BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Dengan
terselenggaranya kesehatan, baik pada fisik, mental, dan sosial, manusia dapat melakukan
aktivitas hidupnya dengan optimal. Hal ini pula sejalan dengan apa yang didefinisikan oleh
WHO (World Health Organization) tahun 1974 dalam Adnani (2011) tentang sehat, yakni
sehat adalah keadaan lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial, bukan
semata-mata bebas dari penyakit dan cacat atau kelemahan.
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
secara ringkas dapat diklasifikasikan dalam 6 faktor utama yang berkaitan erat dengan
aktifitas manusia sehari-hari. Faktor-faktor tersebut antara lain : udara, air, makanan, dan
minuman, keseimbangan emosi, olahraga, dan istirahat yang cukup (Waskito, 2013)
Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf kedua, bahwa salahsatu faktor
yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia adalah makanan. Maka dari itu
masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan agar tidak membahayakan kesehatannya (Kepmenkes RI No.
942/2003 : 1).
Makanan adalah hasil dari proses pengolahan suatu bahan pangan yang dapat
diperoleh dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan adanya teknologi
(Moertjipto, 1993). Makanan merupakan kebutuhan primer makhluk hidup, terkhusus
dalam hal ini adalah manusia. Berkaitan dengan hal tersebut untuk mendapatkan
fungsi makanan yang diinginkan maka perlu dilakukan sebuah metode serta
pengawasan tentang pengolahan/pengelolaan makanan, guna mencegah terjadinya
hal-hal yang menyimpang dari tujuan utama makanan tersebut.
Di antara beberapa tempat yang biasa menjual, menyajiikan makanan
sekaligus menjadi tempat pengolahan dan pengelolaan makanan antara lain :
restaurant, warung makan, kantin, dan lain sebagainya. Dimanapun tempat
pengolahan dan pengelolaan makanan yang ada harus memperhatikan aspek-aspek
higiene dan sanitasi, termasuk kantin, baik kantin dalam skala besar maupun kecil.
Pengelolaan makanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengadaan bahan makanan, penyimpanan, pengolahan, pengangkutan dan penyajian
makanan. Sedangkan sanitasi makanan adalah suatu usaha pencegahan yang
menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dari
segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak segala bahaya yang dapat
menggangu atau merusak kesehatan, dari sebelum makanan diproduksi selama dalam
proses pengolahan, penyiapan, penggangkutan, penjualan, sampai pada saat dimana
makanan tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen (Depkes, 2002).
Kantin adalah tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya. Kantin
merupakan salah satu bentuk fasilitas/tempat-tempat umum, yang keberadaannya selain
sebagai tempat untuk menjual makanan dan minuman juga sebagai tempat bertemunya
segala macam masyarakat, dalam hal ini mahasiswa maupun karyawan yang berada di
lingkungan kampus, dengan segala penyakit yang mungkin dideritanya (Depkes RI,
2003).
Salah satu fungsi dari kantin adalah sebagai tempat memasak atau membuat
makanan dan selanjutnya dihidangkan kepada konsumen, maka kantin dapat menjadi
tempat menyebarnya berbagai macam penyakit yang medianya dapat melalui
makanan dan minuman. Dengan demikian makanan dan minuman yang dijual di
kantin berpotensi menyebabkan penyakit bawaan makanan bila tidak dikelola dan
ditangani dengan baik (Mukono, 2000).
Secara umum terdapat perbedaan antara kantin dengan restaurant, warung
makan dan lain sebagainya. Kantin lebih mengacu pada sebuah tempat bagi manusia
untuk berkumpul untuk melakukan pembelian sekaligus tempat makan yang berada
dalam sebuah komplek, antara lain : instansi pemerintahan, kolam renang, wisata
alam, dan sekolah.
Kantin sekolah adalah salahsatu sarana yang ada di dalam sekolah, yakni
tempat berlangsungnya pengolahan makanan, penyajian, dan tempat makan bagi
siswa.
kesehatan terutama pada makanan dan fasilitas sanitasi. Seperti yang tertulis dalam
http://www.pdpersi.co.id
keracunan disekolah di DKI Jakarta dipicu buruknya kebersihan dan kualitas fasilitas
sanitasi.
Terdapat pula sebuah penelitian yang berkaitan dengan makanan dan fasilitas
sanitasi pada kantin,yakni skripsi yang ditulis oleh Rina Ardhiana mahasiswi
Universitas Sumatera Utara yang berjudul Gambaran Sanitasi Dasar Kantin dan
Tingkat Kepadatan Lalat pada Kantin Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Medan
Barat Kota Medan, didapati hasil yakni masih terdapat beberapa fasilitas sanitasi
yang belum memenuhi syarat kesehatan, yang meliputi : sebagian besar tempat
sampah belum memiliki tutup, tidak tersedianya air bersih mengalir, tidak tersedianya
desinfektan pencuci tangan, penyajian (display) makanan jadi yang belum
menggunakan tutup, dan lain-lain, yang mengakibatkan salah satu di antaranya yakni
tingginya angka kepadatan lalat.
SLTA adalah sekolah lanjutan tingkat atas yang menjalankan program
pendidikan standar baik dengan program khusus maupun tidak. Dalam hal ini sekolah
menengah atas memiliki sistem tata aturan yang terintegrasi baik yang mengacu pada
sistem terpadu maupun aturan-aturan internal dari pihak sekolah itu sendiri. Termasuk
dalam hal ini adalah aturan jam masuk/keluar kelas, jam masuk/keluar gerbang
sekolah, penentuan jam belajar, bell dan sebagainya (Habsari, Sri : 2005).
Keteraturan jadwal dan sistem yang telah diterapkan dalam sekolah ini
menuntut siswa untuk tidak melakukan transaksi jual beli, baik dalam hal
makanan/minuman ataupun berupa alat atau barang lainnya diluar wilayah sekolah
pada saat jadwal sekolah berlangsung. Sehingga ketersediaan fasilitas sanitasi kantin
dapat mempengaruhi baik buruknya kualitas makanan dan perilaku penjamah
makanan.
Berdasarkan hal tersebut, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara sanitasi kantin dengan kualitas pangan, terkhusus dalam hal ini
adalah pada kantin Sekolah Menengah Atas. Keberadaan sanitasi kantin yang
demikian buruk selain dapat mencemari makanan dapat pula menjadi sebagai sumber
dengan
menggunakan checklist sederhana yang mengacu pada Kepmenkes no. 1089 Tahun
2003 tentang hygiene dan sanitasi restoran dan Kepmenkes No. 1429 Tahun 2006
tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah. Beberapa sekolah yang
dijadikan sebagai sampel survey pendahuluan yakni SMAN 2, SMAN 3, MAN 2,
SMAN 8, SMAN 11, SMA Utama, SMA Utama 3, SMA Adiguna, SMK SMTI, dan
SMK 2 May. Didapati kondisi fasilitas sanitasi kantin pada seluruh sampel kantin
sekolah yang ada yakni masih terdapat kesenjangan baik dari segi ketersediaan
fasilitas sanitasi itu sendiri maupun kualitas.
Untuk itu keberadaan kantin sekolah perlu di adakan monitoring terkait
dengan kondisi fasilitas sanitasi yang ada guna mencegah terjadinya pencemaran
makanan, kontaminasi silang dan penyebaran penyakit, baik penyebaran akibat
vektor/binatang pengganggu (lalat, tikus, dan lain-lain) maupun dari bakteri dan lain
sebagainya dan sebagai bahan acuan untuk memberikan masukan terkait upaya
kesehatan preventif. Seperti yang tertera pada selogan-selogan promosi kesehatan,
mencegah lebih baik dari pada mengobati.
Terkait perihal di atas, maka penulis tertertarik untuk mengambil sebuah
penelitian yang berkaitan dengan pemantauan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan
pengelolaan makanan pada kantin SLTA
mengingat pula belum pernah di adakannya penelitian serupa, dimana yang sudah
dijelaskan pada penjelasan di atas bahwa keteraturan jadwal yang telah ditetapkan
oleh pihak sekolah menunutut siswa untuk melakukan transaksi jual beli
makanan/minuman di lingkungan sekolah yakni kantin. Sehingga baik para penjamah
makanan maupun pengunjung memiliki risiko terkena atau terpapar bakteri atau
penyakit akibat dari kurang memadainya fasilitas sanitasi dan pengelolaan makanan
yang kurang baik.
Kondisi fasilitas sanitasi yang tidak baik dapat menjadi sumber ataupun media
penularan penyakit melalui makanan ataupun kondisi lingkungan yang ada. Dalam
hal ini terdapat peraturan yang mengatur hal tersebut, yakni KMK RI No.
1098/MENKES/SK/VII2003 Tentang kelayakan hygiene sanitasi pada rumah makan
KMK RI No. 942 Tahun 2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene dan Sanitasi
Makanan Jajanan, dan KMK RI No. 1429/MENKES/SK/XII/2006 Tentang Pedoman
penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah.
B. Rumusan Masalah
Pada survey awal yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan checklist
sederhana pada 8 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang ada di Kota Bandar Lampung,
didapati hasil survey yakni, seluruh sampel kantin belum memenuhi syarat kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merumuskan masalah Bagaimanakah
gambaran kondisi sarana sanitasi dan pengelolaan makanan pada kantin pada Sekolah
Menengah Lanjutan Tingkat Atas di Kota Bandar Lampung ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran fasilitas sanitasi kantin dan pengelolaan
makanan pada Sekolah Menengah Atas di Kota Bandar Lampung Tahun
2015
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran lokasi kantin Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas yang ada di Kota Bandar Lampung tahun 2015
b. Untuk mengetahui gambaran kondisi penyediaan air bersih pada
kantin Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang ada di Kota Bandar
Lampung tahun 2015
c. Untuk mengetahui gambaran kondisi ketersediaan sarana pencucian
tangan pada kantin Sekolah Lanjutan Tingkat Atas se Kota Bandar
Lampung Tahun 2015
d. Untuk mengetahui gambaran kondisi fasilitas pembuangan sampah
pada kantin Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang ada di Kota Bandar
Lampung tahun 2015
e. Untuk mengetahui gambaran kondisi SPAL pada kantin Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas se Kota Bandar Lampung Tahun 2015
f. Untuk mengetahui gambaran kondisi penyimpanan dan penyajian
makanan pada kantin Sekolah Lanjutan Tingkat Atas se Kota Bandar
Lampung Tahun 2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
disekolah, mulai dari fasillits sanitasi, kantin/warung jajanan, koperasi dan lain-lain
(Depkes : 2007).
Sekolah memiliki jenjang beringkat mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Pendidikan menengah
(sebelumnya dikenal dengan sebutan sekolah lanjutan tingkat atas atau SLTA) adalah
jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah umum
diselenggarakan oleh sekolah menengah atas (SMA) (dikenal dengan "sekolah
menengah umum" atau SMU) atau madrasah aliyah (MA). Pendidikan menengah
umum dikelompokkan dalam program studi sesuai dengan kebutuhan untuk belajar
lebih lanjut di perguruan tinggi dan hidup di dalam masyarakat (Wikipedia : 2013).
B. Kantin
Kantin adalah tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya. Kantin
merupakan salah satu fasilitas umum, yang keberadaannya selain sebagai tempat
untuk menjual makanan dan minuman juga sebagai tempat bertemunya segala macam
masyarakat, dalam hal ini mahasiswa maupun karyawan yang berada di lingkungan
kampus, dengan segala penyakit yang mungkin dideritanya (Depkes : 2003)
Menurut Kepmenkes 1429 Tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
kesehatan lingkungan sekolah, terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi pada
penyelenggaraan kantin sekolah, antara lain :
1. Makanan jajanan yang dijual harus dalam keadaan terbungkus dan atau
tertutup (terlindung dari lalat atau binatang lain dan debu).
11
2. Makanan jajanan yang disajikan dalam kemasan harus dalam keadaan baik
dan kadaluarsa.
3. Tempat penyimpanan makanan yang dijual pada warung sekolah/kantin
harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung dari debu,
terhindar dari bahan kimia berbahaya, serangga, dan hewan lain.
4. Tempat pengolahan/dapur atau penyiapan makanan harus bersih dan
memenuhi persyaratan kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun.
6. Peralatan yang sudah bersih harus disimpan di tempat yang bebas
pencemaran.
7. Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan
jajanan harus sesuai dengan peruntukkannya.
8. Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang untuk sekali
pakai.
9. Penyaji makanan di sekolah harus selalu menjaga kebersihan dengan
selalu mencuci tangan sebelum memasak dari toilet.
Bila tidak tersedia kantin di sekolah, maka perlu dilakukan pembinaan dan
pengawasan yang lebih intensif oleh pihak sekolah maupun jajaran kesehatan
kepada pedagang jajanan yang berjualan di sekitaran sekolah. Pembinaan dan
pengawasan tersebut meliputi : jenis makanan/minuman yang dijual,
penyajian, cara mengemas makanan/minuman dan penggunaan bahan
pengawet, pewarna, dan penyedap
C. Higiene
Kata Higiene berasal dari Bahasa Yunani "hygieine" (artinya healthfull =
sehat), seorang nama dewi kesehatan Yunani (Hygieia). Pengertian higiene menurut
Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
individu subyeknya. Higiene adalah usaha kesehatan yang preventif yang menitik
beratkan kegiatannya pada usaha kesehatan individu maupun usaha kesehatan pribadi
hidup manusia. Higiene adalah ilmu yang berkaitan dengan pencegahan penyakit dan
pemeliharaan kesehatan (the sciene concerned with the prevention of illness and
maintanance of health)
D. Sanitasi
12
1. Tidak berada pada arah angin dari sumber pencemaran debu, asap, bau dan
cemaran lainnya.
2. Tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran debu, asap, bau
dan cemaran lainnya
Adapun terkait persyaratan bangunan antara lain :
1. Kokoh/kuat/permanen.
2. Rapat atau tertutup dari jalan masuk serangga
13
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Air). Air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. (Permenkes RI No. 416/1990)
Air merupakan unsur yang sangat vital bagi kehidupan makhluk hidup di
muka bumi ini. Tanpa makanan seorang dapat bertahan hidup sampai 3-6 bulan,
namun tanpa air seorang hanya dapat bertahan hidup paling lama 3 hari. Dalam tubuh
manusia terdapat sekitar 50-80% terdiri dari cairan. Air digunakan untuk berbagai
keperluan di antaranya minum, mandi, mencuci peralatan rumah tangga,
membersihkan lantai, pendingin mesin, pelarut bahan kimia dan lain-lain. (Suyono,
Budiman : 2011)
14
Keperluan manusia akan air bervariasi sesuai dengan tempat orang tersebut
tinggal. WHO memperhitungkan bahwa kebutuhan air masyarakat di Negara
berkembang (pedesaan) termasuk di Indonesia antara 30-60 liter/orang/hari,
sedangkan di Negara-negara maju atau di perkotaan memerlukan 60 120
liter/orang/hari. Lain hal nya dengan kebutuhan air pada lingkungan sekolah seperti
yang tercantum pada Kepmenkes No. 1429 Tahun 2006 tentang penyelenggaraan
kesehatan lingkungan sekolah yakni kebutuhan air bagi manusia tercatat 15
liter/orang/hari.
Pemenuhan kebutuhan akan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu kuantitas
dan kualitas (Depkes RI, 2005).
1. Syarat Kuantitatif
Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari
tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang
dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara kuantitas di
15
16
1.
2.
3.
4.
H.
Tersedia air cuci tangan yang memenuhi syarat fisik air bersih.
Tersedia dalam bentuk sarana air mengalir.
Tersedia sabun/deterjen dan alat pengering (lap, tissue, dll).
Jumlah mencukupi untuk pengunjung dan karyawan.
Sarana Pembuangan Limbah Domestik
Limbah adalah semua benda yang berbentuk padat (solid wastes), cair (liquid
wastes), maupun gas (gaseous wastes), merupakan bahan buangan yang berasal dari
aktivitas manusia secara perorangan maupun hasil aktivitas kegiatan lainnya.
(Suyono, Budiman : 2011)
Menurut Willgooso (1979) air limbah adalah wastewater is water carrying
wastes from homes, business, and industries that is mixture of water and dissolved or
suspended solids. Menurut US Environmental Protection Agency (USEPA, 1997)
wastewater is water carrying dissolved or suspended solids from homes,farms,
business, and industries.
Menurut Suyono dan Budiman (2011) terdapat beberapa jenis limbah, di
antaranya :
1. Limbah rumah tangga (domestic wastes). Limbah yang berasal dari aktivitas
manusia secara perorangan yaitu berupa hasil kegiatan pencucian pakaian,
pencucian sayuran/bahan masakan, pencucian alat makan/minum, limbah
kamar mandi, tinja manusia, dan air seni (faecal and excreta wastes), sampah
padat dari dapur, dari dalam rumah serta halaman.
2. Limbah industri (industrial wastes). Limbah ini merupakan kegiatan yang
dapat dibagi menjadi :
3. Limbah air panas hasil proses pendinginan mesin, air panas proses industri
yang dibuang ke saluran limbah pabrik.
17
18
b. Bau (odor). Umumnya semua limbah mengandung bau yan tidak sedap
dan busuk, kadang sangat menyengat. Limbah gas umumnya berbau yang
tajam, kadang-kadang limbah gas berupa asap yang berwarna putih, abuabu, kuning, bahkan hitam.
2. Karakteristik kimiawi
Limbah rumah tangga banyak mengandung zat organik dari buangan hasil
kegiatan di dapur (sisa makanan, sisa sayuran, lemak, minyak, sabun,
deterjen, dll) serta dari kamar mandi (tinja, air seni, air sabun, sampo, dll). Zat
organik terdiri dari zat yang mengandung nitrogen (urea, protein, asam,
amino, amin) dan zat yang tidak mengandung nitrogen (karbohidrat, selulosa,
lemak, deterjen). Zat organik biasanya terdiri dari logam berat (Hg, Pb,Cn, Cr,
dll). Sedangkan yang non logam berat di antaranya Fe, Zn, Cu, Si, Ca, dll.
Limbah dengan karakteristik kimiawi cenderung sulit mengalami penguraian
secara alamiah.
3. Karakteristik biologis
Bakteri dalam limbah berfungsi untuk menyeimbagkan DO dan BOD.
Sedangkan bakteri pathogen banyak terdapat dari hasil buangan dari
peternakan (kandang ternak), rumah sakit, laboratorium, buangan rumah
tangga khususnya dari WC. Beberapa mikroorganisme dalam air limbah
antara lain :
a. Kelompok Protista : virus, bakteri, jamur, protozoa
b. Kelompok tanaman dan binatang : alga, cacing, dll.
Secara spesifik dapat disebutkan bahwa limbah cair rumah tangga meliputi
feses, air seni, air deterjen sisa pencucian/mandi, dan air sisa makanan dan lain-lain
19
(Suyono, Budiman : 2011). Limbah feses manusia berpotensi besar untuk menularkan
penyakit seperti pada skema berikut.
Mati
Air
Lalat
sayuran
Host
Tinja
Tangan
Makanan
minuman
Sakit
Tanah
Mengacu pada skema tersebut dapat dijelaskan bahwa tinja yang dibuang
sembarangan akan mencemari lingkungan (tanah, air), dan apabila dibuang ke tempat
terbuka akan disinggapi lalat, selainitu tangan/kuku yang tidak bersih karena
berhubungan dengan tinja merupakan sumber penyakit yang akan masuk ke mulut
melalui makanan/minuman. Lalat yang hinggap pada makanan/minuman dengan
membawa penyakit yang melekat pada tubuhnya akan mencemari makanan/minuman
tersebut dan penyakitnya akan masuk melalui perut manusia. tinja akan mencemari
air baku kemudian air baku in diminum oleh manusia tanpa dimasak, atau mencemari
sayuran mentah yang dicuci dengan menggunakan air tersebut. Beberapa penyakit
20
yang dapat ditularkan oleh tinja manusia adalah kolera, disentri, hepatitis, cacingan
(cacing gelang, cacing pita, cacing kremi), tifus abdominalis, dan lain-lain
Limbah cair hasil aktivitas pencucian secara umum mengandung dan lemak
dan deterjen. Lemak sisa hasil makanan yang ada pada limbah akan terurai dan akan
menghasilkan bau busuk akibat proses dekomposisi dan dapat menjadi mediasi
pertumbuhan/perkembangan
bakteri
tertentu.
Hasil
dekomposisi
ini
akan
menyenangkan
I. Sarana Pembuangan Sampah
Sampah yang ada di permukaan bumi secara umum berasal dari beberapa sumber,
salah satu di antaranya adalah dari tempat-tempat umum dan tempat perdagangan.
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan
21
melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan
dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering
(rubbish), abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah
berbahaya (Sumantri : 2010).
Menurut (Sumantri : 2010) sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori,
seperti berikut :
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya.
a. Organik, misal : sisa makanan, daun, sayur, dan buah
b. Anorganik, misal : logam, pecah belah, abu, dan lain-lain.
2. Berdasarkan dapat atau tidaknya di bakar.
a. Mudah terbakar, misal : kertas, plastik, daun kering, dan kayu
b. Tidak mudah terbakar, misal : kaleng, besi, gelas, dan lain-lain
3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk
a. Mudah membusuk, misal : sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya
b. Sulit membusuk, misal : plastik, karet kaleng, dan lain-lain
4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah
a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan
cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan sering kali
menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemui di tempat
permukiman, rumah sakit, pasar, dan sebagainya
b. Rubbish, terbagi menjadi dua :
1) Rubbish mudah terbakar, yakni terdiri atas zat-zat organik, misal : kayu,
karet, dan daun kering.
2) Rubbish tidak mudah terbakar, yakni terdiri atas zat-zat anorganik, misal :
kaca, besi, kaleng, dan semisalnya.
Menurut Kepmenkes No. 1089 Tahun 2003 tentang Persyaratn Hygiene dan
Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, terdapat beberapa persyaratan minimal yang harus
dipenuhi berkaitan dengan pembuangan sampah pada rumah makan, restoran, dan
semisalnya, antara lain :
22
1.
2.
3.
4.
J.
23
Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta
kesegarannya terjamin, terutama bahan -bahan makananyang mudah
membusuk atau rusak seperti daging, ikan, susu, telur, makan kaleng, dan
buah. Bahan makanan yang baik kadangkala sulit ditemui karena jaringan
perjalanan makanan yang begitu panjang, dan melalui perdagangan yang
begitu luas. Salahsatu upaya mendapatkan bahan makanan yang baik adalah
menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber yang tidak
jelas (liar) karena kurang dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya (Sumantri
: 2010)
2. Penyimpanan bahan makanan
Tidak semua makanan dapat langsung dikonsumsi, tetapi sebagian
mungkin disimpan baik dalam skala kecil di rumah maupun skala besar di
gudang. Tempat penyimpanan atau gudang harus memenuhi persyaratan
sanitasi sebagai berikut (Chandra : 2007).
a. Tempat penyimpanan dibangun sedemikian rupa sehingga binatang
seperti tikus atau serangga tidak bersarang
b. Jika akan menggunakan rak, harus disediakan ruang untuk kolong agar
mudah membersihkannya.
c. Suhu udara ruang penyimpanan tidak lembab untuk mencegah
tumbuhnya jamur
d. Memiliki sirkulasi udara yang cukup
e. Memiliki pencahayaan yang cukup
3. Pengolahan makanan
Menurut (Sumantri : 2010), terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan dalam
pengolahan makanan, yakni :
a. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan di
olah, tempat pengolahan ini biasa disebut dapur. Dapur mempunyai
24
diterapkannya
25
26
27
untuk menjaga peralatan agar tetap terjaga kebersihannya, maka perlu diperhatikan
upaya-upaya seperti yang ditetapkan oleh Kepmenkes No. 942 Tahun 2006 tentang
Pedoman Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan Jajanan sebagai berikut :
1. peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun;
2. lalu dikeringkan dengan alat pengering/lap yang bersih
3. kemudian peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan di tempat yang bebas
pencemaran.
4. Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sekali
pakai.
Adapun menurut Kepmenkes No. 1402 tahun 2003 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah, dalam hal ini terdapat penambahan
syarat pencucian alat makan yakni : alat makan dicuci dengan menggunakan air
mengalir atau dibilas dengan menggunakan 2 wadah air yang berbeda dengan
menggunakan sabun.
L. Penyakit Akibat Makanan
Menurut Suyono dan Budiman (2011), di antara penyakit yang dapat
disebabkan oleh makanan terbagi atas dua, yakni akibat kontaminasi bakteri (food
borne diseas) dan bahan kimia (Food intoxication). Secara ringkas dapat disebutkan
sebagai berikut :
1. Food borne disesas
a. Kolera karena Vibrio Cholera.
b. Disentri amuba karena Entamoeba Hystolytica.
c. Disentri basiler karena Bacilluss dysentriae.
d. Tifus Abdominalis karena Salmonella/Shigella Typhy.
e. Botulisme karena Mycrobacterium botulinum
f. Foodborne trematodes
g. Dan lain-lain
2. Food Intoxication
28
4.
Air bersih
Tempat cuci tangan
SPAL
Pembuangan sampah
2. Metode
Gambar 1.1
Kerangka teori sarana sanitasi dan pengelolaan
makanan kantin
N. Kerangka Konsep
Lokasi kantin
29
Gambar 1.2
Kerangka konsep sarana sanitasi dan pengelolaan makanan kantin
O. SSSSS
30
31
32
33
34
35
P. Variabel penelitian
Variabel penelitian ini terdiri atas: gambaran kondisi lokasi kantin sekolah,
fasilitas sanitasi yang meliputi sarana penyediaan air bersih, sarana pencucian tangan,
sarana pembuangan air limbah (SPAL), sarana pembungan sampah, dan pengelolaan
makanan yang mencakup penyimpanan dan penyajian makanan serta pencucian alat
makan.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
Jenis penelitian dalam hal ini bersifat deskriptif, yakni menggambarkan
kondisi fasilitas sarana sanitasi dan pengelolaan makanan secara objektif pada kantin
Sekolah Menengah Atas di Kota Bandar Lampung tahun 2015.
B. Subjek Penelitian;
1. Populasi
37
Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah 106 SLTA yang ada di Kota
Bandar Lampung yang meliputi 17 SMA Negeri, 2 MA Negeri, 46 SMA
Swasta, 7 SMK Negeri, dan 34 SMK Swasta.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi SLTA yang memiliki kantin
dan mendapati izin penelitian yakni sejumlah 100 SLTA di Kota Bandar
Lampung
3. Responden
Responden dalam penelitian ini adalah perwakilan guru atau staff sekolah dan
perwakilan pedagang kantin SLTA di Kota Bandar Lampung.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian ini dilakukan di kantin Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang
ada di Kota Bandar Lampung
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan April Mei 2015
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi kantin pada sejumlah
104 SLTA yang ada di Kota Bandar Lampung. Pengamatan dilakukan secara objektif
dengan menggunakan checklist dan
38
dimaksud yakni seperti profil sekolah, jumlah sekolah menur\ut catatan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan, dan lain-lain.
E. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan cara editing, yakni data yang telah
terkumpul berikutnya akan di edit yang bertujuan untuk memperjelas dan
mempertegas keutuhan data yang ada dengan cara merapihkan dan
menganggap salah data yang dinilai memiliki kerancuan seperti jawaban lebih
dari satu. Berikutnya data yang telah dilakukan pengeditan akan dimasukkan
kedalam tabel (tabulating) yang kemudian akan di narasikan.
2. Analisis data
Data yang telah rapi setelah melalui proses pengeditan dan tabulating
berikutnya akan dilakukan perbandingan dengan peraturan-peraturan terkait.
Kantin Sekolah dinyatakan memenuhi syarat apabila memenuhi seluruh
kriteria yang tertera pada variabel penilaian.