Anda di halaman 1dari 36

ACARA I

PEMISAHAN DAN PEMURNIAAN


A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan praktikum
: Untuk mempelajari teknik pemisahan dan pemurnian
suatu zat campurannya.
2. Waktu praktikum
: Jumat,7 November 2014
3. Tempat Praktikum
: Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas
Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Ekstraksi merupakan sesuatu yang memanfaatkan pembagian zat terlarut
antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut
dari suatu pelarut ke pelarut lainnya. Anggap iodin sebagai pencemar dalam air yang
juga mengandung zat terlarut lain yang tidak larut dalam karbon tetraklorida. Dalam
kasus seperti ini, hampir semua iodin dapat diambil dengan mengaduk larutan air
dengan CCl4, yang memungkinkan kedua fase terpisah dan kemudian mengurangi
lapisan air dari lapisan karbon tetraklorida yang lebih berat. Makin besar tetapan
kesetimbangan untuk partisi zat terlarut dari pelarut awalnya kedalam pelarut pemisah,
maka makin sempurna proses pemisahannya (Oxtoby, 2001: 340).
Tiga metode dasar pada ekstraksi cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi
kontinu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling
sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak
bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi
kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada dua lapisan, setelah inni
tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan. Metode ini sering digunakan untuk
pemisahan analitik (Khopkar, 2010: 106).
Teknik pemisahan berupa destilasi bisa digunakan untuk memisahkan
campuran dalam bentuk cair, seperti air laut yang merupakan campuran garam-garam
yang terlarut dalam air. Teknik ini banyak diterapkan dilaboratorium maupun industri
yang memerlukan air murni. Prinsip destilasi didasarkan pada perbedaan titik didih
komponen penyusun campuran. Oleh karena itu, penggunaan destilasi tidak terbatas
pada campuran padat cair, dapat juga digunakan untuk campuran cair-cair, misalnya
campuran alkohol dan air. Titik didih alkohol 650C dan air 1000C, akibatnya saat

destilasi dilakukan alkohol menguap terlebih dulu, sehingga alkohol dinyatakan


sebagai destilasi (Sunarya, 2010: 16).
Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia, karena
kebanyakan materi yang terdapat dialam berupa campuran. Untuk memperoleh materi
murni dari suatu campuran, kita harus melakukan pemisahan. Metode pemisahan
konversional memerlukan peralatan yang sederhana, tetapi memiliki keterbatasan
dalam hal efisiensi yang rendah, waktu pemisahan yang relatif lama dan harga
senyawa berwarna saja (Hendayana, 2006: 1).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat- alat Praktikum
a. Corong 60 ml
b. Corong 10 ml
c. Dongkrak
d. Erlenmeyer
e. Ember
f. Gelas arloji
g. Gelas kimia 25 ml
h. Gelas kimia 100 ml
i. Gelas ukur 25 ml
j. Gelas ukur 50 ml
k. Hotplate
l. Kain lap
m. Kondensor bulat
n. Labu alas bundar
o. Pipet tetes
p. Rak tabung reaksi
q. Selang keluar
r. Selang masuk
s. Sentrifuge
t. Spatula
u. Statif
v. Stopwatch
w. Tabung reaksi
x. Termometer
y. Timbangan analitik
2. Bahan- bahan Praktikum
a. Aquades ( H2O)(l)
b. Batu didih
c. Bubuk kapur ( CaCO3)(s)
d. Butiran Iodium (I2)(s)
e. Es batu
f. Etanol (C2H5OH)(l) 96 %
g. Garamm dapur (NaCl)(s)
h. Kertas label
i. Kertas saring
j. Kloroform (CHCl3)(l)

k. Tembaga (II) sulfat (CuSO4)(S)


l. Tissue
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Filtrasi dan Sentrifugasi
a. Dimasukkan dan diukur aquades sebanyak 25 ml kedalam gelas ukur 50 ml,
kemudian dimasukkan kedalam gelas kimia.
b. Dimasukkan 3 sendok bubuk kapur (CaCO3) kedalam gelas kimia yang berisi
aquades 25 ml.
c. Diaduk, kemudian larutan kapur (CaCO3) dituangkan kedalam 2 tabung reaksi
masing- masing sebanyak 5 ml.
d. Sentrifugasi tabung reaksi dengan alat sentrifuge selama 2 menit.
e. Dipisahkan sentrat dengan endapan menggunakan cara dekantasi.
f. Disaring sisa larutan kapur sebanyak 15 ml kedalam tabung reaksi dengan
menggunakan kertas saring.
g. Dibandingkan hasil sentrat dan filtrat.
h. Dicatat hasil pengamatan.
2. Rekristalisasi garam dapur kotor (NaCl)(s)
a. Dilarutkan garam dapur kotor (NaCl)(s) dengan aquades (H2O)(l) secukupnya.
b. Disaring larutan garam dengan kertas saring.
c. Dipanaskan larutan tersebut dengan hotplate sampai mengkristal.
d. Dihentikan pemanasan jika larutan telah mengkristal.
e. Dibandingkan garam (NaCl) sebelum pemanasan dan setelah pemanasan.
f. Dicatat perubahan yang terjadi.
3. Rekristalisasi Tembaga (II) sulfat (CuSO4)(s)
a. Ditimbang dan diukur tembaga (II) sulfat (CuSO4) sebanyak 1 gram dengan
b.
c.
d.
e.
f.

timbangan analitik.
Dilarutkan dengan aquades 25 ml.
Ditambahkan batu didih 3 butir.
Dipanaskan menggunakan hotplate sampai larutan mengkristal.
Didinginkan tembaga (II) sulfat (CuSO4) jika telat mengkristal.
Dibandingkan tembaga (ii) sulfat (CuSO4) sebelum dan sesudah dilakukan

pemanasan.
g. Dicatat hasil pengamatan.
4. Ekstraksi Iodium (I2) (s)
a. Dimasukkan 5 ml aquades kedalam tabung reaksi.
b. Dimasukkan beberapa butir Iodium kedalam tabung reaksi yang berisi
aquades, dikocok, dan diperhatikan perubahan warna.
c. Dimasukkan 15 tetes kloroform (CHCl3) kedalam larutan iodium.
d. Dikocok larutan dengan cara membenturkan dasar tabung dengan telapak
tangan.
e. Diamati warna larutan sebelum dan sesudah dicampur.
f. Dicatat perubahan warna yang sedang diamati.

5. Destilasi alkohol (C2H5OH) 96%


a. Dipasang set alat destilasi.
b. Diukur 10 ml etanaol (C2H5OH) 96% dan 5 ml aquades (H2O).
c. Dimasukkan etanaol (C2H5OH) dan aquades (H2O) yang telah diukur kedalam
labu alas bundar.
d. Dipanaskan dengan suhu yang teratur dibawah 900C.
e. Dihitung berapa ml etanol yang didapat pada saat destilasi yang terkumpul
didalam erlenmeyer.
f. Dibandingkan volume sebelum dan sesudah pemanasan.
g. Dicatat perubahan yag terjadi.
E. HASIL PENGAMATAN
No Prosedur percobaan
Hasil pengamatan
1. Filtrasi dan Sentrifugasi
Hasil dari proses filtrasi yaitu filtrat
a. Dimasukkan 3 sendok bubuk
memiliki warna bening keruh.
kapur (CaCO3)(s) kedalam gelas
Sedangkan
hasil
dari
proses
kimia yang berisi 25 ml
sentrifugasi yaitu sentrat memiliki
aquades, kemudian diaduk.
warna bening.
b. Dituangkan masing- masing 5
ml larutan kapur kedalam 2
tabung reaksi dan disentrifugasi.
c. Pada alat sentrifugasi diletakkan
secara

berseberangan,

satu

tabung reaksi berisi air untuk


menyeimbangkannya.
d. Sisa campuran dalam
kimia

tadi

difiltrasi

gelas
dan

filtratnya ditampung.
e. Dibandingkan sentrat dengan
filtrat.

Rekristalisasi garam dapur kotor (NaCl) Sebelum proses, garam dapur


a. Dilarutkan garam dapur kotor
berwarna putih keruh atau kotor dan
dengan air secukupnya.
butirnya lebih besar. Sesudah proses,
b. Disaring larutan tersebut dengan
garam dapur berwarna putih bersih
kertas saring.
c. Dipanaskan larutan tersebut dan membentuk garam yang halus.
dengan

hotplate

sampai

mengkristal.
d. Dimatikan

hotplate

dan

didinginkan.
e. Dibandingkan garam sebelum
3.

dan sesudah proses rekristalisasi.


Rekristalisasi tembaga (II) sulfat 25 ml aquades ditambahkan 1 gram
(CuSO4)
CuSO4 menghasilkan warna biru
a. Ditimbang 1 gram CuSO4 dan
muda, kemudian diaduk hingga
dilarutkan dengan 25 ml
CuSO4
terlarut. Setelah larut
aquades.
dimasukkan 3 butir batu didih
b. Setelah
benar-benar
larut,
kemudian dipanaskan sambil diaduk
dipanaskan dan ditambahkan
berubah warna menjadi warna biru
batu didih hingga airnya
susu dan bentuknya mengkristal.
menguap.
c. Didinginkan
dan
dibiarkan

4.

mengkristal.
d. Diamati perubahan yang terjadi.
Ekstraksi Iodium (I2)
Aquades ditambahkan 1 butir Iodium
a. Dimasukkan satu butir iodium
memiliki warna orange. Lalu tabung
ke dalam tabung reaksi yang
kedua yang ditambahkan 15 tetes
berisi 5 ml aquades.
kloroform(CHCl3), terjadi dua fase
b. Dikocok dan diperhatikan warna
warna yang terpisah dan memiliki
larutan.
c. Ditambahkan 15 tetes kloroform endapan warna ungu gelap.
dan diperhatikan warnanya.
d. Dikocok
dengan
cara
membenturkan

dasar

tabung

pada telapak tangan dan diamati


5.

perubahan warna yang terjadi.


Destilasi
Sebelum proses, alkohol masih
a. Dirangkai satu set alat destilasi.
bercampur dengan air.
b. Dilarutkan
etanol
96%
Alkoho : 10 ml
sebanyak 10 ml dan aquades Aquades: 5 ml
Sesudah proses menghasilkan alkohol
sebanyak 5 ml.
c. Dimasukkan campuran ke murni sebanyak 8,5 ml.
dalam tabung destilasi (labu
alas bundar).
d. Dipanaskan dengan suhu yang
teratur dibawah 90C.

e. Hotplate
destilatnya

dimatikan
sudah

jika
berhenti

menetes.
f. Diukur volume destilat yang
terbentuk.

F. ANALISIS DATA
1. Gambar set alat destilasi
Keterangan gambar
1. Hotplate
Berfungsi sebagai pemanas dan pengatur suhu labu alas bundar dalam proses
destilasi.
2. Labu alas bundar
Berfungsi sebagai wadah larutan yang akan didestilasi.
3. Termometer
Berfungsi sebagai pengukur suhu pada saat proses destilasi.
4. Sumbat
Berfungsi untuk menutup ujung labu alas bundar dengan kondensor bola.
5. Tiang statif
Berfungsi sebagai penyokong kondensor bola.
6. Kondensor bola
Berfungsi sebagai pendingin, sehingga uap dari gas yang didestilasi dapat
mencair kembali.
7. Klem
Berfungsi sebagai tempat penjepit kondensor bola dengan kuat pada tiang
statif.
8. Selang air keluar
Berfungsi sebagai tempat keluarnya air selama proses destilasi.
9. Selang air masuk
Berfungsi sebagai tempat masuknya air selama proses destilasi.
10. Erlenmeyer
Berfungsi sebagai penampung hasil destilasi atau destilat.
11. Ember
Berfungsi sebagai penyuplai air pada saat proses destilasi.
2. Perhitungan
Diketahui :
Volume awal etanol
= 10 ml
Volume aquades
= 5 ml
Konsentrasi etanol
= 96%
1. Volume etanol murni
V = Volume awal etanol x konsentrasi etanol
= 10 ml x 96 %
= 9,6 ml
2. Volume campuran
V = Volume awal etanol + Volume aquades

= 10 ml + 5 ml
= 15 ml
3. Volume destilat
V = 8,5 ml
4. Persen (%) alkohol dalam campuran
Volume alkohol murni
V =
x 100 %
Volume campuran
=

9,6 ml
15 ml

x 100 %

= 64%
5. % Etanol setelah destilasi
Volume destilat
% etanol =
Volume alkohol murni
=

8,5 ml
9,6 ml

x 100%

x 100 %

= 0,8854 x 100 %
= 88,54 %
G. PEMBAHASAN
Pemisahan adalah suatu proses untuk memisahkan dua zat atau lebih yang
saling bercampur. Sedangkan pemurnian adalah suatu cara untuk mendapatkan zat
murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur oleh zat lain. Praktikum ini
bertujuan untuk mempelajari teknik pemisahan dan pemurnian suatu zat dari
campurannya. Untuk memisahkan suatu zat dari campurannya dapat digunakan
beberapa cara yaitu cara destilasi, ekstraksi pelarut, rekristalisasi, dan filtrasi. Selain
itu terdapat pula teknik pemisahan yaitu dekantasi, sublimasi, adsorbsi, dan koagulasi.
Dekantasi merupakan proses pemisahan padatan dan cairan, padatan dibiarkan dari
dasar labu, kemudian cairannya diturunkan dengan hati-hati agar padatan tidak
terganggu. Sublimasi merupakan teknik pemisahan dan pemurnian suatu zat dengan
campuranya dengan cara memanfaatkan campuran sehingga dihasilkan sublimat
(kumpulan materi pada tempat tertentu yang terbentuk dari fase padat ke fase cair dan
kembali lagi ke fase padat). Koagulasi merupakan proses pengendapan koloid dan
absorbsi adalah kemampuan gas untuk menyerap gas cairan atau gas terlarut. Pada
percobaan ini dibagi menjadi 5 bagian, yaitu pemurnian larutan kapur, rekristalisasi
garam dapur, rekristalisasi tembaga (II) sulfat, ekstraksi Iodium, dan destilasi etanol.
Filtrasi adalah pemisahan dengan cara penyaringan dan menggunakan kertas saring,
sentrifugasi adalah pemisahan dengan cara pemutaran larutan, dengan cara mekanik.
Kristalisasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan titik didihnya,

rekristalisasi adalah proses pertumbuhan kristal-kristal sebelumnya yang telah


mengalami deformasi. Sedangkan destilasi adalah suatu teknik pemisahan suatu zat
dari campurannya berdasarkan titik didih.
Pada percobaan pertama yaitu proses filtrasi dan sentrifugasi pada larutan
CaCO3(kapur). Dalam memisahkan campuran ini digunakan dengan dua cara yaitu
filtrasi dan sentrifugasi, yang kemudian filtrat dan sentrat. Hasil berupa filtrat dan
sentrat kemudian dibandingkan dan dihasilkan filtrat yang lebih keruh, sedangkan
pada sentrat lebih jernih. Ini adalah sebuah kegagalan percobaan yang diduga pada
saat proses filtrasi bubuk- bubuk kapur yang tercampur dengan aquades saat dilakukan
penyaringan ikut jatuh kedalam tabung hasil filtrasi akibat praktikan yang memeras
kertas saring. Proses sentrifugasi menggunakan prinsip dimana campuran diputar
secara horizontal pada jarak tertentu. Proses ini diawali dengan homogeniasi untuk
memecahkan partikel, maka campuran tersebut (air dan kapur) bergerak menuju pusat
rotasi. Namun hal ini, tidak terjadi karena adanya gaya yang berlawanan arah yang
menuju kearah dinding luar tabung reaksi, gaya ini disebut gaya sentrifugal. Gaya
inilah yang memisahkan campuran kapur, dimana kapur yang terdiri dari struktur yang
lebih besar akan menggumpal dibagian bawah tabung reaksi dan air yang terdiri dari
bagian- bagian yang lebih kecil berada diatas padatan kapur.
Pada percobaa kedua yaitu rekristalisasi gram dapur (NaCl) kotor. Garamm
dapur mengandung komponen- komponen utama natrium klorida dengan berbagai
pengotor yang umum yaitu ion- ion Ca2+, Mg2+, Al3+, Fe3+, SO42-, I- dan Br- yang
kesemuanya mudah larut dalam air. Pengotor- pengotor inilah yang menyebabkan
garam berwarna kehitaman. Untuk dapat memperoleh HCl dengan kemurniaan tinggi
dari NaCl maka harus ditempuh metode rekristalisasi dengan pelarut air, air dipilih
karena dapat memberikan kelarutan yang cukup signifikan antar NaCl dengan
pengotor- pengotornya. Proses rekristalisasi ini bergantung pada kelarutan zat dalam
pelarut apabila suhu diperbesar. Karena konsentrasi total biasa lebih kecil daripada
konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin maka konsentrasi yang rendah tetap
dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap. Endapan
ini terbentuk karena larutan bersifat terlalu jenuh dengan garam. Kelarutan garam
endapan

merupakan konsentrasi molal dari larutan jenuhnya. Kelarutan itu sendiri

bergantung dari suhu, tekanan, konsentrasi bahan lain, dan komposisi pelarutnya(air).
Apabila larutan garam tersebut bermassa maka garam murni yang akan dihasilkan
bermassa juga atau hasil filtrat mempengaruhi produk yang akan didapat setelah reaksi

pemisahan. Selain NaCl kotor direkristalisasi dengan cara penguapan dn dibiarkan


dingin dengan pelan- pelan dihasilkan kristal. Pendinginan dengn cara pelan- pelan ini
bertujuan agar proses kesetimbangan dimana pengeluaran pengotor dibiarka terjadi.
Karena apabila larutan didinginkan dengan cepat, molekul- molekul pengotornya
diperangkap atau terliputi dalam pertumbuhan kisi- kisi kristal. Pada percobaan ini
diketahui lau pembentukan inti yang tinggi, dibuktikan dengan banyaknya kristal yang
terbentuk dan berukuran kecil- kecil. Hasil dari proses rekristalisasi ini didapat garam
yang lebih halus dan bersih, hal ini disebabkan proses filtrasi garam sebelum
pemanasan dan hilangnya pengotor- pengotor akibat pemanasan.
Percobaan ketiga yaitu rekristalisasi tembaga (II) sulfat. Pada percobaan ini
menghasilkan kristal tembaga sulfat yang berwarna biru muda. Perubahan warna
terjadi disebabkan karena pada saat penguapan, kotoran- kotoran yang ada pada
larutan tembaga (II) sulfat ikut menguap bersama air, sehingga dihasilkan kristal yang
lebih bersih (biru muda), ditambahkan batu didih yang berfungsi untuk meratakan
panas sehigga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan dan untuk
menghindari titik lewat didih pada larutan tersebut. Pori- pori dalam batu didih akan
membantu penangkapan udara pada larutan dan melepaskannya kepermukaan larutan.
Tanpa batu didih, maka larutan yang dipanaskan akan menjadi super heated pada
bagian tertentu, lalu tiba- tiba akan mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan
letupan atau ledakan (bumping). Batu didih tidak boleh dimasukkan pada larutan yang
sudah hampir mendidih, maka akan terbentuk uap panas dalam jumlah yang besar
secara tiba- tiba. Hal ini bisa menyebabkan ledakan ataupun kebakaran. Jadi, batu
didih harus dimasukkan kedalam cairan sebelum cairan itu dipanaskan.
Percobaan keempat yaitu ekstraksi Iodium. Pada percobaan ini, sebutir iodium
dimasukkan kedalam 5 ml (aquades) dan berwarna bening, namun setelah dikocok
warnanya berubah menjadi warna orange. Hal ini disebabkan iodium bersifat nonpolar
yang sukar untuk larut apabila direaksikan dengan aquades yang merupakan unsur
yang bersifat polar. Kemudian larutan ditambahkan dengan kloroform, setelah dikocok
larutan tersebut berubah warna menjadi ungu gelap dan menjadi seperti campuran air
dan minyak. Hal tersebut disebabkan karena kloroform merupakan unsur bersifat
nonpolar, sehingga ketika direaksikan dengan iodium yang bersifat nonpolar cepat
bereaksi.
Percobaan kelima yaitu destilasi alkohol 96%. Pada percobaan ini
dicampurkan 10 ml etanol dan 5 ml aquades yang dipanaskan dengan suhu kurang dari
900C. Hal ini disebabkan alkohol memiliki titik didih 800C dan titik didih air atau

aquades adalah 1000C. Juga pada suhu yang diukur pada labu alas bundar benar- benar
suhu alkohol sehingga akan didapatkan alkohl murni pada erlenmeyer. Namun,
sebaliknya apabila suhu dibirakan berada diatas 90 0C, maka air yang bercampur
dengan alkohol akan ikut menguap sehingga hasil destilasi tidak murni. Setelah
terjadinya penguapan, dikondensor uap tersebut mengalir ke erlenmeyer. Hal ini
disebabkan air yang berasal dari ember bergerak kedalam kondensor. Destilat yang
dihasilkan dalam proses ini sebanyak 8,5 ml.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan- percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pemisahan dan pemurnian suatu zat dari campurannya dapat dilakukan dengancara
filtrasi, sentrifugasi, rekristalisasi, dan destilasi. Filtrasi adalah teknik pemisahan biasa
dengan menggunakan kertas saring. Teknik pemisahan rekristalisasi berdasarkan
perbedaan titik beku. Sedangkan teknik pemisahan destilasi berdasarkan perbedaan
titik didih. Volume alkohol yang didapatkan dari praktikum ini yaitu 9,6 ml, volume
campuran yaitu 15 ml, volume destilat yaitu 8,5 ml, persen alkohol dalam campuran
sebesar 64% dan yang terakhir persentase alkohol setelah destilasi yaitu 88,54%.

DAFTAR PUSTAKA
Hendayana, 2006. Kimia Pemisahan. Bandung : Remaja Roskadarya.
Khopkar, S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Oxtoby, D.W. 2001. Prinsip- prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
Sunarya, Yayan. 2010. Kimia Dasar I. Bandung : Yrama Widya.

ACARA II
REAKSI-REAKSI KIMIA
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan praktikum
: a.Untuk mengenal berbagai reaksi kimia.
b.Untuk menentukan stoikiometri reaksi.
2. Waktu Praktikum
: Jumat, 14 November 2014

3. Tempat Praktikum

: Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III,


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Kajian utama dalam ilmu kimia adalah mempelajari perubahan materi atau
reaksi kimia. Agar reaksi kimia yang terjadi mudah dikomunikasikan, digunakan
lambang dan zat- zat yang terlibat dalam reaksi kimia yang dinyatakan dengan bentuk
persamaan kimia atau persamaan reaksi. Persamaan reaksi yang didefinisikan sebagai
persamaan yang menyatakan kesetaraan jumlah zat- zat yang terlibat dalam reaksi
kimia dengan menggunakan rumus kimia. Dalam rekasi kimia terdapat zat- zat
pereaksi dan zat- zat hasil reaksi. Dalam ilmu kimia, persamaan kimia atau persamaan
reaksi adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari
reaktan dan produk dalam reaksi kimia (Sunarya, 2007 :75).
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, stoichron (unsur) dan metracium
(mengukur) berarti mengukur unsur- unsur. Pengertian unsur adalah partikelpartikel atom. Stoikiometri menyangkut cara (perhitungan kimia) untuk menimbang
dan menghitung spesi- spesi kimia atau dengan kata lain, stoikiometri adalah kajian
tentang hubungan- hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia(Achmad, 2001 : 1).
Sebagian besar reaksi dalam laboratorium kimia dasar dilakukan dalam larutan
ini antara lain karena mencampur reaktan dalam larutan tertentu membantu mencapai
kontak erat antara atom, ion, atau molekul yang diperlukan agar reaksi dapat
berlangsung. Stoikiometri reaksi dalam larutan dapat dijelaskan dengan cara yang
sama seperti stoikiometri dari reaksi lain. Salah satu komponen larutan, yang
dinamakan

pelarut

(solvent),

menentukan

apakah

larutan

berada

sebagai

padatan,cairan atau gas. Komponen lain dari larutan, yang disebut sebagai zat terlarut
(solute), terlarut dalam pelarut. NaCl(aq), contohnya menjelaskan suatu larutan dengan
air cair sebagai pelarut dan NaCl sebagai zat terlarut. Namun, istilah berair (aqueous)
tidak membawa informasi apapun tentang proporsi relatif NaCl dan H 2O dalam
larutan. Untuk maksud ini, sifat yang disebut molaritas lazim digunakan. Kosentrasi,
molaritas atau molarity, adalah sifat larutan yang didefinisikan sebagai banyaknya mol
terlarut per liter larutan, atau
banyaknya zat terlarut (dalam mol)
Molaritas (M) =
volume larutan (dalam liter)

Ketika mendefinisikan konsentrasi, banyaknya mol harus dikaitkan dengan kuantitas


lain yang dapat diukur dengan mudah. Kita juga tidak harus bekerja dengan tepat 1
(satu) liter larutan. Kadang- kadang cukup dengan volume yang lebih sedikit, kadangkadang diperlukan volume yang lebih besar (Petrucci, 2008 : 117).
Larutan bufer ialah kombinasi asam lemah dan basa konjugat lemahnya,
larutan ini bereaksi dengan sedikit asam dan basa yang ditambahkan sedemikian rupa
sehingga Ph larutan tetap tidak berubah. Sistem bufer memainkan peran penting dalam
mempertahankan Ph dari cairan tubuh. Ph pada titik ekuevalen dari suatu titrasi asambasa bergantung apad hidrolisis dari garam yang terbentuk dalam reaksi penetralan.
Indikator asam- basa adalah asam atau basa organik lemah yang berubah warna pada
titik akhir dalam reaksi penetralan asam- basa (Chang, 2004 : 157).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat- alat Praktikum
a. Gelas kimia 100 ml
b. Gelas kimia 250 ml
c. Gelas ukur 50 ml
d. Gelas ukur 25 ml
e. Kain lap
f. Kertas label
g. Pipet tetes
h. Rak tabung reaksi
i. Spatula
j. Tabung reaksi
k. Termometer 1000C
l. Tissue
2. Bahan- bahan Praktikum
a. Aquades (H2O(aq))
b. Larutan Aluminium sulfat (Al2(SO4)3) 0,1 M
c. Larutan Amonium hidroksida (NH4OH) 1 M
d. Larutan Asam asetat (CH3COOH) 0,05 M
e. Larutan Asam klorida (HCl) 0,05 M
f. Larutan Asam klorida (HCl) 1 M
g. Larutan Indikator fenolftalein (PP)
h. Larutan Kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,1 M
i. Larutan Kalium kromat (K2CrO4) 0,1 M
j. Larutan Natrium hidroksida (NaOH) 0,05 M
k. Larutan Natrium hidroksida (NaOH) 1 M
l. Larutan Natrium hidroksida (NaOH) 2 M
m. Larutan Tembaga (II) sulfat (CuSO4) 1 M
D. PROEDUR PERCOBAAN

1. Reaksi kimia
a. Dimasukkan masing- masing dengan tepat 10 tetes larutan HCl 0,05 M dan
larutan CH3COOH 0,05 M kedalam 2 tabung reaksi. Ditambahkan masingmasing 3 tetes larutan indikator pp. Diamati warna larutan- larutan tersebut.
b. Dimasukkan larutan NaOH 0,05 M masing- masing 10 tetes kedalam 2 tabung
reaksi lain. Ditambahkan pada keduannya 3 tetes larutan indikator pp. Diamati
warna larutan- larutan tersebut.
c. Dicampurkan kedua asam (tabung a) dengan basa (tabung b). Diamati
perubahan yang terjadi.
d. Dimasukkan kedalam dua tabung reaksi msing- masing 10 tetes larutan kalium
kromat (K2CrO4) 0,1 M. Pada tabung pertama, ditambahkan 10 tetes larutan
HCl 1 M dikocok dan diamati. Pada tabung kedua ditambahkan 10 tetes larutan
NaOH 1 M , disimpan larutan dan dibandingkan dengan tabung e.
e. Disiapkan 2 tabung reaksi, dimasukkan masing- masing 10 tetes larutan kalium
dikromat, K2Cr2O7 0,1 M. Perlakukan seperti percobaab d diatas.
f. Dimasukkan 10 tetes larutan Al2(SO4)3 0,1M kedalam tabung reaksi.
Ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 1 M dan diperhatikan apa yang
terjadi.
g. Dimasukkan 10 tetes larutan

Al2(SO4)3 0,1M

kedalam tabung reaksi.

Ditambahkan 5 tetes larutan NH4OH 1 M. Ditambahkan lagi tetes demi tetes


larutan NH4OH 1 M. Diamati dan kemudian dibandingkan dengan larutan pada
percobaan f.
2. Variasi kontinu
2.1.
Stoikiometri sistem CuSO4 NaOH
a. Digunakan larutan CuSO4 1M dan NaOH 2M.
b. Dimasukkan 15 ml larutan NaOH 2M kedalam gelas kimia dan dicatat
suhunya.
c. Sementara 15 ml larutan NaOH 2M diaduk, ditambahkan 5 ml larutan
CuSO4 1M yang telah diiketahui suhu awalnya.
d. Diukur temperatur campuran.
e. Percobaan (b dan c) diulangi dengan menggunakan 10 ml NaOH 2M dan
10 ml CuSO4 1M, 5 ml NaOH 2M dan 15 ml CuSO 4 1M. Sehingga didapat
volume akhirnya 20 ml dan diukur suhu campurannya.
2.2.
Stoikiometri Asam-Basa
a. Digunakan larutan NaOH 1M dan HCl 1M.
b. Dimasukkan 1 ml larutan NaOH 1M kedalam gelas kimia dan dicatat
suhunya.
c. Disiapkan 5 ml larutan HCl 1M dan dicatat suhu awalnya. Dimasukkan
kedalam larutan b.

d. Dicatat suhu akhir campuran.


e. Percobaan (b dan c) diulangi untuk 2 ml NaOH 1M dan 4 ml HCl 1M, 3
ml NaOH 1M dan 3 ml HCl 1M, 4 ml NaOH 1M dan 2 ml HCl 1M, 5 ml
NaOH 1M dan 1 ml HCl 1M. Sehingga didapat volume akhirnya 6 ml.
Dicatat suhu campurannya.

E. HASIL PENGAMATAN
No Prosedur percobaan
Hasil pengamatan
1. Reaksi kimia
a. Dimasukkan 10 tetes larutan
HCl 0,05M dan 10 tetes larutan
CH3COOH 0,05M masing
masing ke dalam dua buah
tabung reaksi dan ditambah
masing

masing 3 tetes

larutan

indikator,

kemudian

diamati warna masing- masing


larutan tersebut.
b. Dimasukkan masing masing
10 tetes larutan NaOH 0,05M
ke dalam dua tabung reaksi
lain dan ditambahkan 3 tetes
larutan indikator.
c. Dicampurkan kedua

asam

(tabung a) dengan basa (tabung


b),

kemudian

diamati

perubahan yang terjadi.


d. Dimasukkan ke dalam dua
tabung reaksi masing masing
10

tetes

larutan

Kalium

Kromat, K2CrO4 0,01M. Ke


dalam

tabung

pertama

ditambahkan 10 tetes larutan


HCl 1M, dikocok dan diamati.
Ke

dalam

tabung

lainnya

ditambahkan 10 tetes larutan


NaOH 1M. Larutan tersebut
disimpan untuk dibandingkan
dengan larutan pada percobaan
e.
e. Dimasukkan ke dalam tabung
reaksi (2 tabung) masing
masing 10 tetes larutan Kalium
dikromat,

K2Cr2O7

Diperlakukan
percobaan

1M.
seperti

d,

kemudian

dibandingkan dengan larutan


pada percobaan d.
f. Dimassukkan 10 tetes larutan
Al2(SO4)3
tabung

0,1M
reaksi,

ke

dalam

kemudian

ditambahkan tetes demi tetes


larutan

NaOH

1M

dan

diperhatikan apa yang terjadi.


g. Dimasukkan 10 tetes larutan
Al2(SO4)3

0,1M

ke

dalam

tabung reaksi, ditambahkan 5


tetes NH4OH 1 M. Kemudian
ditambahkan lagi tetes demi
tetes larutan NH4OH 1M dan
diamati. Dibandingkan dengan
2.

larutan pada percobaan f.


Variasi kontinu
a. Stoikiometri sistem CuSO4
NaOH

F. ANALISIS DATA
1. Reaksi reaksi Kimia
Persamaan reaksi pada percobaan a g :
a. HCl(aq) + NaOH(aq)
NaCl(aq) + H2O(l)
b. CH3COOH(aq) + NaOH(aq)
CH3COOH(l) + H2O(l)
c. K2CrO4(aq) + 2HCl(aq)
H2CrO4(aq) + 2KCl(aq)
d. K2CrO4(aq) + 2NaOH(aq)
Na2CrO4(aq) + 2KOH(aq)
e. K2Cr2O7(aq) + 2HCl (aq)
H2Cr2O7 (aq) + 2KCl(aq)
f. K2Cr2O7(aq) + 2NaOH(aq)
Na2Cr2O7+ 2KOH(aq)
g. Al2(SO4)3(aq) + 6NaOH(aq)
3Na2SO4(aq) + 2Al(OH)3(s)
h. Al2(SO4)3(aq) + 6NH4(OH)(aq)
3(NH4)2SO4(aq) + 2Al(OH)3(s)
2. Variasi kontinu
a. Stoikiometri Sistem CuSO4 NaOH
Perhitungan mol larutan CuSO4 1M
o Untuk 0 mol larutan CuSO4 1M
mol CuSO4 = M x V
=1x0
= 0 mmol
o Untuk 5 ml CuSO4 1M
mol CuSO4 = M x V
=1x5
= 5 mmol
o Untuk 10 ml CuSO4 1M
mol CuSO4 = M x V
= 1 x 10
= 10 mmol
o Untuk 20 ml CuSO4 1M
mol CuSO4 = M x V
= 1 x 20
= 20 mmol

Perhitungan mol larutan NaOH 2M


o Untuk 20 ml NaOH 2M
mol NaOH
=MxV
= 2 x 20
= 40 mmol
o Untuk 15 ml NaOH 2M
mol NaOH

=MxV
= 2 x 15
= 30 mmol

o Untuk 10 ml NaOH 2 M
mol NaOH
=MxV
= 2 x 10

= 20 mmol
o Untuk 5 ml NaOH 2M
mol NaOH
=MxV
=2x5
= 10 mmol
o Untuk 0 ml NaOH 2 M
mol NaOH = M x V
=2x0
= 0 mmol
Mencari suhu mula- mula (Tm)
1) Mencari suhu mula- mula (TM)
TNaOH +TCuSO 4
TM =
2
a) Untuk 20 ml NaOH dan 0 ml CuSO4
TM1 =31C + 0 oC
= 31C
b) Untuk 15 ml NaOH dan 5 ml CuSO4
TM2 =

31 C +31 C
2

= 31 C
c) Untuk 10 ml NaOH dan 10 ml CuSO4
TM3 =

31 C +31 C
2

= 31 C
d) Untuk 5 ml NaOH dan 15 ml CuSO4
31 C +31 C
TM4 =
2
= 31 C
e) Untuk 0 ml NaOH dan 20 ml CuSO4
TM4 = 31 C + 0 oC
= 31 C

a)
b)

T1
T2

c)

T3

2) Mencari T
T = TA (Suhu Akhir) TM (Suhu Mula- mula)
== 32C 31C
= 1 C
= 34 C 31C
= 3 C

d)

T4

e)

T5

= 32 C 31C
= 1 C
=-

Data hasil perhitungan stoikiometri system CuSO4 NaOH dapat dijelaskan dalam
bentuk tablel dan grafik dengan memasukkan nulai- nilai hasil percobaan, dan setelah
dihitung, tablel dan grafik sebagai berikut :

Tabel Data Hasil Perhitungan Stoikiometri Sistem CuSO4 NaOH


V.NaOH
(ml)

V.CuSO4
(ml)

20
15
10
5
0

0
5
10
15
20

T.NaOH
(C)
31
31
31
31
31

T.CuSO4
(C)
31
31
31
31
31

TM
(C)
31
31
31
31
31

TA
(C)
0
32
34
32
0

T
(C)
0
1
3
1
0

nNaOH
(mmol)

nCuSO4
(mmol)

40
30
20
10
0

0
5
10
15
20

G. PEMBAHASAN
Tujuan dilakukannnya praktikum ini adalah untuk mengenal berbagai reaksi
kimia dan untuk menentukan stoikiometri reaksi- reaksinya. Dimana reaksi kimia
adalah transformasi kimia dari zat- zat yang bereaksi dengan larutan yang disebut
pereaksi (reaktan) menjadi zat- zat hasil reaksi (produk). Dengan kata lain, reaksi
kimia merupakan proses yang menghasilkan perubahan kimia. Pada reaksi kimia
selalu dihasilkan zat- zat yang baru dengan sifat yag berbeda dari sifat zat sebelumnya.
Tanda- tanda terjadinya reaksi kimia adalah perubahan warna, terbentuknya padatan
berupa endapan dalam larutan jernih, evolusi gas, dan evolusi atau peneyrapan kalor.
Reaksi kimia dituliskan dengan lambang unsur, zat yang terbentuk yaitu produk ditulis
disisi kanan dari tanda panah. Persamaan kimia harus setara dan mengikuti hukum
kekekalan massa. Jumlah atom tiap jenis dalam reaktan dan produk harus sama.
Reaksi kimia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu reaksi penggabungan,
reaksi penguraian, reaksi metatesis, reaksi pembakaran, dan reaksi pendesakan atau
pergantian. Reaksi reduksi- oksidasi (redoks) reaksi kimia yang disertai perubahan
bilangan oksidasi atau reaksi yang didalamnya terdapat serah- terima elektron antar
zat. Reaksi pembakaran yaitu reaksi dimana sebagian senyawa organik membakara
dengan adanya oksigen untuk menghasilkan sebagian besar karbon dioksida, air, dan
produksi lain. Reaksi pertukaran yaitu rekasi yang melibatkan pertukaran bagian dari
pereaksi. Cara menentukan atau membuktikan reaksi kima dapat dilakukan dengan
cara stoikiometri dengan menggunakan metode variasi kontinu. Variasi kontinu adalah

suatu cara yang dilakukan untuk menentukan stoikiometri reaksi dengan cara
mengamati sederetan reaksi yang kuantitas molar pereaksinya diubah- ubah
(bervariasi) akan tetapi kuantitas molarnya sama. Sedangkan stoikiometri adalah ilmu
yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk
dalam reaksi kimia.
Pada percobaan pertama digunakan lartan indikator asam- basa atau indikator
universal yaitu suatu zat yang warnanya akan berubah apabila pH larutan berubah.
Indikator yang digunakan pada percobaan ini yaitu fenolftalein (PP). Fenolftalein
merupakan indikator sintetis (buatan) yang dapat dibuat didalam laboratorium dengan
menggunakan bahan fenol dan ftalat anhidrida melaui reaksi kondensasi. Fenolftalein
yaitu senyawa yang termasuk umum dipakai sebagai indikator dalam menentukan titik
akhir titrasi asam kuat dan basa kuat. Trayek dari fenolftalein yaitu pH 8,3 10,0.
Pada saat sebelum diteteskan indikator PP pada masing- masing larutan baik itu
larutan HCl 0,05 M dan alrutan CH3COOH 0,05M berwarna bening. Setelah diberikan
3 tetes indikator pp pada masing-masing larutan menghasilkan warna yang tetap
bening. Hal ini, disebabkan dalam larutan yang bersifat asam dan pada rentang pH
<8,3 indikator fenolftalein tidak akan memberikan perubahan warna, dimana larutan
tetap tidak akan membarkan perubahan warna, dimana warna larutan tetap tidak
berwarna. Hal ini terjadi karena indikator PP bersifat asam dan larutan HCl serta
larutan CH3COOH bersifat asam sehingga tidak akan merubah warna masing- masing
larutan sebab indikator PP akan berubah warna pada kondisi larutan yang basa.
Percobaan kedua yaitu menambahkan 3 tetes indikator PP pada larutan yang
bersifat basa yaitu larutan NaOH 0,05M. Pada saat sebelum diteteskan indikator PP
pada larutan NaOH 0,05M memiliki warna yang bening. Namun, setelah ditambahkan
indikator PP atau fenolftalein larutan berubah warna menjadi warna merah keunguan.
Hal ini membuktika bahwa NaOH merupakan basa kuat sebab pada larutan yang
bersifat basa rentang Ph 8,3- 10,0 indikator PP akan memberikan perubahan warna
menjadi merah keunguan. Perubahan warna disebabkan oleh perubahan struktur
fenolftalein dalam kondisi basa yang berlebih. Dan juga dalam rentang pH 8,3- 10,0,
proton- proton asam akan diambil oleh ion OH - dari NaOH yang mengakibatkan
perubahan warna.
Pada percobaan ketiga yaitu dilakukan pencampuran larutan asam dengan
basa. Disini dilakukan proses pencampuran larutan asam (HCl 0,05M dan CH3COOH
0,05M) dengan larutan basa (NaOH 0,05M) bertujuan untuk mengetahui terjadinya
reaksi hidrolisis atau tidak, baik hidrolisis total amupun hidrolisis sebagian (parsial).

Hidrolisis garam dalah reaksi penguraian garam dalam air membentuk ion- ion positif
dan negatif. Perlakuan pertama yaitu proses pencampuran antara larutan HCl 0,05M
dengan larutan NaOH 0,05M. Dalam hal ini, HCl bertindak sebagai asam kuat begitu
juga NaOH bertindak sebagai basa kuat, sehingga garam yang terbentuk dari asam
kuat dan basa kuat yang bersifat netral karena pada garam ini hidrolisis tidak akan
terjadi karena ion- ionnya tidak memiliki kecendrungan untuk membentuk asam atau
basa pembentuknya (lebih cendrung berbentuk ion). Dimana reaksinya yaitu :
HCl(aq) + NaOH(aq)
NaCl(aq) + H2O(l)
Namun, berdasarkan hasil pengamatan dalam percobaan ini didapatkan campuran
antara larutan HCl 0,05M dan larutan NaOH 0,05M berwarna merah keunguan.
Kesalahan ini terjadi karena faktor keteledoran praktikan saat meneteskan NaOH,
dimana praktikan menggunakan pipet tetes yang tidak stabil pada saat menetes. Hal ini
menyebabkan NaOH lebih banyak dari yang sudah ditetapkan. Seharusnya, jika
berlandaskan pada teori dimana air dengan garam netral dicampur maka akan
menyebabkan warna larutannya bening (tidak berwarna). Perlakuan kedua yaitu proses
pencampuran antara CH3COOH 0,05M dengan larutan NaOH 0,05M. Dalam hal ini
CH3COOH bertidak sebagai asam lemah sedangkan NaOH bertindak sebagai basa
kuat (terhidrolisis parsial) bersifat basa karena basa kuat tidak dapat terhidrolisis
dalam air, lebih berkecendrungan untuk membentuk ion, sehingga hanya asam
lemahnya saja yang terhidrolisis dalam air dan menghasilkan ion OH - yang bersifat
basa. Sehingga didapatkan warna campuran yaitu merah keunguan. Namun, pada
penulisan hasil pengamatan terjadi kesalahan yang dilakukan oleh praktikan. Dimana
praktikan menulis perubahan warna menjadi warna bening. Pada saat praktiku
dilakukan, praktikan mendapatkan hasil yang sesuai dengan teori yang ada yaitu
perubahan warna menjadi merah keunguan.
Pada percobaan keempat dan kelima yaitu penambahan asam (larutan HCl 1M)
dan basa (larutan NaOH 1M) masing- masing kedalam larutan K2CrO4 0,1M dan
larutan K2Cr2O7 0,1M. K2CrO4 mula- mula memiliki warna kuning. Setelah itu, ketika
dicampurkan dengan HCl 1M sebanyak 10 tetes terjadi perubahan wrna menjadi
warna orange atau jingga. Sedangkan, ketika larutan K 2CrO4 dicampurkan dengan
NaOH 1M dan warna campurannya tidak mengalami perubahan yaitu tetap berwarna
kuning. Reaksi kimia yang terjadi pada percobaan ini yaitu reaksi reduksi- oksidasi.
Dimana reaksi ini dapat mengalami dua peristiwa yaitu reduksi dan oksidasi yang

ditandai dengan adanya perubahan biloks satu tau

lebih unsur yang bereaksi.

Terjadinya reaksi tersebut ditandai dengan perubahan warna larutan, ketika larutan
K2CrO4 direkasika dengan HCl, H+ mengalami oksidasi pada tiap reaksi naik dari +1
menjadi +2 dan K+ mengalami reduksi dimana biloks H+ turun dari +2 menjadi +1.
Dan ketika larutan K2CrO4 0,1M yang direaksikan dengan NaOH 1M, atom K+
mengalami reduksi sama dengan reaksi sebelumnya, Na+ mengalami oksidasi, dimana
terjadi kenaikan biloks. Sementara itu pada larutan K 2Cr2O7 0,1M yang direaksikan
dengan HCl 1M dan NaOH 1M. Larutan K2Cr2O7 0,1M mula-mula berwarna orange,
ketika direaksikan dengan HCl tidak terjadi perubahan warna apapun yaitu tetap
berwarna orange. Sementara itu ketika K 2Cr2O7 0,1M direaksikan dengan NaOH 1M
warna yang semula orange berubah menjadi warna kuning. Pada pencampuran ini juga
terjadi rekasi redoks, namun peristiwa yang terjadi pada larutan K 2Cr2O7 berkebalikan
dengan larutan K2CrO4. Perubahan wrna yang terjadi disebabkan oleh pergeseran
kesetimbangan. Dimana saat larutan ditambahkan dengan HCl (asam) maka
kesetimbangan akan bergeser ke produk sehingga warnanya meningkat. Namun, saat
larutan ditambahkan NaOH (basa) kesetimbangan bergeser kearah pereaksi yang
menyebabkan warnanya memudar.
Percobaan keenam yaitu perubahan larutan NaOH 1M (tetes demi tetes)
kedalam larutan Al2(SO4)3 0,1M. Sebelum dilakukan proses pencampuran warnanya
yaitu bening. Namun, setelah dilakukan proses penambahan larutan NaOH 1M terjadi
perubahan warbna menjadi putih keruh karena terdapat endapan. Endapan terbentuk
jika lrutan menjadi terlalu jenuh dengan zat terlarutnya. Kelarutan suatu endapan sama
dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Pada percobaan ini ditambahkan 5
tetes larutan NaOH 1M untuk mengubah warna larutan Al2(SO4)3 menjadi putih keruh.
Jumlah 5 tetes ini tidak begitu banyak sebab NaOH merupakan basa kuat.
Penambahan tetes demi tetes ini bertujuan untuk menggeser kesetimbangan buffer
yaitu larutan Al2(SO4)3 0,1M. Sebagai larutan buffer Al2(SO4)3 akan selalu berusaha
mempertahankan pHnya dari kondisi asam ataupun basa. Percobaan ketujuh yaitu
pada larutan Al2(SO4)3 0,1M yang diteteskan NH4OH 1M tetes demi tetes. Warna awal
sebelum diteteskan NH4OH 1M warnanya berubah menjadi

warna keruh dan

diperlukan 8 tetes larutan NH4OH lebih banyak dari tetesan yag diperlukan oleh
larutan NaOH, karena NH4OH bertindak sebagai basa lemah.

Variasi kontinu merupakan suatu metode sederhana untuk menentykan


stoikiometri reaksi, yaitu dengan mengamati sederetan reaksi yang kauntitas mo,
pereaksinya diubah akan tetapi mol total untuk semua pasanga variasi dalah sama.
Pada percobaan ini digunakan stoikiometri sistem CuSO 4 dan NaOH, dimana warna
awal larutan NaOH 2M adalah bening sedangkan warna awal larutan CuSO 4 1M
adalah biru muda. Pada percobaan ini dicampurkan 15 ml NaOH 2M dan 15 ml CuSO 4
1M terjadi perubahan warna yaitu biru tua dan terdapat sedikit endapan, kemudian
dicampurkan 10 ml NaOH 2M dan 10 ml CuSO 4 1M dan didapatkan warna biru tua
keruh dan terdapat lebih banyak endapan. Dan didapatkan T dari masing- masing
campuran secara berurutan yaitu 1,5oC, 2,5OC, dan 1,5oC. Amun, pencampuran antar
20 ml NaOH 2M dan 0 ml CuSO4 1M dan 0 ml NaOH 2M dengan 20 ml CuSO4 1M
tidak dilakukan namun kita tetap mendapat mmol NaOH dan CuSO 4. Faktor yang
menyebabkan terbentuknya endapan yaitu karena larutan menjadi terlalu jenuh dengan
zat terlarutnya. Kelarutan endapan bertambah besar dengan kenaikan suhu.
Perbandingan antara titik puncak CuSO 4 dan NaOH yaitu 1 : 2. Hal ini sesuai dengan
teori, sebab praktikan telah melaksanakan prosedur percobaan dengan tepat dan benar.
Sehingga didapatkan reaksi antara CuSO4 dan NaOH yaitu :
CuSO4(aq)+ 2 NaOH(aq)

Na2SO4(aq) + Cu(OH)2(s)

Percobaan selanjutnya yaitu stoikiometri asam- basa, yaitu larutan HCl 1M


(asam kuat) dengan larutan NaOH 1M (basa kuat). Sehingga dapat dikatakan bahwa
telah terjadi penetralan. Rekasi antara asam dan basa disebut rekasi penetralan
(netralisasi). Hal ini karena selain air, hasil reaksi antara asam dan basa adalah suatu
zat yang bersifat netral, yaitu zat yang tidak bersifat asam maupun basa. Zat netral
yang dimaksudkan disini adalah garam. Pada percobaan ini digunakan larutan HCl 1M
an larutan NaOH 1M dimana warna awal masing- masing larutan adalah bening. Pada
percobaan ini dilakukan pencampuran 1 ml HCl 1M dan 5 ml NaOH 1M hingga 5 ml
HCl 1M dan 1 ml NaOH 1M diman volume akhirnya yaitu 6 ml.

Dari proses

pencampuran ini dihasilkan warna yang sama dengan sebelum proses (tetap) berwarna
bening. Diperoleh T laruta ecara berurutan yaitu 1,5 oC, 1,5oC, 2oC, dan 2oC. Pada
percobaan ini tidak dilakukan pencampuran antar 0 ml NaOH 1M dan 6 ml HCl 1M
dengan 6 ml NaOH 1M dan 0 ml HCl 1M namun kita tetap mendapat mmol NaOH
dan mmol HCl dengan cara mengalikan konsentrasi larutan dengan volume.
Perbandingan titik puncak yang didapatkan antara NaOH dan HCl adalah 2 : 1, dimana

menurut teori titik puncak yag seharusnya yaitu 1 : 1. Maka, dalam percoabaan yang
telah dilakukan terjadi kesalahan pengukuran suhu yang disebabkan karena pada saat
praktikum para praktikan menggunakan termometer, dimana tangan praktikan
menyentuh termometer dan juga termometer yang menyentuh dinding gelas kimia
serta saat menggunakan termometer secara bergantian pada larutan yang berbeda
kurang steril saat dibersihkan oleh praktikan, itulah yang menyebabkan terjadinya dua
titik puncak.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1. Dari percobaan dapat disimpulkan terjadi berbagai macam reaksi kimia yaitu
reaksi asam- basa, reaksi redoks, dan reaksi penetralan dimana ditandai dengan
perubahan warna, suhu dan terbentuknya endapan.
2. Salah satu cara untuk menentukan perbandingan pereaksi dalam reaksi kimia
adalah dengan variasi kontinu. Dalam praktikum ini menggunakan dua perlakuan
yaitu stoikiometri sistem CuSO4- NaOH yang menghasilkan titik puncak 1 : 2.
Sedangkan pada stoikiometri NaOH- HCl menghasilkan dua titik yaitu 1 : 1 dan
2 : 1.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Stoikiometri Energi Kimia. Jakarta : Erlangga.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep- konsep Inti. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 2008. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
Sunarya, Yayan. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung : PT Setia.

ACARA V
KESETIMBANGAN KIMIA
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum

: Mempelajari reaksi kesetimbangan kompleks besi (III)-

2. Waktu Praktikum
3. Tempat Praktikum

tiosianat.
: Jumat, 31 Oktober 2014
: Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Kesetimbangan reaksi adalah reaksi berlangsung bolak- balik, ada saat laju
terbentuknya produk sama dengan laju terurainya produk menjadi reaktan. Pada
keadaan ini biasanya tidak ada lagi adanya perubahan. Keadaan reaksi dengan laju
reaksinya maju (kekanan) sama dengan laju reaksi baliknya (kekiri) dinamakan
keadaan setimbang disebut sistem kesetimbangan. Contoh :
CuSO4
CuSO4
Berdasarkan reaksi ini, kesetimbangan kimia dapat dibedakan menjadi kesetimbangan
homogen. Yaitu kesetimbangan yang fase- fase zat yang bereaksi sama. Contohnya :
2SO2(g) + O2(g)
2SO3(g) , (semua berfase gas).
Kesetimbangan heterogen yaitu kesetimbangan yang fase- fase zat berbeda. Contoh :
CaO(s) + CO2(g)
CaO(g) (berfase padat gas)
Ciri- ciri kesetimbangan kimia yaitu hanya terjadi dalam wadah tertutup, pada suhu
dan tekanan tetap, reaksi berlangsung terus menerus dalam dua arah yang berlawanan,
laju reaksinya maju (kekanan) sama dengan laju reaksi balik (kekiri), semua
komponen yang terlibat dalam reaksi tetap ada, tidak terjadi perubahan yang sifatnya
dapat diukur maupun diamati (Qomaro, 2008 : 104).
Pada suatu sistem yang telah mencapai kesetimbangan kimia, konsentrasikosentrasi berbagai macam zat secara kuantitatif berkaitan. Pada contoh transformasi
antara dua nitrogen oksida, konsentrasi- konsentrasi kesetimbangan sesuai dengan
pernyataan kesetimbangan berikut ini :
N2O4(g)

2 NO2(g)

Dimana K merupakan tetapan kesetimbangan (Nathan, 2004 : 125).


Kesetimbangan dinamis sebagai proses reversibell dengan persamaan kimia
sebagai berikut:
H2O(l)
H2O(g)
Persamaan ini menyatakan bahwa iar berubah menjadi uap air dan uap yang terbentuk
dapat mengembun kembali. Tanda panah rangkap dua menyatakan bahwa transisi fase
dapat berlangsung dalam dua arah. Jika laju penguapan air sama dengan laju
pengembunan uapnya, maka dikatakan bahwa proses transisi fase berada dalam
keadaan kesetimbangan (Sunarya, 2010 : 228).
Perubahan konsentrasi dapat mempengaruhi posisi keadaan kesetimbangan,
atau lebih tepatnya, jumlah reaktan dan produk. Perubahann tekanan dan volume
mungkindapat memberikan pengaruh yang sama terhadap sistem gas pada
kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah nilai konstanta
kesetimbangan. Katalis dapat mempercepat terjadinya keadaan kesetimbangan dengan
mempercepat reaksi maju dan reaksi balik, tetapi katalis tidak dapat mengubah posisi
kesetimbangan atau konstanta kesetimbangan (Chang, 2004 : 65).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat- alat praktikum
a. Gelas kimia 250 ml
b. Gelas ukur 50 ml
c. Kertas label
d. Labu ukur 25 ml
e. Lap
f. Penggaris 30 cm
g. Pipet gondok 5 ml
h. Pipet gondok 10 ml
i. Pipet tetes
j. Rak tabung reaksi
k. Rubber bulb
l. Spatula
m. Tabung reaksi
n. Tissue
2. Bahan- bahan praktikum
a. Fe(NO3)3(aq) (Besi (III) nitrat)
b. H2O(l)
( Aquades)
c. KSCN(aq) 0,002 M (Kalium tiosianat)
d. Larutan KSCN pekat
e. Na2HPO4(s) (Natrium Hidrofospat)
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Kesetimbangan besi (III)- tiosianat
a. Dimasukkan 10 ml KSCN 0,002M kedalam gelas kimia.
b. Ditambahkan 2 tetes larutan Fe(NO3)3 0,2M.
c. Dibagi larutan kedalam 4 tabung reaksi dan diberi nomor.

d. Tabung reaksi pertama digunakan sebagai pembanding.


e. Ditambahkan 1 tetes KSCN pekat kedalam tabung reaksi kedua.
f. Ditambahkan 3 tetes Fe(NO3)3 0,2M kedalam tabung reaksi ketiga.
g. Ditambahkan sebutir Na2HPO4 kedalam tabung reaksi keempat.
h. Dicatat semua peristiwa yang terjadi.
2. Kesetimbangan besi (III)- tiosianat yang semakin encer
a. Disediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan diberi nomor, dimasukkan masingmasing 5 ml KSCN 0,002M.
b. Dimasukkan 5 ml larutan Fe(NO3)3 0,2M kedalam tabung reaksi pertama
sebagi standar menggunakan pipet gondok 5 ml.
c. Dimasukkan 10 ml lrutan Fe(NO3)3 0,2M dengan menggunakan pipet gondok
10 ml kedalam labu ukur dan ditambahkan air hingga volumenya menjadi 25
ml.
d. Diukur 5 ml dari larutan tersebut dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
kedua, selebihnya disimpan untuk pengerjaan selanjutnya.
e. Sisa larutan diambil 10 ml dengan menggunakan pipet gondok 10 ml dan
dibuang.
f. Ditambahkan air hingga volumenya menjadi 25 ml.
g. Dilakukan pengerjaan yang sama dari point (d) sampai point (f) untuk tabung
reaksi 3,4 dan 5.
h. Dibandingkan warna larutan pada tabung kedua dengan tabung standar
(tabung1).
i. Diukur tinggi masing- masing larutan pada setiap tabung.
j. Dibandingkan warna larutan pada tabung ketiga dengan tabung standar (tabung
1).
k. Jika intensitas warna tidak sama, dikeluarkan larutan dari tabung standar
setetes demi setets sampai pada kedua tabung menujukkan intensitas warna
yang sama dan diukur tinggi kedua larutan tersebut.
l. Dilakukan pengerjaan untuk tabung keempat dan kelima yang sama dari pont
(h) sampai point (k).
m. Disamakan intensitas wrna laarutan pada tabung kedua, ketiga, keempat dan
kelima semua dibandingkan dengan tabung standar (tabung pertama) dan
diukur tinggi masing- masing setelah perbandingan.
E. HASIL PEGAMATAN
No
Prosedur percobaan
1. Kesetimbangan besi (III)- tiosianat
a. Dimasukkan 10 ml KSCN
0,002M ke dalam suatu gelas
kimia, kemudian ditambahkan 2

Hasil pengamatan

tetes larutan Fe(NO3)3 0,2M.


b. Dibagi larutan ini menjadi 4
tabung reaksi.
c. Digunakan
tabung

pertama

sebagai pembanding.
d. Ditambahkan satu tetes KSCN
pekat ke dalam tabung reaksi
kedua.
e. Ditambahkan tiga tetes Fe(NO3)3
0,2M ke dalam tabung reaksi
ketiga.
f. Ditambahkan sebutir Na2HPO4 ke
dalam tabung reaksi keempat.
g. Dicatat semua peristiwa yang
terjadi
2.
F. ANALISIS DATA
1. Percobaan pertama
Kesetimbangan Besi (III)- tiosianat
a. Fe(NO3)3 dan KSCN dalam bentuk ion.
Fe(NO3)3(aq) + KSCN(aq)
Fe[SCN]2+(aq)+ 2NO3-+ KNO3(aq)
b. Pada tabung 1 dianggap terbentuk FeSCN2+
Dari reaksi Fe3+(aq)+ SCN-(aq)
FeSCN2+(aq)
Jika :
Tabung 1 (standar)
: Warna larutan yakni orange dan tabung
ini digunakan sebagi pembanding
dengan tabung lain.
Tabung II+KSCN pekat
: Warna larutan yakni merah darah (lebih
pekat dari tabung I).
Tabung III+ Fe(NO3)3 0,02 M : Warna larutan yakni merah (lebih muda
Dari tabung II).
Tabung IV+Na2HPO4
: Warna larutan yakni kuning bening
(lebih bening dari tabung III).
2. Percobaan kedua
Kesetimbangan Besi (III) tiosianat yang semakin encer
a. Perbandingan tinggi tabung
T st
T1 = T 2
=

6
7,1
0,85 cm

T st
T3

T2 =

3,5
7,1

= 0,49 cm
T st
T3 = T 4
=

0,5
6,7

= 0,08 cm
T st
T4 = T 5
=

0,2
7,3

= 0,03 cm
b. Menghitung konsentarsi FeSCN2+
[ FeSCN2+]
= T x Konsentrasi standar
Data :
Kosentrasi Fe3+ = 0,2 M
Volume Fe3+
= 5 ml
Konsentrasi SCN = 0,002 M
Volume SCN= 5 ml
n Fe3+
=MxV
= 0,2 x 5
= 1 mol
n SCN-

=MxV
= 0,002 x 5
= 0,01 mol

Fe3+(aq) + SCN-(aq)
Mula-mula
Bereaksi
Setimbang

n FeSCN2+

1 mmol
0,01
0.99

FeSCN2+(aq)
0,01
0,01
-

0,01
0,01 mol

= 0,01 mmol
= 0,00001 mol

Volume total

= 10 ml
= 0,01 liter

[FeSCN2+]0

n
Vtotal

0,00001
0.01

= 0,001 M
[FeSCN2+]1

= T1 x [FeSCN2+]0
= 0,85 x 0,001
= 0,00085 M
= 8,5 x 10-4 M

[FeSCN2+]2

= T2 x [FeSCN2+]0
= 0,49x 0,001
= 0,00049 M
= 4,9 x 10-4 M

[FeSCN2+]3

= T3 x [FeSCN2+]0
= 0,08 x 0,001
= 0,00008 M
= 0,8 x 10-4 M

[FeSCN2+]4

= T4 x [FeSCN2+]0
= 0,03 x 0,001
= 0,00003 M
= 0,3 x 10-4M

c. Perhitungan konsentrasi Fe3+ mula- mula


Pengenceran I
M1 x V1
M2

= M2 x V2
=

M 1x v 1
V2

0,2 x 10
25

= 0,08 M
Pengenceran II
M2 x V2

= M3 x V3

M3 =
M3

M 2x V 2
V3
=

0,08 x 10
25

= 0,032 M
Pengenceran III
M3 x V3 = M4 x V4
M4

M4

M 3 xV 3
V4

0,032 x 10
25

= 0,0128 M

Pengenceran IV
M4 x V4 = M5 x V5
M5

M4xV 4
V5

0,0128 x 10
25

= 0,00512 M
d. Perhitungan Konsentrasi Fe3+ setimbang
[Fe3+] = [Fe3+]mula-mula - [FeSCN2+]setimbang
[Fe3+]setimbang 1
[Fe3+]setimbang 2

= M2 - [FeSCN2+]1
= 0,08 0,00085
= 0,07915 M
= M3 - [FeSCN2+]2
= 0,032 0,00049

[Fe3+]setimbang 3
[Fe3+]setimbang 4

= 0,03151 M
= M4 - [FeSCN2+]3
= 0,0128 0,00008
= 0,01272 M
= M5 - [FeSCN2+]4
= 0,00512 0,00003
= 0,00509 M

e. Perhitungan Konsentrasi SCN- setimbang


[SCN-]mula-mula
= 0,002 M
[SCN-]setimbang
= [SCN-]mula-mula - [FeSCN2+]setimbang

[SCN-]setimbang 1
[SCN-]setimbang 2
[SCN-]setimbang 3
[SCN-]setimbang 4

= [SCN-]mula-mula - [FeSCN2+]setimbang1
= 0,002 - 0,00085
= 0,00115 M
= [SCN-]mula-mula - [FeSCN2+]setimbang2
= 0,002 0,00049
= 0,00151 M
= [SCN-]mula-mula - [FeSCN2+]setimbang3
= 0,002 0,00008
= 0,00192 M
= [SCN-]mula-mula - [FeSCN2+]setimbang4
= 0,002 0,00003
= 0,00197 M

f. Hubungan antara keadaan saat setimbang


Ka
= [Fe3+] [FeSCN2+] [SCN-]
Ka1

Ka2

Ka3

Ka4

g. Kb

= [Fe3+]stb1 [FeSCN2+]1 [SCN-]stb1


= ( 0,07915 ) ( 0,00085 ) ( 0,00115 )
= 77369,125 X 10-12
= 7,74 x 10-8M
= [Fe3+]stb2 [FeSCN2+]2 [SCN-]stb2
= ( 0,03151 ) ( 0,00049 ) (0,00151 )
= 23314,249 x 10-12
= 2,33 x 10-8 M
= [Fe3+]stb3 [FeSCN2+]3 [SCN-]ttb3
= ( 0,01272 ) ( 0,00008 ) ( 0,00192 )
= 1953,792 x 10-12
= 0,195 x 10-8 M
= [Fe3+]stb4 [FeSCN2+]4 [SCN-]stb4
= ( 0,0,00509 ) ( 0,00003 ) ( 0,00197 )
= 300819 x 10-12
= 0,030 x 10-8 M

3+
FeSCN

2+

SCN

Fe

Kb1

Kb2

3+
FeSCN

2+

SCN

Fe

0,00085
(0,07915)()
(0,00115)

= 0,05850 M
3+
FeSCN

2+

SCN

Fe

( 0,03151 ) (0,000 49)


=
(0,00151)

Kb3

= 0,01022 M
3+
FeSCN

2+

SCN

Fe

( 0,01272) (0,00008)
(0, 00192)

= 0,00053 M

Kb4

3+
FeSCN

2+

SCN

Fe

( 0,00509 ) (0,00003)
=
(0,00197)
= 0,00008 M

h. Kc

2+

FeSCN

3+
Fe

SCN

Kc1 =

2+

FeSCN

3+
Fe

SCN

( 0,00098 )
( 0,07902) (0,00102)

= 12,25 M

Kc2 =

2+
FeSCN

3+
Fe

SCN

( 0,00071)
(0,03129)(0,00129)

= 17,75 M

Kc3 =

2+
FeSCN

3+
Fe

SCN

( 0,00021)
(0,01259)(0,00179)

= 10,5 M

Kc4 =

2+

FeSCN

3+

Fe

SCN

( 0,00018)
(0,00494)(0,00182)

= 20,14 M
i. Tabel Analog
No.

[Fe3+](m)

[SCN-](m)

[FeSCN2+](m)

Ka(m)

Kb(m)

Kc(m)

0,07902

0,00102

0,00098

7,98 x 10-8

0,075

12,25

0,03129

0,00129

0,00071

2,86 x 10-8

0,017

17,75

0,01259

0,00179

0,00021

4,73 x 10-9

0,00147

10,5

0,00494

0,00182

0,00018

1,61 x 10-9

0,00049

20,14

Anda mungkin juga menyukai