Anda di halaman 1dari 4

Resisitor adalah komponen yang dirancang untuk memiliki tahanan yang

diketahui. Resistor ini berfungsi sebagai penghambat arus listrik. Kemampuan


menghambat arus yang dimiliki sebuah resistor ditunjukkan dengan nilai
hambatan atau resistansinya. Untuk tegangan tetap yang melalui resistor, arus
yang melalui resistor adalah tetap. Semakin besar tahanan resistor, semakin
kecil arus yang mengalir. (Swadidik, 2009)
Satuan hambatan adalah ohm (simbol ) yaitu jumlah hambatan antara dua
titik dalam sebuah rangkaian ketika tegangan antara kedua titik adalah 1 volt
dan arus 1 ampere. (Swadidik, 2009)
Secara umum, rangakain hambatan terbagi menjadi dua bagian, yaitu
rangakaian hambatan seri dan rangakaian hambatan paralel.
Jika n resistor yang besar hambatannya masing-masing R1, R2, , Rn,
dihubungkan seri maka dapat digantikan oleh sebuah resistor yang nilai
hambatannya:
Rp = R1 + R2 + + Rn
Rumus diatas menunjukkan bahwa pada rangkaian hambatan seri, besar
hambatan pengganti selalu lebih besar daripada besar masing-masing hambatan
asal. Hambatan pengganti ini lebih besar karena electron yang mengalir harus
melewati hambatan oleh atom-atom di resistor 1, 2, 3, , n, secara berturutturut. (Surya, 2010)
Kekurangan dari susunan seri adalah ketika satu resistor rusak, rangkaian
menjadi terbuka dan tidak ada arus yang mengalir lagi sehingga resistor yang
lain tidak berfungsi sebagaimana mestinya. (Surya, 2010)
Pada hubungan paralel, besar hambatan pengganti selalu lebih kecil
daripada masing-masing besar hambatan asalnya. Hal ini dikarenakan
penambahan resistor secara paralel berarti penambahan jalur di mana electronelektron bergerak. Penambahan jalur ini mempermudah gerakan electronelektron dari kutub negative ke kutub positif baterai (hambatan lebih kecil).
(Surya, 2010)

Untuk menghasilkan arus listrik di perlukan teganagn listrik. Hasil


eksperimen George Simon Ohm (1787-1854) menunjukkan bahwa arus listrik
yang mengalir pada suatu kawat penghantar sebanding dengan beda
potensial yang diberikan pada ujung-ujung penghantar itu. Artinya, jika beda
potensial diperbesar, arus yang mengalir juga semakin besar. Sebaliknya, jika
beda potensial diperkecil, arus yang mengalir juga semakin kecil.
Besar arus listrik pada rangkaian dipengaruhi oleh besar hambatan. Untuk
nilai tegangan tertentu, semakin besar hambatan, semakin kecil arus yang
mengalir. Artinya kuat arus (I) berbanding terbalik dengan besar hambatan (R).
(Purwoko, 2012)
Dari percobaan tersebut, Ohm memperoleh kesimpulan yang dikenal
sebagai Hukum Ohm, yang menyatakan bahwa:
besar arus dalam suatu penghantar sebanding dengan tegangan (beda
potensial) dan berbanding terbalik dengan hambatannya.
Secara matematis, Hukum Ohm dapat dirumuskan dengan:
Keterangan: I = Kuat arus (Ampere)
V = Beda potensial (Volt)
R = Hambatan (Ohm)
Kuat arus yang mengalir pada suatu konduktor (misalnya filament pada
bolham) diukur dengan menghubungkan secara seri konduktor tersebut dengan
alat pengukur arus (amperemeter). (Surya, 2010)
Pada pengukuran arus searah, kutub positif amperemeter dihubungkan
dengan kutub positif sumber tegangan dan kutub negative amperemeter
dihubungkan dengan kutup negative sumber tegangan, tidak boleh terbalik.
(Fendi, 2009)
Tegangan (beda potensial) antara ujung-ujung konduktor (filament lampu)
diukur dengan menghubungkan secara paralel konduktor ini dengan alat
pengukur tegangan (voltmeter). (Surya, 2010)

Sekarang ini umumnya amperemeter dan voltmeter disatukan dalam satu


alat yang dinamakan multimeter. Dengan memutar switch kita dapat mengubah
fungsi multimeter ini dari amperemeter menjadi voltmeter atau sebaliknya.
(Surya, 2010)
Amperemeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat
arus listrik. Pemakaian alat ukur ini dihubungkan ke dalam rangkaian sehingga
terhubung seri dengan komponen yang akan dihitung kuat arusnya. Voltmeter
merupakan alat ukur beda potensial antara 2 titik. Pemakaian alat voltmeter
dipasang paralel dengan komponen yang akan diukur beda potensialnya
(Sunaryono, 2010).
Arus listrik (I) yang mengalir melalui resistor (R) akan menyebabkan daya yang
dikiim baterai hilang dalam bentuk panas ini disebut daya disipasi (Soeprijanto,
2012).

DAFTAR PUSTAKA
Fendi. 2009. Fisika dasar seri listrik magnet dan termofisika listrik. Bandung:
ITB
Purwoko. 2012. Mesin dan Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga
Soeprijanto, T. 2012. Fisika SMA / MA Kelas X Semester 1. Malang :
Universitas Negeri
Malang.
Sunaryono dan Ahmad Taufiq. 2010. Super Tips dan Trik Fisika SMA. Jakarta :
KAWAHmedia.

Surya. 2010. Fisika Universitas Edisi 10 Jilid 2. Jakarta: Erlangga


Swadidik. 2009. Fisika Untuk Sains dan teknik Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai