OLEH :
NI LUH PUTRI ARCA DEWI
0902105081
2.EPIDEMIOLOGI
Insiden fraktur terbuka sebesar 4% dari seluruh fraktur dengan perbandingan lakilaki dan perempuan sebesar 3,64 berbanding 1, dengan kejadian terbanyak pada
kelompok umur decade kedua dan ketiga yang relative mempunyai aktivitas fisik dan
mobilitas yang tinggi. Pada analisis epidemiologi menunjukkan bahwa 40% fraktur
terbuka terjadi pada ekstremitas bawah, terutama daerah tibia dan femur tengah
sedangkan suatu penelitian yang dilakukan oleh Kilbourne et al di Baltimore tahun
2008 mendapatkan pasien fraktur tertutup sebanyak 291 (56%) orang. Menurut Kahlon
et al yang melakukan analisis terhadap penanganan emergensi pasien trauma di bagian
ortopedi Rumah Sakit Umum Lahore terhadap 1289 pasien tahun 2004 didapatkan
jumlah kasus fraktur tertutup sebanyak 915 (71%) pasien. Suatu penelitian yang
dilakukan Armis di Indonesia tahun 2001 mendapatkan pasien fraktur tertutup sebesar
96 % dari seluruh fraktur. Tingginya insiden fraktur tertutup ini disebabkan karena
tingginya angka kecelakaan lalu lintas. Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu
lintas mencapai 12.000 orang per tahun.
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur
Untuk fraktur femur yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada
fraktur collum, fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan
usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik, trauma yang
dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi) sedangkan
pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan. Sedangkan fraktur
batang femur, fraktur supracondyler, fraktur intercondyler, fraktur condyler femur
banyak terjadi pada penderita laki laki dewasa karena kecelakaan ataupun jatuh dari
ketinggian. Sedangkan fraktur batang femur pada anak terjadi karena jatuh waktu
bermain dirumah atau disekolah.
3. ETIOLOGI
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a) Cedera traumatik
Dapat disebabkan oleh :
tulang patah
secara spontan.
Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan
misalnya jatuh dengan kaki berjulur sehingga menyebabkan
fraktur
Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat
b) Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
dan progresif
Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan nyeri
Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skeletal lain biasanya disebabkan oleh defisiensi
diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau
oleh karena asupan kalsium dan fosfat yang rendah.
Osteoporosis
c) Secara spontan
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan
orang yang bertugas di kemiliteran.
4. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan (Apley, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, 1995). Setelah terjadi fraktur,
periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak
yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke
bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya (Black, 1995)
a)
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar,
waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan
kepadatan atau kekerasan tulang (Donna, 1995).
b)
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang
tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru
diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang.
Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
Stadium I-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah
membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur
kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 48 jam dan perdarahan
berhenti sama sekali. Setelah 24 jam supalai darah disekitar fraktur meningkat
Stadium II-Proliferasi Seluler
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang
berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang telah mengalami trauma.
Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam
dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa
hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah.
Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung jenis
frakturnya.
Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila
diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago.
Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi
dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang
imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan
periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang) menjadi lebih padat
sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur
menyatu.
Stadium IV-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi
lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos
melalui reruntuhan pada garis fraktur dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celahcelah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang
lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban
yang normal.
Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan
atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan
tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletakkan pada tempat yang
tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum
dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya (Black, 1993
dan Apley,1993)
5. KLASIFIKASI
Berdasarkan hubungan dengan dunia luar:
a) Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang
tidak menonjol melalui kulit
b)
Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi.
Fraktur incomplete adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis
patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks
yang utuh)
shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang
berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi :
tertutup
terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara
tulang patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;
Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil,
biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus
keluar.
Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan
lunak banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)
6. GEJALA KLINIS
Lewis (2006) menyampaikan gejala klinis dari fraktur adalah sebagai
berikut:
a) Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya
spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan
sekitarnya. Nyeri dirasakan terus menerus dan bertambah beratnya sampai
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur
7.PEMERIKSAAN FISIK
a) Mengidentifikasi tipe fraktur
b) Inspeksi daerah mana yang terkena
Laserasi
c) Palpasi
Nadi, dingin
d) Movement
Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk
menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi dibagian distal
cedera. Gerakan yang dilihat adalah gerakan pasif dan aktif. Berdasarkan
pemeriksaan didapatkan adanya gangguan/keterbatasan gerak tungkai,
ketidakmampuan menggerakkan kaki, dan penurunan kekuatan otot
ekstremitas bawah dalam melakukan pergerakan
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
a) Pemeriksaan Radiologi
Sebagai
penunjang,
pemeriksaan
yang
penting
adalah
pencitraan
keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu
AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi
tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari
karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas
dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai
dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:
Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang
lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan
struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada
struktur lain juga mengalaminya.
Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh
darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat
trauma.
Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena
ruda paksa.
Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang
rusak.
b) Pemeriksaan Laboratorium
Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),
Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur
10
c) Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
b)
Pemeriksaan fisik :
Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal,
angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting
adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan
dengan fraktur, cedera terbuka
Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian
distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera
pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan
Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih
penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi
dibagian distal cedera.
11
edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin
sulit dilakukan bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan. Sebelum
reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus dipersiapkan untuk menjalani
prosedur, dan analgetika diberikan sesuai ketentuan, mungkin perlu dilakukan
anastesia. Ekstremitas yang akan dilakukan manipulasi harus ditangani dengan
lembut untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
dengan manipulasi dan traksi manual. Ekstremitas dipertahankan dalam posisi
yang diinginkan sementara gips, bidai atau alat lain dipasang. Alat imobilisasi
akan menjaga reduksi dan menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang.
Reduksi terbuka digunakan pada fraktur tertentu dengan memakai alat fiksasi
interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi. Traksi dapat digunakan untuk
mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan
spasme otot yang terjadi.
b) Traksi
Traksi adalah cara penyembuhan fraktur yang bertujuan untuk mengembalikan
fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin
Metode Pemasangan traksi:
Traksi Manual
Tujuan : Perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, pada keadaan emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
-
Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya:
otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.
Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat
metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
12
13
(a)
(b)
14
didekatnya
Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasuskasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur
15
11.KOMPLIKASI
Komplikasi awal
a) Syok
Syok hipovolemik atau traumatic akibat perdarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan ekstrasel ke
b)
16
Setelah terjadi fraktur femur dapat terjadi emboli lemak khususnya pada
dewasa muda (20-30 tahun) pria. Pada saat terjadi fraktur, globula lemak
dapat masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari
tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres
pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula
lemak dalam aliran darah. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit
membentuk emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil yang
memasok otak, paru, ginjal dan organ lain. Awitan gejalanya sangat cepat,
dapat terjadi dari beberapa jam sampai satu minggu setelah cedera, namun
paling sering terjadi dalam 24 sampai 72 jam. Gambaran khasnya berupa
hipoksia, takipnea, takikardia dan pireksia. Gangguan cerebral diperlihatkan
dengan adanya perubahan status mental yang bervariasi dari agitasi ringan
dan kebingungan sampai delirium dan koma yang terjadi sebagai respon
c)
b)
17
mengalami kolaps atau diabsorbsi dan diganti dengan tulang baru. Pasien
c)
18
19
20
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRE OP
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (desakan fragmen cedera pada
jaringan lunak) ditandai dengan klien tampak meringis, laporan secara verbal terasa
nyeri, perubahan posisi untuk menghindari nyeri.
2. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi sistemik ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh > 37,5 C, akral teraba hangat.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur otot ditandai dengan
klien tidak mampu menggerakkan tangannya, klien mengeluh nyeri saat menggeser
tangannya.
4. Defisit perawatan diri: mandi, berpakaian, makan, eliminasi berhubungan dengan
kontraktur otot ditandai dengan klien tidak mampu memegang alat mandi, klien
tidak mampu menggunakan pakaian sendiri, klien minta dibantu untuk makan dan
eliminasi.
5. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan vaskularisasi
ditandai dengan oedema ekstremitas, sianosis, perubahan temperatur kulit.
6. PK: Perdarahan
7. PK: Anemia
8. Ansietas berhubungan perubahan kondisi fisik (patah tulang) ditandali dengan klien
mengeluh merasa cemas dengan situasi fisiknya, klien tampak gelisah.
POST OP
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (pemasangan ORIF/OREF)
ditandai dengan klien mengeluh nyeri, klien mengatakan nyeri terasa tajam, nyeri
terasa pada kaki ditempat operasi, klien mengatakan skala nyeri 1-10, klien
mengatakan nyeri hilang timbul dan meningkat apabila kaki digerakkan, klien
tampak gelisah, klien tampak meringis kesakitan, klien tampak tidak nyaman
(posisi melindungi bagian yang nyeri).
2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif aibat tindakan ORIF/OREF
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan terapi pembatasan gerak ditandai
dengan klien tidak mapu menggerakkan kakinya
4. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik dan faktor
mekanik yang menimbulkan penekanan
5. PK : perdarahan
6. Defisit perawatan diri mandi/kebersihan
berhubungan
dengan
kerusakan
21
tidak mampu untuk melakukan perawatan dirinya sendiri, klien tampak kotor dan
bau.
3. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (desakan fragmen cedera
pada jaringan lunak) ditandai dengan klien tampak meringis, laporan secara
verbal terasa nyeri, perubahan posisi untuk menghindari nyeri.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama..x 24 jam diharapkan klien dapat
mengontrol nyeri dengan criteria hasil :
Klien mengenali onset nyeri (5 cansistenly demostrated)
Klien dapat mendeskripsikan factor penyebab (5 cansistenly demostrated)
Klien menerapkan teknik manajemen nyeri non farmakologis (5 cansistenly
demostrated)
Klien menggunakan
analgesic
sesuai
rekomendasi
(5
cansistenly
demostrated)
Klien dapat menurunkan level nyeri dengan criteria hasil :
Klien tidak melaporkan adanya nyeri (5 none)
Ekspresi wajah terhadap nyeri (5 none)
Diaphoresis (5 none)
RR dalam batas normal (16-20 kali/menit) (5 No deviation from normal
range)
Nadi dalam batas normal (60-100 kali/menit) (5 No deviation from normal
range)
Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg) (5 No deviation from
normal range)
Intervensi :
Label NIC : Pain Management
a. Lakukan penilaian yang komprehensif dari rasa sakit untuk memasukkan lokasi,
karakteristik, onset / durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri,
dan faktor pencetus
b. Amati isyarat nonverbal ketidaknyamanan, terutama dalam mereka yang tidak
mampu untuk berkomunikasi secara efektif
c. Pastikan pasien yang menerima perawatan analgesic mendapat perhatian
d. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengakui mengalami rasa sakit
dan menyampaikan respon penerimaan pasien terhadap nyeri
e. Eksplorasi pengetahuan dan keyakinan pasien tentang rasa sakit
f. Pertimbangkan pengaruh budaya pada respon nyeri
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah | LP Fraktur
22
g. Tentukan dampak dari pengalaman nyeri pada kualitas hidup (poa tidur, nafsu
makan, aktivitas, kognisi,mood, hubungan, kualitas kerja, dan tanggung jawab
peran)
h. Eksplorasi dengan pasien faktor-faktor yang menghilangkan / memperburuk
nyeri
i. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan mendapatkan dukungan
j. Manfaatkan metode penilaian sesuai dengan tahapan perkembangan
yang
memungkinkan untuk pemantauan perubahan dalam rasa sakit dan yang akan
membantu dalam mengidentifikasi faktor pencetus aktual dan potensial (diary
harian)
k. Kendalikan faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
l. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor
yang
memicu
atau meningkatkan
guided
kegiatan yang
menyakitkan; sebelum rasa sakit muncul atau meningkat; dan bersama penghilang
rasa sakit lainnya.
Label NIC :Analgesic Administration
a. Ketahui lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum memberikan
pasien medikasi
b. Lakukan pengecekan terhadap riwayat alergi
c. Pilih analgesic yang sesuai atau kombinasikan analgesic saat di resepkan anagesik
lebih dari
d. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan setelah diberikan analgesic dengan satu
kali dosis atau tanda yang tidak biasa dicatat perawat
e. Evaluasi keefektian dari analgesic
Label NIC :Vital sign Monitoring
a. Monitor TTV klien (tekanan darah, nadi, suhu, dan RR)
23
24
latihan
Jelaskan pada klien/keluarga tujuan dan rencana untuk latihan sendi
Monitor lokasi dan karakteristik ketidaknyamanan dan nyeri selama latihan
Lindungi pasien dari trauma saat latihan
Bantu pasien dalam posisi tubuh yang optimal untuk gerakan sendi aktif/passive
Menganjurkan latihan ROM aktif, menurut jadwal yang direncanakan
Lakukan aktif dan passive ROM, jika diindikasikan
Menganjurkan pasien untuk membayangkan gerakan tubuh sebelum memulai
gerakan
10. Bantu dengan gerakan sendi yang berirama dan teratur dengan pembatasan nyeri,
ketahanan
11. Menganjurkan ambulasi
12. Memberikan reinforcement positif untuk latihan sendi
NIC Label: Environmental Management
1. Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien
2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, berdasarkan tingkat fisik, fungsi kognitif
3.
4.
5.
6.
7.
25
26
sabun mandi)
Cuci rambut, sesuai kebutuhan atau keinginan
Mandi pada air dengan suhu yang nyaman (sesuai)
Bantu untuk melakukan perawatan perineal sesuai kebutuhan
Bantu melakukan langkah-langkah kebersihan (contohnya memakai deodorant
Periksa kulit terkait kemungkinan adanya iritasi, retak, lesi, kalus, deformitas,
atau edema
Periksa sepatu pasien terkait ketepatan dan kecocokan
Bantu mengelola pembersihan kaki, sesuai kebutuhan
Keringkan secara hati-hati diantara jari kaki
Oleskan lotion
Bersihkan kuku
Oleskan bubuk yang menyerap kelembaban, sesuai indikasi
Diskusikan dengan pasien rutinitas perawatan kaki yang biasanya dilakukan
Instruksikan pasien/keluarga pentingnya perawatan kaki
Berikan umpan balik positif tentang aktivitas perawatan kaki
Pantau cara berjalan dan distribusi beban pada kaki klien
Pantau kebersihan dan kondisi umum dari sepatu dan stockings (kaus kaki)
Instruksikan pasien untuk memeriksa bagian dalam sepatu terutama bagian yang
kasar
Pantau status hidrasi kaki
Pantau ketidakcukupan aliran arteri pada tungkai bawah
Pantau edema pada kaki
Instruksikan pasien untuk memantau suhu kaki dengan punggung tangan
Instruksikan pasien pentingnya memeriksa kaki, terutama saat sensasi pada kaki
berkurang
27
Ketika lembut, potong kuku kaki dalam ketebalan normal dengan menggunakan
5. Gangguan
perfusi
jaringan
perifer
berhubungan
dengan
gangguan
28
Monitor perubahan tekanan darah, nadi, RR, dan suhu tubuh pasien.
Monitor perubahan tekanan darah pada pasien saat berbaring, duduk, dan berdiri.
Monitor tekanan darah pasien setelah diberikan pengobatan.
Monitor perubahan tanda-tanda vital setelah pasien melakukan aktivitas sedang
Monitor perubahan suhu tubuh klien bila terjadi hipertermia atau hipotermia.
Pantau perbedaan tekanan apical dan radial pada pasien.
Auskultasi irama jantung
Monitor abnormalnya sistem pernapasan pasien bila adanya Cheyne-stokes,
(jangan
menggunakan
bantalan
atau
29
Monitor vital sign, tekanan darah orthostatic, mental status, dan haluaran urin.
30
Monitor hantaran oksigen pada jaringan PaO2, SaO2, hemoglobin, dan cardiac
output.
Jelaskan pada pasien dan keluarga mengenai perdarahan yang terjadi dan
tindakan yang akan dilakukan
Pertahankan akses IV
7. PK: Anemia
Setelah di berikan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapakan komplikasi
anemia dapat dicegah dengan criteria hasil:
NOC label >> Blood loss severity
Tidak terjadi penurunan tekanan darah sistolik
Tidak terjadi penurunan tekanan darah diastolic
Tidak terjadi peningkatan nadi apical
Tidak terjadi penurunan suhu tubuh
Tidak terjadi penurunan kognisi
Hemoglobin dalam batas normal
Hematocrit dalam batas normal
NOC label >> Blood Transfusion Reaction
Tidak terjadi peningkatan nadi apical
Tidak terjadi penurunan TD
Tidak terjadi demam
Tidak terjadi gatal dan kemerahan
Tidak terjadi kelemahan
Tidak terjadi mual
Tidak terjadi hemoglobinuria
Tidak terjadi nyeri dada
Intervensi:
NIC Label >> Blood Products Administration
Cek kebenaran permintaan transfuse dari dokter
Kaji riwayat transfuse pasien
Pastikan kembali inform consent pasien
Pastikan produk darah sudah tersedia sesuai dengan golongan darah pasien
Pastikan produk darah sesuai untuk pasien, tipe Rh, jumlah unit, dan tanggal
kadaluarsa sudah sesuai
31
Ajarkan pasien tanda dan gejala reaksi transfusi (gatal, menggigil, pernapasan
lokal
Monitor TTV
Monitor reaksi transfusi
Monitor overload cairan
Monitor dan pertahankan kecepatan transfusi
Berikan kembali normal salin setelah transfusi berakhir
Dokumentasikan lamanya waktu transfusi
Dokumentasikan caira infuse yang digunakan
Stop transfusi apabila reaksi darah terjadi dan biarkan vena mendapatkan normal
salin
Lakukan pengambilan sampel darah dan sampel urine pertama setelah reaksi
transfusi
Monitor hasil laboratorium segera, pada kejadian reaksi darah
Pertahankan universal precaution
8. Ansietas berhubungan perubahan kondisi fisik (patah tulang) ditandali
dengan klien mengeluh merasa cemas dengan situasi fisiknya, klien tampak
gelisah.
Setelah di berikan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapakan kecemasan klien
berkurang dengan criteria hasil:
NOC Label >> Anxiety Level
32
Intervensi
NIC Label >> Anxiety Reduction
mempengaruhi kesehatannya
Memberikan perhatian dengan mendengarkan keluhan atau masalah klien
Selalu mengidentifikasi perubahan tingkat kecemasan
Observasi tanda-tanda cemas verbal dan non verbal
mengurangi
rasa
takutnya
untuk
33
Keluarga
Klien
mampu
mengikuti
tindakan
pencegahan
yang
mampu
mengikuti
tindakan
pengobatan
yang
direkomendasikan
Keluarga
Klien
direkomendasikan
Intervensi
NIC Label>>Infection Control
34
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang sudah dilakukan
5. EVALUASI
No.
Dx
1
Diagnosa keperawatan
Evaluasi
Nyeri akut berhubungan dengan agen Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
cedera fisik (desakan fragmen cedera Klien tampak mengenali onset nyerinya secara
pada jaringan lunak) ditandai dengan
klien tampak meringis, laporan secara
verbal terasa nyeri, perubahan posisi
untuk menghindari nyeri.
konsisten
Klien tampak dapat mendeskripsikan factor
penyebab nyeri
Klien tampak
Hipertermi
berhubungan
menerapkan
teknik
dapat
dengan
konsisten.
Klien tidak meringis
RR dalam batas normal (16-20 kali/menit)
Nadi dalam batas normal (60-100 kali/menit)
Tekanan darah dalam batas normal (120/80
mmHg)
Penurunan suhu tubuh dalam batas normal
(36,5-37,5 derajat celcius)
35
derajat celcius
HR dalam batas normal 60-100x/menit
RR dalam batas normal 16-20x/menit
BP dalam batas normal 120mmHg
Fleksbilitas sendi dapat dipertahankan
dengan
ditandai
mampu
dengan
kontraktur
klien
mengeluh
otot
tidak
menggerakkan
tangannya,
nyeri
saat
tangannya.
Defisit
perawatan
klien
menggeser
diri:
mandi
Mencuci muka
Mencuci tubuh bagian atas
Mencuci tubuh bagian bawah
Membersihkan daerah perineal
Mengeringkan tubuh
Mempertahankan kebersihan tubuh
eliminasi.
Gangguan perfusi jaringan perifer
berhubungan
dengan
gangguan
sianosis,
temperatur kulit.
6
PK: Perdarahan
PK: Anemia
perubahan
detik).
Akral hangat.
Tidak ada sianosis pada kuku kaki ataupun
tangan.
Tidak terjadi kehilangan darah yang nyata
Tidak terjadi penurunan tekanan darah
sistolik
Tidak terjadi penurunan tekanan darah
diastolic
Tidak terjadi peningkatan nadi apical
Tidak terjadi penurunan suhu tubuh
Tidak terjadi penurunan kognisi
Tidak terjadi penurunan hemoglobin
Tidak terjadi penurunan hematocrit
Tidak terjadi penurunan tekanan darah
sistolik
36
perubahan
diastolic
Tidak terjadi peningkatan nadi apical
Tidak terjadi penurunan suhu tubuh
Tidak terjadi penurunan kognisi
Hemoglobin dalam batas normal
Hematocrit dalam batas normal
Tidak terjadi peningkatan nadi apical
Tidak terjadi penurunan TD
Tidak terjadi demam
Tidak terjadi gatal dan kemerahan
Tidak terjadi kelemahan
Tidak terjadi mual
Tidak terjadi hemoglobinuria
Tidak terjadi nyeri dada
Tidak mengalami gelisah
Ansietas
berhubungan
dan nadi
prosedur
invasif
ORIF/OREF
aibat
tindakan
risiko
Keluarga
tindakan
Klien
mampu
mengikuti
pencegahan
yang
direkomendasikan
Keluarga
Klien
mampu
37
mengikuti
tindakan
pengobatan
yang
direkomendasikan
38
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta :
Widya Medika
Black, J.M, et al. 1995. Luckman and Sorensens Medikal Nursing : A Nursing
Process Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Doenges M.E. 2000. Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd
ed ).
Philadelpia, F.A. Davis Company
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC
Dudley, Hugh AF. 1996. Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II. Yogyakarta :
FKUGM.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999. Sistem Kesehatan Nasional.
Jakarta
Henderson, M.A. 1992. Ilmu Bedah untuk Perawat. Yogyakarta: Yayasan Essentia
Medika
Hudak and Gallo. 1994. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Ignatavicius, Donna D. 1995. Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach, W.B.
Saunder Company.
39
40