Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Dengan
terselenggaranya kesehatan, baik pada fisik, mental, dan sosial, manusia dapat melakukan
aktivitas hidupnya dengan optimal. Hal ini pula sejalan dengan apa yang didefinisikan oleh
WHO (World Health Organization) tahun 1974 dalam Adnani (2011) tentang sehat, yakni
sehat adalah keadaan lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial, bukan
semata-mata bebas dari penyakit dan cacat atau kelemahan.
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
secara ringkas dapat diklasifikasikan dalam 6 faktor utama yang berkaitan erat dengan
aktifitas manusia sehari-hari. Faktor-faktor tersebut antara lain : udara, air, makanan, dan
minuman, keseimbangan emosi, olahraga, dan istirahat yang cukup (Waskito, 2013)
Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf kedua, bahwa salahsatu faktor
yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia adalah makanan. Maka dari itu
masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan agar tidak membahayakan kesehatannya (Kepmenkes RI No.
942/2003 : 1).
Makanan adalah hasil dari proses pengolahan suatu bahan pangan yang dapat
diperoleh dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan adanya teknologi
(Moertjipto, 1993). Makanan merupakan kebutuhan primer makhluk hidup, terkhusus

dalam hal ini adalah manusia. Berkaitan dengan hal tersebut untuk mendapatkan
fungsi makanan yang diinginkan maka perlu dilakukan sebuah metode serta
pengawasan tentang pengolahan/pengelolaan makanan, guna mencegah terjadinya
hal-hal yang menyimpang dari tujuan utama makanan tersebut.
Di antara beberapa tempat yang biasa menjual, menyajiikan makanan
sekaligus menjadi tempat pengolahan dan pengelolaan makanan antara lain :
restaurant, warung makan, kantin, dan lain sebagainya. Dimanapun tempat
pengolahan dan pengelolaan makanan yang ada harus memperhatikan aspek-aspek
higiene dan sanitasi, termasuk kantin, baik kantin dalam skala besar maupun kecil.
Pengelolaan makanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengadaan bahan makanan, penyimpanan, pengolahan, pengangkutan dan penyajian
makanan. Sedangkan sanitasi makanan adalah suatu usaha pencegahan yang
menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dari
segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak segala bahaya yang dapat
menggangu atau merusak kesehatan, dari sebelum makanan diproduksi selama dalam
proses pengolahan, penyiapan, penggangkutan, penjualan, sampai pada saat dimana
makanan tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen (Depkes, 2002).
Kantin adalah tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya. Kantin
merupakan salah satu bentuk fasilitas/tempat-tempat umum, yang keberadaannya selain
sebagai tempat untuk menjual makanan dan minuman juga sebagai tempat bertemunya
segala macam masyarakat, dalam hal ini mahasiswa maupun karyawan yang berada di

lingkungan kampus, dengan segala penyakit yang mungkin dideritanya (Depkes RI,
2003).
Salah satu fungsi dari kantin adalah sebagai tempat memasak atau membuat
makanan dan selanjutnya dihidangkan kepada konsumen, maka kantin dapat menjadi
tempat menyebarnya berbagai macam penyakit yang medianya dapat melalui
makanan dan minuman. Dengan demikian makanan dan minuman yang dijual di
kantin berpotensi menyebabkan penyakit bawaan makanan bila tidak dikelola dan
ditangani dengan baik (Mukono, 2000).
Secara umum terdapat perbedaan antara kantin dengan restaurant, warung
makan dan lain sebagainya. Kantin lebih mengacu pada sebuah tempat bagi manusia
untuk berkumpul untuk melakukan pembelian sekaligus tempat makan yang berada
dalam sebuah komplek, antara lain : instansi pemerintahan, kolam renang, wisata
alam, dan sekolah.
Kantin sekolah adalah salahsatu sarana yang ada di dalam sekolah, yakni
tempat berlangsungnya pengolahan makanan, penyajian, dan tempat makan bagi
siswa.

Terdapat hubungan yang erat kaitannya antara kantin sekolah dengan

kesehatan terutama pada makanan dan fasilitas sanitasi. Seperti yang tertulis dalam
http://www.pdpersi.co.id

pada 21 Juni 2013 didapati bahwa sebesar 60% kasus

keracunan disekolah di DKI Jakarta dipicu buruknya kebersihan dan kualitas fasilitas
sanitasi.
Terdapat pula sebuah penelitian yang berkaitan dengan makanan dan fasilitas
sanitasi pada kantin,yakni skripsi yang ditulis oleh Rina Ardhiana mahasiswi
Universitas Sumatera Utara yang berjudul Gambaran Sanitasi Dasar Kantin dan

Tingkat Kepadatan Lalat pada Kantin Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Medan
Barat Kota Medan, didapati hasil yakni masih terdapat beberapa fasilitas sanitasi
yang belum memenuhi syarat kesehatan, yang meliputi : sebagian besar tempat
sampah belum memiliki tutup, tidak tersedianya air bersih mengalir, tidak tersedianya
desinfektan pencuci tangan, penyajian (display) makanan jadi yang belum
menggunakan tutup, dan lain-lain, yang mengakibatkan salah satu di antaranya yakni
tingginya angka kepadatan lalat.
SLTA adalah sekolah lanjutan tingkat atas yang menjalankan program
pendidikan standar baik dengan program khusus maupun tidak. Dalam hal ini sekolah
menengah atas memiliki sistem tata aturan yang terintegrasi baik yang mengacu pada
sistem terpadu maupun aturan-aturan internal dari pihak sekolah itu sendiri. Termasuk
dalam hal ini adalah aturan jam masuk/keluar kelas, jam masuk/keluar gerbang
sekolah, penentuan jam belajar, bell dan sebagainya (Habsari, Sri : 2005).
Keteraturan jadwal dan sistem yang telah diterapkan dalam sekolah ini
menuntut siswa untuk tidak melakukan transaksi jual beli, baik dalam hal
makanan/minuman ataupun berupa alat atau barang lainnya diluar wilayah sekolah
pada saat jadwal sekolah berlangsung. Sehingga ketersediaan fasilitas sanitasi kantin
dapat mempengaruhi baik buruknya kualitas makanan dan perilaku penjamah
makanan.
Berdasarkan hal tersebut, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara sanitasi kantin dengan kualitas pangan, terkhusus dalam hal ini
adalah pada kantin Sekolah Menengah Atas. Keberadaan sanitasi kantin yang
demikian buruk selain dapat mencemari makanan dapat pula menjadi sebagai sumber

maupun mediasi terjadinya penyebaran penyakit, seperti akibat dari penumpukkan


sampah yang tidak ditutup dapat menyebebkan terjadinya penularan penyakit oleh
lalat, serta dapat mengundang vektor lainnya seperti tikus.
Menurut data terbaru yang tercatat pada (http://psma.kemdikbud.go.id) tahun
2014 tercatat bahwa terdapat sejumlah 65 sekolah menengah atas di kota Bandar
Lampung, yakni 19 sekolah negeri dan 46 swasta. Tercatat pula Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) yang ada yakni sebanyak 41 sekolah, dengan rincian 7 sekolah
berstatus negeri dan 34 sekolah berstatus swasta. Berdasarkan data tersebut terhitung
yakni di Kota Bandar Lampung terdapat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sebanyak 106
sekolah.
Pada Februari 2015 penulis melakukan survey pendahuluan

dengan

menggunakan checklist sederhana yang mengacu pada Kepmenkes no. 1089 Tahun
2003 tentang hygiene dan sanitasi restoran dan Kepmenkes No. 1429 Tahun 2006
tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah. Beberapa sekolah yang
dijadikan sebagai sampel survey pendahuluan yakni SMAN 2, SMAN 3, MAN 2,
SMAN 8, SMAN 11, SMA Utama, SMA Utama 3, SMA Adiguna, SMK SMTI, dan
SMK 2 May. Didapati kondisi fasilitas sanitasi kantin pada seluruh sampel kantin
sekolah yang ada yakni masih terdapat kesenjangan baik dari segi ketersediaan
fasilitas sanitasi itu sendiri maupun kualitas.
Untuk itu keberadaan kantin sekolah perlu di adakan monitoring terkait
dengan kondisi fasilitas sanitasi yang ada guna mencegah terjadinya pencemaran
makanan, kontaminasi silang dan penyebaran penyakit, baik penyebaran akibat
vektor/binatang pengganggu (lalat, tikus, dan lain-lain) maupun dari bakteri dan lain

sebagainya dan sebagai bahan acuan untuk memberikan masukan terkait upaya
kesehatan preventif. Seperti yang tertera pada selogan-selogan promosi kesehatan,
mencegah lebih baik dari pada mengobati.
Terkait perihal di atas, maka penulis tertertarik untuk mengambil sebuah
penelitian yang berkaitan dengan pemantauan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan
pengelolaan makanan pada kantin SLTA

yang ada di Kota Bandar Lampung,

mengingat pula belum pernah di adakannya penelitian serupa, dimana yang sudah
dijelaskan pada penjelasan di atas bahwa keteraturan jadwal yang telah ditetapkan
oleh pihak sekolah menunutut siswa untuk melakukan transaksi jual beli
makanan/minuman di lingkungan sekolah yakni kantin. Sehingga baik para penjamah
makanan maupun pengunjung memiliki risiko terkena atau terpapar bakteri atau
penyakit akibat dari kurang memadainya fasilitas sanitasi dan pengelolaan makanan
yang kurang baik.
Kondisi fasilitas sanitasi yang tidak baik dapat menjadi sumber ataupun media
penularan penyakit melalui makanan ataupun kondisi lingkungan yang ada. Dalam
hal ini terdapat peraturan yang mengatur hal tersebut, yakni KMK RI No.
1098/MENKES/SK/VII2003 Tentang kelayakan hygiene sanitasi pada rumah makan
KMK RI No. 942 Tahun 2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene dan Sanitasi
Makanan Jajanan, dan KMK RI No. 1429/MENKES/SK/XII/2006 Tentang Pedoman
penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah.
B. Rumusan Masalah
Pada survey awal yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan checklist
sederhana pada 8 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang ada di Kota Bandar Lampung,

didapati hasil survey yakni, seluruh sampel kantin belum memenuhi syarat kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merumuskan masalah Bagaimanakah
gambaran kondisi sarana sanitasi dan pengelolaan makanan pada kantin pada Sekolah
Menengah Lanjutan Tingkat Atas di Kota Bandar Lampung ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran fasilitas sanitasi kantin dan pengelolaan
makanan pada Sekolah Menengah Atas di Kota Bandar Lampung Tahun
2015
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran lokasi kantin Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas yang ada di Kota Bandar Lampung tahun 2015
b. Untuk mengetahui gambaran kondisi penyediaan air bersih pada
kantin Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang ada di Kota Bandar
Lampung tahun 2015
c. Untuk mengetahui gambaran kondisi ketersediaan sarana pencucian
tangan pada kantin Sekolah Lanjutan Tingkat Atas se Kota Bandar
Lampung Tahun 2015
d. Untuk mengetahui gambaran kondisi fasilitas pembuangan sampah
pada kantin Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang ada di Kota Bandar
Lampung tahun 2015
e. Untuk mengetahui gambaran kondisi SPAL pada kantin Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas se Kota Bandar Lampung Tahun 2015
f. Untuk mengetahui gambaran kondisi penyimpanan dan penyajian
makanan pada kantin Sekolah Lanjutan Tingkat Atas se Kota Bandar
Lampung Tahun 2015

g. Untuk mengetahui gambaran kondisi/metode pencucian alat makan


pada kantin Sekolah Lanjutan Tingkat Atas se Kota Bandar Lampung
Tahun 2015
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis yakni dapat menerapkan dan mengaplikasikan teori yang
didapat selama studi di kampus Poltekkes Jurusan Kesehatan Lingkungan
dengan kondisi lapangan serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
2. Bagi institusi yakni untuk menambah studi kepustakaan sehingga dapat
dijadikan masukan dalam penelitian lebih lanjut
3. Sebagai sumbangan pikiran dan bahan masukan bagi pihak sekolah dan
pengelola kantin terkait dengan sanitasi
4. Bagi pembaca atau masyarakat secara luas yakni dapat dijadikan sebagai
informasi ataupun sumber referensi pada penelitian-penelitian berikutnya.
E. Ruang Lingkup
Mengingat keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga serta menghindari semakin
meluasnya pokok pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi ruang
lingkup penelitian ini adalah gambaran kondisi sarana sanitasi yang mencakup
variabel ketersediaan air bersih, fasilitas pencucian tangan, pembuangan sampah, dan
SPAL. Berikutnya adalah pengelolaan makanan yang mencakup penyimpanan dan
penyajian makanan, serta pencucian alat makan. Sampel dan populasi dalam hal ini
yakni seluruh kantin Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang ada di Kota Bandar
Lampung.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas


Sekolah merupakan tempat berkumpulnya peserta didik dan warga sekolah
dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sekolah merupakan sarana umum yang
didalamnya terdapat sarana dan prasarana yang dapat mendukung proses kegiatan

10

disekolah, mulai dari fasillits sanitasi, kantin/warung jajanan, koperasi dan lain-lain
(Depkes : 2007).
Sekolah memiliki jenjang beringkat mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Pendidikan menengah
(sebelumnya dikenal dengan sebutan sekolah lanjutan tingkat atas atau SLTA) adalah
jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah umum
diselenggarakan oleh sekolah menengah atas (SMA) (dikenal dengan "sekolah
menengah umum" atau SMU) atau madrasah aliyah (MA). Pendidikan menengah
umum dikelompokkan dalam program studi sesuai dengan kebutuhan untuk belajar
lebih lanjut di perguruan tinggi dan hidup di dalam masyarakat (Wikipedia : 2013).
B. Kantin
Kantin adalah tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya. Kantin
merupakan salah satu fasilitas umum, yang keberadaannya selain sebagai tempat
untuk menjual makanan dan minuman juga sebagai tempat bertemunya segala macam
masyarakat, dalam hal ini mahasiswa maupun karyawan yang berada di lingkungan
kampus, dengan segala penyakit yang mungkin dideritanya (Depkes : 2003)
Menurut Kepmenkes 1429 Tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
kesehatan lingkungan sekolah, terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi pada
penyelenggaraan kantin sekolah, antara lain :
1. Makanan jajanan yang dijual harus dalam keadaan terbungkus dan atau
tertutup (terlindung dari lalat atau binatang lain dan debu).

11

2. Makanan jajanan yang disajikan dalam kemasan harus dalam keadaan baik
dan kadaluarsa.
3. Tempat penyimpanan makanan yang dijual pada warung sekolah/kantin
harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung dari debu,
terhindar dari bahan kimia berbahaya, serangga, dan hewan lain.
4. Tempat pengolahan/dapur atau penyiapan makanan harus bersih dan
memenuhi persyaratan kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun.
6. Peralatan yang sudah bersih harus disimpan di tempat yang bebas
pencemaran.
7. Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan
jajanan harus sesuai dengan peruntukkannya.
8. Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang untuk sekali
pakai.
9. Penyaji makanan di sekolah harus selalu menjaga kebersihan dengan
selalu mencuci tangan sebelum memasak dari toilet.
Bila tidak tersedia kantin di sekolah, maka perlu dilakukan pembinaan dan
pengawasan yang lebih intensif oleh pihak sekolah maupun jajaran kesehatan
kepada pedagang jajanan yang berjualan di sekitaran sekolah. Pembinaan dan
pengawasan tersebut meliputi : jenis makanan/minuman yang dijual,
penyajian, cara mengemas makanan/minuman dan penggunaan bahan
pengawet, pewarna, dan penyedap
C. Higiene
Kata Higiene berasal dari Bahasa Yunani "hygieine" (artinya healthfull =
sehat), seorang nama dewi kesehatan Yunani (Hygieia). Pengertian higiene menurut
Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
individu subyeknya. Higiene adalah usaha kesehatan yang preventif yang menitik
beratkan kegiatannya pada usaha kesehatan individu maupun usaha kesehatan pribadi
hidup manusia. Higiene adalah ilmu yang berkaitan dengan pencegahan penyakit dan
pemeliharaan kesehatan (the sciene concerned with the prevention of illness and
maintanance of health)
D. Sanitasi

12

Fasilitas sanitasi adalah sarana yang diperlukan untuk menyediakan


lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada
pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia
(Azwar :1990).

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara kebersihan


lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan
mencuci, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak
dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).
Secara umum fasilitas sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan
kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah
(Mukono, 2009).
Menurut Kepmenkes No. 1089 Tahun 2003 tentang persyaratan higiene dan
sanitasi rumah makan terdapat aspek lokasi dan bangunan yang di tambahkan sebagai
salahsatu syarat yang harus dipenuhi guna mencapai optimumnya kondisi sanitasi.

E. Lokasi dan Bangunan


Menurut Kepmenkes No. 1089 Tahun 2003 tentang persyaratan hygiene dan
sanitasi rumah makan, kriteria lokasi yang harus dipenuhi antara lain :

1. Tidak berada pada arah angin dari sumber pencemaran debu, asap, bau dan
cemaran lainnya.
2. Tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber pencemaran debu, asap, bau
dan cemaran lainnya
Adapun terkait persyaratan bangunan antara lain :
1. Kokoh/kuat/permanen.
2. Rapat atau tertutup dari jalan masuk serangga

13

3. Rapat atau tertutup dari jalan masuk tikus


Adapun secara spesifik seperti yang disebutkan dalam Kepmenkes No. 1429
Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah,
persyaratan lokasi yang harus terpenuhi untuk kantin sekolah adalah lokasi
kantin/warung sekolah minimal berada pada jarak minimal 20 meter dengan lokasi
TPS (Tempat Pengumpulan Sampah Sementara).
F. Penyediaan Air Bersih
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O

satu molekul air

tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Air). Air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. (Permenkes RI No. 416/1990)
Air merupakan unsur yang sangat vital bagi kehidupan makhluk hidup di
muka bumi ini. Tanpa makanan seorang dapat bertahan hidup sampai 3-6 bulan,
namun tanpa air seorang hanya dapat bertahan hidup paling lama 3 hari. Dalam tubuh
manusia terdapat sekitar 50-80% terdiri dari cairan. Air digunakan untuk berbagai
keperluan di antaranya minum, mandi, mencuci peralatan rumah tangga,
membersihkan lantai, pendingin mesin, pelarut bahan kimia dan lain-lain. (Suyono,
Budiman : 2011)

14

Keperluan manusia akan air bervariasi sesuai dengan tempat orang tersebut
tinggal. WHO memperhitungkan bahwa kebutuhan air masyarakat di Negara
berkembang (pedesaan) termasuk di Indonesia antara 30-60 liter/orang/hari,
sedangkan di Negara-negara maju atau di perkotaan memerlukan 60 120
liter/orang/hari. Lain hal nya dengan kebutuhan air pada lingkungan sekolah seperti
yang tercantum pada Kepmenkes No. 1429 Tahun 2006 tentang penyelenggaraan
kesehatan lingkungan sekolah yakni kebutuhan air bagi manusia tercatat 15
liter/orang/hari.
Pemenuhan kebutuhan akan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu kuantitas
dan kualitas (Depkes RI, 2005).

1. Syarat Kuantitatif
Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari
tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang
dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara kuantitas di

Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan


perincian yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian
10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8
liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter (Slamet, 2007).
2. Syarat Kualitatif
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan
mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air (Slamet, 2007).

15

Menurut Suyono (2011) terdapat sifat-sifat air yang menguntuungkan


dan merugikan, di antara sifat air yang menguntungkan yakni :
a. Fleksibel yaitu dapat menyesuaikan bentuk dengan tempat dimana air
tersebut berada
b. Netral yaitu tidak mengandung bau, rasa, warna, penguapan relatif rendah
dan tidak bersifat racun terhadap tubuh.
c. Mengalir kebawah sesuai gravitasi bumi, dengan gaya berat tertentu air
mengalir ke tempat yang lebih rendah, begitu pula titik-titik air di angkasa
akan turun ke bumi sesuai gravitasi bumi menjadi hujan.
d. Dapat berubah bentuk dari cair, padat, dan gas dengan volume yang relatif
tetap
Adapun sifat air yang merugikan adalah mudah tercemar oleh
bahan organik/anorganik dan jasad renik dan media yang paling baik
untuk perkembangan bakteri/virus berbahaya.

G. Sarana Pencucian Tangan


Mencuci tangan merupakan salah satu tindakan yang mudah dan murah untuk
mencegah penyebaran penyakit. Tangan manusia justru seringkali menjadii perantara
dari berbagai bakteri untuk masuk ke dalam tubuh manusia itu sendiri. Oleh sebab itu
maka sarana pencucian tangan diperlukan pada setiap tempat dimana seseorang akan
melakukan penjamahan pada makanan (Husada : 2013).
Berikut adalah syarat-syarat minimal penyediaan sarana pencucian tangan
pada rumah makan, kantin, dan semisalnya, antara lain :

16

1.
2.
3.
4.
H.

Tersedia air cuci tangan yang memenuhi syarat fisik air bersih.
Tersedia dalam bentuk sarana air mengalir.
Tersedia sabun/deterjen dan alat pengering (lap, tissue, dll).
Jumlah mencukupi untuk pengunjung dan karyawan.
Sarana Pembuangan Limbah Domestik
Limbah adalah semua benda yang berbentuk padat (solid wastes), cair (liquid

wastes), maupun gas (gaseous wastes), merupakan bahan buangan yang berasal dari
aktivitas manusia secara perorangan maupun hasil aktivitas kegiatan lainnya.
(Suyono, Budiman : 2011)
Menurut Willgooso (1979) air limbah adalah wastewater is water carrying
wastes from homes, business, and industries that is mixture of water and dissolved or
suspended solids. Menurut US Environmental Protection Agency (USEPA, 1997)
wastewater is water carrying dissolved or suspended solids from homes,farms,
business, and industries.
Menurut Suyono dan Budiman (2011) terdapat beberapa jenis limbah, di
antaranya :
1. Limbah rumah tangga (domestic wastes). Limbah yang berasal dari aktivitas
manusia secara perorangan yaitu berupa hasil kegiatan pencucian pakaian,
pencucian sayuran/bahan masakan, pencucian alat makan/minum, limbah
kamar mandi, tinja manusia, dan air seni (faecal and excreta wastes), sampah
padat dari dapur, dari dalam rumah serta halaman.
2. Limbah industri (industrial wastes). Limbah ini merupakan kegiatan yang
dapat dibagi menjadi :
3. Limbah air panas hasil proses pendinginan mesin, air panas proses industri
yang dibuang ke saluran limbah pabrik.

17

4. Proses pencucian bahan mentah, bahan jadi, pembilasan, pencucian peralatan,


dan mesin-mesin, yang air pencuci atau pembilas dan kotorannya dibuang ke
saluran limbah.
5. Proses pemurnian material dengan menggunakan bahan kimia, misalnya
pemisahan hasil tambang emas menggunakan logam merkuri dan asam sulfat.
6. Limbah produk jadi berupa ampas, zat warna, dan asap
7. Limbah rumah sakit (hospital wastes). Limbah berbahaya dari rumah sakit,
laboratorium, berupa sisa-sisa organ tubuh, pembalut, bahan kimia, obatobatan, bakteri penyakit, bahan radioaktif, dan lain-lain.
8. Limbah perkotaan (municipal wastewater). Limbah perkotaan hamper sama
dengan limbah rumah tangga berupa sampah padat/cair.
9. Limbah nuklir (nuclear wastes). Limbah berbahaya dari reaktor nuklir berupa
air pendingin reaktor, dan zat radioaktif
Namun dalam pustaka ini khusus hanya akan membicarakan tentang limbah
cair saja, yakni limbah rumah tangga (wastewater). Pembahasan bidang studi ini
sangat erat kaitannya dengan bidang studi pencemaran lingkungan, pengelolaan
sampah, dan pengelolaan air bersih.
Menurut Budiman (2011) ada tiga karakteristik air limbah yakni fisik, kimia,
dan bakteriologis. Penjelasan terkait karakteristik limbah yakni sebagai berikut :
1. Karakteristik fisik
a. Warna (color). Terdiri dari limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.
Warna limbah bergantung pada jenis-jenis limbah yang dihasilkan.
Limbah padat umumnya berwarna hitam, cokelat, abu-abu, bahkan ada
yang berwarna putih. Demikian pula limbah cair warnanya hampir tidak
berbeda dengan limbah padat, tak terkecuali limbah rumah tangga.

18

b. Bau (odor). Umumnya semua limbah mengandung bau yan tidak sedap
dan busuk, kadang sangat menyengat. Limbah gas umumnya berbau yang
tajam, kadang-kadang limbah gas berupa asap yang berwarna putih, abuabu, kuning, bahkan hitam.
2. Karakteristik kimiawi
Limbah rumah tangga banyak mengandung zat organik dari buangan hasil
kegiatan di dapur (sisa makanan, sisa sayuran, lemak, minyak, sabun,
deterjen, dll) serta dari kamar mandi (tinja, air seni, air sabun, sampo, dll). Zat
organik terdiri dari zat yang mengandung nitrogen (urea, protein, asam,
amino, amin) dan zat yang tidak mengandung nitrogen (karbohidrat, selulosa,
lemak, deterjen). Zat organik biasanya terdiri dari logam berat (Hg, Pb,Cn, Cr,
dll). Sedangkan yang non logam berat di antaranya Fe, Zn, Cu, Si, Ca, dll.
Limbah dengan karakteristik kimiawi cenderung sulit mengalami penguraian
secara alamiah.
3. Karakteristik biologis
Bakteri dalam limbah berfungsi untuk menyeimbagkan DO dan BOD.
Sedangkan bakteri pathogen banyak terdapat dari hasil buangan dari
peternakan (kandang ternak), rumah sakit, laboratorium, buangan rumah
tangga khususnya dari WC. Beberapa mikroorganisme dalam air limbah
antara lain :
a. Kelompok Protista : virus, bakteri, jamur, protozoa
b. Kelompok tanaman dan binatang : alga, cacing, dll.
Secara spesifik dapat disebutkan bahwa limbah cair rumah tangga meliputi
feses, air seni, air deterjen sisa pencucian/mandi, dan air sisa makanan dan lain-lain

19

(Suyono, Budiman : 2011). Limbah feses manusia berpotensi besar untuk menularkan
penyakit seperti pada skema berikut.

Mati

Air

Lalat

sayuran

Host

Tinja
Tangan

Makanan
minuman

Sakit
Tanah

Mengacu pada skema tersebut dapat dijelaskan bahwa tinja yang dibuang
sembarangan akan mencemari lingkungan (tanah, air), dan apabila dibuang ke tempat
terbuka akan disinggapi lalat, selainitu tangan/kuku yang tidak bersih karena
berhubungan dengan tinja merupakan sumber penyakit yang akan masuk ke mulut
melalui makanan/minuman. Lalat yang hinggap pada makanan/minuman dengan
membawa penyakit yang melekat pada tubuhnya akan mencemari makanan/minuman
tersebut dan penyakitnya akan masuk melalui perut manusia. tinja akan mencemari
air baku kemudian air baku in diminum oleh manusia tanpa dimasak, atau mencemari
sayuran mentah yang dicuci dengan menggunakan air tersebut. Beberapa penyakit

20

yang dapat ditularkan oleh tinja manusia adalah kolera, disentri, hepatitis, cacingan
(cacing gelang, cacing pita, cacing kremi), tifus abdominalis, dan lain-lain
Limbah cair hasil aktivitas pencucian secara umum mengandung dan lemak
dan deterjen. Lemak sisa hasil makanan yang ada pada limbah akan terurai dan akan
menghasilkan bau busuk akibat proses dekomposisi dan dapat menjadi mediasi
pertumbuhan/perkembangan

bakteri

tertentu.

Hasil

dekomposisi

ini

akan

mengakibatkan meningkatnya BOD yaitu kebutuhan oksigen untuk mengurai bahan


organik dalam air. Nilai BOD yang tinggi menunjukkan banyaknya jumlah bahan
pencemar yang ada pada air. Bahan deterjen sangat potensial menimbulkan
pencemaran air. Dampak akibat cemaran deterjen ini cukup besar, yakni
busa/kandungan zat organik yang ada tidak dapat di uraikan secara alamiah maupun
biologis, sehingga keberadaannya dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan mengganggu proses penjernihan air.
Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan teknis
sebagai berikut (DepKes RI, 1993) :
a.
b.
c.
d.

Tidak mencemari sumber air bersih


Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk
Tidak menimbulkan bau
Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak

menyenangkan
I. Sarana Pembuangan Sampah
Sampah yang ada di permukaan bumi secara umum berasal dari beberapa sumber,
salah satu di antaranya adalah dari tempat-tempat umum dan tempat perdagangan.
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan

21

melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan
dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering
(rubbish), abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah
berbahaya (Sumantri : 2010).

Menurut (Sumantri : 2010) sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori,
seperti berikut :
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya.
a. Organik, misal : sisa makanan, daun, sayur, dan buah
b. Anorganik, misal : logam, pecah belah, abu, dan lain-lain.
2. Berdasarkan dapat atau tidaknya di bakar.
a. Mudah terbakar, misal : kertas, plastik, daun kering, dan kayu
b. Tidak mudah terbakar, misal : kaleng, besi, gelas, dan lain-lain
3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk
a. Mudah membusuk, misal : sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya
b. Sulit membusuk, misal : plastik, karet kaleng, dan lain-lain
4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah
a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan
cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan sering kali
menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemui di tempat
permukiman, rumah sakit, pasar, dan sebagainya
b. Rubbish, terbagi menjadi dua :
1) Rubbish mudah terbakar, yakni terdiri atas zat-zat organik, misal : kayu,
karet, dan daun kering.
2) Rubbish tidak mudah terbakar, yakni terdiri atas zat-zat anorganik, misal :
kaca, besi, kaleng, dan semisalnya.
Menurut Kepmenkes No. 1089 Tahun 2003 tentang Persyaratn Hygiene dan
Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, terdapat beberapa persyaratan minimal yang harus
dipenuhi berkaitan dengan pembuangan sampah pada rumah makan, restoran, dan
semisalnya, antara lain :

22

1.
2.
3.
4.
J.

Sampah di angkut tiap 24 jam


Di setiap ruang penghasil sampah harus tersedia kotak sampah
Dibuat dari bahan kedap air dan memiliki tutup
Kapasitas tempat sampah terangkat oleh petugas sampah
Higiene dan Sanitasi Makanan

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitikberatkan


kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari
segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum
makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan,
sampai pada saat dimana makanan dan minuman siap untuk dikonsumsikan kepada
masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan bertujuan untuk menjamin keamanan
dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan
makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi kerusakan/pemborosan
makanan. Dalam pengelolaan makanan ada 6 prinsip yang harus diperhatikan
(Depkes RI : 2004).
Pengertian dari prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman adalah
pengendalian terhadap empat faktor yaitu tempat/bangunan, peralatan, orang, dan
bahan makanan. Terdapat 6 (enam) prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman
yaitu (Depkes RI, 2004) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pemilihan bahan makanan


Penyimpanan bahan makanan
Pengolahan makanan
Pengangkutan makanan
Penyimpanan makanan jadi
Penyajian makanan

Secara ringkas 6 prinsip sanitasi makanan dapat dijelaskan secara berikut :


1. Pemilihan bahan makanan

23

Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta
kesegarannya terjamin, terutama bahan -bahan makananyang mudah
membusuk atau rusak seperti daging, ikan, susu, telur, makan kaleng, dan
buah. Bahan makanan yang baik kadangkala sulit ditemui karena jaringan
perjalanan makanan yang begitu panjang, dan melalui perdagangan yang
begitu luas. Salahsatu upaya mendapatkan bahan makanan yang baik adalah
menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber yang tidak
jelas (liar) karena kurang dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya (Sumantri
: 2010)
2. Penyimpanan bahan makanan
Tidak semua makanan dapat langsung dikonsumsi, tetapi sebagian
mungkin disimpan baik dalam skala kecil di rumah maupun skala besar di
gudang. Tempat penyimpanan atau gudang harus memenuhi persyaratan
sanitasi sebagai berikut (Chandra : 2007).
a. Tempat penyimpanan dibangun sedemikian rupa sehingga binatang
seperti tikus atau serangga tidak bersarang
b. Jika akan menggunakan rak, harus disediakan ruang untuk kolong agar
mudah membersihkannya.
c. Suhu udara ruang penyimpanan tidak lembab untuk mencegah
tumbuhnya jamur
d. Memiliki sirkulasi udara yang cukup
e. Memiliki pencahayaan yang cukup
3. Pengolahan makanan
Menurut (Sumantri : 2010), terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan dalam
pengolahan makanan, yakni :
a. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan di
olah, tempat pengolahan ini biasa disebut dapur. Dapur mempunyai

24

peranan penting dalam kaitannya pengolahan makanan, karena itu


kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan
diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi.
b. Tenaga pengolah makanan/penjamah makanan
Menurut Depkes RI (2006) dalam buku Sumantri penjamah makanan
adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan
peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan
pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan,
peran dari penjamah makanan sangatlah besar. Penjamah makanan
berpelung untuk dapat menularkan penyakit. Di antara infeksi yang
dapat ditularkan antara lain melalui hidung dan tenggorokan, kuman
Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan
melalui kulit. Penjamah harus berbadan sehat dan terampil.
c. Cara pengolahan makanan
Cara pengolahan makanan yang baik adalah tidak terjadinya
kerusakan-kerusakan baik secara fisik maupun komposisi makanan.
Kerusakan makanan biasa di sebabkan oleh tidak

diterapkannya

prinsip-prinsip sanitasi makanan yang baik atau yang biasa disebut


GMP (good manufacturing practice)
4. Pengangkutan Makanan
Makanan yang berasal dari tempat pengolahan memerlukan pengangkutan
untuk disimpan. Pengangkutan makanan juga merupakan salahsatu jalan
masuknya cemaran, kemungkinan pengotoran makanan terjadi sepanjang
pengangkutan,

bila cara pengangkutan kurang tepat dan alat angkutnya

kurang baik dari segi kualitasnya baik/buruknya maka akan memperbesar

25

kemungkinan terjadinya kontaminasi, seperti kontaminasi oleh bakteri, debu,


bahan kimia, dll. Pengangkutan makanan harus memenuhi syarat kesehatan,
secara ringkas syarat-syarat tersebut yakni :
a. Tempat/alat pengangkut harus dalam kondisi terjaga kebersihannya
b. Tenaga pengangkut tidak dalam kondisi menderita penyakit kulit, flu,
dan lain-lain yang dapat mengkontaminasi makanan
c. Tidak berbicara saat menjamah makanan
d. Memperhatikan tekhnik pengangkutan
e. Pengangkutan makanan yang melewati daerah kotor harus dihindari
5. Penyimpanan makanan jadi
Makanan yang telah di olah disimpan di tempat yang memenuhi
persyaratan sanitasi seperti terlindung dari debu, terhindar dari bahan kimia
berrbahaya, serangga dan lain-lain, di simpan dalam lemari atau alat
pendingin. Penyimpanan makanan harus memperhatikan jenis makanan
dengan kesesuaian suhu simpannya. Menurut Sumantri (2010) berikut adalah
spesifikasi penyimpanan makanan yang baik :
a. Makanan yang disajikan panas harus tetap disimpan dalam suhu di
atas 600C
b. Makanan yang akan disajikan dingin disimpan dalam suhu dibawah
40C
c. Makanan yang disajikan dalam kondisi panas yang disimpan dengan
suhu di bawah 40C harus dipanaskan kembali sampai 600C sebelum
disajikan.
d. Hindari suhu makanan berada pada rentang suhu 240C 600C karena
suhu tersebut merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri
pathogen, optimalnya yakni pada suhu 370C
6. Penyajian makanan
Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah yakni bagaimana
agar makanan tersebut terhindar dari segala macam bentuk kontaminan yang

26

dapat mencemari makanan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam


penyajian makanan berdasarkan prinsip higiene dan sanitasi makanan, yakni
sebagai berikut :
a. Setiap jenis makanan ditempatkan pada wadah terpisah dan tertutup
guna menghindari terjadinya kontaminasi silang.
b. Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan
makanan.
c. Melakukan pencampuran makanan berkuah (bakso, tekwan, pudding,
dll) sesaat sebelum dihidangkan, untuk mencegah terjadinya kerusakan
pada makanan/basi.
d. Penyajian yang disajikan panas di usahakan tetap dalam suhu panas
seperti sup, gulai, bakso, dan lain-lain. Metode tepat yang dapat
digunakan untuk menjaga suhu panas yakni pertahankan suhu di atas
600C dengan cara meletakkan nampan kuah di atas api kecil.
K. Pencucian Alat Makan
Pencucian alat makan yaitu suatu kegiatan membersihkan, mencuci semua
peralatan yang sudah digunakan (produksi, distribusi dan penyajian makanan)
sebelum disimpan dan akan digunakan kembali. Peralatan yang sudah dipakai harus
segera dibersihkan dan disanitasi atau didesifeksi untuk mencegah kontaminasi silang
pada makanan, baik pada tahap persiapan, pengolahan, penyimpanan sementara.
Peralatan pengolahan seperti alat pemotong, papan pemotong (talenan), bak-bak
pencucian / penampungan, alat pengaduk, alat penyaring, alat memasak merupakan
sumber kontaminan potensial bagi pangan.
Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan jajanan
harus sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi persyaratan hygiene sanitasi,

27

untuk menjaga peralatan agar tetap terjaga kebersihannya, maka perlu diperhatikan
upaya-upaya seperti yang ditetapkan oleh Kepmenkes No. 942 Tahun 2006 tentang
Pedoman Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan Jajanan sebagai berikut :
1. peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun;
2. lalu dikeringkan dengan alat pengering/lap yang bersih
3. kemudian peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan di tempat yang bebas
pencemaran.
4. Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sekali
pakai.
Adapun menurut Kepmenkes No. 1402 tahun 2003 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah, dalam hal ini terdapat penambahan
syarat pencucian alat makan yakni : alat makan dicuci dengan menggunakan air
mengalir atau dibilas dengan menggunakan 2 wadah air yang berbeda dengan
menggunakan sabun.
L. Penyakit Akibat Makanan
Menurut Suyono dan Budiman (2011), di antara penyakit yang dapat
disebabkan oleh makanan terbagi atas dua, yakni akibat kontaminasi bakteri (food
borne diseas) dan bahan kimia (Food intoxication). Secara ringkas dapat disebutkan
sebagai berikut :
1. Food borne disesas
a. Kolera karena Vibrio Cholera.
b. Disentri amuba karena Entamoeba Hystolytica.
c. Disentri basiler karena Bacilluss dysentriae.
d. Tifus Abdominalis karena Salmonella/Shigella Typhy.
e. Botulisme karena Mycrobacterium botulinum
f. Foodborne trematodes
g. Dan lain-lain
2. Food Intoxication

28

Adalah penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia yang mencemari


makanan, biasanya melalui wadah

makanan yang terbuat dari plastik,

tercemarnya makanan oleh Pb akibat asap kendaraan, penambahn pemanis


buatan, pewarna, dan lain-lain. Dapat pula terjadi karena alergi (kepiting,
udang, ikan laun, dan lain-lain).
M. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka di atas, maka penulis
merumuskan kerangka teori yang mengacu pada Kepmenkes No.1429 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah.
Lokasi kantin

Fasilitas sanitasi kantin :


1.
2.
3.

4.

Air bersih
Tempat cuci tangan
SPAL
Pembuangan sampah

Penyimpanan dan penyajian


makanan :
1. Tempat
2. Penjamah
Pencucian
alat makan :
3. Tempat
Metode
1.

2. Metode

Kondisi sarana sanitasi dan


pengelolaan makanan pada
kantin Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas

Gambar 1.1
Kerangka teori sarana sanitasi dan pengelolaan
makanan kantin

N. Kerangka Konsep
Lokasi kantin

Fasilitas sanitasi kantin :


Air bersih
Tempat cuci tangan
SPAL
Pembuangan sampah
Penyimpanan dan penyajian
makanan :
1. Tempat
2. penjamah

Kondisi sarana sanitasi dan


pengelolaan makanan pada
kantin Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas

29

Pencucian alat makan :


1. Tempat
2. Metode

Gambar 1.2
Kerangka konsep sarana sanitasi dan pengelolaan makanan kantin
O. SSSSS

30

31

32

33

34

35

P. Variabel penelitian
Variabel penelitian ini terdiri atas: gambaran kondisi lokasi kantin sekolah,
fasilitas sanitasi yang meliputi sarana penyediaan air bersih, sarana pencucian tangan,
sarana pembuangan air limbah (SPAL), sarana pembungan sampah, dan pengelolaan
makanan yang mencakup penyimpanan dan penyajian makanan serta pencucian alat
makan.

36

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian
Jenis penelitian dalam hal ini bersifat deskriptif, yakni menggambarkan
kondisi fasilitas sarana sanitasi dan pengelolaan makanan secara objektif pada kantin
Sekolah Menengah Atas di Kota Bandar Lampung tahun 2015.
B. Subjek Penelitian;
1. Populasi

37

Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah 106 SLTA yang ada di Kota
Bandar Lampung yang meliputi 17 SMA Negeri, 2 MA Negeri, 46 SMA
Swasta, 7 SMK Negeri, dan 34 SMK Swasta.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi SLTA yang memiliki kantin
dan mendapati izin penelitian yakni sejumlah 100 SLTA di Kota Bandar
Lampung
3. Responden
Responden dalam penelitian ini adalah perwakilan guru atau staff sekolah dan
perwakilan pedagang kantin SLTA di Kota Bandar Lampung.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian ini dilakukan di kantin Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang
ada di Kota Bandar Lampung
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan April Mei 2015
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi kantin pada sejumlah
104 SLTA yang ada di Kota Bandar Lampung. Pengamatan dilakukan secara objektif
dengan menggunakan checklist dan

wawancara dengan menggunakan kuisioner.

Data yang dikumpulkan terbagi atas 2 bagian, yakni :


1. Data primer
Data primer adalah data yang didapati dari hasil observasi dengan
menggunakan checklist (seperti sarana penyediaan air bersih, pengelolaan
sampah, SPAL, dll) dan hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner.
2. Data sekunder
Adalah data yang didapati berdasarkan catatan-catatan yang tertulis pada
dinas pendidikan maupun sekolah terkait. Adapun data sekunder yang

38

dimaksud yakni seperti profil sekolah, jumlah sekolah menur\ut catatan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan, dan lain-lain.
E. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan cara editing, yakni data yang telah
terkumpul berikutnya akan di edit yang bertujuan untuk memperjelas dan
mempertegas keutuhan data yang ada dengan cara merapihkan dan
menganggap salah data yang dinilai memiliki kerancuan seperti jawaban lebih
dari satu. Berikutnya data yang telah dilakukan pengeditan akan dimasukkan
kedalam tabel (tabulating) yang kemudian akan di narasikan.
2. Analisis data
Data yang telah rapi setelah melalui proses pengeditan dan tabulating
berikutnya akan dilakukan perbandingan dengan peraturan-peraturan terkait.
Kantin Sekolah dinyatakan memenuhi syarat apabila memenuhi seluruh
kriteria yang tertera pada variabel penilaian.

Anda mungkin juga menyukai