Anda di halaman 1dari 8

BAB I

Pendahuluan
Keluarga Almarhum
Di chapter 132 vol 17 diceritakan bahwa ada seseorang dokter
magang yang terus menyalahkan dirinya atas kematian pasien dan
mengangap dirinya tidak mampu menjadi seorang dokter. Dokter ini
merupakan bagian dari tim operasi saat itu, ketika operasi, pasien
tersebut mengalami keadaan gawat darurat akibat kekurangan darah
AB. Dokter ini dengan sigap berusaha menyelamatkan pasien dengan
membawakan kantong darah, namun di tengah perjalanan dokter
tersebut mengalami kecelakaan dan membuat tangannya patah. Tetapi
darah bisa tetap diberikan tepat waktu saat itu, namun nyawa pasien
tidak bisa tertolong lagi. Melihat kesedihan dari keluarga almarhum,
dokter yang awalnya tidak maubertemu dengan keluarga pasien
karena merasa sangat kecewa dengan dirinya saat itu akhirnya
mengejar keluarga pasien dan meminta maaf. Dan sejak saat itu, ia
berganji untuk berjuang sekuat tenaga dalam menyelamatkan orang
lebih banyak lagi.

BAB II
Isi/ Teori
1. Prinsip Etik
Prinsip etik tentang beneficience, non malefience, autonomy,
justice dapat diterima di seluruh budaya, tetapi prioritasnya
berbeda . Dokter harus memeainkan peran penting dalam
mengambil keputusan berdasarkan data ilmiah & keinginan pasien.
1.a.
Prinsip Beneficence
Pemulihan kesehatan dan fungsi-fungsinya serta
meringankan rasa sakit dan penderitaan. Jarang sekali
pasien bertahan hidup dengan dilakukan RJP pada henti
jantung oleh karena disfungsi organ. RJP yang dilakukan
dengan cepat di kota Seattle meningkatkan harapan
hidup sebesar 36%. Dalam RJP usia bukan merupakan
salah satu kontradiksi.
1.b.
Prinsip Non Maleficence ( Do No Harm)
Tingkat kerusakan otak berkaitan dengan tindakan
RJP berbeda-beda antara 10%-83%. RJP menjadi
berbahaya dan bersifat merusak ketika resiko kerusakan
otak relatif tinggi. RJP dikatakan berhasil jika dilakukan
tepat waktu. Investigator mengatakan bahwa harapan
hidup >80% pada pemberian RJP oleh orang disekitar
korban dan ambulan datang < 2 menit.
1.c.
Prinsip Otonomi
Pasien harus dihormati secara etik & disebagian
besar negara dihormati secara legal. Para Ahli
menyimpulkan,
pasien
harus
dapat
menentukan
pengobatanya sendiri, dengan masalah :
1. Pasien selalu memikirkan hasil keputusan atas
tindakan medis, sehingga tidak sellalu berdasarkan
perinsip ekonomi
2. Prinsip keadaan menghasilkan kemampuan untuk
menerima sesuatu, tidak otonomi.
1.d.
Prinsip Keadilan (Justice)
Masalahnya diperlukan nilai moral keadilan untuk
menyediakan
perawatan
medis
kepada
yang
memerluknnya,
berguna
untuk
mengurangi
ketidaksamaan dalam perlakuan dalam masyarakat.
Dokter harus menyesuaikan diri dengan sumber
penghasilan
masyarakat
untuk
merawat
mereka
berdasarkan sumber penghasilan secara umum. Maka

dibuatlah keadilan moral kelayakan minimal pelayanan


kesehatan dasar, yang mana sebaiknya :
1) Mencegah, mengobati dan mengusahakan oneyear survival lebih dari 75 %;
2) Menghasilkan lebih sedikit toksisitas atau
disabilitas jangka panjang;
3) Dapat memberikan manfaat;
4) Secara nyata lebh menguntungkan daripada
memberatkan;
1.e.
Prinsip kerja kesia-siaan (principle of Futility)
Futility berarti tidak ada keuntungan yang
menggambarkan tidak adanya efek yang diinginkan.
Istilah sia-sia digunakan dengan konsep umum inutility,
sama maknanya dengan tidak berguna. Kesia-siaan
menggambarkan ketiada manfaat tanpa pertimbangan
biaya.
Dalam tindakan intervrensi medis ,memberikan hak
sepeuhnya kepada pasien untuk memutuskan tindakan
yang tidak akan dilakukan tidak akan menyelesaikan
masalah.
Jika resuistansi sia-sia akam memberi manfaat yang
tidak
menguntungkan
atau
membahayakan
keseimbangan. Tomlison dan Brody mengakui bahwa
untuk menyatakan suatu tindakan atau intervensi medik
harus melibatkan keseimbangan yang kompleks antara
ketidakpastian dan kewajiban akan tanggung jawab.
Defenisi kesia-siaan lainnya adalah bahwa kesiasiaan yang berpusat pada asas manfaat (benefit
centered)
sebagai
kesia-siaan
yang
terdiri
dari
pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
Perkiraan kuantitatif kesia-siaan adalah itervensi
mdis dianggap sia-sia jika gagal dalm jumlah yang
ditentukan terakir kali mencoba. Komponen kualitatif
menggambarkan kesia-siaan yang terjadi.
The American Thoracic Society mendefenisikannya
lebih konservatif namun lebih samar-samar, yaitu
intervensi medis dikatakan sia-sia jika tidak mungkin
menghasilkan makna kehidupan. Sedangkan kualitatif
kesia-siaan : RJP adalah sia-sia jika tidak ada yang
selamat yang tampaknya mendukung bahwa usaha RJP
pada situasi itu membawa lebih banyak rugi daripada
keuntungan.

BAB III
Pembahasan
Analisis Kasus
Beneficience
No
Kriteria
1
Mengutamakan altruism
2
Menjamin nilai pokok harkat &
martabat manusia
3
Memandang
pasien/keluarga/sesuatu tak hanya
sejauh menguntungkan dokter
4
Mengusahakan
agar
kebaikan/manfaatnya lebih banyak
dibandingkan
dengan
keburukannya
5
Paternalisme
bertanggung
jawab/berkasih sayang
6
Menjamin kehidupan baik minimal
manusia
7
Pembatasan goal-based

Ada

Maksimalisasi
pemuasan
kebahagiaan/preferensi pasien

Minimalisasi akibat buruk

10

Kewajiban menolong pasien gawat


darurat

11

Menghargai hak-hak pasien secara


keseluruhan

Tidak Ada

12

Tidak menarik honorarium di luar


kepantasan

13

Maksimalisasi kepuasan
secara keseluruhan

14

Mengembangkan
terus-menerus

15

Memberikan obat berkhasiat namun


murah

16

Menerapkan Golden Rule Principle

profesi

tertinggi

secara

Nonmaleficence
No
1
2

3
4
5
6
7
8
9
10

Kriteria
Menolong pasien emergensi
Kondisi untuk menggambarkan
kriteria ini adalah:
Pasien dalam keadaan amat
berbahaya (darurat)/ beresiko
hilangnya sesuatu yang
penting (gawat)
Dokter sanggup mencegah
bahaya atau kehilangan
tersebut
Tindakan dokter tersebut
terbukti efektif
Manfaat bagi pasien >
kerugian dokter (hanya
mengalami resiko minimal)
Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien (tidak
melakukan euthanasia)
Tidak menghina/mencaci
maki/memanfaatkan pasien
Tidak memandang pasien sebagai
objek
Mengobati secara tidak
proporsional
Tidak mencegah pasien dari
bahaya
Menghindari misrepresentasi dari
pasien
Tidak membahayakan kehidupan

Ada

Tidak Ada

11
12
13

pasien karena kelalaian


Tidak memberikan semangat hidup
Tidak melindungi pasien dari
serangan
Tidak melakukan white collar crime
dalam bidang
kesehatan/kerumahsakitan yang
merugikan pihak
pasien/keluarganya

Otonomi
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kriteria

Ada

Tidak Ada

Menghargai hak menentukan nasib


sendiri, menghargai martabat
pasien
Tidak mengintervensi pasien dalam
membuat keputusan (pada kondisi
elektif)
Berterus terang
Menghargai privasi
Menjaga rahasia pasien
Menghargai rasionalitas pasien
Melaksanakan informed consent
Membiarkan pasien dewasa dan
kompeten mengambil keputusan
sendiri
Tidak mengintervensi atau
menghalangi autonomi pasien
Mencegah pihak lain
mengintervensi pasien dalam
membuat keputusan, termasuk

keluarga pasien sendiri


11
12
13

Sabar menunggu keputusan yang


akan diambil pasien pada kasus
non emergensi
Tidak berbohong ke pasien
meskipun demi kebaikan pasien
Menjaga hubungan (kontrak)

Justice
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kriteria

Ada

Memberlakukan segala sesuatu


secara universal
Mengambil porsi terakhir dari
proses membagi yang telah ia
lakukan
Memberi kesempatan yang sama
terhadap pribadi dalam posisi yang
sama
Menghargai hak sehat pasien
(affordability, equality, accessibility,
availability, quality)
Menghargai hak hukum pasien
Menghargai hak orang lain
Menjaga kelompok yang rentan
(paling dirugikan)
Tidak melakukan penyalahgunaan
Bijak dalam makro alokasi
Memberikan kontribusi yang relatif
sama dengan kebutuhan pasien
Meminta partisipasi pasien sesuai
dengan kebutuhan pasien
Kewajiban mendistribusi
keuntungan dan kerugian (biaya,
beban, sanksi) secara adil
Mengembalikan hak kepada
pemiliknya pada saat yang tepat
dan kompeten
Tidak memberi beban berat secara
tidak merata tanpa alasan
sah/tepat

Tidak Ada

15
16

Menghormati hak populasi yang


sama-sama rentan
penyakit/gangguan kesehatan
Tidak membedakan pelayanan
pasien atas dasar SARA, status
sosial, dll

BAB IV
Kesimpulan
Saran

Anda mungkin juga menyukai