Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN DENGAN FRAKTUR FEMUR

OLEH :
NI LUH PUTRI ARCA DEWI
0902105081

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2013

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

KONSEP DASAR PENYAKIT


1.DEFINISI
a) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya (Smletzer, 2002)
b) Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total
maupun sebagian (Muttaqin, Arif. 2008)
c) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, dkk. 2000)
d) Fraktur adalah peristiwa patahnya atau distrupsi pada tulang (Ignatavicius, Donna
D. 1992)
e) Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti
degenerasi tulang / osteoporosis. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000).
Gambar 1. Fraktur Femur

2.EPIDEMIOLOGI
Insiden fraktur terbuka sebesar 4% dari seluruh fraktur dengan perbandingan lakilaki dan perempuan sebesar 3,64 berbanding 1, dengan kejadian terbanyak pada
kelompok umur decade kedua dan ketiga yang relative mempunyai aktivitas fisik dan
mobilitas yang tinggi. Pada analisis epidemiologi menunjukkan bahwa 40% fraktur
terbuka terjadi pada ekstremitas bawah, terutama daerah tibia dan femur tengah
sedangkan suatu penelitian yang dilakukan oleh Kilbourne et al di Baltimore tahun
2008 mendapatkan pasien fraktur tertutup sebanyak 291 (56%) orang. Menurut Kahlon
et al yang melakukan analisis terhadap penanganan emergensi pasien trauma di bagian
ortopedi Rumah Sakit Umum Lahore terhadap 1289 pasien tahun 2004 didapatkan
jumlah kasus fraktur tertutup sebanyak 915 (71%) pasien. Suatu penelitian yang
dilakukan Armis di Indonesia tahun 2001 mendapatkan pasien fraktur tertutup sebesar
96 % dari seluruh fraktur. Tingginya insiden fraktur tertutup ini disebabkan karena
tingginya angka kecelakaan lalu lintas. Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu
lintas mencapai 12.000 orang per tahun.
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

Untuk fraktur femur yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada
fraktur collum, fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan
usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik, trauma yang
dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi) sedangkan
pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan. Sedangkan fraktur
batang femur, fraktur supracondyler, fraktur intercondyler, fraktur condyler femur
banyak terjadi pada penderita laki laki dewasa karena kecelakaan ataupun jatuh dari
ketinggian. Sedangkan fraktur batang femur pada anak terjadi karena jatuh waktu
bermain dirumah atau disekolah.

3. ETIOLOGI
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a) Cedera traumatik
Dapat disebabkan oleh :

Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga

tulang patah

secara spontan.

Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan
misalnya jatuh dengan kaki berjulur sehingga menyebabkan

fraktur

Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat

b) Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :

Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
dan progresif

Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan nyeri

Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skeletal lain biasanya disebabkan oleh defisiensi
diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau
oleh karena asupan kalsium dan fosfat yang rendah.

Osteoporosis

c) Secara spontan
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan
orang yang bertugas di kemiliteran.

4. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan (Apley, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, 1995). Setelah terjadi fraktur,
periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak
yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke
bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya (Black, 1995)
a)

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur


Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar,
waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan
kepadatan atau kekerasan tulang (Donna, 1995).
b)

Biologi penyembuhan tulang

Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang
tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru
diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang.
Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
Stadium I-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah
membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 48 jam dan perdarahan
berhenti sama sekali. Setelah 24 jam supalai darah disekitar fraktur meningkat
Stadium II-Proliferasi Seluler

Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang
berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang telah mengalami trauma.
Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam
dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa
hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah.
Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung jenis
frakturnya.

Stadium III-Pembentukan Kallus

Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila
diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago.
Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi
dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang
imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan
periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang) menjadi lebih padat
sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur
menyatu.

Stadium IV-Konsolidasi

Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi
lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos
melalui reruntuhan pada garis fraktur dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celahcelah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang
lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban
yang normal.

Stadium Lima-Remodelling

Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan
atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan
tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletakkan pada tempat yang
tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya (Black, 1993
dan Apley,1993)

5. KLASIFIKASI
Berdasarkan hubungan dengan dunia luar:
a) Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang
tidak menonjol melalui kulit
b)

Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi.

Berdasarkan luas dan garis fraktur:


a) Fraktur complete adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberangkan
dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh korteks.
b)

Fraktur incomplete adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis
patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks
yang utuh)

Berdasarkan garis patah tulang:


a)
b)
c)
d)
e)

Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang


Transverse yaitu patah melintang
Longitudinal yaitu patah memanjang
Obligue yaitu garis patah miring
Spiral yaitu patah melingkar

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

Klasifikasi fraktur femur dapat dibagi dalam :


1. FRAKTUR COLLUM FEMUR
Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya penderita
jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan
benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung yaitu karena
gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi dalam :

Fraktur intrakapsuler (Fraktur collum femur)

Fraktur extrakapsuler (Fraktur intertrochanter femur)

2. FRAKTUR SUBTROCHANTER FEMUR


Ialah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi
dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah
klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu :
tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor
tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor
tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor
3. FRAKTUR BATANG FEMUR (dewasa)
Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu
lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang
berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi :
tertutup
terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara
tulang patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;

Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil,
biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus
keluar.

Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena


benturan dari luar.

Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan
lunak banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)

4. FRAKTUR BATANG FEMUR (anak anak)


5. FRAKTUR SUPRACONDYLER FEMUR
Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal ini
biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot otot gastrocnemius, biasanya
fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi
sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi.
6. FRAKTUR INTERCONDYLAIR
Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga umumnya
terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.
7. FRAKTUR CONDYLER FEMUR
Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai
dengan tekanan pada sumbu femur keatas.

6. GEJALA KLINIS
Lewis (2006) menyampaikan gejala klinis dari fraktur adalah sebagai
berikut:
a) Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya
spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan
sekitarnya. Nyeri dirasakan terus menerus dan bertambah beratnya sampai
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur


merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan
gerakan antar fragmen tulang.
b) Bengkak/edama
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada
daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
c) Memar/ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di
jaringan sekitarnya.
d) Spame otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.
e) Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema.
f) Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang frkatur, nyeri atau spasme otot,
paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
g) Mobilitas abnormal
Mobilitas abnormal adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian
yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada
fraktur tulang panjang.
h) Krepitasi
Krepitasi merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang
digerakkan. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak
yang lebih berat.
i) Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma
dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal,
akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
j) Syok hipovolemik
Syok terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat. Ditandai
dengan nadi cepat, kerja jantung meningkat, vasokontriksi.
k) Pemendekan tulang
Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen
sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai
2 inci)
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

7.PEMERIKSAAN FISIK
a) Mengidentifikasi tipe fraktur
b) Inspeksi daerah mana yang terkena

Deformitas yang nampak jelas

Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera

Laserasi

Perubahan warna kulit

Kehilangan fungsi daerah yang cidera

Penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan

Kulit robek atau utuh

Perhatikan adanya sindrom kompartemen pada bagian distal fraktur


femur.

c) Palpasi

Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran

Krepitasi pada daerah paha

Nadi, dingin

Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur

Terdapat nyeri tekan setempat

d) Movement
Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk
menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi dibagian distal
cedera. Gerakan yang dilihat adalah gerakan pasif dan aktif. Berdasarkan
pemeriksaan didapatkan adanya gangguan/keterbatasan gerak tungkai,
ketidakmampuan menggerakkan kaki, dan penurunan kekuatan otot
ekstremitas bawah dalam melakukan pergerakan

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
a) Pemeriksaan Radiologi
Sebagai

penunjang,

pemeriksaan

yang

penting

adalah

pencitraan

menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi


Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu
AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi
tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari
karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas
dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai
dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:

Bayangan jaringan lunak.

Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik


atau juga rotasi.

Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.

Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:
Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang
lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan
struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada
struktur lain juga mengalaminya.
Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh
darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat
trauma.
Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena
ruda paksa.
Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang
rusak.
b) Pemeriksaan Laboratorium
Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),
Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

10

c) Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

9. DIAGNOSIS/ KRITERIA DIAGNOSA


a)

Anamnesis : pada penderita didapatkan riwayat trauma ataupun cedera


dengan keluhan bagian dari tungkai tidak dapat digerakkan

b)

Pemeriksaan fisik :
Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal,
angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting
adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan
dengan fraktur, cedera terbuka
Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian
distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera
pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan
Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih
penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi
dibagian distal cedera.

10. TERAPI/ TINDAKAN PENANGANAN


a) Reduksi
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin
untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

11

edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin
sulit dilakukan bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan. Sebelum
reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus dipersiapkan untuk menjalani
prosedur, dan analgetika diberikan sesuai ketentuan, mungkin perlu dilakukan
anastesia. Ekstremitas yang akan dilakukan manipulasi harus ditangani dengan
lembut untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
dengan manipulasi dan traksi manual. Ekstremitas dipertahankan dalam posisi
yang diinginkan sementara gips, bidai atau alat lain dipasang. Alat imobilisasi
akan menjaga reduksi dan menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang.
Reduksi terbuka digunakan pada fraktur tertentu dengan memakai alat fiksasi
interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi. Traksi dapat digunakan untuk
mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan
spasme otot yang terjadi.
b) Traksi
Traksi adalah cara penyembuhan fraktur yang bertujuan untuk mengembalikan
fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin
Metode Pemasangan traksi:
Traksi Manual
Tujuan : Perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, pada keadaan emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
-

Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya:
otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.

Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat
metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

12

Kegunaan Pemasangan Traksi


Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul kegunaannya :
Mengurangi nyeri akibat spasme otot
Memperbaiki dan mencegah deformitas
Immobilisasi
Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).
Mengencangkan pada perlekatannya.
Macam - Macam Traksi
Traksi Panggul
Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk
mengikat puncak iliaka.
Traksi Ekstension (Bucks Extention)
Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua
kaki. Digunakan untuk immobilisasi tungkai lengan untuk waktu yang
singkat atau untuk mengurangi spasme otot.
Traksi Cervikal
Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme.
Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.
Traksi Russells
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga
digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk
skeletal yang biasa digunakan.Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan
atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara
horisontal pada tibia atau fibula.

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

13

(a)

(b)

Gambar 4. Metode Pemasangan Traksi (a. Skletal traksi. b. Skin traksi)


c) Imobilisasi fraktur.
Setelah fraktur direduksi fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan
dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi
dapat dilakukan dengan fiksasi interna atau eksterna. Metode fiksasi eksterna
meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu. Metode fiksasi interna dalam
bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam.

Gambar 5. Area-area yang tertekan menggunakan Gips

Gambar 6. Fiksasi internal

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

14

Gambar 6. Teknik Fiksasi Internal


Ket: Teknik fiksasi interna. (A) Plat dan sekrup untuk fraktur transversal atau
oblik pendek; (B) Sekrup untuk fraktur oblik dan spiral panjang; (C)
sekrup untuk fragmen butterfly panjang; (D) Plat dan enam sekrup untuk
fragmen butterfly pendek; (E) Nail moduler untuk fraktur segmental
d) Pembedahan
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya
mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan
reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami
cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang
mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah
mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar
menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen
tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat,
dan paku.
Indikasi ORIF :
Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi
Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan
Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi
Excisional Arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi
Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada

didekatnya
Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasuskasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

15

fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan


dijalankan
e) Mempertahankan dan mengembalikan fungsi.
Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Latihan
isometric dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan
meningkatkan aliran darah. Partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri.
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur yaitu:
a. Mempercepat penyembuhan fraktur
Imobilisasi fragmen tulang
Kontak fragmen tulang maksimal
Asupan darah yang memadai
Nutrisi yang baik
Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang
Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D
b. Menghambat penyembuhan tulang
Trauma lokal ekstensif
Kehilangan tulang
Imobilisasi tidak memadai
Rongga atau adanya jaringan diantara fragmen tulang
Infeksi
Keganasan lokal
Nekrosis avaskuler
Usia (pada lansia sembuh lebih lama)

11.KOMPLIKASI
Komplikasi awal
a) Syok
Syok hipovolemik atau traumatic akibat perdarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan ekstrasel ke
b)

jaringan yang rusak.


Sindrom emboli lemak

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

16

Setelah terjadi fraktur femur dapat terjadi emboli lemak khususnya pada
dewasa muda (20-30 tahun) pria. Pada saat terjadi fraktur, globula lemak
dapat masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari
tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres
pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula
lemak dalam aliran darah. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit
membentuk emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil yang
memasok otak, paru, ginjal dan organ lain. Awitan gejalanya sangat cepat,
dapat terjadi dari beberapa jam sampai satu minggu setelah cedera, namun
paling sering terjadi dalam 24 sampai 72 jam. Gambaran khasnya berupa
hipoksia, takipnea, takikardia dan pireksia. Gangguan cerebral diperlihatkan
dengan adanya perubahan status mental yang bervariasi dari agitasi ringan
dan kebingungan sampai delirium dan koma yang terjadi sebagai respon
c)

terhadap hipoksia, akibat penyumbatan emboli lemak di otak.


Sindrom kompertemen
Sindrom kompartemen disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen
otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat atau gips atau balutan
yang menjerat, atau peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau
perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah. Pasien mengeluh adanya
nyeri dalam, berdenyut tak tertahankan. Palpasi pada otot akan terasa

pembengkakan dan keras.


Komplikasi lambat
a) Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan
Penyatuan terlambat terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan kecepatan
normal untuk jenis dan tempat fraktur tertentu. Penyatuan terlambat mungkin
berhubungan dengan infeksi sistemik atau distraksi fragmen tulang. Tidak ada
penyatuan terjadi karena kegagalan penyatuan ujung-ujung patahan tulang.
Malunion : tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan

b)

kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.


Non union : tulang yang tidak menyambung kembali
Nekrosis avaskuler tulang
Nekrosis avaskuler terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan mati,
dapat terjadi setelah fraktur khususnya pada kolum femoris. Tulang yang mati

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

17

mengalami kolaps atau diabsorbsi dan diganti dengan tulang baru. Pasien
c)

mengalami nyeri dan keterbatasan gerak.


Reaksi terhadap alat fiksasi interna
Alat fiksasi interna biasanya diambil setelah penyatuan tulang telah terjadi,
namun pada kebanyakan pasien alat tersebut tidak diangkat sampai
menimbulkan gejala. Nyeri dan penurunan fungsi merupakan indikator utama
telah terjadi masalah. Masalah tersebut meliputi pemasangan dan stabilisasi
yang tidak memadai, alat yang cacat atau rusak, berkaratnya alat
menyebabkan inflamasi lokal, respon alergi terhadap campuran logam yang
digunakan dan remodeling osteoporotik di sekitar alat fiksasi.

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

18

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Pola Pemeliharaan dan Persepsi Terhadap Kesehatan
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya
dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan
tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti
penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium,
pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah
klien melakukan olahraga atau tidak.(Ignatavicius, Donna D,1995).
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya
seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses
penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu
menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi
dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar
matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal
terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan
mobilitas klien.
c. Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada
pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi,
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada
kesulitan atau tidak. (Keliat, Budi Anna, 1991)
d. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian
dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan
kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos. Marilynn E, 1999).

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

19

e. Pola Aktivitas dan latihan


Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien
menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal
lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien.
Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding
pekerjaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995)
f. Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien
harus menjalani rawat inap (Ignatavicius, Donna D, 1995).
g. Pola Persepsi Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan
akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image)
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
h. Pola Perseptual
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur,
sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. Begitu juga pada kognitifnya
tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
i. Pola Seksual & Reproduksi
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual
karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang
dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah
anak, lama perkawinannya (Ignatavicius, Donna D, 1995).
j. Pola Manajemen Koping Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan
timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh
klien bisa tidak efektif (Ignatavicius, Donna D, 1995).
k. Pola Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik
terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan
keterbatasan gerak klien (Ignatavicius, Donna D, 1995)

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

20

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRE OP
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (desakan fragmen cedera pada
jaringan lunak) ditandai dengan klien tampak meringis, laporan secara verbal terasa
nyeri, perubahan posisi untuk menghindari nyeri.
2. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi sistemik ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh > 37,5 C, akral teraba hangat.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur otot ditandai dengan
klien tidak mampu menggerakkan tangannya, klien mengeluh nyeri saat menggeser
tangannya.
4. Defisit perawatan diri: mandi, berpakaian, makan, eliminasi berhubungan dengan
kontraktur otot ditandai dengan klien tidak mampu memegang alat mandi, klien
tidak mampu menggunakan pakaian sendiri, klien minta dibantu untuk makan dan
eliminasi.
5. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan vaskularisasi
ditandai dengan oedema ekstremitas, sianosis, perubahan temperatur kulit.
6. PK: Perdarahan
7. PK: Anemia
8. Ansietas berhubungan perubahan kondisi fisik (patah tulang) ditandali dengan klien
mengeluh merasa cemas dengan situasi fisiknya, klien tampak gelisah.
POST OP
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (pemasangan ORIF/OREF)
ditandai dengan klien mengeluh nyeri, klien mengatakan nyeri terasa tajam, nyeri
terasa pada kaki ditempat operasi, klien mengatakan skala nyeri 1-10, klien
mengatakan nyeri hilang timbul dan meningkat apabila kaki digerakkan, klien
tampak gelisah, klien tampak meringis kesakitan, klien tampak tidak nyaman
(posisi melindungi bagian yang nyeri).
2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif aibat tindakan ORIF/OREF
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan terapi pembatasan gerak ditandai
dengan klien tidak mapu menggerakkan kakinya
4. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik dan faktor
mekanik yang menimbulkan penekanan
5. PK : perdarahan
6. Defisit perawatan diri mandi/kebersihan

berhubungan

dengan

kerusakan

musculoskeletal dan terapi pembatasan gerak ditandai dengan klien mengatakan

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

21

tidak mampu untuk melakukan perawatan dirinya sendiri, klien tampak kotor dan
bau.

3. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (desakan fragmen cedera
pada jaringan lunak) ditandai dengan klien tampak meringis, laporan secara
verbal terasa nyeri, perubahan posisi untuk menghindari nyeri.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama..x 24 jam diharapkan klien dapat
mengontrol nyeri dengan criteria hasil :
Klien mengenali onset nyeri (5 cansistenly demostrated)
Klien dapat mendeskripsikan factor penyebab (5 cansistenly demostrated)
Klien menerapkan teknik manajemen nyeri non farmakologis (5 cansistenly

demostrated)
Klien menggunakan

analgesic

sesuai

rekomendasi

(5

cansistenly

demostrated)
Klien dapat menurunkan level nyeri dengan criteria hasil :
Klien tidak melaporkan adanya nyeri (5 none)
Ekspresi wajah terhadap nyeri (5 none)
Diaphoresis (5 none)
RR dalam batas normal (16-20 kali/menit) (5 No deviation from normal

range)
Nadi dalam batas normal (60-100 kali/menit) (5 No deviation from normal

range)
Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg) (5 No deviation from
normal range)

Intervensi :
Label NIC : Pain Management
a. Lakukan penilaian yang komprehensif dari rasa sakit untuk memasukkan lokasi,
karakteristik, onset / durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri,
dan faktor pencetus
b. Amati isyarat nonverbal ketidaknyamanan, terutama dalam mereka yang tidak
mampu untuk berkomunikasi secara efektif
c. Pastikan pasien yang menerima perawatan analgesic mendapat perhatian
d. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengakui mengalami rasa sakit
dan menyampaikan respon penerimaan pasien terhadap nyeri
e. Eksplorasi pengetahuan dan keyakinan pasien tentang rasa sakit
f. Pertimbangkan pengaruh budaya pada respon nyeri
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

22

g. Tentukan dampak dari pengalaman nyeri pada kualitas hidup (poa tidur, nafsu
makan, aktivitas, kognisi,mood, hubungan, kualitas kerja, dan tanggung jawab
peran)
h. Eksplorasi dengan pasien faktor-faktor yang menghilangkan / memperburuk
nyeri
i. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan mendapatkan dukungan
j. Manfaatkan metode penilaian sesuai dengan tahapan perkembangan

yang

memungkinkan untuk pemantauan perubahan dalam rasa sakit dan yang akan
membantu dalam mengidentifikasi faktor pencetus aktual dan potensial (diary
harian)
k. Kendalikan faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
l. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor

yang

memicu

atau meningkatkan

pengalaman nyeri (rasa takut, kelelahan, monoton, kurangnya pengetahuan)


m. Pilih dan terapkan berbagai tindakan (farmakologi, nonfarmakologi,
n.
o.
p.
q.

interpersonal) untuk memfasilitasi pemberian bantuan nyeri, jika sesuai


Ajarkan prinsip manajemen nyeri
Pertimbangkan jenis dan sumber rasa sakit ketika memilih strategi nyeri
Dorong pasien untuk memantau nyeri sendiri dan untuk menangani dengan tepat
Ajarkan penggunaan
teknik nonpharmacological (biofeedback, TENS,hipnosis, relaksasi,
imagery, etc.) sebelum,

sesudah, dan jika mungkin, selama

guided
kegiatan yang

menyakitkan; sebelum rasa sakit muncul atau meningkat; dan bersama penghilang
rasa sakit lainnya.
Label NIC :Analgesic Administration
a. Ketahui lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum memberikan
pasien medikasi
b. Lakukan pengecekan terhadap riwayat alergi
c. Pilih analgesic yang sesuai atau kombinasikan analgesic saat di resepkan anagesik
lebih dari
d. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan setelah diberikan analgesic dengan satu
kali dosis atau tanda yang tidak biasa dicatat perawat
e. Evaluasi keefektian dari analgesic
Label NIC :Vital sign Monitoring
a. Monitor TTV klien (tekanan darah, nadi, suhu, dan RR)

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

23

2. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi sistemik ditandai dengan


peningkatan suhu tubuh > 37,5 C, akral teraba hangat.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu klien dalam
batas normal dengan kriteria hasil :
Label NOC >> Thermoregulation

Penurunan suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5 derajat celcius)


Pemberian kompres hangat

Label NOC >> Vital Signs


Suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,5 derajat celcius
HR dalam batas normal 60-100x/menit
RR dalam batas normal 16-20x/menit
BP dalam batas normal 120mmHg
Intervensi
Fever Treatment
1. Pantau suhu tubuh klien
2. Pantau perubahan warna kulit klien
3. Anjurkan klien untuk menggunakan selimut atau pakaian yang menyerap
keringat
4. Berikan kompres hangat
5. Kolaborasi pemberian obat antipiretik sesuai kebutuhan
6. Kolaborasi pemberian cairan melalui intravena sesuai kebutuhan
Vital Sign Monitoring
1. Pantau TTV (Tekanan darah , denyut nadi, respirasi rate)
2. Catat perubahan tanda-tanda vital yang terjadi
Temperatur regulation
1. Memantau tanda dan gejala dari hipotermia dan hipertermia
2. Ajarkan klien atau keluarga klien dalam menangani hipertermia seperti
memberikan kompres hangat
3. Diskusikan tentang pentingnya mempertahankan suhu tubuh tetap normal dan
efek negative yang memungkinkan dari hipertermia
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur otot ditandai
dengan klien tidak mampu menggerakkan tangannya, klien mengeluh nyeri
saat menggeser tangannya.
Setelah diberikan asuhan keperawatan ... x 24 jam diharapkan kekakuan otot tidak
terjadi, dengan kriteria hasil:
Fleksbilitas sendi dapat dipertahankan
Otot tidak mengalami atropi

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

24

Otot tidak mengalami kontraktur


Intervensi
NIC Label: Bed Rest Care
1. Menjelaskan alasan memerlukan istirahat
2. Posisikan sikap tubuh yang tepat
3. Jauhkan pemakaian linen yang bertekstur kasar
4. Jaga kebersihan linen dan bebas dari kusut
5. Menaikkan siderails jika diperlukan
6. Tempatkan meja disamping tempat tidur untuk mudah mencapai
7. Ubah posisi indikasi kondisi kulit
8. Ubah posisi setiap 2 jam pasien yang imobilisasi
9. Monitor kondisi kulit
10. Ajarkan latihan ditempat tidur
11. Tunjukkan latihan ROM passive maupun aktif
12. Bantu untuk tindakan hygiene
13. Monitor untuk konstipasi
14. Monitor fungsi urinary
15. Monitor status pulmonal
NIC Label: Exercise Therapy : Joint Mobility
1. Tentukan keterbtasan pergerakan sendi
2. Kolaborasi dengan fisioterapi untuk perkembangan dan menentukan program
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

latihan
Jelaskan pada klien/keluarga tujuan dan rencana untuk latihan sendi
Monitor lokasi dan karakteristik ketidaknyamanan dan nyeri selama latihan
Lindungi pasien dari trauma saat latihan
Bantu pasien dalam posisi tubuh yang optimal untuk gerakan sendi aktif/passive
Menganjurkan latihan ROM aktif, menurut jadwal yang direncanakan
Lakukan aktif dan passive ROM, jika diindikasikan
Menganjurkan pasien untuk membayangkan gerakan tubuh sebelum memulai

gerakan
10. Bantu dengan gerakan sendi yang berirama dan teratur dengan pembatasan nyeri,
ketahanan
11. Menganjurkan ambulasi
12. Memberikan reinforcement positif untuk latihan sendi
NIC Label: Environmental Management
1. Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien
2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, berdasarkan tingkat fisik, fungsi kognitif
3.
4.
5.
6.
7.

dan sejarah tingkah laku


Hilangkan bahaya lingkungan
Jauhkan objek berbahaya dari lingkungan
Menjaga dengan siderail jika diperlukan
Sediakan tempat tidur yang rendah jika diperlukan
Tempatkan furniture diruangan dengan susunan terbaik untuk akomodasi
ketidakmampuan pasien dan keluarga
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

25

8. Menyediakan ruangan pribadi jika diperlukan


9. Menyediakan lingkungan yang bersih dan kenyamanan tempat tidur
10. Kurangi stimulasi lingkungan jika diperlukan
11. Jauhkan dari pajanan yang tidak diperlukan, mengerikan dan panas
12. Manipulasi pencahayaan untuk keuntungan terapeutik
13. Batasi pengunjung
NIC Label: Exercise Promotion: Stretching
1. Bantu pasien untuk mengeksplorasi kepercayaan dirinya sendiri, motivasi dan
tingkat kemampuan neuromusculoskleletal
2. Memberikan informasi tentang hubungan umur terhadap pergantian struktur
neuromuskuloskeletal dan efek jika tidak digunakan
3. Bantu mengembangkan jadwal untuk latihan berdasarkan umur, status fisik, tujuan,
motivation, dan gaya hidup.
4. Instruksikan untuk memulai latihan rutin di group sendi /otot yang mengalami
kekakuan dan berangsur angsur bergerak untuk kelompok sendi / otot yang
geraknya terbatas
5. Instruksikan menjauhi gerakan yang cepat untuk mencegah stimulasi berlebihan
pada reflex miostatik atau stress berlebihan pada otot
6. Monitor ketaatan teknik dan jadwal, khususnya pada waktu dan tempat\
7. Kolaborasi dengan anggota keluarga dalam menetapkan perencanaan, pangajaran,
dan pengawasan pada rencana latihan
4. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kontraktur otot ditandai
dengan klien tidak mampu memegang alat mandi, klien tidak mampu
menggunakan pakaian sendiri, klien minta dibantu untuk makan dan
eliminasi.
Setelah diberikan asuhan keperawatan ... x 24 jam diharapkan perawatan diri: mandi
adekuat, dengan kriteria hasil:
NOC Label >>> Self-care: bathing
Mencuci muka
Mencuci tubuh bagian atas
Mencuci tubuh bagian bawah
Membersihkan daerah perineal
Mengeringkan tubuh
Mempertahankan kebersihan tubuh
Intervensi
NIC Label >>> Self-Care Assistance: Bathing/hygiene

Bantu dengan mandi diatas tempat tidur


Letakkan handuk, sabun, deodorant, alat pencukur, dan kebutuhan lainnya da
samping tempat tidur di kamar mandi
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

26

Menyediakan benda-benda yang diinginkan (misalnya deodorant, sikat gigi, and

sabun mandi)
Cuci rambut, sesuai kebutuhan atau keinginan
Mandi pada air dengan suhu yang nyaman (sesuai)
Bantu untuk melakukan perawatan perineal sesuai kebutuhan
Bantu melakukan langkah-langkah kebersihan (contohnya memakai deodorant

atau pewangi (parfum))


Bantu mengelola pembersihan kaki, sesuai kebutuhan
Oleskan salep atau krim sebagai pelembab untuk daerah kulit yang kering
Taburkan bubuk pengering pada lipatan kulit dalam
Pantau kondisi kulit saat mandi
Pantau kemampuan fungsional saat mandi
Fasilitasi pasien menyikat gigi
Fasilitasi pasien memandikan diri sendiri
Pantau pembersihan kuku, sesuai kemampuan perawatan diri pasien
Sediakan bantuan sampai pasien mampu melakukan perawatan diri secara penuh
(utuh)

NIC Label >>> Foot Care

Periksa kulit terkait kemungkinan adanya iritasi, retak, lesi, kalus, deformitas,

atau edema
Periksa sepatu pasien terkait ketepatan dan kecocokan
Bantu mengelola pembersihan kaki, sesuai kebutuhan
Keringkan secara hati-hati diantara jari kaki
Oleskan lotion
Bersihkan kuku
Oleskan bubuk yang menyerap kelembaban, sesuai indikasi
Diskusikan dengan pasien rutinitas perawatan kaki yang biasanya dilakukan
Instruksikan pasien/keluarga pentingnya perawatan kaki
Berikan umpan balik positif tentang aktivitas perawatan kaki
Pantau cara berjalan dan distribusi beban pada kaki klien
Pantau kebersihan dan kondisi umum dari sepatu dan stockings (kaus kaki)
Instruksikan pasien untuk memeriksa bagian dalam sepatu terutama bagian yang

kasar
Pantau status hidrasi kaki
Pantau ketidakcukupan aliran arteri pada tungkai bawah
Pantau edema pada kaki
Instruksikan pasien untuk memantau suhu kaki dengan punggung tangan
Instruksikan pasien pentingnya memeriksa kaki, terutama saat sensasi pada kaki
berkurang

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

27

Ketika lembut, potong kuku kaki dalam ketebalan normal dengan menggunakan

pemotong kuku dan kurva kuku kaki sebagai panduan


Rujuk pada podiatrist yang sesuai untuk memotong kuku yang menebal
Periksa kuku terkait ketebalan dan perubahan warna
Ajarkan pasien cara menyiapkan dan memotong kuku

5. Gangguan

perfusi

jaringan

perifer

berhubungan

dengan

gangguan

vaskularisasi ditandai dengan oedema ekstremitas, sianosis, perubahan


temperatur kulit.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .x 24 jam, diharapkan perfusi jaringan
perifer kembali efektif, dengan kriteria hasil:
Tidak ada nekrosis pada jari-jari.
CRT dalam batas normal (kurang dari 3 detik).
Akral hangat.
Tidak ada sianosis pada kuku kaki ataupun tangan.
Intervensi
NIC LABEL Hemodinamik regulation
Monitor dan dokumentasi heart rate,irama jantung , dan tekanan darah
Monitor tekanan perifer ,capilaryrevil, dan perubahan suhu dan warna kulit
ekstremitas
Monitor nilai elektrolit dalam tubuh
Monitor intake atau output,dan berat badan pasien sesuai indikasi
Hidarkan pasien dari sumber stresor
Monitor efek pengobatan
Auskultasi suara jantung
NIC Label : Posisi
Tempatkan pasien pada tempat tidur terapi yang sesuai
Sediakan rempat tidur yang nyaman
Anjurkan pasien untuk merubah posisi setiap waktu jika memungkinkan
Monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah perubahan posisi
Hindarkan penempatan pada posisi pasien yang dapat meningkatkan nyeri
Minimalkan fricxtion dan pergeseran ketika posisi berbalik
Sediakan bantal penopang di tempat tidur pasien
Posisikan pasien dengan tepat bila menggunakan kateter
Jauhkan posisi pasien bila menekan daerah luka pasien
Instruksikan pada pasien bagaimana cara menggukan postur tubuh yang baik dan

body mekanik ketika melakukan kegiatan sehari-hari


Monitor penggunaan alat traction dengan benar
Evaluasi posisi kepala di tempat tidur dengan baik
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

28

Lakukan imobolisasi pada pasien setiap 2 jam

NIC LABEL: VITAL SIGN MONITORING

Monitor perubahan tekanan darah, nadi, RR, dan suhu tubuh pasien.
Monitor perubahan tekanan darah pada pasien saat berbaring, duduk, dan berdiri.
Monitor tekanan darah pasien setelah diberikan pengobatan.
Monitor perubahan tanda-tanda vital setelah pasien melakukan aktivitas sedang
Monitor perubahan suhu tubuh klien bila terjadi hipertermia atau hipotermia.
Pantau perbedaan tekanan apical dan radial pada pasien.
Auskultasi irama jantung
Monitor abnormalnya sistem pernapasan pasien bila adanya Cheyne-stokes,

kussmaul, biot, apneu, dan adanya sianosis.


Monitor warna kulit, suhu kulit, dan kelembapan kulit.
Identifikasi kemungkinan yang ada penyebab terjadinya perubahan vital sign.
Pantau secara berkala pada pasien dengan akurasi yang tepat untuk mendapatkan

data yang valid pada pasien.


Mandiri
Pertahankan ekstremitas hangat

(jangan

menggunakan

bantalan

atau

pemanas/botol air panas).


Rasional: ektremitas hangat menandakan adanya sirkulasi ke jaringan.
Penggunaan bantalan pemanas/botol air panas tidak diindikasikan sebab individu
dengan gangguan gangguan vascular perifer dapat mengalami gangguan dalam
sensasi dan tidak dapat menentukan jika suhu panas merusak jaringan,
penggunaan pemanas eksternal juga dapat meningkatkan kebutuhan metabolic
jaringan melebihi kapasitasnya.
Dorong latihan rentang gerak.
Rasional: latihan rentang gerak dapat memperlancar sirkulasi.
Ajarkan klien faktor yang dapat meningkatkan aliran darah vena: ubah posisi,
goyangkan jari tangan dan kaki setiap jam.
Rasional: untuk meningkatkan aliran darah vena.
Ajarkan klien untuk mempertahankan kekeringan kulit terlumasi.
Rasional: kulit pecah dapat meningkatkan barier fisik terhadap infeksi.
Ajarkan klien untuk memodifikasi faktor risiko, misal: hindari makanan tinggi
kolesterol.
Rasional: makanan tinggi kolesterol dalam jangka waktu yang lama dapat
menimbulkan thrombus yang berisiko mempersempit pembuluh darah sehingga
mengurangi perfusi jaringan.
6. PK: Perdarahan
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

29

Setelah di berikan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapakan komplikasi


perdarahan dapat dicegah dengan criteria hasil:
NOC label >> Blood loss severity
Tidak terjadi kehilangan darah yang nyata
Tidak terjadi penurunan tekanan darah sistolik
Tidak terjadi penurunan tekanan darah diastolic
Tidak terjadi peningkatan nadi apical
Tidak terjadi penurunan suhu tubuh
Tidak terjadi penurunan kognisi
Tidak terjadi penurunan hemoglobin
Tidak terjadi penurunan hematocrit
Intervensi
NIC Label >> Shock management

Monitor vital sign, tekanan darah orthostatic, mental status, dan haluaran urin.

Monitor pemeriksaan labolatorium yang terkain perfusi jaringan (peningkatan


asam laktat , penurnan PH arteri)

Administrasikan crystalloid IV sesuai indikasi

Administrasikan medikasi vasoaktif sesuai indikasi

Beri terapi oksigen dan mekanikal ventilasi jika diperlukan

Monitor parameter hemodinamic ( central venous pressure. Pulmonary capilary)

Monitor nadi untuk bradikardi (<110kali/menit) atau taki kardia (>160


kali/menit) hingga 10 menit terkahir sesuai indikasi

Pertahankan patensi akses IV

Catat takikardia/bradikardia, penurunan tekanan darah, tekanan nadi perifer,


pucat, sianosis, dan diaphoresis

Pertahankan ekspektasi realistik pada pasien dan keluarga

NIC Label >> Bleeding reduction

Identifikasi penyebab perdarahan

Monitor pasien dengan teliti pada hemoragi

Monitor kehilangan darah

Catat hemoglobin dan hemotocrite setelah kehilangan darah sesuai indikasi

Monitor parameter hemodinamik PT, PTT, fibrinogen, dan platelet

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

30

Monitor hantaran oksigen pada jaringan PaO2, SaO2, hemoglobin, dan cardiac
output.

Jelaskan pada pasien dan keluarga mengenai perdarahan yang terjadi dan
tindakan yang akan dilakukan

Lakukan transfuse darah jika diperlukan

Pertahankan akses IV

Administrasikan produk darah (platelets, frozen plasma, dan lain-lain)

Aplikasikan pressure dressing jika diperlukan

7. PK: Anemia
Setelah di berikan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapakan komplikasi
anemia dapat dicegah dengan criteria hasil:
NOC label >> Blood loss severity
Tidak terjadi penurunan tekanan darah sistolik
Tidak terjadi penurunan tekanan darah diastolic
Tidak terjadi peningkatan nadi apical
Tidak terjadi penurunan suhu tubuh
Tidak terjadi penurunan kognisi
Hemoglobin dalam batas normal
Hematocrit dalam batas normal
NOC label >> Blood Transfusion Reaction
Tidak terjadi peningkatan nadi apical
Tidak terjadi penurunan TD
Tidak terjadi demam
Tidak terjadi gatal dan kemerahan
Tidak terjadi kelemahan
Tidak terjadi mual
Tidak terjadi hemoglobinuria
Tidak terjadi nyeri dada
Intervensi:
NIC Label >> Blood Products Administration
Cek kebenaran permintaan transfuse dari dokter
Kaji riwayat transfuse pasien
Pastikan kembali inform consent pasien
Pastikan produk darah sudah tersedia sesuai dengan golongan darah pasien
Pastikan produk darah sesuai untuk pasien, tipe Rh, jumlah unit, dan tanggal
kadaluarsa sudah sesuai

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

31

Ajarkan pasien tanda dan gejala reaksi transfusi (gatal, menggigil, pernapasan

memendek, nyeri dada)


Berikan transfuse dengan sistem penyaringan
Lakukan priming dengan cairan normal salin
Siapkan blood warmer untuk transfuse
Lakukan pemasangan infuse
Hindari pemberian transfuse darah lebih dari satu unit dalam satu waktu, kecuali

jika pasien sangat membutuhkan


Monitor lokasi IV line untuk tanda dan gejala infiltrasi, phlebitis dan infeksi

lokal
Monitor TTV
Monitor reaksi transfusi
Monitor overload cairan
Monitor dan pertahankan kecepatan transfusi
Berikan kembali normal salin setelah transfusi berakhir
Dokumentasikan lamanya waktu transfusi
Dokumentasikan caira infuse yang digunakan
Stop transfusi apabila reaksi darah terjadi dan biarkan vena mendapatkan normal

salin
Lakukan pengambilan sampel darah dan sampel urine pertama setelah reaksi

transfusi
Monitor hasil laboratorium segera, pada kejadian reaksi darah
Pertahankan universal precaution
8. Ansietas berhubungan perubahan kondisi fisik (patah tulang) ditandali
dengan klien mengeluh merasa cemas dengan situasi fisiknya, klien tampak
gelisah.
Setelah di berikan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapakan kecemasan klien
berkurang dengan criteria hasil:
NOC Label >> Anxiety Level

Tidak mengalami gelisah

Tidak mengalami distress

Tidak mengalami peningkatan TD, RR dan nadi

Tidak mengalami gangguan tidur

NOC Label >> Anxiety Self-Control

Mampu memonitor intensitas ansietas

Mampu menghindari penyebab ansietas


Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

32

Mampu merencanakan strategi koping untuk menghadapi stress

Intervensi
NIC Label >> Anxiety Reduction

Buat klien tenang dengan pendekatan yang meyakinkan


Menyatakan dengan jelas perubahan untuk tingkah laku pasien
Lihat dan pahami perspektif pasien dalam situasi stress
Berikan informasi yang factual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis

yang akan di berikan kepada pasien


Mengatakan kepada pasien untuk

mempengaruhi kesehatannya
Memberikan perhatian dengan mendengarkan keluhan atau masalah klien
Selalu mengidentifikasi perubahan tingkat kecemasan
Observasi tanda-tanda cemas verbal dan non verbal

mengurangi

rasa

takutnya

untuk

NIC Label >> Calming Technique

Mempertahankan kontak mata denngan pasien

Mempertahankan ketengan pasien

Duduk dan berbicara dengan klien dengan wajah tersenyum

Memberikan sentuhan di daerah dahi

Mengurangi atau menghilangkan rangsangan hal yang menyebabkan ketakutan


dan kecemasan

Mengidentifikasi signifikan lainnya yang dimana kehadirannya dapat membantu


pasien

Yakinkan pasien terhadap keselamatan diri dan keamanannya

Menawarkan cairan hangat atau susu

Menawarkan mandi air hangat

Menggunakan tenik distraksi yang sesuai

9. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif aibat tindakan


ORIF/OREF
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam pasien menunjukkan kontrol
terhadap infeksi dengan kriteria hasil :
NOC Label >> Risk Control

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

33

Mengetahui faktor resiko infeksi

Mengotrol faktor risiko dari lingkungan

Membangun strategi efektif pengendalian risiko

Menggunakan dukungan sistem personal untuk meminimalkan risiko

NOC label >>> Treatment Behavior : Illness or Injury

Keluarga

Klien

mampu

mengikuti

tindakan

pencegahan

yang

mampu

mengikuti

tindakan

pengobatan

yang

direkomendasikan

Keluarga

Klien

direkomendasikan

Keluarga Klien mampu memonitor efek pengobatan terapeutik

Intervensi
NIC Label>>Infection Control

Terapkan pencegahan universal

Berikan hygiene yang baik.

NIC Label>>Infection Protection

Monitor tanda dan gejala infeksi lokal/sistemik

Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

Gunakan sarung tangan steril dalam tindakan pemeriksaan dalam.

Pertahankan kesterilan selama melakukan tindakan

NIC Label>>Vital Sign Monitoring

Pantau suhu tubuh dan denyut nadi tiap 8 jam

NIC Label>>Enviromental management

Jaga kebersihan tempat tidur, lingkungan

NIC Label >> Wound Care

Ganti dressing dan perekat

Cukur rambut di sekitar daerah yang luka, jika diperlukan

Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran dan bau

Ukur kedalaman luka, jika diperlukan

Bersihkan dengan normal saline atau pembersih non-toxic, jika diperlukan

Berikan perawatan pada daerah insisi, jika diperlukan


Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

34

Berikan perawatan kulit dengan luka bernanah, jika diperlukan

Gunakan dressing luka yang dianjurkan sesuai dengan jenis lukanya

Perkuat dressing jika diperlukan

Pertahankan teknik dressing yang steril saat melakukan perawatan, jika


diperlukan

Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase yang keluar.

NIC Label >> Health Education

Berikan penjelasan tentang mengapa pasien menghadapi risiko infeksi, tanda


dan gejala infeksi

NIC Label >> Medication Administration

Berikan antibiotik sesuai program

4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang sudah dilakukan

5. EVALUASI
No.
Dx
1

Diagnosa keperawatan

Evaluasi

Nyeri akut berhubungan dengan agen Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
cedera fisik (desakan fragmen cedera Klien tampak mengenali onset nyerinya secara
pada jaringan lunak) ditandai dengan
klien tampak meringis, laporan secara
verbal terasa nyeri, perubahan posisi
untuk menghindari nyeri.

konsisten
Klien tampak dapat mendeskripsikan factor
penyebab nyeri
Klien tampak

Hipertermi

berhubungan

menerapkan

teknik

manajemen nyeri non farmakologis secara

dapat

dengan

respon inflamasi sistemik ditandai

konsisten.
Klien tidak meringis
RR dalam batas normal (16-20 kali/menit)
Nadi dalam batas normal (60-100 kali/menit)
Tekanan darah dalam batas normal (120/80
mmHg)
Penurunan suhu tubuh dalam batas normal
(36,5-37,5 derajat celcius)

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

35

dengan peningkatan suhu tubuh >


37,5 C, akral teraba hangat.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan

derajat celcius
HR dalam batas normal 60-100x/menit
RR dalam batas normal 16-20x/menit
BP dalam batas normal 120mmHg
Fleksbilitas sendi dapat dipertahankan

dengan

ditandai

Otot tidak mengalami atropi

mampu

Otot tidak mengalami kontraktur

dengan

kontraktur
klien

mengeluh

otot
tidak

menggerakkan

Pemberian kompres hangat


Suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,5

tangannya,

nyeri

saat

tangannya.
Defisit
perawatan

klien

menggeser

diri:

mandi

berhubungan dengan kontraktur otot


ditandai dengan klien tidak mampu
memegang alat mandi, klien tidak
mampu menggunakan pakaian sendiri,

Mencuci muka
Mencuci tubuh bagian atas
Mencuci tubuh bagian bawah
Membersihkan daerah perineal
Mengeringkan tubuh
Mempertahankan kebersihan tubuh

klien minta dibantu untuk makan dan


5

eliminasi.
Gangguan perfusi jaringan perifer
berhubungan

dengan

gangguan

vaskularisasi ditandai dengan oedema


ekstremitas,

sianosis,

temperatur kulit.
6

PK: Perdarahan

PK: Anemia

perubahan

Tidak ada nekrosis pada jari-jari.


CRT dalam batas normal (kurang dari 3

detik).
Akral hangat.
Tidak ada sianosis pada kuku kaki ataupun
tangan.
Tidak terjadi kehilangan darah yang nyata
Tidak terjadi penurunan tekanan darah

sistolik
Tidak terjadi penurunan tekanan darah

diastolic
Tidak terjadi peningkatan nadi apical
Tidak terjadi penurunan suhu tubuh
Tidak terjadi penurunan kognisi
Tidak terjadi penurunan hemoglobin
Tidak terjadi penurunan hematocrit
Tidak terjadi penurunan tekanan darah
sistolik

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

36

Tidak terjadi penurunan tekanan darah

perubahan

diastolic
Tidak terjadi peningkatan nadi apical
Tidak terjadi penurunan suhu tubuh
Tidak terjadi penurunan kognisi
Hemoglobin dalam batas normal
Hematocrit dalam batas normal
Tidak terjadi peningkatan nadi apical
Tidak terjadi penurunan TD
Tidak terjadi demam
Tidak terjadi gatal dan kemerahan
Tidak terjadi kelemahan
Tidak terjadi mual
Tidak terjadi hemoglobinuria
Tidak terjadi nyeri dada
Tidak mengalami gelisah

kondisi fisik (patah tulang) ditandali

Tidak mengalami distress

dengan klien mengeluh merasa cemas

Tidak mengalami peningkatan TD, RR

Ansietas

berhubungan

dengan situasi fisiknya, klien tampak


gelisah.

dan nadi

Tidak mengalami gangguan tidur

Mampu memonitor intensitas ansietas

Mampu menghindari penyebab ansietas

Mampu merencanakan strategi koping

Risiko infeksi berhubungan dengan

untuk menghadapi stress


Mengetahui faktor resiko infeksi

prosedur

Mengotrol faktor risiko dari lingkungan

Membangun strategi efektif pengendalian

invasif

ORIF/OREF

aibat

tindakan

risiko

Menggunakan dukungan sistem personal


untuk meminimalkan risiko

Keluarga
tindakan

Klien

mampu

mengikuti

pencegahan

yang

direkomendasikan

Keluarga

Klien

mampu

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

37

mengikuti

tindakan

pengobatan

yang

direkomendasikan

Keluarga Klien mampu memonitor efek


pengobatan terapeutik

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

38

DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta :
Widya Medika
Black, J.M, et al. 1995. Luckman and Sorensens Medikal Nursing : A Nursing
Process Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Doenges M.E. 2000. Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd
ed ).
Philadelpia, F.A. Davis Company
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC
Dudley, Hugh AF. 1996. Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II. Yogyakarta :
FKUGM.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999. Sistem Kesehatan Nasional.
Jakarta
Henderson, M.A. 1992. Ilmu Bedah untuk Perawat. Yogyakarta: Yayasan Essentia
Medika
Hudak and Gallo. 1994. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Ignatavicius, Donna D. 1995. Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach, W.B.
Saunder Company.

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

39

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.


Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Medika Aesculapius.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskletal. Jakarta : EGC
Oswari, E. 1993. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Price, Evelyn .1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.
Price Sylvia, A. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta:
EGC
Sylvia, A. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta: EGC
Smeltzer Suzanne, C. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.
Jakarta: EGC
Reksoprodjo, Soelarto. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa
Aksara
Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur

40

Anda mungkin juga menyukai