32
1. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai resiko 2-3 kali lipat
untuk terkena kolelitiasis dibandingkan
dengan pria. Ini dikarenakan oleh
hormon
esterogen
berpengaruh
terhadap
peningkatan
eskresi
kolesterol oleh kandung empedu.
Kehamilan, yang menigkatkan kadar
esterogen juga meningkatkan resiko
terkena kolelitiasis. Penggunaan pil
kontrasepsi dan terapi hormon
(esterogen) dapat meningkatkan
kolesterol dalam kandung empedu
dan penurunan aktivitas pengosongan
kandung empedu.
2. Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis
meningkat
sejalan
dengan
bertambahnya usia. Orang dengan
usia > 60 tahun lebih cenderung untuk
terkena kolelitiasis dibandingkan
dengan orang degan usia yang lebih
muda.
3. Obesitas
Kondisi obesitas akan meningkatkan
metabolism umum, resistensi insulin,
diabetes militus tipe II, hipertensi dan
hyperlipidemia berhubungan dengan
peningkatan
sekresi
kolesterol
hepatica dan merupakan faktor resiko
utama untuk pengembangan batu
empedu kolesterol.
4. Statis Bilier
Kondisi statis bilier menyebabkan
peningkatan risiko batu empedu.
5.
6.
7.
8.
33
9. Gangguan Intestinal
Pasien pasca reseksi usus dan
penyakit crohn memiliki risiko
penurunan atau kehilangan garam
empedu dari intestinal. Garam
empedu merupakan agen pengikat
kolesterol, penurunan garam pempedu
jelas akan meningkatkan konsentrasi
kolesterol dan meningkatkan resiko
batu empedu.
10. Aktifitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhungan
dengan peningkatan resiko terjadinya
kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan
oleh kandung empedu lebih sedikit
berkontraksi.
11. Nutrisi intravena jangka lama
Nutrisi intravena jangka lama
mengakibatkan kandung empedu tidak
terstimulasi untuk berkontraksi, karena
tidak ada makanan/ nutrisi yang
melewati intestinal. Sehingga resiko
untuk terbentuknya batu menjadi
meningkat dalam kandung empedu.
Penyebab utama colecytisis
adalah batu kandung empedu (90%) yang
terletak di duktus sistikus yang
menyebabkan statis cairan empedu,
sedangkan sebagian kecil kasus timbul
tanpa adanya batu empedu. Bagaimana
statis
di
duktus
sistikus
dapat
menyebabkan colecytisis, sampai saat
masih belum jelas. Di perkirakan , banyak
faktor
yang
mempengaruhinya,
diantaranya :
1. Kepekatan cairan empedu
2. Kolestrol
3. Lisolesitin dan prostagladin yang
merusak lapisan mukosa dinding
kandung empedu, kemudian di ikuti
oleh inflamasi dan superasi, dan
4. Kumam kuman seperti escbericbia
coli, salmonella tibosa, cacing
askaris, atau pengaruh enzim enzim
pankreas.
5. Adapun tanda tanda dan gejala
colecytisis adalah adanya gangguan
pencernaan, mual dan muntah ;
nyeri perut kanan atas atau kadang
35
mengakibatkan/menghasilkan
kontraksi
kandung empedu, sehingga batu yang tadi
ada dalam kandung empedu terdorong dna
dapat menutupi duktus sistikus, batu dapat
menetap ataupun terlepas lagi. Apabila
batu menutupi duktus sistikus secara
menetap makan mungkin dapat terjadi
mukokel, bila terjadi infeksi maka mukokel
dapat menjadi suatu empiema, biasanya
kandung empedu dikelilingi dan ditutupi
oleh alat-alat perut (kolon, omentum), dan
dapat juga membentuk suatu fistel
kolesitoduodenal. Penyumbatan duktus
sistikus dapat juga berakibat terjadinya
kolesistitis akut yang dapat sembuh atau
dapat mengakibatkan nekrosis sebagian
dinding (dapat ditutupi alat sekitarnya) dan
dapat
membentuk
suatu
fistel
kolesitoduodenal ataupun dapat terjadi
perforasi kandung empedu yang berakibat
terjadi peritonitis generalisata. Batu
kandung empedu dapat maju masuk ke
dalam duktus sistikus pada saat kontraksi
dari kandung empedu. Batu ini dapat terus
maju sampai duktus koledokus kemudian
menetap asimtomatis atau kadang dapat
menyebabkan kolik. Batu yang menyumbat
di duktus koledokus juga berakibat
terjadinya ikterus obstruktif, kolangitis,
kolangiolitis, dan pankretitis.Batu kandung
empedu dapat lolos ke dalam saluran
cerna
melalui
terbentuknya
fistel
kolesitoduodenal. Apabila batu empedu
cukup besar dapat menyumbat pada
bagian tersempit saluran cerna (ileum
terminal) dan menimbulkan ileus obstruksi.
Berikut beberapa penjelasan tentang
komplikasi kolelitiasis:
1. Hidrops
Hidrops biasanya disebabkan oleh
stenosis atau obstruksi duktus sistikus
sehingga tidak dapat diisi lagi oleh
empedu. Dalam keadaan ini tidak
terdapat peradangan akut dan
sindrom yang berkaitan dengannya,
tetapi ada bukti peradangan kronis
dengan adanya mukosa gundul.
Kandung empedu berdinding tebal
dan terdistensi oleh materi steril
mukoid. Sebagian besar pasien
37
Kolesistitis kronis
a) Fistel bilioentrik
Apabila kandung empedu yang
mengandung
batu
besar
menempel pada dinding organ
di dekatnya seperti lambung,
duodenum,
atau
kolon
transversum, dapat terjadi
nekrosis dinding kedua organ
tersebut karena tekanan,
sehingga terjadi perforasi ke
dalam lumen saluran cerna.
Selanjutnya terjadi fitsel antara
kandung empedu dan organorgan tersebut.
4.
Kolangitis
Kolangitis dapat berkembang
bila ada obstruksi duktus biliaris
dan infeksi. Penyebab utama
dari infeksi ini adalah organisme
gram negatif, dengan 54%
disebebkan
oleh
sepsis
Klebesiella, dan 39% oleh
Escherchia, serta 25% oleh
organisme Enterokokal dan
Bacteroides. Empedu yang
terkena infeksi akan berwarna
coklat tua dan gelap. Duktus
koledokus menebal dan terjadi
dilatasi dengan diskuamasi atau
mukosa yang ulseratif, terutama
di daearah ampula vetri.
5. Pankreatitis
Radang
pankreas
akibat
autodigesti oleh enzim yang
keluar dari saluran pankreas. Ini
disebebkan karena batu yang
berada di dalam duktus
koledokus bergerak menutupi
ampula vetri.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Batu kandung empedu yang
asimtomatis
umumnya
tidak
menunjukkan
kelainan
pada
pemeriksaan laboratorium. Apabila
terjadi peradangan akut, dapat
terjadi leukositosis. Apabila terjadi
sindroma mirizzi, akan ditemukan
kenaikan ringan bilirubin serum
akibat penekanan duktus koledukus
oleh batu. Kadar bilirubin serum
yang tinggi mungkin disebabkan
oleh batu didalam duktus koledukus.
Kadar fosfatase alkali serum dan
mungkin juga kadar amilase serum
biasanya meningkat sedang setiap
kali terjadi serangan akut. Enzim
hati AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH
agak meningkat. Kadar protrombin
menurun bila obstruksi aliran
empedu dalam usus menurunkan
absorbs vitamin K.
4. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan
USG
telah
menggantikan kolesistografi oral
sebagai prosedur diagnostik pilihan
karena pemeriksaan ini dapat
dilakukan dengan cepat dan akurat,
dan dapat digunakan pada prndrita
disfungsi
hati
dan
icterus.
39
b)
c)
d)
e)
tekananintra abdominal
Berikan kompres hangat pada
area abdomen kanan atas
Rasional: fek dilatasi dinding
empedu memberikan respon
spasme akan menurun
Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian
Analgetik
Rasional : analgetik memblok
lintasan nyeri sehingga nyeri
akan berkurang
Intervensi bedah dengan
litotripsi
Rasional : prosedur litotripsi
telah berhasil memecah batu
empedu tanpa pembedahan.
Maka dapat menurunkan
respon nyeri atau kolik bilier
Pelarutan batu empedu
2. Berhubungan dengan
ketidakseimbangan nutrisi
a. Kaji status nutrisi, turgor kulit, berat
badan, derajat penurunan berat
badan,.Integritas mukosa oral,
Rasional
: memvalidasi dan
menetapkan derajat masalah untuk
menetapkan intervensi yang tepat
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menetapkan komposisi dan jenis diet
yang tepat
Rasional : merencanakan diet dengan
kandungan nutrisi yang adekuat untuk
41
b.
c.
d.
e.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Suharjo B. 2009. Batu Empedu.
Yogyakarta: Kanisus
Hadi, Sujono.
Bandung: Alumni
2002.
Gastroenterologi.
Herdman,
T.Heather.
2010.
NANDA
Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi
dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC