Anda di halaman 1dari 5

1.

Perbedaan siklus APBN dan siklus akuntansi:


Pengelolaan APBN (siklus anggaran) dilakukan dalam lima tahap, yaitu tahap perencanaan
APBN, penetapan UU APBN, pelaksanaan UU APBN, pengawasan pelaksanaan UU APBN,
dan pertanggungjawaban pelaksanaan UU APBN. Hasil pengawasan dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan
rancangan APBN tahun anggaran berikutnya. Oleh karena itu, proses tersebut merupakan
suatu lingkaran yang tidak terputus, dan karena itu sering disebut sebagai siklus atau daur
atau lingkaran anggaran negara (APBN) seperti tercantum pada gambar dibawah ini:

Siklus Akuntansi (the accounting cycle) merupakan proses pencatatan transaksi keuangan
yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan suatu perusahaan. Secara sederhana
proses atau siklus akuntansi meliputi hal sebagai berikut.
Transaksi ==> Pencatatan ==> Penggolongan ==> Pengikhtisaran ==> Pelaporan
2. Perbedaan sektor publik dan swasta

3. UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003


Pasal 6
1.Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara
sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.
2. Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) :
a.
dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil
Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;
b.
dikuasakan
kepada
menteri/pimpinan
lembaga
selaku
Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;

Pengguna

c.
diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah
untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan.
d. tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain
mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.
4. Pengertian keuangan negara dan ruang lingkupnya menurut UU No. 17 tahun 2003
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Ruang lingkup keuangan negara meliputi:
a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan
pinjaman;

b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga;
c. penerimaan negara;
d. pengeluaran negara;
e. penerimaan daerah;
f. pengeluaran daerah;
g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah;
h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah; dan
j. kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang
atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan
kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.
5. Penjelasan tahap siklus APBN
Tahap Perencanaan APBN
Pada tahap ini terdapat enam langkah yang harus dilakukan, yaitu Penyusunan
Rencana Kerja Kementerian Negara / Lembaga (Renja-KL)
Tahap Penetapan UU APBN
Nota keuangan dan Rancangan APBN beserta RKA-KL yang telah dibahas dalam
Sidang Kabinet disampaikan Pemerintah kepada DPR selambat-lambatnya pertengahan
Agustus untuk dibahas dan ditetapkan menjadi UU APBN selambat-lambatnya pada akhir
bulan Oktober.
Tahap Pelaksanaan UU APBN
UU APBN yang telah disetujui DPR dan disahkan presiden telah disusun secara
terperinci dalam unit organisasi, fungsi, program kegiatan, dan jenis belanja. Hal itu berarti
bahwa untuk mengubah pengeluaran yang berkaitan dengan unit organisasi, fungsi, program
kegiatan, dan jenis belanja harus dengan persetujuan DPR.
Tahap Pengawasan Pelaksanaan UU APBN
Pengawasan atas pelaksanaan APBN dilaksanakan oleh pemeriksa internal maupun
eksternal. Pengawasan secara internal dilakukan oleh Inspektorat Jenderal (Itjen) dan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan ((BPKP). Itjen melakukan pengawasan dalam

lingkup masing-masing departemen/lembaga, sedangkan BPKP melakukan pengawasan


untuk lingkup semua departemen atau lembaga.
Tahap Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan UU APBN
Pada tahap ini Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN berupa laporan keuangan yang sudah diaudit BPK
kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

6. Mengapa instansi dibentuk menjadi BLU? Contoh.


BLU dibentuk karena bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan
produktivitas, dan penerapan praktik bisnis yang sehat.
Berikut merupakan BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi rumah
sakit seperti RSCM, RS Fatmawati Jakarta
7. Perbedaan antara Menteri Keuangan dan Pimpinan Lembaga selaku Pengguna
Anggaran:
Hal ini dijelaskan dalam UU No 17 tahun 2003 dimana tugas dan wewenang Menteri
Keuangan ada di Pasal 8 sedangkan untuk tugas dan wewenang Pemimpin Lembaga ada di
Pasal 9.
8. Ilustrasi hubungan pos-pos berbasis kas dan akrual

9. SILPA
Sedangkan SILPA (dengan huruf i besar/kapital) adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Tahun Berkenan. Yaitu selisih antara surplus/defisit anggaran dengan pembiayaan netto.
Dalam penyusunan APBD angka SILPA ini seharusnya sama dengan nol. Artinya bahwa
penerimaan pembiayaan harus dapat menutup defisit anggaran yang terjadi.
Jika angka SILPA-nya positif berarti bahwa ada pembiayaan netto setelah dikurangi dengan
defisit anggaran, masih tersisa (misalnya (Rp2 milyar). Atau dengan penjelasan lain bahwa
secara anggaran masih ada dana dari penerimaan pembiyaan yang Rp2 milyar tersebut yang
belum dimanfaatkan untuk membiayai Belanja Daerah dan/atau Pengeluaran Pembiayaan
Daerah. Jika angka SILPA-nya negatif berarti bahwa pembiayaan netto belum dapat menutup
defisit anggaran yang terjadi. Untuk itu perlu dicari jalan keluarnya. Misalnya dengan
mengusahakan sumber-sumber penerimaan pembiayaan yang lain seperti utang dan lain
sebagainya. Atau dengan mengurangi Belanja dan atau pengeluaran pembiayaan sehingga
angka SILPA ini sama dengan nol.
10. Akuntabilitas pelaporan keuangan
Kriteria Akuntabilitas keuangan adalah sebagai berikut.
1. Pertanggungjawaban dana publik
2. Penyajian tepat waktu
3. Adanya pemeriksaan (audit)/respon pemerintah.
11. ROA di pemerintahan
Return on Asset di pemerintah dilihat dari berapa besar jumlah realisasi anggaran yang sudah
dilaporkan sehinga akan mempengaruhi total asset pada Neraca kemudian dibandingkan
dengan SILPA yang merupakan Laba atau Rugi.
12. Basis Akuntansi dalam pencatatan laporan keuangan pemerintah

BASIS KAS untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan


BASIS AKRUAL untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas

13. Penyusunan SAP Akrual


SAP Akrual dikembangkan dari SAP yang ditetapkan dalam PP 24/2005 dengan mengacu
pada International Public Sector Accounting Standard (IPSAS) dan memperhatikan peraturan
perundangan serta kondisi Indonesia. SAP yang ditetapkan dengan PP 24/2005 berbasis Kas
Menuju Akrual sebagian besar telah mengacu pada praktik akuntansi berbasis akrual.

Anda mungkin juga menyukai