Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara
khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini
bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya misalnya dengan
pewarnaan Gram. Namun sekali diberi warna oleh pewarnaan Gram, maka warna tersebut
tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka Mycobacteria disebut sebagai
Basil Tahan Asam (BTA). Pada dinding sel Mycobacteria, lemak berhubungan dengan
arabinogalaktan dan peptidoglikan dibawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas
dinding sel sehingga mengurangi efektivitas terhadap antibiotik. Lipoarabinomannan suatu
molekul lain dalam dinding sel Mycobacteria berperan dalam interaksi antara inang dan
patogen menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag (Saptawati
dkk, 2012).
Pada tahun 1992, WHO telah mencanangkan TB sebagai global emergency.
Tuberkulosis saat ini banyak menyerang usia produktif dan meningkatkan angka kematian
terutama di negara berkembang. Pada tahun 2010 dilaporkan insidens TB didunia sebesar 8,8
juta (8,59,2 juta), 1,1 juta (0,91,2 juta) kematian akibat TB dengan HIV negatif ditambah
0,35 juta (0,320,39 juta) penderita TB dengan HIV positif. Tahun 2009 dilaporkan terjadi
2,4 juta kasus baru (3,3 juta perempuan), 133 kasus/100.000 populasi dengan penderita HIV
sebesar 1,1 juta jiwa. kematian akibat infeki TB sebesar 1,7 juta jiwa (380.000 perempuan),
termasuk 380.000 penderita HIV, sesuai dengan 4700 kematian pertahun dan menjadi
penyebab kematian urutan ketiga pada perempuan usia 15-44 tahun. Delapan puluh persen
kasus TB aktif yang ditemukan di 22 negara berkembang sebagian besar dari mereka di Asia
(dengan 55% kasus di dunia) dan Afrika (30%) (Saptawati dkk, 2012).
Data dari World Health Statistics 2013 menunjukkan tingginya angka prevalensi
tuberkulosis per 100.000 penduduk di beberapa negara ASEAN dan SEAR. Tiga negara
dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi di ASEAN adalah Kamboja dengan 817 per 100.000
penduduk, Laos dengan 540 per 100.0000 penduduk, dan Myanmar dengan 506 per 100.000.
Singapura merupakan negara dengan prevalensi tuberkulosis terendah yaitu sebesar 46 per
100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2013).
Sedangkan Indonesia berada di posisi keenam untuk prevalensi tuberkulosis dengan
281 per 100.000 penduduk. Tingkat prevalensi penderita TB di Indonesia diperkirakan
sebesar 289 per 100 ribu penduduk dan insidensi sebesar 189 per 100 ribu penduduk. Bahkan
27 dari 1.000 penduduk terancam meninggal (Kemenkes RI, 2013).
Sulawesi Tengah merupakan provinsi yang sebagian masyarakatnya mempunyai mata
pencaharian sebagai penambang, pusat pertambangan di Sulawesi Tengah terletak di
kelurahan Poboya Palu Timur. Masyarakat penambang cukup sulit untuk mendapatkan
penghasilan sambil melindungi kesehatan mereka, sehingga resiko untuk terpapar oleh
penyakit infeksi dapat terjadi setiap saat (Ria, Gulli dan Alwi, 2013).
Prevalensi TB paru di Sulawesi Tengah berdasarkan diagnosis TB yaitu sebesar
0,2%, gejala batuk lebih dari 2 minggu 4,9% dan batuk disertai darah yaitu 3,7% (Riskesdas,

2013). Di kota Palu angka penemuan penderita (CDR) TB paru menurun bermakna pada
tahun 2006 dan 2007 (34,9% dan 33,8). Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya
pemeriksaan sputum (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan uraian diatas yang melatarbelakangi praktikum Pemeriksaan Sputum
adalah mengetahui cara pewarnaan BTA dan mengetahui apakah terjadi infeksi penyakit TB
pada sputum yang digunakan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui teknik pewarnaan Basil Tahan Asam (BTA).
2. Untuk mengamati Mycobacterium tuberculose (jika ada) dan mengetahui tingkat infeksi dari
sputum.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu setelah melakukan praktikum ini kita dapat
mengetahui Basil Tahan Asam (BTA), dan dapat mengamati adanya baktei Mycobacterium
tuberculose dan mengetahui tingkat infeksi dari sputum, serta dapat melakukan pencegahan
bakteri terhadap infeksi bakteri pada sputum.
Untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat yang berperan dalam bidang preventif dan
promotif dapat memiliki dasar mengenai bakteri maupun tingkat infeksi dari sputum,
sehingga dapat terciptanya hidup sehat dan bersih, serta memberikan edukasi kepada
masyarakat mengenai penyakit TB sebelum masyarakat terinfeksi atau mengidap penyakit
TB, dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian BTA (Basil Tahan Asam)
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal
sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan bias, teapi harus dengan pewarnaan
tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA) karena dapat
mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Golongan
bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya adalah Mycobakterium
tubercolosis (Santa, dkk, 2009).
Pewarnaan dengan metode ZN (Ziel Neelsen) dilakukan sebelum dan sesudah
dekontaminasi sputum. Dekontaminasi dilakukan dengan metode NALC-NAOH
(Mycoprep) dan disentrifus dengan kecepatan minimal 2000xg selama 20 menit. Spesimen
didiamkan beberapa saat, kemudian supernatan dibuang. Sedimen ditambah dengan 15
ml FASTPlaqueTB (FPTB) MediumTM Plus dan disentrifus dengan kecepatan minimal
2000xg selama 20 menit. Spesimen didiamkan beberapa saat, kemudian supernatan dibuang
(sisakan sekitar 0,51 ml). Setelah itu ditambahkan 1 ml FPTB MediumTM Plus. Selanjutnya
spesimen diambil 1 ose dan dilakukan pembuatan preparat untuk pemeriksaan mikroskopis
(Saptawati dkk, 2012).
Bakteri Gram Positif
Basil gram positif yang tidak memebentuk spora merupakan kumpulan macammacam bakteri. Taksonomi dari basil gram positif yang tidak membentuk spora perubahan
besar. Speies dan bahkan jenis penggolongan yang lama diklasifikasi ulang dan telah
ditemukan spesies dan genus lain. Hal ini berkat penelitian yang menggunakan hubungan
DNA dan 16S RNA (Santa, dkk, 2009).).
Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negatif jarang menyebabakan penyakit pada manusia Bakteri Gram
negatif adalah bakteri yang dinding selnya menyerap warna merah, dan memiliki lapisan
peptidoglikan yang tipis. Lapisan peptidoglikan pada bakteri Gram negatif terletak di ruang
periplasmik antara membran plasma dengan membran luar. Contoh bakteri Gram negatif,
yaitu Azotobacter, Rhizobium leguminosarum, Neisseria gonorrhoeae, Haemophilus
influenzae, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, dan Helicobacter pylori. Bakteri
Gram negatif yang bersifat patogen lebih berbahaya daripada bakteri Gram positif, karena
membran luar pada dinding selnya dapat melindungi bakteri dan sistem pertahanan inang dan
menghalangi masuknya obat-obatan antibiotik. Senyawa lipopolisakarida pada membran luar
bakteri Gram negatif dapat bersifat toksik (racun) bagi inang (Sridianti, 2014).
b. Penyakit TBC
Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis.Infeksi besifat sistemik sehingga dapat mengenai semua organ
dengan paru sebagai lokal infeksi primer (Pasek, Suryani, Murdani,2013).

Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi paling umum di dunia, dengan
perkiraan sepertiga populasi terinfeksi dan 2,5 juta orang meninggal setiap tahun.
Insidensinya yang menurun telah berbalik, dengan peningkatan di negara berkembang dan
negara maju sejak pertengahan 1980-an (Mandal, dkk., 2008).
SKRT tahun 1992 menunjukkan jumlah penderita penyakit tuberkulosis semakin
meningkat dan menyebabkan kematian terbanyak yaitu pada urutan kedua. Prevalensi
penyakit pada akhir pelita IV sebesar 2,5%. Pada tahun 1999 di Jawa Tengah, penyakit
tuberkulosis menduduki urutan ke-6 dari 10 penyakit rawat jalan di rumah sakit, sedangkan
menurut SURKESNAS 2001, TBC menempati urutan ke-3 penyebab kematian (9,4%)
(Widoyono, 2011).
Penyakit ini menyerang semua golongan usia dan jenis kelamin, serta mulai
merambah tidak hanya pada golongan sosial ekonomi rendah saja. Profil kesehatan Indonesia
tahun 2002 menggambarkan persentase penderita TBC terbesar adalah usia 25-34 tahun
(23,67%), diikuti 35-44 tahun (20,46%), 15-24 tahun (18,08%), 45-54 tahun (17,48%), 55-64
tahun (12,32%), lebih dari 65 tahun (6,68%) dan yang terendah adalah 0-14 tahun (1,31%).
Gambaran di seluruh dunia menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas meningkat sesuai
dengan bertambahnya usia dan pada pasien berusia lanjut ditemukan bahwa penderita lakilaki lebih banyak daripada wanita. Laporan dari seluruh provinsi di Indonesia pada tahun
2002 menunjukkan bahwa dari 76.230 penderita TBC BTA (+) terdapat 43.294 laki-laki
(56,79%) dan 32.936 perempuan (43,21%) (Widoyono, 2011).
Etiologi
Penyebab
penyakit
tuberkulosis
adalah
bakteri Mycobacterium
tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x
0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak
mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipid (terutama
asam mikolat) (Widoyono, 2011).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna
dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam (BTA), serta tahan
terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan
dingin, bersifat dorman dan aerob (Widoyono, 2011).
Jenis-jenis BTA (Basil Tahan Asam)
1. Bakteri Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium adalah salah satu bakteri yang banyak ditemukan di masyarakat. Salah
satu spesiesnya adalah Mycobacterium tuberculosis yang dapat menularkan kuman
tuberculosis melalui udara, percikan dahak atau ludah yang terinfeksi oleh
kuman tuberculosis (Girsang, 2009).
Mycobacterium tuberculosis dinamakan juga Basil Koch karena pertama sekali
ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882, sedangkan M. leprae yang bentuk kumannya
serupa ditemukan oleh Hansen pada tahun 1868, dan kuman ini juga disebut basil Hansen.
Untuk kelangsungan hidup dan perkembangbiakan Mycobacterium dipengaruhi oleh
lingkungan tempat kehidupannya, penanganan, dan pengenalan koloni sangat diperlukan,
karena tiap koloni mempunyai sifat kehidupan yang berbeda satu sama lainnya (Girsang,
2009).

2.

Bakteri Mycobacterium tuberculosis type Bovine


Mycobacterium tuberculosis type bovin dapat menyebabkan penyakit tuberkulosis
pada hewan (sapi). Type bovine pada sapi dapat juga menular ke manusia yaitu melalui
perantaraan susu sapi (Girsang, 2009).
3. Bakteri Mycobacterium Leprae
Mycobacterium leprae, juga disebut Basillus Hansen, adalah bakteri yang
menyebabkan
penyakit
kusta
(penyakit
Hansen).
Bakteri ini merupakan bakteri intraselular. M. leprae merupakan gram- positif berbentuk
tongkat. Mycobacterium leprae mirip dengan Mycobacterium tuberculosis dalam besar dan
bentuknya (Rient, 2009).
4. Bakteri Mycobacterium africanum
Adalah spesies Mycobacterium yang palling sering ditemukan dinegaraAfrika Barat.
Gejala infeksi mirip dengan Mycobacterium Tubercolosis (Girsang,2009).
5. Bakteri Mycobacterium Avium
Adalah bakteri gram positif , tahan asam dan alkohol serta memiliki daya tahan
terhadappanas. Pertumbuhan bakteri ini lambat namun kemampuan menimbulkan penyakit
sangat merugikan (Girsang, 2009)
Pewarnaan Ziel Neelsen
Prosedur pewarnaan dengan metode pewarnaan Ziehl Neelsen yaitu larutan carbol
fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan sediaan, kemudian dipanaskan di atas nyala
api sampai keluar asap tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan
kemudian dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci
dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acidethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan air mengalir
selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan methylen blue 0,1% dituang sampai
menutup seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air
mengalir. Sediaan dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x dengan meneteskan
minyak emersi tanpa menyentuh sediaan untuk mencegah transfer BTA antar sediaan
(Kurniawati, dkk., 2005).
Pencegahan
Pencegahan agar tidak terjadi infeksi adalah vaksinasi dan memperbaiki sirkulasi
udara sedangkan untuk tenaga medis yang sudah terinfeksi adalah mempertahankan daya
tahan tubuh dan penatalaksanaan pada infeksi laten. Sejumlah kuman Mycobacterium
tuberculosis tetap dorman dan bertahan hingga berbulan-bulan sampai bertahun-tahun,
keadaan ini disebut infeksi laten. Seseorang dengan infeksi laten tidak menunjukkan gejala
apapun dan tidak menjadi sumber penularan. Diagnosis TB yang tepat dan cepat sangat
diperlukan karena penderita yang belum terdiagnosis atau terjadi kesalahan diagnosis maka
konsekuensinya akan terjadi penularan (Raitio M, Tala E Tuberculosis among health care
workers during three recent decades, 2000 dalam Luthfi dan Putro, 2012).
Pengobatan
Terapi standar terdiri dari empat obat (rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan
etambutol) selama 2 bulan diikuti dengan rifampisin dan isoniazid selama 4 bulan. Terapi ini
direkomendasikan untuk semua pasien dengan tuberkulosis paru dan ekstraparu dengan onset
baru dan tanpa komplikasi. Obat harus diberikan dalam dosis tunggal sebelum makan pagi.

Preparat obat kombinasi (termasuk rifampisin dan isoniazid dengan atau tanpa pirazinamid)
mengurangi muatan obat dan memungkinkan skrining yang relatif sederhana untuk ketaatan
minum obat karena urin dapat dinilai secara visual dengan warna jingga-merah muda
(Mandal, dkk., 2008).
Salah satu pilar penanggulangan penyakit tuberkulosis dengan startegi DOTS adalah
dengan penemuan kasus sedini mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk mengefektifk an
pengobatan
penderita
danmenghindari
penularan
dari
orang
kontak
yang termasuk subclinical infection (Suharyo, 2013).

BAB III
METODOLOGI
a) Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan sputum yaitu:
Alat
1. Object glass
2. Penjepit tabung
3. Bunsen
4. Spritus
5. Mikroskop
6. Handsprayer
7. Pipet tetes
8. Wadah penyimpanan sputum
Bahan
1. Alcohol asam 3%
2. Carbol fuchsin 0,3%
3. Alkohol 70%
4. Methylen blue
5. Aquadest
6. Lidi
7. Sampel sputum
8. Korek api
9. Handskun
b) Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum pemeriksaan sputum yaitu:
1. Mengenakan handskun.
2. Mensterilkan object glass dengan alkohol 70%, kemudian keringkan.
3. Oleskan sputum di atas object glass menggunakan lidi setipis mungkin, kemudian
melakukan fiksasi dengan api bunsen.
4. Meneteskan carbol fuchsin 0,3% di object glass, kemudian panaskan dengan api
bunsen tetapi jangan sampai mendidih atau kering.
5. Bersihkan larutan carbol fuchsin menggunakan aquadest, kemudian keringkan.
6. Meneteskan object glass dengan alkohol asam 3%, kemudian bersihkan
menggunakan aquadest yang mengalir dan keringkan.
7. Meneteskan dengan methylen blue, diamkan selama 20-30 detik, kemudian bersihkan
menggunakanaquadest mengalir.
8. Mengamati hasil pewarnaan di bawah mikroskop.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari praktikum yaitu :
Gambar
No

Kelompok

Hasil
Pengamatan

Keterangan

Literatur

a.

Positif Basil
Tahan Asam
b.
Negatif Basil
Tahan Asam

1.
1.

Kelompok 1

Negatif
Basil Tahan
Asam

a.

Positif Basil
Tahan Asam
b.
Negatif Basil
Tahan Asam

2.

Kelompok 2

Negatif Basil
Tahan Asam

a.

Positif Basil
Tahan Asam
b.
Negatif Basil
Tahan Asam
3.

Kelompok 3

Negatif Basil
Tahan Asam

a.

Positif Basil
Tahan Asam
b.
Negatif Basil
Tahan Asam

4.

Negatif Basil
Tahan Asam

Kelompok 4

a.

5.

Kelompok 5

Positif Basil
Tahan Asam
b.
Negatif Basil
Tahan Asam
Negatif Basil
Tahan Asam

a.

Positif Basil
Tahan Asam
b.
Negatif Basil
Tahan Asam
6.

Kelompok 6

Negatif Basil
Tahan Asam

a.

7.

Kelompok 7

Positif Basil
Tahan Asam
b.
Negatif Basil
Negatif Basil
Tahan Asam
Tahan Asam

Pembahasan
TB (tuberculosis) adalah penyakit yang ditandai dengan timbulnya bintik-bintik
tuberkel pada alveolus akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan
terganggunya difusi oksigen. Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam
ordo Actinomycetales. Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputiMycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium bovis Mycobacterium africanum, Mycobacterium microti,
danMycobacterium canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, Mycobacterium
tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai.
Alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksaan sputum yaitu mikroskop yang
berfungsi untuk melihat bakteri yang ada pada sampel, pipet tetes berfungsi untuk mengambil
larutan dalam skala kecil ukuran 1-10 ml, lidi berfungsi untuk pengambilan sputum (dahak),
bunsen berfungsi sebagai sebagai pemanas dalam skala kecil dan pengkondisian, kaca objek
berfungsi untuk tempat meletakkan sampel yang akan diamati,handsprayer berfungsi sebagai
tempat atau wadah penyimpanan alkohol (antiseptik), penjepit tabung digunakan untuk
menjepit kaca objek pada saat di warnai, untuk pewarnaan pada bakteri Mycobacterium
tuberculose ini yaitu carbolfuchsin 0,3%. Carbolfuchsin 0,3% berfungsi sebagai pewarna
pada bakteri yang akan diteliti,Methylen Blue berfungsi untuk memberi latar belakang pada
sampel yang akan diteliti, karena bakteri tahan asam ini tidak memiliki warna, jadi diberi
latar bekang agar mudah diamati. Alkohol asam berfungsi sebagai peluntur atau melunturkan
warna.
Kemudian dipanaskan yang bertujuan untuk membuka dinding sel bakteri. Hal ini
dikarenakan bakteri mempunyai dinding sel yang cukup tebal yang dilapisi oleh lemak.
Aqudest berfungsi untuk membilas larutan, masker berfungsi sebagai alat pelindung
pernapasan dan mulut agar tidak terkontaminasi pada bakteri yang ada pada sampel, alkohol
(antiseptik) untuk mensterilkan tangan dan daerah pengamatan, tisu digunakan untuk
membersihkan alat dan bahan hansdkun digunakan sebagai sarung tangan agar terjaga dari
kuman dan sputum merupakan bahan yang digunakan sebagai salah satu sampel pemeriksaan
laboratorium untuk mendiagnosa berbagai macam penyakit tertentu.
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum pemeriksaan sputum yaitu
sebelum dilakukan pewarnaan, kaca objek disterilkan terlebih dahulu dengan alkohol 70%
dan diberikan tanda. Kemudian ambil sputum dengna batang lidi lalu oleskan secara merata
pada kaca objek yang telah ditandai. Pengolesan sputum tidak boleh terlalu tebal maupun
terlalu tipis, karena akan mengakibatkan kesulitan untuk mendapatkan bakteri yng ada pada
sampel. Setelah proses pengolesan selesai kemudian difiksasi di atas bunsen. Fiksasi ini

bertujuan untuk mematikan dan melekatkan sel bakteri pada kaca objek tanpa merusak
struktur sel. Tetesi beberapa tetescarbol fuchsin 0,3% pada kaca objek secara merata. Carbol
fuchsin 0,3% berfungsi sebagai larutan pewarna yang akan diserap oleh Basil Tahan Asam
(BTA) dan memberikan warna merah pada sampel kemudian panaskan di atas api bunsen
hingga mengeluarkan asap, tetapi jangan sampai mendidih. Fungsi pemanasan untuk
melebarkan pori-pori lemak BTA. Sampel kemudian dicuci dengan aquadest mengalir untuk
menutup kembali pori-pori lemak. Selanjutnya, tetesi beberapa tetes alkohol asam 3% pada
kasa objek. Pemberikan alkohol asam 3% berfungsi untuk melunturkan hasil pemanasan
preparat yang telah ditetesi carbol fuchsin0,3%. Mencuci sampel dengan
menggunakan aquadest mengalir dan keringkan. Setelah kering tetesi denganmethylen
blue dan diamkan selama 20-30 detik. Tujuan pemberian methylen blue untuk memberi
warnabackground pada sampel. Kemudian dicuci dengan aquadest mengalir dan dikeringkan.
Setelah itu diamati di bawah mikroskop agar dapat dilihat ada tidaknya bakteri pada sampel.
Berdasarkan data (gambar) hasil pemeriksaan dari 7 sampel sputum/dahak yang
diteliti yaitu bewarna biru yang menandakan bahwa sampel tersebut negatif atau tidak
adanya Mycobacterium tuberculosis yang berarti bakteri pada sampel ini bukan merupakan
bakteri tahan asam. Bakteri ini dengan mudah menyerap warna dari pemberian Methylen
blue karena larutan karbolfuchsin yang diberikan telah luntur oleh pemberian alkohol
asam. Dibandingkan dengan literatur, hal ini sesuai karena pada literatur jika sputum positif
terinfeksiMycobacterim tubercolosis maka ditemukan basil berwarna merah yang telah
diwarnai dengan karbolfuchsin, dan apabila sputum negetif tidak terinfeksi Mycobacterim
tubercolosis maka tidak ditemukan basil berwarna merah yang telah diwarnai
dengan karbolfuchsin, melainkan warna biru dari Methylen blue.
Ciri-ciri bentuk bakteri Mycobacterium tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang
merupakan batang ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang
panjangnya sekitar 2-4 mm dan lebar 0,2 0,5 mm yang bergabung membentuk rantai. Besar
bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan.
Dari hasil penelitian tersebut disarankan agar masyarakat betul-betul menjaga
kebersihan lingkungannya serta melakukan vaksinasi secara rutin untuk mencegah penularan
penyakit TB. Adapun bagi orang-orang yang diduga menderita TB segera melakukan
pemriksaan agar penanganan TB bisa dilakukan secara cepat dan tepat.

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat di simpulkan bahwa :
1. Teknik pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA) menggunakan bahan Methylen Blue 0,3
%, Carbolfuchsin 3% dan alkohol asam. Metode teknik pewarnaan pada percobaan ini
adalah teknik Ziehl Nelsen (Zn).
2. Mycobacterium tuberculosis berada pada sampel sputum yang positif sedangkan pada
sampel negatif tidak ditemukan Mycobacterium tuberculosis
Saran
Sebaiknya dalam pengambilan sputum harus sesuai dengan yang dianjurkan dan lebih
teliti dalam melakukan praktikum. Setelah dilaksanakannya praktikum pemerikaan sputum
mahasiswa kesehatan masyarakat diharapkan dapat melakukan pencegahan-pencegahan
terhadap penyakit TB dan mampu melakukan upaya-upaya preventif di lingkungan
masyarakat nanti.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2013. Riset Kesehatan
Dasar.
Girsang, Merryani. 2009. Mycobacterium Penyebab Penyakit Tuberculosis Serta Mengenal Sifatsifat Pertumbuhannya di Laboratorium. Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan
Badan Litbang Kesehatan. Jakarta.
Kemenkes RI, 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Prevalensi TBC.
(http://www.Kemkes.go.id)
Kurniawati, dkk. 2005. Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen dan Fluorokrom Sebagai
Metode Pewarnaan Basil Tahan Asam untuk Pemeriksan Mikroskopik Sputum. Vol. 9, No. 1.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Mandal, B. K., dkk., 2008. Penyakit Infeksi. Erlangga. Jakarta.
Pasek, Made Suadnyani., I Made, Satyawan. 2013. Vol. 1, No. 1. Hubungan Persepsi dan Tingkat
Pengetahuan Penderita Tb dengan Kepatuhan Pengobatan di Kecamatan Buleleng.
Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.
Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar .(http://www.docstoc.com/docs/167566542/HasilRiskesdas-2013pdf).
Rient, 2009. 5 Jenis Bakteri. (http://rindachie.wen9.com/menu/labs/bakteri5.html)
Ria, Murni., Musjaya, M. Guli., Muhammad, Alwi. 2013. Deteksi Suspek Tuberculosis Paru Pada
Pekerja Tambang Poboya Palu Sulawesi Tengah. Vol. 7, No. 2. Universitas Tadulako. Palu.
Suharyo, 2013. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 9 no. 1. ISSN 1858-1196. Universitas Dian
Nuswantoro Indonesia. Semarang.
Sridianti, 2014. Pengertian Gram Positif dan Negatif. (http://www. sridianti.com/pengertianbakteri-gram-positif-dan-negatif.html).
Saptawati, Leli., Mardiastuti, Anis Karuniawati, Cleopas Martin Rumende, 2012. Vol 8. ISSN 1829
5118 .Evaluasi Metode Fastplaquetbtm untuk Mendeteksi Mycobacterium Tuberculosis pada
Sputum di Beberapa Unit Pelayanan Kesehatan di Jakarta. Jakarta.
Santa, Wahyuni., Iin, Tiara, Nur., Aini, 2009. Infeksi TBC. Yudistira. Surabaya.
Widoyono,
2011. Penyakit
Tropis
Epidemiologi,
Penularan,
Pencegahan
dan
Pemberantasannya. Erlangga. Jakarta

Makalah Praktek Analisis Klinik


SPUTUM

Oleh kelompok 5/G:


Nur Faiza

(19133943A)

Dwi Apriyandasari

(19133943A)

Ari Wahyu Utomo

(19133945A)

Mage Dara Hae

(19133946A)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2016

Anda mungkin juga menyukai