Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Tingkat Stres Kerja Perawat Terhadap

Kinerja Perawat di Intensive Care Unit RSUD Muntilan


Ilham Setya Nugraha*1, Elsye Mariarosa, SKM, M. Kep*2
Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
INTISARI
Stres kerja yang dihadapi oleh perawat akan sangat mempengaruhi kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Emosi sangat erat kaitannya
dengan kecerdasan emosional yang merupakan kemampuan seseorang untuk
memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati,
tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan mengendalikan stres.
Makin kompleksnya tugas-tugas perawat di Intensive Care Unit membuat perawat
sangat rentan mengalami distres dalam bekerja, sehingga perawat perlu memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi di dalam menghadapi berbagai kondisi kerja.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional dan tingkat
stres dengan kinerja kerja perawat di Intensive Care Unit.
Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian non
eksperimental yaitu studi kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini sebanyak 16 orang perawat yang merupakan jumlah sampel
karena teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling.
Hasil perhitungan dan analisis menunjukkan bahwa secara bersama-sama
variabel bebas yang terdiri dari kecerdasan emosional (

), stres kerja (

) memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perawat ditunjukkan oleh hasil


sebesar 13,000 dan probabilitasnya adalah sebesar 0,058 sedikit di atas 0,05 dan nilai
koefisien determinasi (

) sebesar 0,667. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,667

ini mempunyai arti bahwa kecerdasan emosional dan stres kerja mampu memberikan
pengaruh terhadap kinerja perawat sebesar 66,7%.
Penelitian ini dapat disimpulkan kecerdasan emosional mempunyai pengaruh
lebih besar atau lebih kuat dalam mempengaruhi peningkatan kinerja perawat dengan
P= 0,009 dibandingkan dengan variabel stres kerja dengan nilai P= 0,058.

Saran penelitian adalah untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti


penyebab stres kerja pada perawat, dan kecerdasan emosional terhadap kinerja
perawat ICU.
Kata kunci

: kecerdasan emosional, stres kerja, kinerja perawat.

1. Nursing Student, School of Nursing, Faculty of Medicine, Muhammadiyah


University of Yogyakarta
2. Lecturer of Community Health Nursing University of Muhammdiyah Yogyakarta

The Influence of Emotional Intelligence and Stress Level of Nurses on


The Performance of Nurses in Intensive Care Unit of Muntilans
Ilham Setya Nugraha*1, Elsye Mariarosa, SKM, M. Kep*2
Student Research Project Nursing Department, Faculty of Medicine,
Muhammadiyah University of Yogyakarta
ABSTRACT
Emotional intelligence refers to the ability to recognize our own feelings and
others, the ability to motivate you, and the ability to manage emotions both in one in
relationships with others. This study aims to determine the effect of emotional
intelligence is shared and partially on the performance of nurses through emotional
intelligence variables (

) and work stress (

) in the Intensive Care Unit nurse

Regional General Hospital Muntilan Magelang regency.


Analytical techniques used in the study are the technique of multiple linear
regression statistical analysis. In this study 16 nurses sampled.
Calculations results and analysis show that together the independent variables
consisted of emotional intelligence (

), job stress (

) has a significant influence on

the performance of nurses indicated by the results of

by 13,000 and the

probability is 0.058 for a little over 0.05 and the coefficient of determination value of
0.667 has a sense that emotional intelligence and job stress can influence the
performance of nurses by 66.7%.

Key words: emotional intelligence, work stress, and performance of nursesin ICU

1. Nursing Student, School of Nursing, Faculty of Medicine, Muhammadiyah


University of Yogyakarta
2. Lecturer of Community Health Nursing University of Muhammdiyah
Yogyakarta

A. PENDAHULUAN
Pelayanan prima rumah sakit adalah pelayanan kepada pasien yang
berdasarkan kualitas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien,
sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat
meningkatkan kepercayaannya kepada rumah sakit. Intensive Care Unit
(ICU) sebagai instalasi terdepan dalam pemberian pelayanan kesehatan di
rumah sakit, mempunyai peranan yang besar dalam pemberian pelayanan
kepada masyarakat. Tenaga kesehatan sebagai tim, baik perawat, dokter
maupun tenaga administrasi memegang peranan penting dalam pemberian
pelayanan keperawatan dan medis di Intensive Care Unit (ICU)*3.
Perawat ICU berbeda dengan perawat bagian lain. Tingkat pekerjaan
dan pengetahuan perawat ICU lebih kompleks dibandingkan dengan perawat
bagian lain di Rumah Sakit, karena bertanggung jawab mempertahankan
homeostasis pasien untuk berjuang melewati kondisi kritis/terminal yang
mendekati kematian *4. Emosi sangat mempengaruhi kehidupan manusia
ketika mengambil keputusan. Keputusan-keputusan dalam hidup manusia,
ternyata lebih banyak ditentukan oleh emosi daripada akal sehat *2.
Makin kompleksnya tugas-tugas perawat di Intensive Care Unit
membuat perawat sangat rentan mengalami distres dalam bekerja, sehingga
perawat perlu memiliki kecerdasan emosional yang tinggi di dalam
menghadapi berbagai kondisi kerja. Melihat kondisi di atas, peneliti tertarik
untuk meneliti Pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat stres kerja
perawat dan kinerja kerja perawat di Intensive Care Unit di RSUD
Muntilan*5.
B. METODOLOGI
Jenis penelitian ini adalah non eksperimen yaitu studi kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional yaitu melakukan pengamatan sekali
terhadap variabel bebas dan variabel terikat pada saat yang sama. Penelitian

cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan pada waktu


pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu
kali, pada satu saat. Pada jenis ini variabel independen dan dependen dinilai
secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada follow-up* 3. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 16 orang yang dipilih menggunakan metode total
sampling. Total sampling adalah semua jumlah yang memenuhi syarat kriteria
inklusi dijadikan responden penelitian dan cara pengambilan sampel dengan
mengambil anggota populasi semua menjadi sampel. Dalam penelitian ini
sampel yang diambil adalah yang memenuhi kriteria inklusi yaitu perawat
sebagai perawat tetap, tidak sedang dalam masa cuti dan bukan kepala
ruangan atau penyelia ruangan*2.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan
lembar kuesioner. Setelah data terkumpul dilakukan analisa data. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui uji validitas dengan menggunakan rumus
korelasi Product Moment yaitu Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Tingkat
Stres Kerja terhadap Kinerja Perawat Intensive Care Unit RSUD Muntilan.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
Hasil analisis Wilcoxon Signed Ranks Test Kecemasan Kelompok
Kelompok
Posttest kecemasan
kelompok
eksperimen (hari I) Pretest
kecemasan kelompok eksperimen
Posttest kecemasan
kelompok
eksperimen (hari II) Pretest
kecemasan kelompok eksperimen
Posttest kecemasan
kelompok
eksperimen (hari III) Pretest
kecemasan kelompok eksperimen

Negative Ranks
Positive Ranks

RataRata
3.50
0.00

Nilai
p
0.014

Negative Ranks
Positive Ranks

6.50
0.00

0.001

Negative Ranks
Positive Ranks

6.50
0.00

0.001

Tabel 1 menunjukkan pengujian pretest dan posttest kelompok


eksperimen, didapatkan selisih mean skor pretest dan posttest kelompok
eksperimen pada hari I adalah sebesar 3.50 dengan nilai signifikansi 0.014,
hari II sebesar 6.50 dengan nilai signifikansi 0.001 dan pada hari III adalah
sebesar 6.50 dengan nilai signifikansi 0.001. Nilai ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat kecemasan sebelum dan
sesudah dilakukan terapi mendengarkan lagu anak selama tiga hari berturutturut.
Tabel 2
Hasil analisis Mann-Whitney Test posttest kecemasan kelompok kontrol
dengan kelompok eksperimen
Kelompok
Posttest kecemasan (hari I)
Posttest kecemasan (hari II)
Posttest kecemasan (hari III)

Kontrol
Eksperimen
Kontrol
Eksperimen
Kontrol
Eksperimen

Rata-Rata
20.93
10.07
21.37
9.63
22.13
8.87

Nilai p
0.000
0.000
0.000

Berdasarkan tabel 2 di atas diketahui bahwa selisih mean skor posttest


antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen hari I yaitu 10.86
dengan nilai signifikansi 0.000, hari II yaitu 11.74 dengan nilai signifikansi
0.000 dan pada hari III dengan selisih mean skor yaitu 13.26 dengan nilai
signifikansi 0.000. Dari nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kecemasan antara posttest pada kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen ( p < 0.05 ).
Tabel 3
Hasil analisis Mann-Whitney Test kecemasan posttest kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen

Kelompok
Posttest
tingkat Kontrol
kecemasan
Eksperimen

Rata-Rata
63.40
27.60

Nilai p
0.000

Berdasarkan hasil analisis uji Mann-Whitney didapatkan hasil selisih


mean rank pada posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar
35.8 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 ( p<0.05). Nilai signifikansi ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan kecemasan yang bermakna antara skor
posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, dengan kata lain
terdapat pengaruh terapi mendengarkan lagu anak terhadap kecemasan anak.
Kecemasan yang dialami anak usia sekolah adalah kecemasan karena
anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status kesehatan
maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari, dan anak biasanya
mempunyai keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah
maupun kejadian-kejadian yang sifatnya menekan.
Penurunan kecemasan pada kelompok eksperimen dapat disebabkan
karena efek dari terapi mendengarkan lagu anak yang menyenangkan dan
menenangkan pasien, sehingga berakibat pada perbaikan kondisi kesehatan,
khususnya jantung dan pembuluh darah. Terapi musik ini terbukti berguna
dalam proses penyembuhan karena dapat menurunkan rasa nyeri dan dapat
membuat perasaan klien rileks. Pengaruh terapi mendengarkan lagu anak
akan merangsang pelepasan endorphin yang dapat menimbulkan ketenangan
dan perasaan rileks pada anak. Perasaan tenang tersebut menandakan
penurunan kecemasan pada anak karena rangsangan dari lagu yang
didengarkan anak menimbulkan penurunan ketegangan terhadap perasaan
anak yang sebelumnya tidak jelas akibat kecemasan yang dialami.

Rangsangan mendengarkan musik memiliki pengaruh yang cukup


besar terhadap ketenangan psikologis pada anak. Hal ini disebabkan karena
adanya peningkatan kadar endorphin yang berfungsi sebagai pereda rasa
sakit pada tubuh dan memberikan ketenangan pada psikologis anak sehingga
rasa sakit dan kecemasan yang dirasakan dapat terimbangi oleh hormonhormon dalam tubuh yang timbul akibat rangsangan dari tubuh pasien. Pada
pemberian terapi musik ini kenyamanan dan ketenangan yang terjadi
didapatkan dari lagu yang didengarkan anak sehingga merangsang otak anak
dan berpengaruh pada kondisi tubuh anak.

D. KESIMPULAN
1. Kecemasan anak pada kelompok eksperimen sebelum mendengarkan lagu
anak-anak didominasi oleh kategori kecemasan sedang yaitu 7 responden dan
setelah mendengarkan lagu anak-anak didominasi oleh kategori cemas ringan
dengan jumlah sebanyak 9 responden pada hari I dan hari II, sedangkan hari
III didominasi oleh kategori tidak cemas yaitu 7 responden.
2. Pada kelompok kontrol tingkat kecemasan posttest pada hari I sampai hari III
menunjukkan hasil yang sama yaitu didominasi oleh kategori kecemasan
sedang dengan jumlah 8 responden.
3. Ada pengaruh antara terapi mendengarkan lagu anak-anak terhadap
kecemasan anak usia sekolah pada masa hospitalisasi atau dengan kata lain
mendengarkan lagu anak dapat menurunkan kecemasan pada anak usia
sekolah pada masa hospitalisasi.
E. SARAN
1. Bagi masyarakat:

Agar dapat mempertahankan lagu anak-anak sebagai terapi alternatif dalam


menurunkan kecemasan pada anak yang mengalami hospitalisasi karena
terapi ini terbukti aman dan murah.
2. Bagi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta:
Terapi mendengarkan lagu anak-anak dapat dijadikan alternatif terapi dalam
membantu menurunkan dan menanggulangi kecemasan anak yang menjalani
masa hospitalisasi.
3. Bagi Peneliti lain:
Masih perlunya pengembangan tentang analisis terapi musik anak-anak pada
perubahan psikologis dan sosial pada anak.

RUJUKAN
1. AMTA. (2003). Efek Terapi Musik pada Kualitas dan Panjang Hidup Orang
di Diagnosis dengan Kanker Terminal. Journal of Music Therapy, 40 (2), 113137
2. Gordon, C. (2005). Tropical Diseases (20th ed.). London: ELBS
3. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika
4. Nursalam. (2005). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Salemba Medika. Jakarta.
5. Potter & Perry (2005). Fundamental of Nursing : Concept, Process and
Practice 4th edition. St.Louise, Mosby
6. Supartini, Y (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak, Cetakan ke I. Jakarta:
EGC
7. Wong, L (2003). Wong & Whaleys: Clinical Manual of Pediatric Nursing 5th
edition. St. Louis, Mosby

standardized beta coefficient value menunjukksn that the variable of


emotional intelligence is at 0.500 and is the largest value of standardized beta
coefficients between job stress, so it can be said that intelligence is partially
emotional have an influence on the performance of nurses.

Anda mungkin juga menyukai