Anda di halaman 1dari 6

Program Studi S2 BK 31

Kumpulan Abstrak Tesis


Semester Gasal 2008/2009
Bimbingan dan Konseling (BK)

32 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009

Pengembangan Self Regulated Learning Melalui Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V
Sekolah Dasar Negeri Sumbersari I Kota Malang
Witaningsih
Abstrak
Ada sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor tersebut adalah faktor
internal meliputi keadaan jasmani (kesehatan, cacat tubuh, kelelahan) , keadaan psikologis (inteligensi,
perhatian, bakat, minat, kesiapan), dan faktor eksternal seperti keadaan keluarga (cara orang tua mendidik,
suasana rumah, keadaan ekonomi), lingkungan sekolah (metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dan
siswa, hubungan siswa dengan siswa), keadaan masyarakat (teman bergaul, kehidupan bermasyarakat, mass
media). Secara sistematik faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan pada gilirannya berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar.
Berkenaan dengan itu, sejak tahap pendidikan dasar siswa perlu menerapkan self regulated learning
(SRL). SRL adalah kemampuan siswa mengatur diri dalam belajar. Kemampuan mengatur diri sendiri (SRL)
pada mata pelajaran matematika merupakan upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas diri dalam belajar.
Secara prinsipil, SRL menempatkan pentingnya kemampuan seseorang untuk mengatur dan mengendalikan
diri sendiri, terutama bila menghadapi tugas belajarnya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : (1) Bagaimana penerapan task analysis(TA)
melalui matapelajaran matematika yang dapat mengembangkan SRL siswa ?; (2) Adakah perubahan SRL
pada masing-masing individu setelah dilakukan tindak pembelajaran matematika ? (3) Apakah terjadi
peningkatan prestasi belajar akibat dari perubahan SRL siswa setelah dilakukan tindak pembelajaran
matematika?
Adapun penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menemukan tindak pembelajaran yang dapat
mengembangkan SRL pada siswa SD melalui mata pelajaran matematika; (2) Mendeskripsikan perubahan
SRL siswa pada mata pelajaran matematika, setelah dilakukan task analysis dan experiential learning; (3)
Mengetahui peningkatan prestasi belajar akibat dari perubahan SRL siswa setelah dilakukan tindak
pembelajaran matematika.
Penelitian ini dilaksanakan dengan desain penelitian tindakan kelas (PTK) dengan model siklus,
dengan subjek siswa kelas V SDN yang berjumlah 20 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan ialah
observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi.
Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini ialah : (1) ditemukannya seperangkat langkah tindak
pembelajaran yang mampu meningkatkan SRL siswa, yaitu : (a) guru membuat task analyisis/ langkahlangkah pengerjaan soal untuk setiap tugas yang dilakukan siswa; (b) guru mengajarkan task analysis/
langkah-langkah sesuai dengan skenario pembelajaran; (c) guru menugaskan siswa untuk mengerjakan tugas
di kelas sesuai dengan task analysis; (d) guru menyuruh siswa mengerjakan sendiri tugas sesuai dengan task
analysis; (e) guru menyuruh siswa mengoreksi kembali apakah langkah-langkah yang dilakukan sudah
benar/sesuai dengan langkah yang diajarkan; (f) guru memberikan pekerjaan rumah (PR) sesuai tugas
individu; (g) guru mengadakan wawancara kepada siswa yang mengalami kesulitan, (2) pada akhir tindakan
siklus I sudah menunjukan peningkatan SRL, khususnya dalam evaluasi diri dan mengulang pelajaran, tetapi
masih ada beberapa siswa yang belum menunjukkan indikasi SRL-nya, sehingga perlu ditindak lanjuti
dengan perbaikan skenario pembelajaran pada siklus II. Dari hasil tindak pembelajaran pada siklus II,
ternyata pada akhir siklus II semua siswa sudah menunjukkan peningkatan SRL, khususnya dalam evaluasi
diri dan mengulang pelajaran, dan (3) berdasarkan data hasil belajar siswa dengan telah diberikannya
tindakan pembelajaran yang dirancang dengan strategi yang mendorong berkembangnya SRL siswa, ternyata
telah terjadi peningkatan prestasi siswa secara signifikan.
Beberapa saran dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Dalam setiap kegiatan pembelajaran di
sekolah dasar, hendaknya dapat dirancang task analysis (TA) dan experinetial learning (EL) yang mampu
meningkatkan SRL siswa, baik dari aspek evaluasi diri maupun mengulang pelajaran, (2) Pihak sekolah dapat
melakukan pengadaan panduan praktis program pengembangan SRL (khususnya pengembangan aspek
evaluasi diri siswa) ke dalam rancangan pembelajaran yang bisa dimanfaatkan oleh guru mata pelajaran di
Sekolah Dasar. Karena berkembangnya SRL siswa, sejak di sekolah dasar, khususnya dalam evaluasi diri
akan bermanfaat bagi mereka untuk menghadapi tugas-tugas belajarnya, tanpa banyak bergantung pada
bantuan orang lain, (3) Diharapkan dalam jangka pendek pengembangan SRL ke dalam rancangan tindak
pembelajaran dapat diterapkan pada beberapa mata pelajaran lainnya.
Kata kunci: pengembangan, self regulated learning, pelajaran matematika, sekolah dasar

31

Program Studi S2 BK 33

Keefektifan Konseling Multimodal untuk Mengelola Stres Mahasiswa (Studi PraEksperimental)


Kustyarini
Abstrak
Setiap individu mempunyai keinginan untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Dari cita-cita
inilah maka kebutuhan untuk berprestasi dimiliki oleh setiap individu. Usaha untuk mencapai sesuatu
kebutuhan berprestasi tidak menutup kemungkinan menyebabkan individu mengalami hambatan dalam
mencapai cita-cita yang pada akhirnya dapat menyebabkan individu mengalami tekanan atau stres.
Setiap individu mempunyai respon dan cara yang berbeda dalam menghadapi situasi yang sama.
Masing-masing orang memandang dunia secara berbeda dan merespon terhadap sesuatu itu berbeda pula.
Kemampuan seseorang atau tidak adanya kemampuan untuk mengatasi kejadian dan reaksi yang dialami
individu menimbulkan stres dan sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Stres merupakan suatu respon
fisik dan psikologis yang biasa dialami oleh individu hampir di semua kalangan, baik orang dewasa, remaja,
bahkan anak-anak. Jenis-jenis permasalahannya tentunya beraneka ragam. Stres belajar merupakan salah satu
jenis stres yang banyak dialami oleh mahasiswa.
Berkaitan dengan fenomena di atas, maka perlu kiranya dikembangkan pendekatan psikologis untuk
membantu mahasiswa mengelola stres. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan
Multimodal Therapy dari Lazarus untuk mengelola stres mahasiswa. Lazarus menyebut konsep BASIC ID
(behavior, affect, sensation, imagery, cognition, interpersonal relationships, drugs-biology-nutrition-exercise)
sebagai tujuh bidang pencetus stres. Lazarus bermaksud bahwa BASIC ID dapat membawa setiap insan
untuk mengatasi ketidakberesan dalam setiap bidang kehidupannya lewat tindakan nyata, oleh dirinya sendiri
Tujuan penelitian ini adalah: (1)Untuk menguji Konseling multimodal (KM) yang teruji
keterterimaannya (acceptability) pada aspek kegunaan (utility), kelayakan (fesiability) dan ketepatan
(accuracy), dan (2) Untuk menguji keefektifan Konseling Multimodal (KM) dalam mengurangi stres
mahasiswa.
Rancangan penelitian ini adalah pra-eksperimental, dengan menggunakan the one-group pretestposttest design. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana
angkatan 2006/2007, yang memiliki keterampilan mengelola stres rendah. Penelitian ini menggunakan dua
jenis instrumen yaitu: a) bahan perlakuan, dan b) instrumen pengukuran. Untuk mengetahui signifikansi
keefektifan Penerapan Konseling Multimodal (PKM) dalam mengelola stres mahasiswa dilakukan analisis
data dengan menggunakan statistik non parametrik.
Hasil pretest menunjukkan bahwa subyek penelitian terindikasi mengalami stres. Hal ini terlihat dari
sebaran nilai pretest untuk setiap modalitas. Hampir semua pertanyaan dijawab dengan nilai skor 2. Hasil
post-test yang diberikan setelah mahasiswa diberi penerapan tujuh modalitas (perilaku, emosi, penginderaan,
khayalan, pikiran,interaksi dengan orang lain, biologi/obat-obatan) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
nilai skor antara pretest dan post-test. Nilai rata-rata post-test lebih besar daripada nilai rata-rata pretest. Pada
modalitas perilaku, dari rerata 1,91 sebelum penerapan menjadi rerata 2,57 sesudah penerapan. Pada
modalitas emosi, dari rerata 1,73 sebelum penerapan menjadi rerata 2,65 sesudah penerapan. Pada modalitas
penginderaan dari rerata 1,72 sebelum penerapan menjadi rerata 2,58 sesudah penerapan. Pada modalitas
khayalan, dari rerata 1,80 sebelum penerapan menjadi rerata 2,59 sesudah penerapan. Pada modalitas pikiran,
dari rerata 1,73 sebelum penerapan menjadi rerata 2,69 sesudah penerapan. Pada modalitas interaksi dengan
orang lain, dari rerata 1,74 sebelum penerapan menjadi rerata 2,47 sesudah penerapan. Pada modalitas
biologi/obat-obatan, dari rerata 1,67 sebelum penerapan menjadi rerata 2,29 sesudah penerapan Konseling
Multimodal. Perbedaan ini menunjukkan bahwa setelah mahasiswa diberi pelatihan seperti yang dimaksud
dalam Konseling Multimodal (KM) terjadi peningkatan untuk semua modalitas yang dilatihkan. Adanya
perbedaan antara mean sebelum penerapan dan mean sesudah penerapan yang terbaca pada hasil uji beda
menunjukkan berkurangnya gejala stres yang dialami mahasiswa, berarti Konseling Multimodal (KM) efektif
mengelola stres mahasiswa.
Dari hasil evaluasi terhadap pelatihan ketujuh modalitas ini, mengindikasikan bahwa pelaksanaan
Konseling Multimodal (KM) ini telah terlaksana dengan hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini
berarti bahwa Konseling Multimodal (KM) efektif dan dapat diterapkan untuk mengelola stres mahasiswa.
Kata kunci: konseling multimodal, stres, mahasiswa

34 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009

Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Universitas Slamet Riyadi Surakarta


Agustinus Roedy Koesdyantho
Abstrak
Latar belakang dilaksanakannya penelitian pengembangan ini dikarenakan belum adanya program
bimbingan di Universitas Slamet Riyadi Surakarta yang dilaksanakan berdasarkan penilaian kebutuhan
mahasiswa.
Tujuan penelitian pengembangan ini adalah untuk menghasilkan naskah akademik Program
bimbingan dan konseling dan buku panduan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di Universitas
Slamet Riyadi Surakarta, yang dirancang berdasarkan hasil penilaian kebutuhan mahasiswa.
Secara prosedural, langkah-langkah pengembangan program bimbingan dan konseling terbagai
menjadi tiga tahap. Tahap pertama, persiapan, tahap kedua, pengembangan, dan tahap ketiga, penilaian.
Ketiga tahap itu meliputi langkah-langkah: (1) melakukan penilaian kebutuhan dan menetapkan prioritas
kebutuhan, (2) merumuskan tujuan umum program, (3) merumuskan tujuan khusus program, (4) menyusun
materi program, (5) mengembangkan buku panduan pelaksanaan program, (6) menyusun strategi evaluasi
pelaksanaan program, (7) penilaian produk, dan (8) revisi produk.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 254 responden yang merupakan wakil dari enam fakultas
dilingkungan Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Teknik pengambilan sampel digunakan Stratified
Proporsional Sampling. Analisis data dilakukan berdasarkan hasil jawaban angket dengan teknik analisis
deskriptif dengan cara mencari rerata hitung, kemudian di prosentasekan untuk pilihan kebutuhan dalam butir
angket. Untuk kategori kebutuhan diklasifikasikan dalam tiga kelompok intensitas dan dianalisis dengan
menggunakan distribusi frekuensi berkelas.
Hasil penelitian pengembangan ini berupa dua jenis produk, yaitu naskah akademik program
bimbingan dan konseling, dan buku panduan pelaksanaan program bimbingan yang dikembangkan
berdasarkan kebutuhan dan melalui prosedur pengembangan. Naskah akademik meliputi: definisi, rasional,
asumsi-asumsi, kurikulum bimbingan, perencanaan individual, layanan responsif, dan pendukung sistem.
Buku panduan pelaksanaan program meliputi: pendahuluan, tujuan umum program, tujuan khusus program,
strategi pelaksanaan program, organisasi dan model bimbingan.
Kesimpulan dari hasil penelitian pengembangan ini ternyata naskah akademik program bimbingan
dan konseling maupum pedoman pelaksanaannya dinyatakan layak baik dari aspek isi maupun rancangan
programnya. Dinyatakan layak karena sudah di perbaiki, berdasarkan saran, catatan dari ahli bimbingan dan
konseling maupun dari ahli rancangan program. Oleh karena itu, produk pengembangan ini dipandang layak
dan memenuhi syarat untuk dipakai sebagai dasar melaksanakan program bimbingan dan konseling di
Universitas Slamet Riyadi Surakarta.
Saran-saran setelah di hasilkan naskah akademik program bimbingan dan konseling dan buku
panduan pelaksanaan program ada tiga hal yaitu; (1) saran pemanfaatan, dalam hal ini konselor harus
menguasai topik-topik bimbingan khususnya yang sangat dibutuhkan mahasiswa, harus ada sosialisasi
naskah akademik dan panduan pelaksanaan program di lingkungan Universitas Slamet Riyadi Surakarta,
memanfaatkan fasilitas dan media bimbingan. (2) saran diseminasi, produk pengembangan in dapat
dimanfaatkan oleh pihak luar Universitas Slamet Riyadi dengan penyesuaian yang di pandang perlu dan
disesuaikan dengan penilaian kebutuhan setempat. (3) saran pengembangan produk lanjutan, bagi
pengembang lebih lanjut dapat menambahkan obyek penilaian kebutuhan, uji kelompok kecil dan kelompok
besar serta pengembangan lebih luas dan mendalam terhadap topik-topik tertentu.
Kata kunci: pengembangan program bimbingan dan konseling, naskah akademik, buku panduan

Hubungan Antara Inteligensi, Career self-efficacy, Status Sosial Ekonomi Orangtua dan
Pengambilan Keputusan Karier Siswa SMA Negeri di Kabupaten Pamekasan
Jawahirul Kawakib
Abstrak
Siswa SMA sebagai remaja perlu diberikan bimbingan karier agar dapat menguasai keterampilan
pengambilan keputusan karier secara tepat. Remaja harus belajar dan berlatih membuat rencana, memilih
alternatif keputusan, bertindak sesuai dengan hasil keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas apa

Program Studi S2 BK 35

yang telah dilakukannya. Siswa yang memiliki keterampilan pengambilan keputusan, pasti tidak akan
bingung menghadapi karier masa depannya.
Masalah utama dalam penelitian ini adalah (1) apakah terdapat profil tentang varian inteligensi,
career self-efficacy, status sosial ekonomi orang tua dan pengambilan keputusan karier siswa? (2) apakah
varian pengambilan keputusan karier siswa mampu dijelaskan oleh varian inteligensi, career self-efficacy,
dan status sosial ekonomi orangtua? (3) apakah varian inteligensi, career self-efficacy, dan status sosial
ekonomi orangtua mampu memberi sumbangan efektif terhadap pengambilan keputusan karier siswa baik
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama?. Penelitian ini bertujuan : untuk mendeskripsikan profil
inteligensi, career self-efficacy, status sosial ekonomi orangtua, dan pengambilan keputusan karier siswa. (2)
untuk menguji apakah varian pengambilan keputusan karier siswa mampu dijelaskan oleh varian inteligensi,
career self-efficacy, dan status sosial ekonomi orangtua? (3) untuk menguji sumbangan efektif varian
inteligensi, career self-efficacy, dan status sosial ekonomi orangtua terhadap pengambilan keputusan karier
siswa SMA Negeri di Kabupaten Pamekasan, baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Penelitian
ini : penelitian deskriptif korelasional. Populasi penelitian : seluruh siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten
Pamekasan yang terdiri atas 9 SMA Negeri. Pengambilan sampel menggunakan teknik multistage random
sampling. Tahap pertama dari 9 SMA Negeri yang ada di Kabupaten Pamekasan tersebar dalam 5 kecamatan
ditentukan 5 sekolah dan diambil dengan cara random dengan teknik undian. Tahap berikutnya dari setiap
sekolah yang terpilih sebagai kelompok sampel, selanjutnya ditentukan jumlah subyek yang dijadikan
anggota sampel. Dari N = 2030 melalui perhitungan dengan menggunakan rumus dari Sloven dengan e (nilai
kritis) 0,05 diperoleh hasil n = 334. Pengumpulan data menggunakan Instrumen tes inteligensi, inventori
career self-efficacy, angket status sosial ekonomi orangtua, dan inventori pengambilan keputusan karier. Data
yang diperoleh, dianalisis dengan multiple regression.
Hasil penelitian membuktikan secara keseluruhan terdapat hubungan yang signifikan antara
inteligensi, career self-efficacy, status sosial ekonomi orang tua, dan pengambilan keputusan karier siswa
dengan nilai sebesar R 0,634, R2 0,402 dan Adjusted R2 0,396, F hitung = 73,813 dan nilai signifikansi
sebesar 0,000 < 0,05. Secara keseluruhan sumbangan efektif inteligensi, career self-efficacy dan status sosial
ekonomi orangtua terhadap pengambilan keputusan karier siswa sebesar 40,2%. Ketiga variabel independen
tersebut, diketahui sumbangan efektif yang paling signifikan terhadap pengambilan keputusan karier siswa
adalah career self-efficacy yaitu 32% dan secara berurutan diikuti oleh inteligensi dengan nilai sebesar 6,7%
dan status sosial ekonomi orang tua dengan nilai sebesar 1,5%. Jika dilihat secara ganda diketahui bahwa
sumbangan efektif paling signifikan adalah inteligensi dan career self-efficacy terhadap pengambilan
keputusan karier sebesar 38,7%, bila dibandingkan dengan sumbangan efektif career self-efficacy dan status
sosial ekonomi orangtua terhadap pengambilan keputusan karier sebesar 33.5%, dan sumbangan efektif
inteligensi dan status sosial ekonomi orangtua terhadap pengambilan keputusan karier sebesar 8,2%.
Berdasarkan temuan diatas, (1) para konselor sekolah perlu menyusun materi bimbingan karier
secara profesional bagi siswa, dan melakukan penajaman program dibidang karier. Agar siswa semakin
memahami diri terutama yang berhubungan dengan masalah-masalah karier mereka dimasa depan. (2)
konselor sekolah dapat memberikan bimbingan karier kepada siswa yang mendapat hasil tes inteligensi di
bawah rata-rata, rata-rata, di atas rata-rata, maupun superior. Agar mereka lebih mengenal dan memahami diri
sendiri dan bisa meningkatkan kemampuan yang ada pada diri mereka sendiri secara optimal. (3) konselor
sekolah dapat memberikan materi bimbingan karier secara lebih profesional kepada siswa, baik yang status
sosial ekonomi orangtuanya rendah, sedang, maupun tinggi. Agar siswa dapat lebih memahami diri dan
menerima keadaan yang terjadi pada mereka secara normal. (4) para konselor sekolah dalam menyusun
materi bimbingan karier diharapkan melakukan analisis kebutuhan (need assesmen) agar konselor lebih
memahami siswa yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pengambilan keputusan
karier. (5) oleh karena temuan menunjukkan bahwa secara keseluruhan sumbangan efektif inteligensi, career
self-efficacy, dan status sosial ekonomi orangtua terhadap pengambilan keputusan karier sebesar 40,2%, dan
sebesar 59,8% tidak dijelaskan dalam penelitian ini, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang
pengambilan keputusan karier dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengambilan
keputusan karier seperti kejadian-kejadian dan kondisi lingkungan (kekuatan sosial, kultural, dan kekuatan
politik).
Kata kunci: inteligensi, career self-efficacy, status sosial ekonomi, pengambilan keputusan karier

36 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009

Penggunaan Terapi Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)


untuk Mengubah Self-esteem Rendah Mahasiswa STIPAK Duta Harapan Malang
(Studi Pra-eskperimental)
Obeth Rumabar
Abstrak
Mahasiswa STIPAK sebagai calon Guru PAK dan Pendeta (Hamba Tuhan) yang mengalami low
self-esteem perlu mendapat layanan koseling khusus (kuratif), agar memiliki self-esteem tinggi. Hal ini
disebabkan oleh hakekat pekerjaannya sebagai the servant of God, yang akan hadir ditengah kehidupan
siswa, keluarga, dan masyarakat untuk memberitakan dan menyunguhkan, apa yang menjadi konten
dalam ajarannya, yakni Firman Allah. Mahasiswa harus belajar dan berlatih membuat rencana, memilih
alternatif keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas apa yang
telah dilakukannya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terapi Rational Emotive Behavior Therapy
(REBT) dapat meningkatkan self-esteem mahasiswa? Untuk menjawab permasalahan tersebut, digunakan
teknik Dispute Irrational Beliefs (disingkat DIBS) untuk mengubah self-esteem rendah mahasiswa.
Sedangkan, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas terapi REBT dapat meningkatkan selfesteem mahasiswa STIPAK Duta Harapan Malang.
Penelitian ini menggunakan rancangan, the one-group pretest-posttest design. Subyek penelitian
diambil dari mahasiswa semester II dan IV tahun akademik 2007/2008. Instrumen penelitian menggunakan
Self-esteem Inventory (SEI). Materi perlakuan teknik DIBS, terdiri dari :1) membangun rapport, 2) empirical
disputing, 3) logical disputing, dan 4) pragmatical disputing. Setelah diberikan perlakuan, post-test dilakukan
untuk mengetahui perubahan self-esteem mahasiswa. Hasil yang di dapat, menunjukkan bahwa terjadi
perubahan yang signifikan. Mahasiswa yang kategori self-esteem positif sebanyak 75,0%, dan kategori selfesteem negatif sebanyak 25,0%. Hasil perhitungan distribusi frekuensi pasca perlakuan teknik DIBS,
menunjukkan bahwa mahasiswa yang kategori tinggi sebanyak 62,5%, kategori sedang sebanyak 12,5%, dan
kategori rendah sebanyak 25,0%. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan tes analisis Wilcoxon.
Hasilnya menunjukkan mean sesudah terapi lebih besar dari mean sebelum terapi. Hasil uji Z, ternyata z
hitung lebih besar dari z tabel. Dengan demikian H1 diterima pada taraf signifikasi 2,10. Berarti terapi REBT
efektif mengubah self-esteem rendah mahasiswa.
Terkait dengan temuan penelitian ini, maka saran-saran sebagai berikut: 1) pendekatan terapi REBT
disarankan untuk digunakan oleh konselor pendidikan, karena praktis dan efektif, 2) konselor sekolah, perlu
dibekali dengan pengetahuan teoritik dan praktek konseling melalui pelatihan-pelatihan /workshop untuk
menambah wawasan dan ketrampilan konseling dalam mengefektifkan layanan konseling kepada mahasiswa,
terutama layanan konseling preventif dan kuratif terhadap masalah emosional (pribadi-sosial), termasuk selfesteem mahasiswa, 3) Pimpinan STIPAK Duta Harapan Malang perlu menempatkan konselor sekolah
untuk menangani program layanan bimbingan dan konseling kepada mahasiswa, dan 4) teorisi dan
pengembang dalam bidang bimbingan dan konseling perlu mengadakan penelitian pengembangan atau
tindakan untuk menguji cobakan teknik terapi DIBS dalam konteks yang lebih beragam dan populasi yang
lebih luas.
Kata kunci: self-esteem, teknik DIBS

Anda mungkin juga menyukai