Anda di halaman 1dari 48

CASE REPORT

MORBILI

Pembimbing :
dr. Heru Samudro, Sp.A (K)

Disusun oleh :
Bambang Sugiyarto
( 1261050148 )

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


PERIODE 25 JULI 2016 1 OKTOBER 2016
FK UKI
2016
1

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................2
ETIOLOGI...............................................................................................................................3
PATOFISIOLOGI....................................................................................................................3
KLINIS......................................................................................................................................4
1.

Stadium prodromal.......................................................................................................4

2.

Stadium eksantem.........................................................................................................5

3.

Stadium penyembuhan (konvalesens).........................................................................5

DIAGNOSIS.............................................................................................................................6
DIAGNOSIS BANDING.........................................................................................................6
TATALAKSANA......................................................................................................................6
KOMPLIKASI.........................................................................................................................7
PROGNOSIS............................................................................................................................8
PENCEGAHAN.......................................................................................................................8
BAB II ....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................31

BAB I
PENDAHULUAN
Morbili atau campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi
pada anak. Penyakit tersebut sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal (4
hari sebelum muncul ruam) sampai kurang lebih 4 hari setelah munculnya ruam. Penyakit
tersebut dapat timbul karena terpapar droplet yang mengandung virus campak.1 Morbili
disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan paramyxovirus yang berada di dalam
secret nasofaring dan di dalam darah. Faktor resiko yang mendukung terjadinya infeksi virus
morbili antara lain imunodefisiensi, malnutrisi, status vaksinasi, dan defisiensi vitamin A.2
Penularan penyakit tersebut dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh
droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi.3
Sebagian besar kasus morbili menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia SD.
Menurut kelompok umur, proporsi kasus morbili terbesar terdapat pada kelompok
umur 5-9 tahun dan kelompok umur 1-4 tahun dengan proporsi masing-masing sebesar 30%
dan 27,6%. Namun jika dihitung rata-rata umur tunggal, kasus morbili pada bayi <1 tahun
merupakan kasus yang tertinggi, yaitu sebanyak 1.117 kasus (8,6%).3
Sejak program imunisasi campak dicanangkan, jumlah kasus terus menurun. Akan
tetapi, dewasa ini jumlah kasus morbili kembali meningkat. Pada tahun 2015 di Amerika
Serikat, timbul KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan 147 kasus sejak awal Januari hingga awal
Februari 2015. Sementara itu, di Indonesia, kasus morbili masih banyak terjadi dan tercatat
mengalami peningkatan.1 Pada tahun 2014, dilaporkan terdapat 12.943 kasus morbili, lebih
tinggi dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 11.521 kasus. Selain itu, incidence rate (IR)
morbili pada tahun 2014 sebesar 5,13 per 100.000 penduduk, meningkat dibandingkan tahun
2013 yang sebesar 4,64 per 100.000 penduduk. Morbili dinyatakan sebagai KLB apabila
terdapat 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi secara
mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan epidemiologis. Pada tahun 2014, jumlah
KLB morbili yang terjadi sebanyak 173 KLB dengan jumlah kasus sebanyak 2.104 kasus.3

ETIOLOGI
Morbili atau campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus
genus Morbillivirus, famili Paramyxoviridae.4 Virus morbili berukuran 100-250 nm dan
mengandung inti untai RNA rantai tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung lipid.
Virus tersebut memiliki 6 struktur protein utama. Protein H (Hemagglutinin) berperan penting
dalam perlekatan virus ke sel penderita. Protein F (Fusion) meningkatkan penyebaran virus
dari sel ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan dalam lapisan pelindung virus yang berperan
penting dalam penyatuan virus. Di bagian dalam virus terdapat protein L (Large), NP
(Nucleoprotein), dan P (Polymerase phosphoprotein). Protein L dan P berperan dalam
aktivitas polymerase RNA virus, sedangkan protein NP berperan sebagai struktur protein
nucleocapsid. Virus tersebut mudah diinaktivasi oleh cairan yang dapat melarutkan lipid
seperti eter dan kloroform. Selain itu, virus juga dapat diinaktivasi dengan suhu panas
(>370C), suhu dingin (<200C), sinar ultraviolet, serta kadar (pH) ekstrim (pH <5 dan >10).
Jangka hidup virus tersebut pendek (short survival time), yaitu kurang dari 2 jam.1

PATOFISIOLOGI
Penyebaran infeksi terjadi jika droplet di udara yang berasal dari penderita terhirup
oleh orang di sekitar.4 Virus morbili masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dan
melekat di sel-sel epitel saluran napas. Setelah melekat, virus akan bereplikasi dan diikuti
dengan penyebaran ke kelenjar limfe regional. Setelah menyebar, maka akan terjadi viremia
primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar
limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus. Pada hari ke-5 sampai
ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan saluran
pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke- 14, virus ada di darah, saluran pernapasan, dan
organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus
bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel epitel,monosit, dan makrofag (Tabel 1).1

Tabel 1. Patogenesis infeksi morbili


Hari
0

Patogenesis
Virus campak dalam droplet terhirup dan melekat pada permukaan epitel
nasofaring ataupun konjungtiva. Infeksi terjadi di sel epitel dan virus

12
23
35
57
7 11
11 14
15 17

bermultiplikasi.
Infeksi menyebar ke jaringan limfatik regional
Viremia primer
Virus bermultiplikasi di epitel saluran napas, virus melekat pertama kali,
juga di sistem retikuloendotelial regional dan kemudian menyebar.
Viremia sekunder
Timbul gejala infeksi di kulit dan saluran napas
Virus terdapat di darah, saluran napas, kulit, dan organ-organ tubuh lain.
Viremia berkurang dan menghilang
Sumber : Halim 2016

KLINIS
Karakteristik dari morbili atau campak dapat dilihat pada gambar 1. Masa inkubasi
campak berkisar 10 hari (8-12 hari). Gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi. Gejala klinis
tersebut terdiri dari tiga stadium, antara lain :1,2
1. Stadium prodromal
Stadium prodromal berlangsung sekitar 3 hari (kisaran 2-4 hari), ditandai dengan
demam yang dapat mencapai 39,50C 1,10C. Selain demam, gejala lain yang dapat timbul
berupa malaise, coryza (peradangan akut membran mukosa rongga hidung), konjungtivitis
(mata merah), dan batuk. Gejala-gejala saluran pernapasan menyerupai gejala infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh virus-virus lain. Konjungtivitis dapat disertai mata berair
dan sensitif terhadap cahaya (fotofobia). Tanda patognomonik berupa enantema mukosa
buccal yang disebut Koplik spots yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 demam. Bercak
tersebut berbentuk tidak teratur dan kecil, serta berwarna merah terang. Selain itu, di tengah
bercak didapatkan noda putih keabuan. Timbulnya bercak tersebut hanya sebentar, kurang
lebih 12 jam, sehingga sulit terdeteksi dan biasanya luput saat pemeriksaan klinis.1

2. Stadium eksantem
Gejala dari stadium eksantem yaitu timbulnya ruam makulopapular dengan
penyebaran sentrifugal yang dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian

menyebar ke wajah, leher, dada, ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah.
Ruam tersebut dapat timbul selama 6-7 hari. Demam umumnya memuncak (mencapai 400C)
pada hari ke 2-3 setelah munculnya ruam. Apabila demam masih terjadi setelah hari ke-3 atau
ke-4, maka mengindikasikan adanya komplikasi.1
3. Stadium penyembuhan (konvalesens)
Stadium konvalensi atau stadium penyembuhan ditandai dengan erupsi yang mulai
menghilang.2 Setelah 3-4 hari umumnya ruam berangsur menghilang sesuai dengan pola
timbulnya. Ruam kulit menghilang dan berubah menjadi kecoklatan yang akan menghilang
dalam 7-10 hari.1

Gambar 1. Karakteristik morbili/campak


Sumber : Halim 2016

DIAGNOSIS

Diagnosis terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta


pemeriksaan antibodi IgM campak dalam darah.

Anamnesis

: berupa demam, batuk, pilek, mata merah, dan


ruam yang mulai timbul dari belakang telinga
sampai ke seluruh tubuh.
Pemeriksaan fisik
: berupa suhu badan tinggi (>38oC), mata
merah, dan ruam makulopapular.
Pemeriksaan penunjang
: pemeriksaan darah berupa leukopenia dan
limfositopenia.
Pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) : IgM campak biasanya sudah dapat terdeteksi
sejak hari pertama dan ke-2 setelah timbulnya
ruam. IgM campak tetap dapat terdeteksi
setidaknya sampai 1 bulan sesudah infeksi.1

DIAGNOSIS BANDING
Morbili atau campak harus dibedakan dari beberapa penyakit yang klinisnya juga
berupa ruam makulopapular. Gejala klinis klasik morbili yaitu adanya stadium prodromal
demam disertai coryza, batuk, konjungtivitis, dan penyebaran ruam makulopapular. Penyakit
lain yang menimbulkan ruam yang sama antara lain :

Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan tanpa disertai batuk.
Roseola infantum dengan gejala batuk ringan dan demam yang mereda ketika ruam

muncul.
Parvovirus (fifth disease) dengan ruam makulopapular tanpa stadium prodromal.
Demam scarlet (scarlet fever) dengan gejala nyeri tenggorokan dan demam tanpa

konjungtivitis ataupun coryza.


Penyakit Kawasaki dengan gejala demam tinggi, konjungtivitis, dan ruam, akan tetapi
tidak disertai batuk dan bercak Koplik. Biasanya timbul nyeri dan pembengkakan
sendi yang tidak ada pada campak.1

TATALAKSANA
Pada morbili tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah baring,
antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam), cairan
yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat berfungsi sebagai
imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi terhadap virus campak. Pemberian
vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan pneumonia.
Vitamin A diberikan satu kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai berikut :

200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih


100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan
50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan
Pemberian vitamin A tambahan satu kali dosis tunggal dengan dosis sesuai umur
penderita diberikan antara minggu ke-2 sampai ke-4 pada anak dengan gejala
defisiensi vitamin A. Pada campak dengan komplikasi otitis media dan/atau
pneumonia bacterial dapat diberi antibiotik. Komplikasi diare diatasi sesuai dengan
derajat dehidrasinya.1

KOMPLIKASI
Komplikasi umumnya terjadi pada anak risiko tinggi, yaitu :

Usia muda, terutama di bawah 1 tahun


Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor)
Pemukiman padat penduduk yang lingkungannya kotor
Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV, malnutrisi,

atau keganasan
Anak dengan defisiensi vitamin

Komplikasi dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, antara lain :

Saluran pernapasan, seperti bronkopneumonia, laringotrakeobronkitis (croup)


Saluran pencernaan, seperti diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi
Telinga, seperti otitis media
Susunan saraf pusat, seperti :
o Ensefalitis akut
Ensefalitis akut dapat timbul pada 0,01 0,1% kasus campak. Gejala berupa
demam, nyeri kepala, letargi, dan perubahan status mental yang biasanya
muncul antara hari ke-2 sampai hari ke-6 setelah munculnya ruam. Umumnya
self-limited (dapat sembuh sendiri), tetapi pada sekitar 15% kasus terjadi
perburukan yang cepat dalam 24 jam. Gejala sisa dapat berupa kehilangan
pendengaran, gangguan perkembangan, kelumpuhan, dan kejang berulang.
o Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE)
Subacute Sclerosing Panencephalitis adalah suatu proses degeneratif susunan
saraf pusat yang disebabkan infeksi persisten virus campak, timbul beberapa
tahun setelah infeksi (umumnya 7 tahun). Penderita mengalami perubahan

tingkah laku, retardasi mental, kejang mioklonik, dan gangguan motorik.


Mata, seperti keratitis
Sistemik, seperti septikemia karena infeksi bakteri sekunder.1

PROGNOSIS
Morbili atau campak merupakan self limited disease, namun sangat infeksius.
Mortalitas dan morbiditas meningkat pada penderita dengan faktor risiko yang
mempengaruhi timbulnya komplikasi. Di negara berkembang, kematian mencapai 1-3%, dan
dapat meningkat sampai 515% saat terjadi KLB.1

PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR (Measles,
Mumps, Rubella).

Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014, vaksin campak diberikan

pada usia 9 bulan.


Selanjutnya, vaksin penguat dapat diberikan pada usia 2 tahun.
Apabila vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan, tidak perlu vaksinasi campak

pada usia 2 tahun.


Selanjutnya, MMR ulangan diberikan pada usia 5-6 tahun.
Dosis vaksin campak ataupun vaksin MMR 0,5 mL subkutan.
Imunisasi ini tidak dianjurkan pada ibu hamil,anak dengan imunodefisiensi primer,
pasien tuberkulosis yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ,
pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak immunocompromised yang

terinfeksi HIV.1
Bagi orang yang tidak mempunyai kekebalan dan telah mempunyai kontak dengan
seorang penderita campak, adakalanya infeksi masih dapat dicegah dengan vaksin
MMR jika diberikan dalam waktu 3 hari setelah eksposur atau dengan imunoglobulin
dalam waktu 7 hari setelah eksposur.5

BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

1.1 IDENTITAS PASIEN

Nama

An. D. S

Jenis kelamin

Perempuan

Tempat dan tanggal lahir

25 Desember 2005

Umur

10 tahun 7 bulan

Alamat

Jl. Percetakan Negara II RT 14/07 Johar

Tanggal masuk rumah sakit :

9 Agustus 2016

1.2. IDENTITAS ORANG TUA

Data Orang Tua

Ayah

Ibu

Nama

Tn. R.S

Ny. M.M

Umur

45 tahun

41 tahun

Perkawinan ke

Pendidikan

S1

S1

Pekerjaan

Swasta

Swasta

Pangkat

Agama

Kristen Protestan

Kristen Protestan

Suku Bangsa

Batak

Batak

Hubungan pasien dengan orang tua adalah anak kandung.

II. ANAMNESA

Autoanamnesa dan alloanamnesa dengan ibu pasien pada tanggal 9 Agustus 2016

Keluhan utama

Demam

Keluhan tambahan

Batuk Berdahak, sakit menelan, ruam merah, mata sakit

melihat cahaya

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien seorang anak perempuan berusia 10 tahun 7 bulan dengan berat badan 35 kg, datang
ke Poli RS PGI CIKINI dengan keluhan demam yang naik turun sejak 5 hari sebelum masuk
rumah sakit. Demam dirasakan sangat tinggi, Awalnya demam muncul saat pasien berada di
sekolah. Pasien sudah sempat berobat ke klinik 24 jam dan diberikan obat penurun panas,
namun pada malam harinya panas dirasakan muncul lagi, kemudian demam dirasakan terus
menerus. Demam tidak disertai menggigil dan tidak disertai nyeri sendi. Demam tidak
disertai mimisan, gusi berdarah ataupun tanda perdarahan lainnya. Demam juga tidak disertai
oleh rasa nyeri atau panas saat buang air kecil, rasa tidak lampias saat buang air kecil maupun
peningkatan frekuensi buang air kecil.

Tidak terdapat pula gangguan pendengaran, telinga yang berdenging dan keluarnya cairan
dari telinga. Demam tidak disertai dengan kejang atau penurunan kesadaaran maupun
keluhan sesak napas. Riwayat bepergian ke daerah yang sering terjangkit malaria disangkal.
Menurut orang tua pasien, setiap pasien demam, pasien selalu mengigau. Selain mengeluh
demam, 2 hari SMRS pasien mengeluh batuk disertai dahak berwarna putih, batuk tidak
disertai sesak napas, riwayat meminum obat yang membuat buang air kecil merah disangkal,
dan terasa nyeri pada tenggorokan saat menelan. 1 hari SMRS, mulai muncul ruam merah.
Ruam merah awalnya mulai muncul dari belakang telinga lalu menyebar ke mata, wajah,
dada, punggung, dan tangan serta paha pasien. Ruam yang muncul tidak dirasakan gatal oleh

pasien. Sebelum datang ke rumah sakit, pasien memang mengaku di sekolahnya ada yang
memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Riwayat alergi disangkal, buang air besar tidak
ada keluhan, tidak cair, tidak ada darah ataupun berwarna hitam. Buang air kecil tidak ada
keluhan, frekuensi cukup, warna jernih, tidak ada nyeri saat buang air kecil.

Riwayat Penyakit Sebelumnya

Berdasarkan pernyataan orangtua, pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa


sebelumnya. Tidak ada riwayat penyakit demam lama disertai gangguan pencernaan. Tidak
ada riwayat demam berdarah. Tidak ada riwayat minum obat yang membuat buang air kecil
menjadi merah. Tidak ada riwayat alergi obat ataupun udara.

Riwayat Penyakit keluarga

Menurut pengakuan orang tua, tidak ada yang mengalami keluhan seperti pasien di keluarga
pasien.

Riwayat Kehamilan Ibu

Pasien merupakan anak pertama dari ibu P2A0 dengan usia kehamilan 38 minggu.

Ibu pasien mengatakan telah melakukan pemeriksaan kehamilan rutin ke dokter kebidanan
dan kandungan dengan jumlah 1 kali saat trimester pertama, 1 kali saat trimester kedua dan 2
kali saat trimester ketiga.

Selama kehamilan ibu mengaku dalam kondisi sehat, tidak mengonsumsi obat-obatan, tidak
pernah minum minuman beralkohol, dan tidak merokok.

Riwayat abortus dan lahir mati tidak ada

Riwayat kelahiran

Tempat lahir :

Rumah Sakit

Penolong

Dokter

Cara persalinan

Berat lahir

3.300 gram

Spontan

Panjang lahir :

49 cm

Masa gestasi :

Cukup bulan

Keadaan bayi setelah lahir

Langsung menangis, bergerak aktif, warna kulit tubuh

tampak kemerahan

Nilai APGAR :

Ibu tidak tahu

Kelainan bawaan

Tidak ada

Kesan: riwayat kelahiran baik.

Riwayat Imunisasi

Jenis
Imunisasi

II

III

IV

BCG

2 bulan

DPT

2 bulan

4 bulan

6 bulan

Polio

Saat lahir

2 bulan

4 bulan

Hepatitis B

Saat lahir

1 bulan

6 bulan

Campak

9 bulan

VI

6 bulan

Kesan: imunisasi dasar lengkap sesuai usia menurut IDAI tapi belum ada imunisasi ulangan
untuk campak dan tidak ada imunisasi tambahan

Riwayat Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan gigi pertama

6 bulan

Tengkurap

8 bulan

Duduk

10 bulan

Berdiri

11 bulan

Berjalan

13 bulan

Bicara

9 bulan

Perkembangan Psikomotor

Membaca dan menulis

Ibu tidak mengingat

Gangguan perkembangan mental/emosi

Tidak ada

Kesimpulan : Perkembangan dan pertumbuhan anak sesuai umur

Riwayat Makanan

Usia
ASI / PASI

Buah / Biskuit

Bubur susu

Nasi tim

0-2

ASI

-/-

2-4

ASI

-/-

ASI + Susu

Pisang/ pepaya/

formula

biscuit

Bubur susu

Nasi Tim

ASI + Susu

Pisang/ pepaya/

formula

biskuit

Bubur susu

Nasi Tim

ASI + Susu

Pisang/ pepaya/

formula

biscuit

Bubur susu

Nasi Tim

ASI + Susu

Pisang/ pepaya/

formula

biscuit

Bubur susu

Nasi Tim

( bulan )

4-6

6-8

8-10

10-12

Kesan : asupan makanan cukup.

Pola Makan

Jenis makanan

Frekuensi

Nasi

7hari @3xsehari @ 1 piring / dua centong nasi

Sayuran

3xsehari satu mangkuk kecil

Daging

3-4 x seminggu @ 1 potong/1x makan

Ikan

1 x seminggu @ 1 potong / 1 x makan

Telur

1-2x sehari @1 butir/1x makan

Tahu

2-3x seminggu @1potong/1xmakan

Tempe

7 hari @ 3xsehari@1potong/1xmakan

Susu

Susu formula 3 x 500 cc/hari

Kesan : Kualitas dan kuantitas makan pasien cukup.

Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita

Penyakit

Usia

Penyakit

Usia

Diare

1 & 3 tahun

Morbili

Otitis

Parotitis

Radang paru

Demam berdarah

Tuberkulosis

Demam tifoid

Kejang

Cacingan

Ginjal

Alergi

Jantung

Pertusis

Darah

Varicella

Difteri

Biduran

Asma

Kecelakaan

Penyakit kuning

Operasi

Batuk berulang

Lain-lain

Riwayat keluarga

No

Umur

10 tahun

Jenis
Kelamin
Perempuan

Hidup

Ya

Lahir
Mati
-

Abortus

Mati
(sebab)
-

Keterangan

Sakit(pasien)

7 tahun

Perempuan

Ya

Sehat

Corak reproduksi: P2A0.

Anggota keluarga lain yang serumah

Orang tua dan satu adik kandung

Status rumah tinggal

Rumah milik keluarga.

Keadaan rumah

Ventilasi baik, pencahayaan baik, rumah


dibersihkan 1 kali sehari, menggunakan
air PAM untuk keperluan sehari-hari.

Keadaan lingkungan

Perumahan warga padat, tidak banjir,

sanitasi baik, terdapat tempat

pembuangan sampah, jarak rumah dan

septik tank >10 m

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum

Dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2016, pukul 17.00 wib

Keadaan umum:Tampak sakit sedang

Kesadaran:Compos mentis

Tanda-Tanda Vital:

Frekuensi nadi : 112x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Frekuensi nafas : 24x/menit, regular, tipe pernapasan abdominotorakal

Suhu tubuh : 38 C

Antropometri:

Tinggi badan : 137 cm

Berat badan : 35 kg

Berat badan ideal menurut usia

37 kg

Tinggi badan ideal menurut usia

142 cm

Status Gizi :

IMT

: BB/(TB)2 = 35/1.88

= 18.6

IMT
< 17.0
17.0 18.5
18.5 25.0
25.0 27.0
> 27.0
Kesan status gizi : gizi baik.

BBI
BMI x (TB)

=17,4 x 1,37

=17,4 x 1,8769
= 32,6 kg

Status Gizi
Gizi Kurang
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi Lebih
Gizi Lebih

Kategori
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Sangat Gemuk

BB/U
35/36 x 100%
=97,2 % (Normal)
TB/U
137/141 x 100%
=97,1 % (Normal)
BB/TB
35/31 x100%

3.2

Status Generalis

Dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2016, pukul 17.00 WIB.

Kelenjar getah bening :

Tidak teraba kelenjar getah bening pada leher, kelenjar oksipital, submandibula,
supraklavikula, ketiak, lipat paha, maupun kelenjar getah bening di daerah lain.

Kepala :

Bentuk kepala normocephali. Rambut hitam, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut.

Wajah :

Raut muka pasien baik dan tidak terdapat kelainan facies. Kulit wajah pasien tampak ruam
makulopapular

Mata :

palpebra tidak edem, konjungtiva hiperemis, sclera merah, pupil bulat isokhor, reflex cahaya
langsung dan tidak langsung positif pada kedua pupil, lensa jernih, fotophobia (+), tidak ada
kelainan pada bola mata pasien.

Telinga :

Bentuk daun telinga normotia, tidak menggantung, posisi tidak rendah. Liang telinga didapati
lapang, tidak nampak adanya secret maupun serumen. Gendang telinga intak, tidak
hiperemis, berwarna putih mengkilap, refleks cahaya positif

Retroaurikular :

Inspeksi : tampak ruam maculopapular

Palpasi : massa (-), tonjolan (-)

Hidung :

Bentuk hidung normal, konka agak pucat, septum nasi di tengah, selaput lendir tidak
hiperemis. Tidak tampak nafas cuping hidung.

Mulut :

Bibir kering, tidak sianosis. Mukosa mulut tidak tampak bercak koplik, lidah kotor tapi tidak
tremor, gusi tenang. Faring hiperemis, tonsil tidak tampak hiperemis dan membesar.

Leher :

Pada leher tidak terdapat kelainan bentuk, kelenjar tiroid tidak teraba, tekanan vena jugularis
tidak meninggi. Trakea terdapat di tengah. Pergerakan leher bebas.

Thoraks :

Bentuk dada normochest. Tidak ditemukan adanya krepitasi maupun benjolan. Tulang-tulang
iga intak dan sela iga dalam batas normal. Tampak ruam maculopapular di seluruh thoraks

Paru :

Pada inspeksi tampak gerakan nafas simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, tidak ada
bagian yang tertinggal, tidak tampak retraksi

Pada palpasi didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri sama, ICS kanan dan kiri sama

Pada perkusi didapatkan suara sonor pada seluruh lapang paru

Pada auskultasi didapatkan suara nafas vesikuler di kedua lapang paru kiri sama dengan
kanan, tidak ditermukan wheezing,tidak ditemukan ronkhi.

Jantung :

Inspeksi : Iktus kordis tidak nampak

Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra

Perkusi :

Batas jantung kanan:ICS V linea parasternal sinistra

Batas jantung kiri:ICS V linea midclavicula sinistra

Batas pinggang jantung :ICS linea midclavicula sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Abdomen :

Inspeksi

: tampak datar, tidak tampak kuning, tidak ada distensi abdomen, tidak ada

pelebaran pembuluh darah, tidak tampak gambaran usus, pergerakan usus maupun benjolan.
Terlihat ruam makulopapular

Auskultasi

Bising usus positif normal.

Perkusi

Timpani pada seluruh lapang abdomen

Palpasi :

Supel, turgor kulit baik, tidak ada nyeri tekan, hepar tidak teraba, lien tidak

teraba, ginjal tidak terab

Tulang Belakang

Tidak tampak skoliosis, kifosis, dan lordosis.

Genitalia Eksterna

Tidak ada kelainan bentuk.

Perkembangan pubertas : rambut pubis belum tumbuh

Ekstremitas :

Akral hangat, tidak ada edema, tidak ada sianosis, tonus otot baik, kulit tampak
makulopapular dikeempat ekstremitas, telapak tangan kanan dan kiri tidak pucat, telapak kaki
kanan dan kiri tidak pucat, panjang simetris, clubbing finger tidak ada.

Kulit

Turgor baik di keempat ektremitas, ikterik tidak tampak, sianosis tidak ada, eritema palmaris
tidak ada, perfusi kurang dari 3 detik, tampak ruam makulopapular diseluruh tubuh.

Pemeriksaan Neurologis

Refleks Fisiologis

Refleks Biseps

++/++

Refleks Triseps

++/++

Refleks Patella

++/++

Refleks Achilles

++/++

Refleks Patologis

Refleks Hoffmann-Trommer : -/-

Refleks Babinski

Refleks Oppenheim

: -/-

: -/-

Refleks Chaddock

: -/-

Tanda Rangsang Meningeal

Kaku Kuduk :

Brudzinski I

-/-

Brudzinski II :

-/-

Kernig sign

-/-

Laseque sign :

-/-

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hb

14

13 - 18 gr/dl

Ht

42

40 - 52%

Eritrosit

5,23

4,3 6,0 juta/L

Leukosit

3900

4.800 10.800/L

Trombosit

271.000

150.000 -400.000/L

MCV

81

80 96 fL

MCH

26.8

27 32 pg

MCHC

33.2

32 36 gr/dL

Basofil

0-1 %

Eosinophil

1-3 %

Neutrophil Batang

2-6 %

Neutrophil Segmen

73

50-70 %

Limfosit

19

20-40 %

Monosit

2-8 %

V. RESUME

Pasien anak perempuan berumur 10 tahun 7 bulan dengan berat badan 35 kg datang ke Poli
RS PGI CIKINI dengan keluhan demam yang naik turun sejak 5 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam dirasakan sangat tinggi, Awalnya demam muncul saat pasien berada di sekolah.
Pasien sudah sempat berobat ke klinik 24 jam dan diberikan obat penurun panas, namun pada
malam harinya panas dirasakan muncul lagi, kemudian demam dirasakan terus menerus.
Menurut orang tua pasien, setiap pasien demam, pasien selalu mengigau. Selain mengeluh
demam, 2 hari SMRS pasien mengeluh batuk disertai dahak berwarna putih dan terasa nyeri
pada tenggorokan saat menelan. 1 hari SMRS, mulai muncul ruam merah. Ruam merah
awalnya mulai muncul dari belakang telinga lalu menyebar ke mata, wajah, dada, punggung,
dan tangan serta paha pasien. Ruam yang muncul tidak dirasakan gatal oleh pasien. Sebelum
datang ke rumah sakit, pasien memang mengaku di sekolahnya ada yang memiliki keluhan
yang sama dengan pasien. Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap tapi belum mengikuti
imunisasi ulangan.

Dari hasil pemeriksaan fisik,ditemukan terdapat peningkatan suhu tubuh pasien sebesar 38C,
konjungtiva hiperemis pada kedua mata, faring tampak hiperemis dan terdapat ruam

makulopapular di seluruh tubuh. Berdasarkan hasil laboratorium ditemukan leukopenia


(3900/L).

VI. DIAGNOSA BANDING

Drug eruption

Rubeolla

Eksantema subitum

VII.DIAGNOSA KERJA

Morbili

VIII. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah perifer lengkap

Foto thoraks

IX. PENATALAKSANAAN

Nonfarmakologi :

Tirah baring

Isolasi

Diet makanan lunak (ML) kalori 2450 kkal

Farmakologi :

IVFD KAEN 3B 24 tpm ( makro )

Vitamin A 200.000 IU pada hari ke 1, 2 dan 14

Ambroxol 3 x 5 cc

Parasetamol 4 x 5 cc

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanationam : ad bonam

FOLLOW UP HARIAN

Tanggal

Follow Up

Terapi

9/8/16

S : Orangtua pasien mengatakan bahwa

IVFD Tridex 27B 24

pasien masih demam. Nyeri menelan juga

tpm ( makro )

masih ada. Nyeri perut tidak ada. Batuk


masih ada, tidak berdahak. BAB dan BAK

Paracetamol drip 3.5 mg

tidak terdapat keluhan.

k/p

O : KU : Tampak sakit sedang

Recustein 3 x 5 cc
( PO )

Kesadaran : Compos mentis (GCS=15)


Tempra forte
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Salicyl talk
Frekuensi nadi :128x/mnt
Diet makanan lunak
Frekuensi nafas :20x/mnt

Suhu :40,10C

Kepala : normocephal

Mata : palpebra tidak edema, tidak terdapat


perdarahan pada konjungtiva, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik

THT : liang telinga lapang, tidak ada


pernafasan cuping hidung, faring tampak
hiperemis, T1-T1 tenang

kalori 2450 kcal

Mulut : mukosa bibir kering, lidah bersih


dan tidak terdapat perdarahan gusi

Leher : tidak terdapat pembesaran


KGB

Thorak : simetris, tidak ada retraksi

Jantung : BJ I dan II murni, reguler,


tidak ada murmur dan gallop

Paru

: Suara nafas vesikuler kanan dan

kiri, ronchi basah halus nyaring +/+ dan


wheezing -/-

Abdomen: datar, bising usus positif normal,


tidak terdapat ascites, hepar dan lien tidak
teraba dan tidak ada nyeri tekan.

Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3 detik,


tidak ada edema dan sianosis.

A : Morbili
10/8/16

S : Orangtua pasien mengatakan bahwa

IVFD Tridex 27B 24

pasien masih demam. Nyeri menelan sudah

tpm ( makro )

tidak ada. Nyeri perut tidak ada. Batuk


masih ada, tidak berdahak. BAB dan BAK

Paracetamol drip 3.5 mg

tidak terdapat keluhan

k/p

O : KU : Tampak sakit sedang

Recustein 3 x 5 cc

Kesadaran : Compos mentis (GCS=15)

( PO )

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Tempra forte

Frekuensi nadi :124x/mnt

Salicyl talk

Frekuensi nafas :24x/mnt

Diet makanan lunak


kalori 2450 kcal

Suhu :38.60C

Kepala : normocephal

Mata : palpebra tidak edema, tidak terdapat


perdarahan pada konjungtiva, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada sekret

THT : liang telinga lapang, tidak ada


pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret
hidung, faring tidak hiperemis, T1-T1
tenang

Mulut : mukosa bibir lembab, lidah bersih


dan tidak terdapat perdarahan gusi

Leher : tidak terdapat pembesaran


KGB

Thorak : simetris, tidak ada retraksi

Jantung : BJ I dan II murni, reguler,


tidak ada murmur dan gallop

Paru

: Suara nafas vesikuler kanan dan

kiri, Suara nafas vesikuler kanan dan kiri,


ronchi basah halus nyaring +/+ dan
wheezing -/-

Abdomen: datar, bising usus positif normal,


tidak terdapat ascites, hepar dan lien tidak
teraba dan tidak ada nyeri tekan.

Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3 detik,


tidak ada edema dan sianosis.

Kulit : terdapat ruam makulopapular

A : Morbili
11/8/16

S : Orangtua pasien mengatakan bahwa

IVFD Tridex 27B 24

demam masih naik turun. Batuk tidak

tpm ( makro )

berdahak masih ada tapi sudah berkurang.


Muntah 1x yang di dahului rasa mual.

Paracetamol drip 3.5 mg

Ruam merah sudah menyebar sampai ke

k/p

tungkai bawah. BAB dan BAK tidak ada


keluhan

Recustein 3 x 5 cc
( PO )

O : KU : Tampak sakit sedang


Tempra forte
Kesadaran : Compos mentis (GCS=15)
Salicyl talk
Tekanan darah : 110/70 mmHg

Frekuensi nadi :98x/mnt

Diet makanan lunak


kalori 2450 kcal

Frekuensi nafas :26x/mnt

Suhu :37.90C

Kepala : normocephal

Mata : palpebra tidak edema, tidak terdapat


perdarahan pada konjungtiva, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada secret.
Fotophobia (+)

THT : liang telinga lapang, tidak ada


pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret
hidung, faring tidak hiperemis, T1-T1
tenang

Mulut : mukosa bibir lembab, lidah bersih


dan tidak terdapat perdarahan gusi

Leher : tidak terdapat pembesaran


KGB

Thorak : simetris, tidak ada retraksi

Jantung : BJ I dan II murni, reguler,


tidak ada murmur dan gallop

Paru

: Suara nafas vesikuler kanan dan

kiri, Suara nafas vesikuler kanan dan kiri,

ronchi basah halus nyaring +/+ dan


wheezing -/-

Abdomen: datar, bising usus positif normal,


tidak terdapat ascites, hepar dan lien tidak
teraba dan tidak ada nyeri tekan.

Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik,


tidak ada edema dan sianosis.

Kulit : terdapat ruam makulopapular

A : Morbili

Hasil Foto Thoraks 11/08/2016

Bercak makulopapular pada perut dan tangan

Tanggal

Follow Up

Terapi

12/8/16

S : Orangtua pasien mengatakan bahwa

IVFD KAEN 3B 24 tpm

demam sudah turun. Mual muntah sudah

( makro )

tidak ada. Batuk masih ada, tidak berdahak.


Ruam kehitaman pada muka dan lengan

Inhalasi Ventolin 1 nebu

atas

+ NaCl 0,9% 3 cc

O : KU : Tampak sakit sedang

2x1

Kesadaran : Compos mentis (GCS=15)

Paracetamol drip 3.5 mg


k/p

Tekanan darah : 110/80 mmHg


Tempra Forte 4 x 5 cc
Frekuensi nadi :95x/mnt

( PO )

Frekuensi nafas :23x/mnt

Recustein 3 x 5 cc
( PO )

Suhu :36.50C
Diet biasa kalori 2450
kcal

Kepala : normocephal

Mata : palpebra tidak edema, tidak terdapat


perdarahan pada konjungtiva, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik

THT : liang telinga lapang, tidak ada


pernafasan cuping hidung, faring tampak
hiperemis, T1-T1 tenang

Mulut : mukosa bibir kering, lidah bersih


dan tidak terdapat perdarahan gusi

Leher : tidak terdapat pembesaran


KGB

Thorak : simetris, tidak ada retraksi

Jantung : BJ I dan II murni, reguler,


tidak ada murmur dan gallop

Paru

: Suara nafas vesikuler kanan dan

kiri, Suara nafas vesikuler kanan dan kiri,


ronchi basah halus nyaring +/+ dan
wheezing -/-

Abdomen: datar, bising usus positif normal,


tidak terdapat ascites, hepar dan lien tidak
teraba dan tidak ada nyeri tekan.

Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3 detik,

tidak ada edema dan sianosis.

A : Morbili
13/8/16

S : Orangtua pasien mengatakan bahwa

IVFD KAEN 3B 24 tpm

pasien tidak lagi demam. Batuk masih ada,

( makro )

tidak berdahak. Ruam kehitaman.


Inhalasi Ventolin 1 nebu
O : KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis (GCS=15)

Tekanan darah : 110/70 mmHg

+ NaCl 0,9% 3 cc

2x1

Tempra Forte 4 x 5 cc
( PO )

Frekuensi nadi :93x/mnt


Recustein 3 x 5 cc
Frekuensi nafas :24x/mnt

( PO )

Suhu :36.80C

Diet biasa kalori 2450


kcal

Kepala : normocephal

Mata : palpebra tidak edema, tidak terdapat


perdarahan pada konjungtiva, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada sekret

THT : liang telinga lapang, tidak ada


pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret
hidung, faring tidak hiperemis, T1-T1
tenang

Mulut : mukosa bibir lembab, lidah bersih


dan tidak terdapat perdarahan gusi

Leher : tidak terdapat pembesaran


KGB

Thorak : simetris, tidak ada retraksi

Jantung : BJ I dan II murni, reguler,


tidak ada murmur dan gallop

Paru

: Suara nafas vesikuler kanan dan

kiri, tidak ada ronchi dan wheezing

Abdomen: datar, bising usus positif normal,


tidak terdapat ascites, hepar dan lien tidak
teraba dan tidak ada nyeri tekan.

Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3 detik,


tidak ada edema dan sianosis.

Kulit : terdapat ruam maculopapular


hiperpigmentasi

A : Morbili
14/8/16

S : Orangtua pasien mengatakan bahwa

IVFD Tridex 27B 16

pasien sudah tidak ada keluhan

tpm ( makro )

O : KU : Tampak sakit sedang

Paracetamol drip 4 x
150 mg k/p

Kesadaran : Compos mentis (GCS=15)


Recustein 3 x 5 cc
Tekanan darah : 110/70 mmHg

( PO )

Frekuensi nadi :98x/mnt

Tempra forte 4 x 5 cc

Frekuensi nafas :26x/mnt

Salicyl talk

Suhu :360C

Diet makanan lunak


kalori 2450 kcal

Kepala : normocephal
Inhalasi Ventolin 1 nebu
Mata : palpebra tidak edema, tidak terdapat

+ NaCl 0,9% 3 cc

perdarahan pada konjungtiva, konjungtiva


anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada secret. 2 x 1
Fotophobia (-)

THT : liang telinga lapang, tidak ada


pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret
hidung, faring tidak hiperemis, T1-T1
tenang

Mulut : mukosa bibir lembab, lidah bersih


dan tidak terdapat perdarahan gusi

Leher : tidak terdapat pembesaran


KGB

Thorak : simetris, tidak ada retraksi

Jantung : BJ I dan II murni, reguler,


tidak ada murmur dan gallop

Paru

: Suara nafas vesikuler kanan dan

kiri, tidak ada ronchi dan wheezing

Abdomen: datar, bising usus positif normal,


tidak terdapat ascites, hepar dan lien tidak
teraba dan tidak ada nyeri tekan.

Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3 detik,


tidak ada edema dan sianosis.

Kulit : terdapat ruam maculopapular


hiperpigmentasi

A : Morbili

DAFTAR PUSTAKA

1. Halim, R.G. Campak pada anak. CDK. 2016: 43(3) 186189 hlm.

2. Mariz, D.R. Diagnosis dan tatalaksana morbili. Jurnal Medula Unila. 2015: 4(1): 79
84 hlm.

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2014.


Jakarta. xxxvii + 382 hlm (hlm 149150).

4. Rahayu, T. & Tumbelaka, A.R. Gambaran klinis penyakit eksema akut pada anak.
Sari Pediatri. 2002: 4(3): 104113 hlm.

5. NSW Government. Lembar fakta penyakit menular. 2008. 13 hlm.

47

Anda mungkin juga menyukai