MORBILI Bambang Sugiyarto 1261050148
MORBILI Bambang Sugiyarto 1261050148
MORBILI
Pembimbing :
dr. Heru Samudro, Sp.A (K)
Disusun oleh :
Bambang Sugiyarto
( 1261050148 )
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................2
ETIOLOGI...............................................................................................................................3
PATOFISIOLOGI....................................................................................................................3
KLINIS......................................................................................................................................4
1.
Stadium prodromal.......................................................................................................4
2.
Stadium eksantem.........................................................................................................5
3.
DIAGNOSIS.............................................................................................................................6
DIAGNOSIS BANDING.........................................................................................................6
TATALAKSANA......................................................................................................................6
KOMPLIKASI.........................................................................................................................7
PROGNOSIS............................................................................................................................8
PENCEGAHAN.......................................................................................................................8
BAB II ....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
Morbili atau campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi
pada anak. Penyakit tersebut sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal (4
hari sebelum muncul ruam) sampai kurang lebih 4 hari setelah munculnya ruam. Penyakit
tersebut dapat timbul karena terpapar droplet yang mengandung virus campak.1 Morbili
disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan paramyxovirus yang berada di dalam
secret nasofaring dan di dalam darah. Faktor resiko yang mendukung terjadinya infeksi virus
morbili antara lain imunodefisiensi, malnutrisi, status vaksinasi, dan defisiensi vitamin A.2
Penularan penyakit tersebut dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh
droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi.3
Sebagian besar kasus morbili menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia SD.
Menurut kelompok umur, proporsi kasus morbili terbesar terdapat pada kelompok
umur 5-9 tahun dan kelompok umur 1-4 tahun dengan proporsi masing-masing sebesar 30%
dan 27,6%. Namun jika dihitung rata-rata umur tunggal, kasus morbili pada bayi <1 tahun
merupakan kasus yang tertinggi, yaitu sebanyak 1.117 kasus (8,6%).3
Sejak program imunisasi campak dicanangkan, jumlah kasus terus menurun. Akan
tetapi, dewasa ini jumlah kasus morbili kembali meningkat. Pada tahun 2015 di Amerika
Serikat, timbul KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan 147 kasus sejak awal Januari hingga awal
Februari 2015. Sementara itu, di Indonesia, kasus morbili masih banyak terjadi dan tercatat
mengalami peningkatan.1 Pada tahun 2014, dilaporkan terdapat 12.943 kasus morbili, lebih
tinggi dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 11.521 kasus. Selain itu, incidence rate (IR)
morbili pada tahun 2014 sebesar 5,13 per 100.000 penduduk, meningkat dibandingkan tahun
2013 yang sebesar 4,64 per 100.000 penduduk. Morbili dinyatakan sebagai KLB apabila
terdapat 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi secara
mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan epidemiologis. Pada tahun 2014, jumlah
KLB morbili yang terjadi sebanyak 173 KLB dengan jumlah kasus sebanyak 2.104 kasus.3
ETIOLOGI
Morbili atau campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus
genus Morbillivirus, famili Paramyxoviridae.4 Virus morbili berukuran 100-250 nm dan
mengandung inti untai RNA rantai tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung lipid.
Virus tersebut memiliki 6 struktur protein utama. Protein H (Hemagglutinin) berperan penting
dalam perlekatan virus ke sel penderita. Protein F (Fusion) meningkatkan penyebaran virus
dari sel ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan dalam lapisan pelindung virus yang berperan
penting dalam penyatuan virus. Di bagian dalam virus terdapat protein L (Large), NP
(Nucleoprotein), dan P (Polymerase phosphoprotein). Protein L dan P berperan dalam
aktivitas polymerase RNA virus, sedangkan protein NP berperan sebagai struktur protein
nucleocapsid. Virus tersebut mudah diinaktivasi oleh cairan yang dapat melarutkan lipid
seperti eter dan kloroform. Selain itu, virus juga dapat diinaktivasi dengan suhu panas
(>370C), suhu dingin (<200C), sinar ultraviolet, serta kadar (pH) ekstrim (pH <5 dan >10).
Jangka hidup virus tersebut pendek (short survival time), yaitu kurang dari 2 jam.1
PATOFISIOLOGI
Penyebaran infeksi terjadi jika droplet di udara yang berasal dari penderita terhirup
oleh orang di sekitar.4 Virus morbili masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dan
melekat di sel-sel epitel saluran napas. Setelah melekat, virus akan bereplikasi dan diikuti
dengan penyebaran ke kelenjar limfe regional. Setelah menyebar, maka akan terjadi viremia
primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar
limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus. Pada hari ke-5 sampai
ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan saluran
pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke- 14, virus ada di darah, saluran pernapasan, dan
organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus
bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel epitel,monosit, dan makrofag (Tabel 1).1
Patogenesis
Virus campak dalam droplet terhirup dan melekat pada permukaan epitel
nasofaring ataupun konjungtiva. Infeksi terjadi di sel epitel dan virus
12
23
35
57
7 11
11 14
15 17
bermultiplikasi.
Infeksi menyebar ke jaringan limfatik regional
Viremia primer
Virus bermultiplikasi di epitel saluran napas, virus melekat pertama kali,
juga di sistem retikuloendotelial regional dan kemudian menyebar.
Viremia sekunder
Timbul gejala infeksi di kulit dan saluran napas
Virus terdapat di darah, saluran napas, kulit, dan organ-organ tubuh lain.
Viremia berkurang dan menghilang
Sumber : Halim 2016
KLINIS
Karakteristik dari morbili atau campak dapat dilihat pada gambar 1. Masa inkubasi
campak berkisar 10 hari (8-12 hari). Gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi. Gejala klinis
tersebut terdiri dari tiga stadium, antara lain :1,2
1. Stadium prodromal
Stadium prodromal berlangsung sekitar 3 hari (kisaran 2-4 hari), ditandai dengan
demam yang dapat mencapai 39,50C 1,10C. Selain demam, gejala lain yang dapat timbul
berupa malaise, coryza (peradangan akut membran mukosa rongga hidung), konjungtivitis
(mata merah), dan batuk. Gejala-gejala saluran pernapasan menyerupai gejala infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh virus-virus lain. Konjungtivitis dapat disertai mata berair
dan sensitif terhadap cahaya (fotofobia). Tanda patognomonik berupa enantema mukosa
buccal yang disebut Koplik spots yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 demam. Bercak
tersebut berbentuk tidak teratur dan kecil, serta berwarna merah terang. Selain itu, di tengah
bercak didapatkan noda putih keabuan. Timbulnya bercak tersebut hanya sebentar, kurang
lebih 12 jam, sehingga sulit terdeteksi dan biasanya luput saat pemeriksaan klinis.1
2. Stadium eksantem
Gejala dari stadium eksantem yaitu timbulnya ruam makulopapular dengan
penyebaran sentrifugal yang dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian
menyebar ke wajah, leher, dada, ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah.
Ruam tersebut dapat timbul selama 6-7 hari. Demam umumnya memuncak (mencapai 400C)
pada hari ke 2-3 setelah munculnya ruam. Apabila demam masih terjadi setelah hari ke-3 atau
ke-4, maka mengindikasikan adanya komplikasi.1
3. Stadium penyembuhan (konvalesens)
Stadium konvalensi atau stadium penyembuhan ditandai dengan erupsi yang mulai
menghilang.2 Setelah 3-4 hari umumnya ruam berangsur menghilang sesuai dengan pola
timbulnya. Ruam kulit menghilang dan berubah menjadi kecoklatan yang akan menghilang
dalam 7-10 hari.1
DIAGNOSIS
Anamnesis
DIAGNOSIS BANDING
Morbili atau campak harus dibedakan dari beberapa penyakit yang klinisnya juga
berupa ruam makulopapular. Gejala klinis klasik morbili yaitu adanya stadium prodromal
demam disertai coryza, batuk, konjungtivitis, dan penyebaran ruam makulopapular. Penyakit
lain yang menimbulkan ruam yang sama antara lain :
Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan tanpa disertai batuk.
Roseola infantum dengan gejala batuk ringan dan demam yang mereda ketika ruam
muncul.
Parvovirus (fifth disease) dengan ruam makulopapular tanpa stadium prodromal.
Demam scarlet (scarlet fever) dengan gejala nyeri tenggorokan dan demam tanpa
TATALAKSANA
Pada morbili tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah baring,
antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam), cairan
yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat berfungsi sebagai
imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi terhadap virus campak. Pemberian
vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan pneumonia.
Vitamin A diberikan satu kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai berikut :
KOMPLIKASI
Komplikasi umumnya terjadi pada anak risiko tinggi, yaitu :
atau keganasan
Anak dengan defisiensi vitamin
PROGNOSIS
Morbili atau campak merupakan self limited disease, namun sangat infeksius.
Mortalitas dan morbiditas meningkat pada penderita dengan faktor risiko yang
mempengaruhi timbulnya komplikasi. Di negara berkembang, kematian mencapai 1-3%, dan
dapat meningkat sampai 515% saat terjadi KLB.1
PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR (Measles,
Mumps, Rubella).
Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014, vaksin campak diberikan
terinfeksi HIV.1
Bagi orang yang tidak mempunyai kekebalan dan telah mempunyai kontak dengan
seorang penderita campak, adakalanya infeksi masih dapat dicegah dengan vaksin
MMR jika diberikan dalam waktu 3 hari setelah eksposur atau dengan imunoglobulin
dalam waktu 7 hari setelah eksposur.5
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama
An. D. S
Jenis kelamin
Perempuan
25 Desember 2005
Umur
10 tahun 7 bulan
Alamat
9 Agustus 2016
Ayah
Ibu
Nama
Tn. R.S
Ny. M.M
Umur
45 tahun
41 tahun
Perkawinan ke
Pendidikan
S1
S1
Pekerjaan
Swasta
Swasta
Pangkat
Agama
Kristen Protestan
Kristen Protestan
Suku Bangsa
Batak
Batak
II. ANAMNESA
Autoanamnesa dan alloanamnesa dengan ibu pasien pada tanggal 9 Agustus 2016
Keluhan utama
Demam
Keluhan tambahan
melihat cahaya
Pasien seorang anak perempuan berusia 10 tahun 7 bulan dengan berat badan 35 kg, datang
ke Poli RS PGI CIKINI dengan keluhan demam yang naik turun sejak 5 hari sebelum masuk
rumah sakit. Demam dirasakan sangat tinggi, Awalnya demam muncul saat pasien berada di
sekolah. Pasien sudah sempat berobat ke klinik 24 jam dan diberikan obat penurun panas,
namun pada malam harinya panas dirasakan muncul lagi, kemudian demam dirasakan terus
menerus. Demam tidak disertai menggigil dan tidak disertai nyeri sendi. Demam tidak
disertai mimisan, gusi berdarah ataupun tanda perdarahan lainnya. Demam juga tidak disertai
oleh rasa nyeri atau panas saat buang air kecil, rasa tidak lampias saat buang air kecil maupun
peningkatan frekuensi buang air kecil.
Tidak terdapat pula gangguan pendengaran, telinga yang berdenging dan keluarnya cairan
dari telinga. Demam tidak disertai dengan kejang atau penurunan kesadaaran maupun
keluhan sesak napas. Riwayat bepergian ke daerah yang sering terjangkit malaria disangkal.
Menurut orang tua pasien, setiap pasien demam, pasien selalu mengigau. Selain mengeluh
demam, 2 hari SMRS pasien mengeluh batuk disertai dahak berwarna putih, batuk tidak
disertai sesak napas, riwayat meminum obat yang membuat buang air kecil merah disangkal,
dan terasa nyeri pada tenggorokan saat menelan. 1 hari SMRS, mulai muncul ruam merah.
Ruam merah awalnya mulai muncul dari belakang telinga lalu menyebar ke mata, wajah,
dada, punggung, dan tangan serta paha pasien. Ruam yang muncul tidak dirasakan gatal oleh
pasien. Sebelum datang ke rumah sakit, pasien memang mengaku di sekolahnya ada yang
memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Riwayat alergi disangkal, buang air besar tidak
ada keluhan, tidak cair, tidak ada darah ataupun berwarna hitam. Buang air kecil tidak ada
keluhan, frekuensi cukup, warna jernih, tidak ada nyeri saat buang air kecil.
Menurut pengakuan orang tua, tidak ada yang mengalami keluhan seperti pasien di keluarga
pasien.
Pasien merupakan anak pertama dari ibu P2A0 dengan usia kehamilan 38 minggu.
Ibu pasien mengatakan telah melakukan pemeriksaan kehamilan rutin ke dokter kebidanan
dan kandungan dengan jumlah 1 kali saat trimester pertama, 1 kali saat trimester kedua dan 2
kali saat trimester ketiga.
Selama kehamilan ibu mengaku dalam kondisi sehat, tidak mengonsumsi obat-obatan, tidak
pernah minum minuman beralkohol, dan tidak merokok.
Riwayat kelahiran
Tempat lahir :
Rumah Sakit
Penolong
Dokter
Cara persalinan
Berat lahir
3.300 gram
Spontan
Panjang lahir :
49 cm
Masa gestasi :
Cukup bulan
tampak kemerahan
Nilai APGAR :
Kelainan bawaan
Tidak ada
Riwayat Imunisasi
Jenis
Imunisasi
II
III
IV
BCG
2 bulan
DPT
2 bulan
4 bulan
6 bulan
Polio
Saat lahir
2 bulan
4 bulan
Hepatitis B
Saat lahir
1 bulan
6 bulan
Campak
9 bulan
VI
6 bulan
Kesan: imunisasi dasar lengkap sesuai usia menurut IDAI tapi belum ada imunisasi ulangan
untuk campak dan tidak ada imunisasi tambahan
6 bulan
Tengkurap
8 bulan
Duduk
10 bulan
Berdiri
11 bulan
Berjalan
13 bulan
Bicara
9 bulan
Perkembangan Psikomotor
Tidak ada
Riwayat Makanan
Usia
ASI / PASI
Buah / Biskuit
Bubur susu
Nasi tim
0-2
ASI
-/-
2-4
ASI
-/-
ASI + Susu
Pisang/ pepaya/
formula
biscuit
Bubur susu
Nasi Tim
ASI + Susu
Pisang/ pepaya/
formula
biskuit
Bubur susu
Nasi Tim
ASI + Susu
Pisang/ pepaya/
formula
biscuit
Bubur susu
Nasi Tim
ASI + Susu
Pisang/ pepaya/
formula
biscuit
Bubur susu
Nasi Tim
( bulan )
4-6
6-8
8-10
10-12
Pola Makan
Jenis makanan
Frekuensi
Nasi
Sayuran
Daging
Ikan
Telur
Tahu
Tempe
7 hari @ 3xsehari@1potong/1xmakan
Susu
Penyakit
Usia
Penyakit
Usia
Diare
1 & 3 tahun
Morbili
Otitis
Parotitis
Radang paru
Demam berdarah
Tuberkulosis
Demam tifoid
Kejang
Cacingan
Ginjal
Alergi
Jantung
Pertusis
Darah
Varicella
Difteri
Biduran
Asma
Kecelakaan
Penyakit kuning
Operasi
Batuk berulang
Lain-lain
Riwayat keluarga
No
Umur
10 tahun
Jenis
Kelamin
Perempuan
Hidup
Ya
Lahir
Mati
-
Abortus
Mati
(sebab)
-
Keterangan
Sakit(pasien)
7 tahun
Perempuan
Ya
Sehat
Keadaan rumah
Keadaan lingkungan
Pemeriksaan Umum
Kesadaran:Compos mentis
Tanda-Tanda Vital:
Suhu tubuh : 38 C
Antropometri:
Berat badan : 35 kg
37 kg
142 cm
Status Gizi :
IMT
: BB/(TB)2 = 35/1.88
= 18.6
IMT
< 17.0
17.0 18.5
18.5 25.0
25.0 27.0
> 27.0
Kesan status gizi : gizi baik.
BBI
BMI x (TB)
=17,4 x 1,37
=17,4 x 1,8769
= 32,6 kg
Status Gizi
Gizi Kurang
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi Lebih
Gizi Lebih
Kategori
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Sangat Gemuk
BB/U
35/36 x 100%
=97,2 % (Normal)
TB/U
137/141 x 100%
=97,1 % (Normal)
BB/TB
35/31 x100%
3.2
Status Generalis
Tidak teraba kelenjar getah bening pada leher, kelenjar oksipital, submandibula,
supraklavikula, ketiak, lipat paha, maupun kelenjar getah bening di daerah lain.
Kepala :
Bentuk kepala normocephali. Rambut hitam, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut.
Wajah :
Raut muka pasien baik dan tidak terdapat kelainan facies. Kulit wajah pasien tampak ruam
makulopapular
Mata :
palpebra tidak edem, konjungtiva hiperemis, sclera merah, pupil bulat isokhor, reflex cahaya
langsung dan tidak langsung positif pada kedua pupil, lensa jernih, fotophobia (+), tidak ada
kelainan pada bola mata pasien.
Telinga :
Bentuk daun telinga normotia, tidak menggantung, posisi tidak rendah. Liang telinga didapati
lapang, tidak nampak adanya secret maupun serumen. Gendang telinga intak, tidak
hiperemis, berwarna putih mengkilap, refleks cahaya positif
Retroaurikular :
Hidung :
Bentuk hidung normal, konka agak pucat, septum nasi di tengah, selaput lendir tidak
hiperemis. Tidak tampak nafas cuping hidung.
Mulut :
Bibir kering, tidak sianosis. Mukosa mulut tidak tampak bercak koplik, lidah kotor tapi tidak
tremor, gusi tenang. Faring hiperemis, tonsil tidak tampak hiperemis dan membesar.
Leher :
Pada leher tidak terdapat kelainan bentuk, kelenjar tiroid tidak teraba, tekanan vena jugularis
tidak meninggi. Trakea terdapat di tengah. Pergerakan leher bebas.
Thoraks :
Bentuk dada normochest. Tidak ditemukan adanya krepitasi maupun benjolan. Tulang-tulang
iga intak dan sela iga dalam batas normal. Tampak ruam maculopapular di seluruh thoraks
Paru :
Pada inspeksi tampak gerakan nafas simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, tidak ada
bagian yang tertinggal, tidak tampak retraksi
Pada palpasi didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri sama, ICS kanan dan kiri sama
Pada auskultasi didapatkan suara nafas vesikuler di kedua lapang paru kiri sama dengan
kanan, tidak ditermukan wheezing,tidak ditemukan ronkhi.
Jantung :
Perkusi :
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen :
Inspeksi
: tampak datar, tidak tampak kuning, tidak ada distensi abdomen, tidak ada
pelebaran pembuluh darah, tidak tampak gambaran usus, pergerakan usus maupun benjolan.
Terlihat ruam makulopapular
Auskultasi
Perkusi
Palpasi :
Supel, turgor kulit baik, tidak ada nyeri tekan, hepar tidak teraba, lien tidak
Tulang Belakang
Genitalia Eksterna
Ekstremitas :
Akral hangat, tidak ada edema, tidak ada sianosis, tonus otot baik, kulit tampak
makulopapular dikeempat ekstremitas, telapak tangan kanan dan kiri tidak pucat, telapak kaki
kanan dan kiri tidak pucat, panjang simetris, clubbing finger tidak ada.
Kulit
Turgor baik di keempat ektremitas, ikterik tidak tampak, sianosis tidak ada, eritema palmaris
tidak ada, perfusi kurang dari 3 detik, tampak ruam makulopapular diseluruh tubuh.
Pemeriksaan Neurologis
Refleks Fisiologis
Refleks Biseps
++/++
Refleks Triseps
++/++
Refleks Patella
++/++
Refleks Achilles
++/++
Refleks Patologis
Refleks Babinski
Refleks Oppenheim
: -/-
: -/-
Refleks Chaddock
: -/-
Kaku Kuduk :
Brudzinski I
-/-
Brudzinski II :
-/-
Kernig sign
-/-
Laseque sign :
-/-
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hb
14
13 - 18 gr/dl
Ht
42
40 - 52%
Eritrosit
5,23
Leukosit
3900
4.800 10.800/L
Trombosit
271.000
150.000 -400.000/L
MCV
81
80 96 fL
MCH
26.8
27 32 pg
MCHC
33.2
32 36 gr/dL
Basofil
0-1 %
Eosinophil
1-3 %
Neutrophil Batang
2-6 %
Neutrophil Segmen
73
50-70 %
Limfosit
19
20-40 %
Monosit
2-8 %
V. RESUME
Pasien anak perempuan berumur 10 tahun 7 bulan dengan berat badan 35 kg datang ke Poli
RS PGI CIKINI dengan keluhan demam yang naik turun sejak 5 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam dirasakan sangat tinggi, Awalnya demam muncul saat pasien berada di sekolah.
Pasien sudah sempat berobat ke klinik 24 jam dan diberikan obat penurun panas, namun pada
malam harinya panas dirasakan muncul lagi, kemudian demam dirasakan terus menerus.
Menurut orang tua pasien, setiap pasien demam, pasien selalu mengigau. Selain mengeluh
demam, 2 hari SMRS pasien mengeluh batuk disertai dahak berwarna putih dan terasa nyeri
pada tenggorokan saat menelan. 1 hari SMRS, mulai muncul ruam merah. Ruam merah
awalnya mulai muncul dari belakang telinga lalu menyebar ke mata, wajah, dada, punggung,
dan tangan serta paha pasien. Ruam yang muncul tidak dirasakan gatal oleh pasien. Sebelum
datang ke rumah sakit, pasien memang mengaku di sekolahnya ada yang memiliki keluhan
yang sama dengan pasien. Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap tapi belum mengikuti
imunisasi ulangan.
Dari hasil pemeriksaan fisik,ditemukan terdapat peningkatan suhu tubuh pasien sebesar 38C,
konjungtiva hiperemis pada kedua mata, faring tampak hiperemis dan terdapat ruam
Drug eruption
Rubeolla
Eksantema subitum
VII.DIAGNOSA KERJA
Morbili
Foto thoraks
IX. PENATALAKSANAAN
Nonfarmakologi :
Tirah baring
Isolasi
Farmakologi :
Ambroxol 3 x 5 cc
Parasetamol 4 x 5 cc
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
FOLLOW UP HARIAN
Tanggal
Follow Up
Terapi
9/8/16
tpm ( makro )
k/p
Recustein 3 x 5 cc
( PO )
Suhu :40,10C
Kepala : normocephal
Paru
A : Morbili
10/8/16
tpm ( makro )
k/p
Recustein 3 x 5 cc
( PO )
Tempra forte
Salicyl talk
Suhu :38.60C
Kepala : normocephal
Paru
A : Morbili
11/8/16
tpm ( makro )
k/p
Recustein 3 x 5 cc
( PO )
Suhu :37.90C
Kepala : normocephal
Paru
A : Morbili
Tanggal
Follow Up
Terapi
12/8/16
( makro )
atas
+ NaCl 0,9% 3 cc
2x1
( PO )
Recustein 3 x 5 cc
( PO )
Suhu :36.50C
Diet biasa kalori 2450
kcal
Kepala : normocephal
Paru
A : Morbili
13/8/16
( makro )
+ NaCl 0,9% 3 cc
2x1
Tempra Forte 4 x 5 cc
( PO )
( PO )
Suhu :36.80C
Kepala : normocephal
Paru
A : Morbili
14/8/16
tpm ( makro )
Paracetamol drip 4 x
150 mg k/p
( PO )
Tempra forte 4 x 5 cc
Salicyl talk
Suhu :360C
Kepala : normocephal
Inhalasi Ventolin 1 nebu
Mata : palpebra tidak edema, tidak terdapat
+ NaCl 0,9% 3 cc
Paru
A : Morbili
DAFTAR PUSTAKA
1. Halim, R.G. Campak pada anak. CDK. 2016: 43(3) 186189 hlm.
2. Mariz, D.R. Diagnosis dan tatalaksana morbili. Jurnal Medula Unila. 2015: 4(1): 79
84 hlm.
4. Rahayu, T. & Tumbelaka, A.R. Gambaran klinis penyakit eksema akut pada anak.
Sari Pediatri. 2002: 4(3): 104113 hlm.
47