel netral (yang tak bermuatan) yang dihasilkan dalam fragmentasi tidak
terdeteksi secara langsung dalam spektrometer massa.
yang
diperlukan
sedikit.
Kemampuan
spektrometrometri
untuk
serta
untuk
memprediksi
jenis
produk.
Dengan demikian,
tidaklah
dari teknik ini meliputi membandingkan keunggulan dengan data distilasi lain dengan
ASTM serta aplikasi untuk fraksi didih lebih tinggi dari minyak bumi (Speight, 2002).
Perkembangan distilasi tersimulasi sebagai prosedur biasadimungkinkan untuk
perkembang
secara
besar-besaran
sebagai
alat
kromatografi
gas
(seperti
industri perminyakan, harus menggunakan banyak data tentang struktur kimia dari
fraksi agar dapat memperoleh data pemisahan.
Sebuah skema pemisahan yang ideal harus terintegrasi untuk analisis konstituen
heteroatomik karena itu harus memenuhi beberapa kriteria:
a. Jenis berbagai senyawa harus terkonsentrasi dalam jumlah yang wajar fraksi
diskrit, dan setiap fraksi harus mengandung jenis tertentu dari senyawa
heteroatomik. Pada senyawa yang terdiri dari banyak komponen, senyawa
hidrokarbon dan senyawa belerang harus dipisahkan karena kemungkinan kedua
senyawa tersebut merupakan menpunyai komposisi yang besar dalam sampel.
b. Pemisahan harus dapat direproduksi sejauh hasil yang diperoleh dari berbagai
fraksi dan distribusi jenis senyawa antara fraksi harus konstan dalam untuk
mengurangi kesalahan percobaan.
c. Skema pemisahan harus berlaku untuk penyulingan suhu tinggi dan bahan baku
berat seperti residu sejak komponen heteroatomik sering mendominasi dalam
bahan baku.
d. Prosedur pemisahan harus relatif mudah dan sederhana
e. Akhirnya, prosedur pemisahan secara keseluruhan harus menguntungkan (yield
tinggi), tidak ada sampel yang hilang dalam adsorben, dan hindari perubahan
kimia pada sampel.
Group tipe analisis dengan menggunakan chromatografi adsorpsi harus aplikatif
untuk beberapa varietas dari minyak bumi dan produknya. Jenis analisis sering
disingkat dengan nama Pona (parafin, olefin, naphthenes, dan aromatik), PIONA
(parafin, isoparafin, olefin, naphthenes, dan aromatik), PNA (parafin, naphthenes, dan
aromatik), PINA (parafin, iso-parafin, naphthenes, dan aromatik), atau SARA (jenuh,
aromatik, resin, dan asphaltenes) (Speight, 2006).
Kromatografi Tampilan Gel
Ada dua teknik tambahan yang lebih modern dalam metode analisa
kromatografi yaitu Kromatografi Filtrasi Gel (GFC) dan Kromatografi Permeasi Gel
(GPC).
Kromatografi Filtrasi Gel (GFC), telah berhasil digunakan untuk aplikasi untuk
sistem pengolahan air oleh ahli biokimia selama lebih dari tiga dekade. Teknik ini
dikembangkan dengan menggunakan soft dan cross-linked dekstran. Sedangkan,
Kromatografi Permeasi Gel (GPC), menggunakan semi-rigid dan cross-linked
polistiren. Dalam kedua teknik tersebut, kemasan partikel mengembang dalam pelarut
penambahan larutan dengan pH dan kekuatan ionik tertentu. Pemisahan dengan metode
ini sangat selektif dan karena biaya untuk menjalankan metode ini murah serta
kapasitasnya tinggi, maka metode ini biasa digunakan pada awal proses keseluruhan
(Carrier et al., 1997).
HPLC
HPLC (High-Performance Liquid Chromatography) merupakan salah metode
paling modern dalam analisa suatu senyawa khususnya senyawa hidrokarbon. Dalam
fase normal, HPLC digunakan secara skala besar untuk memisahkan berbagai
kelompok hidrokarbon dan mengidentifikasi tipe konstituen secara spesifik (Colin dan
Vion, 1983; Miller et al, 1983;. Chartier et al, 1986).
Namun, kelemahan mendasar HPLC dalam menganalisa jenis gugus
hidrokarbon yaitu sulit dalam memperoleh faktor respon yang akurat berlaku untuk
produk distilat yang berbeda. Akurasi tersebut dapat dikompromikan ketika faktor
respon digunakan untuk menganalisis bahan hydrotreated dan hydrocracked memiliki
yang rentang titik didih yang sama. Bahkan, perubahan distribusi hidrokarbon yang
signifikan dapat menyesatkan hasil analisa. Hal ini
menanggapi respon analisa dengan nomor karbon yang ditampilkan oleh detektor
HPLC secara rutin digunakan (Drushel, 1983).
Secara umum, jumlah informasi yang diperoleh dari setiap pemisahan dengan
metode kromatografi dapat efektif, tergantung pada detektor yang dipasang pada HPLC
(Hayes dan Anderson, 1987).
Keuntungan umum dari metode analisa HPLC adalah: (1) masing-masing
sampel yang diterima dianalisa, (2) rentang titik didih sampel pada umumnya
immaterial, (3) waktu total per analisis biasanya dari urutan menit, dan (4) metode
dapat diadaptasi untuk analisa on-stream (Speight, 2006).
Kromatografi Fluida Superkritis
Sebuah fluida superkritis didefinisikan sebagai suatu zat di atas suhu kritis yang
memiliki sifat tidak biasanya yang ditemukan pada suhu dan tekanan standar.
Penggunaan fluida superkritis di bawah kondisi dapat memberikan kemampuan
ekstraksi cairan yang memungkinkan kesempatan untuk meningkatkan pemulihan zat
terlarut (Speight, 2006).
Untuk uji kromatografi fluida superkritis digunakan pelarut. Sifat-sifat pelarut
yang paling relevan untuk kromatografi fluida superkritis adalah temperatur kritis,
polaritas, dan setiap solut-pelarut tertentu terdapat interaksi antarmolekul (seperti ikatan
BAB III
PENUTUP
Minyak bumi merupakan hidrokarbon yang terbentuk dari sisa-sisa makhluk hidup
selama jutaan tahun. Pemeriksaan minyak bumi meliputi pemeriksaan inspeksi dan
pemeriksaan komprehensif, kedua metode tersebut ditujukan untuk menganalisa
minyak bumi dengan mengutamakan aspek-aspek analisa seperti sifat fisika, sifat
thermal, sifat elektrikal, sifat optik, metode analisa spektrokopis, dan metode
kromatografi.
Pemeriksaan inspeksi melibatkan penentuan beberapa sifat kunci minyak bumi
(misalnya, derajad API, kandungan sulfur, titik tuang, dan kisaran distilasi). Sedangkan,
pemeriksaan komprehensif memang lebih kompleks. Sebuah uji minyak bumi secara
menyeluruh melibatkan antara lain: (1) hasil residu karbon, (2) densitas (berat jenis),
(3) kandungan sulfur, (4) profil destilasi (volatilitas), (5) konstituen logam, (6)
viskositas, dan (7) titik tuang, serta berbagai tes yang dilakukan untuk memahami sifat
dan perilaku minyak mentah.
DAFTAR PUSTAKA
Bouquet, M. And Bailleul, A. 1982. Petroanalysis81. Advances in Analytical
Chemistry in the petroleum Industry 1975-1982. Crump, G.B. ed/ John Wiley
&Sons, Chichester, UK.
Brown, J.K. and Ladner, W.R. 1960. Fuel 39:87
Butler, R.D. 1979. Chromatography in Petroleum Analysis. Altgelt, K.H. and Gouw,
T.H. eds., Marcel Dekker, New York.
Carbognani, L. 1997. J. Chromatogr. A. 788: 6373.
Carrier, R., Bordanaro, J., and Yip, K. 1997. Ion Exchange Chromatography.
Chartier, P., Gareil, P., Caude, M., Rosset, R., Neff, B., Bourgognon, H.F., and Husson,
J.F. 1986. J. Chromatogr. 357: 381.
Colin, J.M. and Vion, G. 1983. J. Chromatogr. 280: 152.
DeBruine, W. and Ellison, R.J. 1973. J. Petrol. Inst. 59: 146.
Drushel, H.V. 1983. J. Chromatogr. Sci. 21: 375.
Ebert, L.B. 1990. Fuel Sci. Technol. Intl. 8:563.
Ebert, L.B., Mills, D.R., and Scanlon, J.C. 1987. Preprints. Div. Petrol. Chem. Am.
Chem. Soc. 32(2):419.
Gomez, J.V. 1987. Oil Gas J. (December 7): 68.
Green, L.E.1976. Hydrocarbon Process. 55(5) : 205
Green, L.E., Schmauch, L.J., and Worman, J.C. 1964. Anal. Chem. 36: 1512.
Jari
Minyak
http://haska.org/2012/08/04/teknik-analisis-sidik-jari-minyak-bumi/.
Bumi,.
Diakses
Thomas, K.P., Barbour, R.V., Branthaver, J.F., and Dorrence, S.M. 1983. Fuel 62: 438.
Thomas, K.P., Harnsberger, P.M., and Guffey, F.D. 1987. Report No. OE=MC=11076
2451. United States Department of Energy, Washington, DC.
Vercier, P. and Mouton, M. 1979. Oil Gas J. 77(38): 121.
Yen, T.F. 1973. Fuel 52: 93.