Kinerja didefinisikan sebagai catatan outcomes yang dihasilkan pada fungsi atau
aktivitas pekerjaan tertentu selama periode waktu tertentu (Bernardin & Russel,
1998).
Noe, et al, (2000) mendefinisikan pengertian kinerja yang lebih strategis, menurutnya
penilaian kinerja hanya merupakan salah satu bagian dari proses manajemen kinerja
secara luas. Manajemen kinerja adalah suatu proses di mana manajer yakin bahwa
aktivitas dan output karyawan telah sesuai dengan sasaran organisasi.
Atas pengertian diatas, system manajemen kinerja mencakup tiga bagian, yaitu :
1.
Pendifinisian kinerja
2.
3.
1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
d.
Memusatkan perhatiannya pada sejauh mana individu memiliki atribut tertentu (ciri atau
sifat) yang diyakini diperlukan untuk keberhasilan perusahaan.
Pendekatan Keprilakuan
Tiga teknik yang termasuk ke dalam pendekatan keperilakuan (Noe, et al. 2000), yaitu :
Insiden kritis (Critical incidents)
Skala penilaian berdasarkan perilaku (Behaviorally Anchored Ratting Scales/BARS)
Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management By Objectives/MBO)
Lebih umum digunakan untuk professional dan karyawan manajerial. Proses MBO secara
khusus berisi langkah-langkah sebagai berikut :
Tinjauan pekerjaan dan kesepakatan
Pengembangan standar kinerja
Penetapan tujuan yang terarah
Diskusi kinerja yang berkelanjutan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
3.
a.
b.
4.
a.
b.
c.
d.
berkaitan,
memberikan
kesinambungan,
2. Serangkaian pengalaman peran yang diurut dengan tepat menuju kepada peningkatan tingkat
tanggung jawab, status, kekuasaan, imbalan, dan karier;
3. Semua pekerjaan yang dikerjakan selama masa kerja sekarang.
Perencanaan karie merupakan suatu proses yang berkelanjutan di mana seorang individu
merancang sasaran karier dan mengidentifikasi semua sarana dan prasana untuk
mencapainya.
Cara Pengelolaan Karier
Seorang ahli bimbingan karier, John I. Holland (dalam Invancevich, 1992), telah
mengadakan studi dan mengemukakan bahwa pilihan karier adalah suatu kejadian yang
bersifat random, meskipun kesempatan dapat memainkan peran.
Praktik perencanaan karier organasasional mencakup penyesuaian cita-cita karier
individu dengan peluang yang tersedia dalam organisasi, dan jalur karier adalah konsekuensi
dari pekerjaan tertentu yang dikaitakan dengan paluang tersebut (Ivancevich, 1992).
Jalur karier merupakan serangkaian aktivitas pengembangan yang melibatkan
pendidikan, pelatihan dan penglaman kerja, baik secara formal maupun informal yang
membantu membuat seseorang mampu memegang jabatan/pekerjaan yang lebih maju (Byars
dan Rue, 1997).
Kerangka dari langkah dasar dalam jalur karier adalah sebagai berikut :
1. Menentukan atau menegaskan kemabali kemampuan dan perilaku akhir dan pekerjaan target.
Oleh karena pekerjaan cenderung untuk berubah terus, adalah penting untuk menentukan atau
menegaskan persyaratan dan mereviunya secara periodik.
2. Memelihara data karyawan untuk menjaga kelengkapan dan akurasi data. Karena minat dan
sasaran karier karyawan cenderung bergeser, catatan-catatan individu berkaitan dengan
keahlian, pengalaman dan sebagainya perlu selalu diperbarui.
3. Melaksanakan perbandingan analisis kebutuhan yang secara bersama-sama melihat individu
dan pekerjaan yang ditargetkan. Menentukan apakah individu dan pekerjaan yang ditargetkan
cenderung sesuai.
4. Mengukur/mencocokkan cita-cita karier karyawan, kebutuhan pengembangan, dan pekerjaan
yang ditargetkan yang dituntut oleh manajemen karier organisasional.
5. Mengembangkan pelatihan kerja individu dan kebutuhan penddikan dengan menggunakan
orientasi aktivitas waktu. Mengidentifikasikan tindakan individu (kerja, pendidikan dan
pengalaman pelatihan) yang diperlukan individu untuk kemajuan pekerjaan yang ditargetkan.
6. Cetak biru altivitas jalur karier. Ini proses menciptakan cetak biru orientasi waktu atau bagan
untuk memberikan panduan individu.
Menghadapi Career Plateu
Career Platue didefinisikan sebagai suatu titik dalam suatu karier dimana
kemungkinan tambahan promosi secara hierarkis sangat rendah (Byars dan Rue, 1997).
Byars dan Rue (1997) berpendapat, ada tiga tingkatan yang dapat membantu dalam
mengelola proses taraf tidak ada kemajuan dalam karier, yaitu:
1. Melindungi karyawan yang berada pada taraf tidak ada kemajuan dalam karier agar tidak
masuk dalam kategori tidak efektif;
Byars dan Rue (1997), mengemukakan minimal ada lima kemungkinan yang dapat
dilakukan dalam rangka rehabilitasi tersebut , yaitu :
Menyediakan alat pengganti penghargaan.
Mengembangkan cara baru untuk membuat pekerjaan mereka saat ini lebih memuaskan.
Revitalisasi efek melalui penugasan kembali.
Memanfaatkan program pengembangan secara mandiri yang didasarkan pada kenyataan.
Mengubah sikap manajerial kearah peduli tehadap karyawan yang mencapai taraf tidak ada
kemajuan dalam karier.
Mengembangkan Karier
Pengembangan karier dapat didefinisikan sebagai :
1. Suatu usaha formal, terorganisasi, dan terencana untuk mencapai keseimbangan antara
kebutuhan karier individu dan tuntutan angkatan kerja organisiasional, dan
2. Suatu usaha yang terus menerus secara formal dilakukan oleh organisasi yang berfokus pada
pengayaan sumber daya manusia organisasi, dalam rangka memenuhi kebutuhan baik
individu maupun organisasi.
Publikasi ilmiah dapat dimaknai sebagai upaya untuk menyebarluaskan suatu karya
pemikiran seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk laporan penelitian,
makalah, buku atau artikel. Publikasi ilmiah yang dilakukan guru pada dasarnya
merupakan
wujud dari profesionalisme guru.
Steven R.Covey, (BPSDMKemendikbud, 2012) menyebutkan bahwa kegiatan publikasi ilmiah adalah salah
satu bentuk upaya untuk memperbaharui mental.
Di Indonesia, kegiatan publikasi ilmiah di kalangan guru tampaknya mulai populer
pada pertengahan tahun 90-an, seiring dengan dikukuhkannya guru sebagai jabatan
fungsional (Kepmenpan No. 84/1993). Jika ditelaah lebih dalam, Isi Keputusan
Menteri ini sebenarnya telah memberikan pesan tidak langsung kepada kita bahwa
pada dasarnya guru adalah seorang ilmuwan. Hal ini sejalan dengan pemikiran
Oemar Hamalik (2003) bahwa salah satu peran guru adalah sebagai ilmuwan, yang
berkewajiban tidak hanya menyampaikan pengetahuan yang dimiliki kepada
muridnya, akan tetapi juga berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu dan
terus menerus memupuk pengetahuan yang dimilikinya. Dengan kata lain, guru
berkewajiban untuk membangun tradisi dan budaya ilmiah, salah satunya dalam
bentuk Publikasi Ilmiah.
Kegiatan publikasi ilmiah guru semakin diperkuat dengan hadirnya Permenpan dan
RB No. 16 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Semula kewajiban
publikasi ilmiah hanya dikenakan kepada guru yang akan naik pangkat dari
Golongan IV.a ke atas. Namun berdasarkan Permenpan dan RB ini, kegiatan publikasi
ilmiah guru harus dilakukan oleh guru yang akan naik ke golongan III.c
Merujuk pada Permenpan dan RB No. 16 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya, berikut ini disajikan bentuk-bentuk kegiatan publikasi ilmiah yang
dapat dilakukan guru dalam rangka pengembangan keprofesian berkelanjutan:
1. Presentasi pada forum ilmiah:
Menjadi pemrasaran/nara sumber pada seminar atau lokakarya ilmiah
Menjadi pemrasaran/nara sumber pada koloqium atau diskusi ilmiah
2. Melaksanakan publikasi Ilmiah hasil penelitian atau gagasan ilmu pada
bidang pendidikan formal.
Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang
pendidikan di sekolahnya, diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk buku
ber ISBN dan diedarkan secara nasional atau telah lulus dari penilaian
BNSP
Membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang
pendidikan di sekolahnya, diterbitkan/dipublikasikan dalam majalah/jurnal
di perpustakaan.
Membuat Tulisan Ilmiah Populer di bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikannya:
Membuat Artikel Ilmiah Populer di bidang pendidikan formal dan
provinsi.
Membuat Artikel Ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikannya dan dimuat di
jurnal tingkat lokal (kabupaten/kota/ sekolah/madrasah
3.
dst.nya).
Melaksanakan publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan
pedoman guru:
Membuat buku pelajaran per tingkat/buku pendidikan per judul:
Pendidikan Provinsi.
Digunakan di tingkat kota/kabupaten dengan pengesahan
ISBN.
Buku dalam bidang pendidikan dicetak oleh penerbit tetapi
belum ber-ISBN.
Membuat karya hasil terjemahan yang dinyatakan oleh kepala
Dari uraian di atas tampak bahwa sesungguhnya banyak pilihan publikasi ilmiah
yang bisa diambil guru dalam rangka mewujudkan profesionalismenya. Dadang S.
Anshori (2008) mengatakan bahwa mempublikasikan tulisan berarti mengibarkan
bendera keilmuan. Oleh karena itu, mari kita kibarkan keilmuan kita masing-masing
kepada khalayak melalui aneka karya tulis kita. Dengan membaca kita
mengenal dunia, dan dengan menulis dunia mengenal kita.
1. Pembelajaran Aktif
Baik Pendekatan Cara belajar siswa aktif (CBSA) maupun pendekatan Keterampilan
Proses (PKP), sangat mengutamakan tingkat keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Suasana pembelajaran aktif dapat memberikan atmosfer berbeda di dalam
ruang kelas. Sementara itu pembelajaran yang pasif dapat menimbulkan suasana
pembelajaran yang monotan dan menjemukan, karena satu-satunya sumberasan.
pengetahuan dikelas adalah guru.
Hal yang paling utama yang menjadi keaktifan siswa di dalam kelas adalah munculnya
rasa ingin tahu, ketertarikan dan minat siswa terhadap hal yang sedang dipelajari. Untuk itu,
melalui berbagi teknik dan metode, guru harus berusaha sebisa mungkin untuk menciptakan
suasana sedemikian rupa guna memicu rasa kepenasaran siswa aktif bertanya,
mempertanyakan mengemukakan gagasan.
Anda tahu bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan faktor
penting, kegiatan aktif ini seharusnya tidaklah hanya berupa keterlibatan secara fisik
belaka, tetapi hal yang lebih utama adalah keterlibatan mental atau intelektual, khususnya
keterlibatan intelektual-emosional. Keterlibatan intelektual memberi peluang terjadinya
asimilasi atau akomodasi kognitif terhadap pengetahuan baru, serta terbentuknya metakognisi (kesadaran dan kemampun untuk mengendalikan proses kognitifnya itu).[1]
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam upaya mengoptimalkan
keaktifan murid dalam belajar, baik dipandang dari pihak pebelajar, maupun dari pihak
pengelola proses pembelajaran. Proses-proses belajar itulah yang harus diperhatikan dalam
menerapkan CBSA, yaitu :
1. Penumbuhan motivasi, baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik;
2. Pemantapan latar dari materi yang akan dipelajari, khususnya pemberian apersepsi /
kaitan;
3. Mengupayakan keterarahan terhadap suatu fokus, seperti suatu konsep inti ataupun
permasalahan sehingga siswa dapat memusatkan perhatian serta mengaitkan /
menghubungkan keseluruhan bahan yang sedang dipelajari;
4. Belajar sambil bekerja, sambil bermain, ataupun kegiatan lainnya;
5. Penyesuaian dengan perbedaan individual;
6. Peluang untuk bekerjasama dengan berbagai pola interaksi;
7. Peluang untuk menemukan sendiri informasi / konsep
8. Penumbuhan kepekaan mencari masalah dan memecahkannya;
9. Mengupayakan keterpaduan, baik asimilasi maupun akomodasi kognitif; [2]
Untuk mewujudkan prinsip belajar diatas, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, antara lain:
1. Mengupayakan variasi kegiatan dan suasana belajar dengan penggunaan berbagai strategi
pembelajaran;
2. Menumbuhkan prakarsa siswa untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran;
3. Mengembangkan berbagai pola interaksi dalam pembelajaran, baik antara guru dan siswa
maupun antar siswa;
4. Menggunakan berbagai sumber belajar, baik yang dirancang / by design (buku pelajaran,
media pembelajaran, model kerangka manusia dll) maupun yang di manfaatkan / by
utilization (tumbuhan, hewan, lingkungan, pasar dll);
5. Pemantauan yang intensif dan diikuti dengan pemberian balikan yang spesifik juga
segera. [3]
2. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran menyenangkanyang
bisa membuat siswa terbebas dari kejenuhan-kejenuhan pembelajaran. Model pembelajaran
inovatif ini tentunya berbed jauh dari model pembelajaran konvensional yang memang
sudah menjadi kebiasaan dalam pembelajaran. Guru mencoba untuk menanamkan
pemikiran "Learning is fun" kepada semua peserta didiknya yang merupakan kunci yang
diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di
pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat
waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.[4]
3. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif menekankan pada pengembangan kreatifitas, baik pengembangan
kemampuan imajinasi dan daya cipta (mengarang, membuat kerajinan tangan,
mempraktekkan kesenian dll) maupun pengembangan kemampuan berpikir
kreatif. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif haruslah seimbang dengan kemampuan
berpikir rasional logis.
Kreatifitas merupakan tahap paling tinggi dalam pengembangan kemampuan belajar
seseorang. Untuk menumbuhkan kreatifitas cukup sulit dilakukan, jika dalam proses yang
berlangsung tidak memberikan keaktifan bagi siswa.
Bagi siswa, pengembangan kemampuan berpikir kretaif melalui pembelajaran kreatif,
akan menjadi bekal yang sangat berharga untuk menghadapi tantangan dan permasalahan
di masa depan, yang tentunya akan berubah seiring perubahan zaman dan peradaban.[5]
4. Pembelajaran Efektif
Aspek efektifitas pembelajaran merupakan kriteria penting dalam setiap pembelajaran.
Suatu pembelajaran disebut efektif manakala pembelajaran tersebut telah mencapai tujuan
pendidikan. Tujuan yang diinginkan dalam pembelajaran itu mencakup pada penguasaan
IPTEKS sebagai bahan ajar, pembentukan keterampilan atau kemampuan belajar yang lebih
efektif dan efisien (belajar mengenai bagaimana cara belajar), bahkan pembentukan
kemampuan meta-kognisi (kemampuan pengendalian proses kognitif itu sendiri). [6]
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mendidik, yang secara serentak
dapat memenuhi dua sisi penting dari tujuan pendidikan disekolah, yakni:
1. Memiliki atau menguasai ilmu pengetahuan, teknolog, dan seni (IPTEKS);
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik
dan menyediakan pojok baca
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar
kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.
PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM atau
pembelajaran di kelas. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan
yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel
beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang bersesuaian.[13]
Kemampuan Guru
Guru memberi
a.
b.
Gambar
c.
Studi kasus
d.
Nara sumber
e.
Lingkungan
Siswa:
c.
d.
e.
Guru memberi
Melalui:
kesempatan kepada siswa
Diskusi
untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri
Lebih banyak pertanyaan terbuka
secara lisan atau tulisan
Hasil karya yang merupakan anak sendiri
Guru menyesuaikan
bahan dan kegiatan
belajar dengan
kemampuan siswa
menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun
dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan PAIKEM.[3]
A. Keimpulan
1. Yang di maksud dengan Pembelajaran PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka
mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan peserta didik
belajar sambil bekerja.
2. Prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM antara lain: Mengalami,Komunikasi, Interaksi,
Refleksi.
3. Landasan Teoritis Srategi Pembelajaran PAIKEM adalah melalui pendekatan lingkungan
pembelajaran menjadi bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep
dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya.
4. Cara menerapkan PAIKEM Dalam Proses Pembelajaran adalahdengan melihat berbagai
kegiatan yang terjadi selama KBM atau pembelajaran di kelas. Pada saat yang sama,
gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan
keadaan tersebut.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEMadalah :
a. Memahami sifat yang dimiliki anak
b. Mengenal anak secara perorangan
c. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
d. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan
masalah
e. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
f. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
g. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
B. Saran
Bagi para pembaca apabila terdapat kesalahan di dalam makalah ini kami penulis
mengharapkan partisipasinya untuk memberikan kritik dan saran yang membangun guna
terciptanya makalah yang lebih baik lagi.
5EBF52A9
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
penemuan;
2. strategi belajar, menggunakan pendekatan integratif pada pembelajaran daripada
kontinyu/otentik;
4. penanaman atau perubahan sikap dan nilai, mungkin mendorong timbulnya sikap
masalah yang memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak para penelitinya dan
waktunya terlalu lama;
3. Pernyataan masalahnya harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental
(1)
(2)
(3)
(4)
No
Masalah
Rumusan
Rendahnya kemampuan
Pengelolan
interaksi
guru-siswa-siswa
mestinya memungkinkan setiap siswa untuk
aktif terlibat dalam proses pembelajaran,
tetapi dalam kenyataan interaksi hanya
terjadi antara guru dengan beberapa siswa.
No
Masalah
Rumusan
Proses
pembelajaran
bahasa
Inggris
mestinya memberi kesempatan kepada
siswa untuk belajar menggunakan bahasa
tsb. secara komunikatif, tetapi dalam
kenyataannya
kegiatan
pembelajaran
terbatas pada kosakata, lafal dan struktur.
2. Analisis Masalah
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui demensi-dimensi masalah yang
mungkin ada untuk mengidentifikasikan aspek-aspek pentingnya dan untuk memberikan
penekanan yang memadai.
Analisis masalah melibatkan beberapa jenis kegiatan, bergantung pada kesulitan yang
ditunjukkan dalam pertanyaan masalahnya; analisis sebab dan akibat tentang kesulitan
yang dihadapi, pemeriksaan asumsi yang dibuat kajian terhadap data penelitian yang
tersedia, atau mengamankan data pendahuluan untuk mengklarifikasi persoalan atau
untuk mengubah perspektif orang-orang yang terlibat dalam penelitian tentang
masalahnya. Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan melalui diskusi di antara para peserta
penelitian dan fasilitatornya, juga kajian pustaka yang berhubungan.
No
1
Masalah
Rumusan
Rendahnya
kemampuan
Hipotesis Tindakan
Jika
tingkat
kekritisan
pertanyaan Siswa SMPN Kelas
IX dijadikan penilaian
kualitas
setelah
partisipasi
mereka
Rendahnya
keterlibatan siswa
Rendahnya
proses
kualitas Proses
pembelajaran
bahasa Inggris mestinya
memberi kesempatan
pembelajaran
bahasa Inggris
kepada
siswa
untuk
belajar
menggunakan
ditinjau dari tujuan
bahasa tsb. secara
mengembangkan
keterampilan
berkomunikasi
dalam bahasa
berbahasa Inggris,
komunikatif, tetapi dalam pembelajaran
kenyataannya
kegiatan meningkat.
pembelajaran
terbatas pada kosakata,
pada
kualitas
akan
No
Masalah
tersebut
Rumusan
Hipotesis Tindakan
Usulan
Penelitian
Tindakan
A. Judul Penelitian
Judul hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup jelas menggambarkan
masalah yang akan diteliti dan tindakan untuk mengatasi masalahnya.
B. Bidang Kajian
Tuliskan bidang kajian penelitian
C. Pendahuluan
Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan
pembelajaran. Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti
merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di sekolah, dan diagnosis
dilakukan oleh guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah.
Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan
mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi
ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lainnya yang dapat
memperlancar
penelitian
tersebut.
Setelah
diidentifikasi
masalah
penelitiannya, maka selanjutnya perlu dianalisis dan dideskripsikan secara
cermat akar penyebab dari masalah tersebut. Penting juga digambarkan
situasi kolaboratif antar anggota peneliti dalam mencari masalah dan akar
penyebab munculnya masalah tersebut. Prosedur yang digunakan dalam
identifikasi masalah perlu dikemukakan secara jelas dan sistematis.
E. Kajian Pustaka
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan
gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan. Kemukakan
juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan
untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan
untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam
penelitian. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang
menggambarkan
indikator
keberhasilan
tindakan
yang
diharapkan/diantisipasi.
G. Jadwal Penelitian
Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk Gantt
chart. Jadwal kegiatan penelitian disusun selama 10 bulan.
H. Biaya Penelitian
Kemukakan besarnya biaya penelitian secara rinci dengan mengacu kepada
kegiatan penelitian.
Rekapitulasi biaya penelitian:
I. Personalia Penelitian
Jumlah personalia penelitian maksimal 5 orang, yang terdiri dari :
1
orang Ketua Peneliti (dosen LPTK), 4 orang anggota peneliti yang dapat
terdiri dari 1 orang dosen LPTK dan 3 orang guru dan/atau tenaga
kependidikan lainnya di sekolah, atau 4 orang guru/tenaga kependidikan di
sekolah. Jumlah guru minimal 2 orang dan harus lebih banyak dari jumlah
dosen. Uraikan peran guru, jumlah waktu yang digunakan dalam setiap
bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini sekurang-kurangnya
dilakukan oleh 3 orang peneliti, yang 1 orang sebagai Ketua Peneliti (dosen
LPTK) dan 2 orang guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah.
Rincilah nama personalia tim peneliti, golongan, pangkat, jabatan, dan
lembaga tempat tugas, sama dengan yang tercantum dalam Lembar
Pengesahan no.2.
Lampiran-lampiran
1. Daftar Pustaka, yang dituliskan secara konsisten menurut model APA, MLA
atau Turabian.
2. Riwayat Hidup Ketua Peneliti dan Anggota Peneliti (Cantumkan pengalaman
penelitian yang relevan sampai saat ini).
Pendahuluan .............................................................................
II.
III.
IV.
V.
3. Kajian Pustaka
Menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang relevan yang memberi
arah ke pelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun argumen teoritik
bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu
proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan
teori. Bab ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan/atau hipotesis
tindakan.
4. Pelaksanaan Penelitian
Mengandung unsur: deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran, karakteristik
siswa di sekolah sebagai subjek penelitian. Kejelasan tiap siklus: rancangan,
pelaksanaan, cara pemantauan beserta jenis instrumen, usaha validasi
hipotesis dan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional
danfeasible serta collaborative.
5. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan
tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan
hal yang mendasar yaitu hasil perubahan (kemajuan) pada diri siswa,
lingkungan, guru sendiri, motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas, hasil
belajar. Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang
menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik
dan jelas.
6. Kesimpulan dan Saran
Menyajikan simpulan hasil penelitian (potret kemajuan) sesuai dengan tujuan
penelitian. Berikan saran tindak lanjut berdasarkan pembahasan hasil
penelitian.
7. Daftar Pustaka
Memuat semua sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian secara
alphabetis.
8. Lampiran-Lampiran
Memuat instrumen penelitian, personalia tenaga peneliti, riwayat hidup
masing-masing peneliti, data penelitian, dan bukti lain pelaksanaan penelitian.
Tematik integrative
Latar Belakang
Mengacu pada kerangka dasar kurikulum 2004 disebutkan bahwa 50% dari jam yang ada di
kelas I dan II Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI) untuk pembelajaran membaca,
menulis dan berhitung (CaLisTung) menggunakan pendekatan tematik. Selain itu, Peraturan
Menteri nomor 22 tahun 2006 memperkuat pentingnya pembelajaran pendekatan tematik untuk
kelas I, II dan III. Disamping itu berdasarkan Permendiknas nomor 41 Tahun 2007 tentang
standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang menyatakan bahwa
pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.
Dengan demikian, maka guru yang mengajar di kelas I III sekolah dasar menggunakan
pendekatan pembelajaran tematik, sedangkan yang mengajar di kelas IV VI berdasarkan
bidang studi.
Kurikulum tahun 2013 mengakomodir keseimbangan antara soft skils dan hard skills yang
meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Kompetensidikembangkan
melalui pembelajaran tematik terpadu yang dilaksanakan denganpendekatan sains.Pada
kurikulum 2013 pembelajaran tematik terpadu diberlakukan di seluruh kelas di sekolah dasar,
yang meliputi seluruh mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dengan tema sebagai
pemersatu. Namun kenyataannya belum semua guru yang mengajar di SD memiliki pengalaman
mengajar menggunakan pendekatan pembelajaran tematik, khususnya guru yang mengajar di
kelas tinggi (kelas IV-VI), padahal kurikulum 2013 sudah memberlakukan pembelajaran tematik
disemua kelas. Oleh karena itu, pengetahuan tentang pengelolaan pembelajaran tematik
terpadu sangat diperlukan bagi semua guru yang mengajar di SD.
Invitasi/apersepsi
Pada tahap ini guru melakukan brainstrorming dan menghasilkan kemungkinan topik untuk
penyelidikan. Topik dapat bersifat umum atau khusus, tetapi harus mampu menimbulkan minat
siswa dan memberikan wilayah yang cukup untuk penyelidikan.
Eksplorasi
Pada tahap ini siswa dibawah bimbingan guru mengidentifikasi topik penyelidikan. Pengumpulan
data dan informasi selengkap-lengkapnya tentang materi dapat dilakukan dengan bertanya
(wawancara), mengamati, membaca, mengidentifikasi, serta menganalisis (menalar) dari
sumber-sumber langsung (tokoh, obyek yang diamati) atau sumber tidak langsung misalnya
buku, koran, atau sumber informasi publik yang lain.
Mengusulkan penjelasan/solusi
Pada tahap ini seluruh informasi, temuan, sintesa yang telah dikembang kan dalam proses
penyelidikan dibahas dengan teman secara berpasang an / dalam kelompok kecil. Saling
mengkomunikasikan hasil temuan, menguji hipotesis kemudian melaporkan / menyajikannya di
depan kelas untuk menggambarkan temuan setelah pembahasan.
Mengambil tindakan
Berdasarkan temuan yang dilaporkan, siswa menindaklanjuti dengan menyusun simpulan serta
penerapan dari temuan-temuannya. Untuk mengungkap pengetahuan dan penguasaan siswa
terhadap materi dapat dilakukan melalui evaluasi.
Penilaian pembelajaran tematik menggunakan 5 (lima) domain, yaitu 1) Konsep; 2) Proses; 3)
Aplikasi; 4) Kreativitas dan 5) Sikap. Penilaian otentik sesuai diterapkan dalam penilaian
pembelajaran tematik integrative.
Menginventarisir tema
Beberapa mata pelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indicator akan diikat dengan
tema. Tema merupakan media pemersatu agar penyajian pembelajaran bisa terintegrasi. Tema
sebaiknya tidak terlalu luas tetapi juga jangan terlalu sempit. Tema yang terlalu luas bisa
dijabarkan menjadi sub-sub tema atau anak tema yang lebih spesifik. Sub tema tersebut
kemudian dijabarkan dalam materi pembelajaran seperti contoh dalam skema berikut:
Pemetaan
Pemetaan mata pelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator ke dalam tema
merupakan dasar penyusunan matrik. Pemetaan bisa dilakukan dengan menggunakan format
berikut:
Menyusun matrik
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar dari beberapa mata
pelajaran yang bisa disatukan dalam sebuah tema dalam bentuk matriks. Dengan jaringan tema
tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata
pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
Pembelajaran 1
Mempelajari Silabus
Mempelajari Silabus yang nantinya akan dijabarkannya ke dalam RPP
Senam Kesegaran Jasmani atau sering disingkat dengan SKJ adalah senam massal yang
diwajibkan oleh pemerintah Indonesia. Senam ini biasanya diiringi oleh lagu berirama dari
berbagai provinsi yang diaransemen ulang dan biasanya dilakukan oleh sekelompok peserta
besar. SKJ biasa dilakukan di tempat-tempat umum di Indonesia di hari-hari tertentu dalam satu
minggu, yaitu hari Jumat pagi. Senam ini beserta musik yang mengiringinya menjadi sangat
populer pada tahun '80-an dan '90-an saat masa pemerintahanOrde Baru.
diskusi
kelompok
dan
presentasi
laporan
hasil
kata dalam kamus bahasa Indonesia secara sistematis dan benar.Menteri Koordinator Kesra
yang menyoroti hasil penelitian tahun 1993 itu menyebutkan , bahwa kegagalan tersebut
disebabkan pengajaran para guru hanya mementingkan penguasaan huruf tanpa penguasaan
makna
(Balikbang
Dipbuk
RI
94)
Bukti lain kelemahan sebagaian guru ditunjukkan oleh hasil penelitian psiologi yang
melkibatkann responden sebanyak 1975 siswa SD Negeri dan Swasta di Jakarta. Penelitian untuk
disertasi doctor fakultas Psikologi UI itu menghasilkan kesimpulan bahwa guru di sekolahsekolah dasar tersebut tidak mamapu mengidentifikasi siswa berbakat (Anonim, 1993).
Kenyataan-kenyataan negative seperti ini cepat atau lambat akan menjatuhkan prestise (wibawa
yang berkenaan dengan prestasi), khususnya prestise profesionalisme para guru. Ironisnya,
kemerosotan prestise profesional sering diikuti dengan kemerosotan prestise sosial dan prestise
material (mutrofin 1993). Yaitu bahwa para guru kini kurang dihargai masyarakat.
B.
Rumusan
Masalah
Melihat pendidikan di negara kita yang mutunya masih kurang baik maka pemerintah harus
segera memperbaiki agar mutu pendidikan di Indonesia bisa terangkat dan dapat disejajarkan
dengan negara asia lainnya. Didalam meningkatkan mutu pendidikan di ndonesia peran guru
sangat penting maka sangatlah dibutuhkan para guru-guru yang profesional. Untuk itu, seorang
guru harus mampu meningkatkan profesionalismenya sebagai seorang pendidik.Sehingga dapat
dirumuskan masalah Upaya-upaya apakah yang dapat meningkatakan profesionalisme guru .
C.
Manfaat
dan
Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai panduan atau dapat juga untuk menambah pengetahuan
seorang guru sebagai pendidik tentang bagaimana untuk meningkatkan profesionalisme guru
agar dapat menjadi seorang guru yang profesional dan dapat memajukan mutu pendidikan di
Indonesia
yang
saat
ini
mutunya
masih
tergolong
rendah.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Guru
Sebagai
Suatu
Profesi
Untuk memahami guru sebagai profesi tampaknya perlu dipahami pengertian guru dan profesi
(professional). Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mengajar, mendidik,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.. pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pengertia
profesi adalah pekerjaan ataui kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Jadi guru yang professional
adalah pendidik yang tugasnya meliputi mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik di sekolah tugas itu menjadi sumber
penghasilan kehiduoan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan, yang
memerlukan standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Peranan
professional
guru
m,encakup
tiga
bidang
layanan
yaitu
:
1.
Layanan
Instruksional
Tugas utama seorang instruktur membelajarkan warga belajar dan memiliki syarat harus
memiliki;
wewenang
dan
daya
wibawa.
Wewenang yaitu hak untuk membuat ketentuan/ keputusan yang mempengaruhi peluang orang
untuk melakukan tindakan.Sesuatu yang diberikan / diimplikasikan pada seseorang..Daya
wibawa yaitu pancaran batin yang dapat menimbulkan pada pihak lain sikap untuk mengakui,
menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas kekuasaan tersebut,.
Lima
macam
daya
wibawa
yang
harus
dimiliki
oleh
seorang
guru;
a.
Attractive
power
(
daya
wibawa
kememikatan
)
b.
Expert
power
(
daya
wibawa
keahlian)
c.
Reward
power
(Daya
wibawa
kepahalan)
d.
Coercive
power
(daya
wibawa
hukuman)
e.
Legitimate
power
(daya
wibawa
keberabsahan)
2.
Layanan
Bantuan
Tugas guru yang bertalian dengan usaha untuk membantu murid mengatasi :
a.
Masalah
belajar
b.
Masalah
pribadi
Oleh
sebab
itu
guru
perlu
memahami
program
bimbingan
Konseling
3.
Layanan
Administrasi
Menuntut
guru
untuk
memahami
:
a.
Bagaimana
sekolah
dikelolah
dan
apa
peranan
guru
di
dalamnya.
b. Bagaimana memanfaatkan procedure dan mekanisme pengelolahan sekolah demi kelancaran
tugas
guru.
c.
Bagaimana
guru
bertindak
sesuai
etika
jabatannya
d. Bagaimana guru bersikap terhadap tugas mengajar serta dengan personalia pendidikan yang
ikut
menentukan
keberhasilan
tugas
mengajarnya.
Umumnya, kita mengatakan mengajar adalah suatu profesi, sedangkan guru adalah pelaksana
dari profesi mengajarr itu. Dalam kaitan dengan keprofesionalan guru inilah, undang-undang
guru dan dosen mengemukakan prinsip-prinsip keprofeionalan guru sebagai berikut :
a.
Memiliki
bakat
minat
panggilan
jiwa
dan
idealisme
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak
mulia.
c. Memiliki kualifikasi akademi dan latarbelakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya.
d.
Memiliki
kompotensi
yang
diperlukan
sesuia
dengan
bidang
tugasnya.
e.
Memiliki
tanggungjawab
atas
pelaksanaan
tugas
keprofesionalan.
f.
Memperoleh
penghasilan
ditentukan
sesuai
dengan
prestasi
kerja.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar
sepanjang
hayat.
h. Memilki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru.
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan, mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan
tugas
keprofesionalan
guru.
Selain prinsip-prinsip profeionalisme guru yang dikemukakan dalam undang-undang guru dan
dosen di atas, dikemukakan pula sebagia pembanding syarat-syarat profesi keguruan yang
pernah dikemukakan oleh National Education Assosiation (NEA) 1948 sbb :
a.
Jabatan
yang
melibatkan
kegiatan
intelektual
b.
Jabatan
yang
menggeluti
suatu
batang
tubuh
ilmu
yang
khusus
c.
Jabatn
yang
memerlukan
persiapan
profeional
yang
lama
d. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yag berkesinambungan
e.
Jabatan
yang
menjanjikan
karir
hidup
dan
keanggotaan
permanen.
f.
Jabatan
yang
menentukan
baku(Standarnya
sendiri)
g.
Jabatan
yang
mementingkan
layanan
di
atas
keuntungan
pribadi
h.
Jabatan
yang
mempunyai
organisasi
yang
kuat
dan
terjamin
erat
Bila kita mencermati prinsip-prinsip profesional di atas, kondisi kerja pada dunia pendidikan di
Indonesia
masih
memiliki
titik
lemah
pada
hal-hal
berikut
1) Kualifikasi dan latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan bidang tugas. Di lapangan
banyak di antara guru mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kualifikasi
pendidikan
dan
latar
belakang
pendidikan
yang
dimilikinya.
2) Tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas. Guru profesional seharusnya
memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial.Oleh
karena itu, seorang guru selain terampil mengajar, juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak,
dan
dapat
bersosialisasi
dengan
baik.
3) Penghasilan tidak ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. Sementara ini guru yang
berprestasi dan yang tidak berprestasi mendapatkan penghasilan yang sama. Memang benar
sekarang terdapat program sertifikasi. Namun, program tersebut tidak memberikan peluang
kepada seluruh guru. Sertifikasi hanya dapat diikuti oleh guru-guru yang ditunjuk kepala sekolah
yang
notabene
akan
berpotensi
subjektif.
4) Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan profesi secara berkelanjutan. Banyak guru
yang terjebak pada rutinitas. Pihak berwenang pun tidak mendorong guru ke arah
pengembangan
kompetensi
diri
ataupun
karier.
Hal itu terindikasi dengan minimnya kesempatan beasiswa yang diberikan kepada guru dan
tidak adanya program pencerdasan guru, misalnya dengan adanya tunjangan buku referensi,
pelatihan
berkala,
dsb.
Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai he does his job well. Artinya, guru haruslah
orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak mengerti dan memahami peserta didik. Guru
harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap
integritas profesional. Dengan integritas barulah, sang guru menjadi teladan
atau
role
model.
Ada
10
ciri
guru
professional
1.
Selalu
punya
energi
untuk
siswanya
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan
mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama.
2.
Punya
tujuan
jelas
untuk
Pelajaran
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk
memenuhi
tujuan
tertentu
dalam
setiap
kelas.
3.
Punya
keterampilan
mendisiplinkan
yang
efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa
mempromosikan
perubahan
perilaku
positif
di
dalam
kelas.
4.
Punya
keterampilan
manajemen
kelas
yang
baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat
memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif,
membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.
5.
Bisa
berkomunikasi
dengan
Baik
Orang
Tua
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka
selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum,
disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi panggilan
telepon,
rapat,
email
dan
sekarang,
twitter.
6.
Punya
harapan
yang
tinggi
pada
siswa
nya
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa
dikelasnya
untuk
selalu
bekerja
dan
mengerahkan
potensi
terbaik
mereka.
7.
Pengetahuan
tentang
Kurikulum
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan
standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga memastikan pengajaran mereka
memenuhi
standar-standar
itu.
8.
Pengetahuan
tentang
subyek
yang
diajarkan
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki
pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap
untuk menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja
sama
dengan
bidang
studi
lain
demi
pembelajaran
yang
kolaboratif.
9. Selalu memberikan yang terbaik untuk Anak-anak dan proses Pengajaran
Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa
mempengaruhi siswa dalam kehidupan mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang
mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak
dewasa.
10.
Punya
hubungan
yang
berkualitas
dengan
Siswa
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat menghormati
dengan
siswa
dan
membangun
hubungan
yang
dapat
dipercaya
Menyadari banyaknya guru yang belum memenuhi kriteria profesional, guru dan penanggung
jawab pendidikan harus mengambil langkah. Hal-hal yang dapat dilakukan di antaranya :
(1)
Penyelenggaraan
pelatihan.
Dasar profesionalisme adalah kompetensi. Sementara itu,pengembangan kompetensi mutlak
harus
berkelanjutan.
Caranya,tiada
lain
dengan
pelatihan.
(2) Pembinaan perilaku kerja. Studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-20
dan penelitian-penelitian manajemen dua puluh tahun belakangan bermuara pada satu
kesimpulan utama bahwa keberhasilan pada berbagai wilayah kehidupan ternyata ditentukan
oleh
perilaku
manusia,
terutama
perilaku
kerja.
(3) Penciptaan waktu luang. Waktu luang (leisure time) sudah lama menjadi sebuah bagian
proses pembudayaan. Salah satu tujuan pendidikan klasik (Yunani-Romawi) adalah menjadikan
manusia makin menjadi "penganggur terhormat", dalam arti semakin memiliki banyak waktu
luang untuk mempertajam intelektualitas (mind) dan kepribadian (personal).
(4) Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan mampu "membangun"
manusia muda dengan penuh percaya diri, guru harus memiliki kesejahteraan yang cukup.
B.
Kompetensi
Guru
Profesional
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.045/U/2002, kompetensi diartikan
sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai
syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas tugas sesuai dengan
pekerjaan
tertentu.
Sedangkan menurut Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen ,
dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan , keterampilan dan prilaku yang
harus dimiliki , dihayati dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
Menurut PP RI No. 19/ 2005 tentang standar Nasional Pendidikan pasal 28, dinyatakan bahwa
pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi , yakni
kompetensi pedagogic, kepribadian, professional, dan social.Dalam konteks itu maka kompotensi
guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan
dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang
guru yang dipersyaratkan beserta kompetensi inti guru sebagaimana dikehendaki dalam
Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2001 yang diuraikan sebagai berikut :
a.
Kompetensi
Pedagogik
Kompetensi Pedagogik terdiri dari beberapa kompetensi inti guru yang berkenaan dengan
pemahaman terhadap peserta didik , pengelolaan pembelajaran yang mendidik , dan berbagai
5) Memanfaatkan
mengembangkan
tekhnologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
berkomunikasi
dan
diri.
Kompetensi
Kognitif
Guru
(
kecakapan
ranah
cipta)
Kompetensi utama yang wajib dimiliki oleh setiap calonguru dan guru professional yang
mengandung bermacam-macam pengetahuan baik deklaratif maupun procedural.
Pengethaunan deklaratif merupakan ppengetahuan yang relative statis normative dengan
tatanan yang jelas dan dapat diungkapkan dengan lisan sedangkan pengetahuan procedural
adalah pengetahuna praktis dan dinamis yang mendasari untuk melakukan sesuatu (Beste 1989,
Anderson 1990). Pengetahuan dan keterampilan rana cipta dapat dikelompokkan dalam dua
kategori
yaitu
:
a.
Kategori
pengetahuan
pendidikan
/
keguruan
Menurut sifat dan kegunannya disiplin ilmu kependidikan terdiri atas 2 macam yaitu :
pengetahuan kependidikan umum, dan pengetahuan kependidikan khusus. Pengetahuan
pendidikan umum meliputi ilmu pendidikan, psikologi pendidikan, administrasi pendidikan, dan
seterusnya. Sedangkan pengetahuan pendidikan khusus meliputi metode mengajar, metodik
khusus pengajaran materi tertentu, tekhnik evaluasi, praktek guru dan sebagainya.
Ilmu pendidikan umum tiu meliputi segenap pengetahuan kependidikan yang tidak langsung
berhubungan dengan proses belajar mengajar sedangkan ilmu pendidikan khusus langsung
berhubungan
dengan
praktek
pengelolahan
proses
belajar
mengajar.
b.
Kategori
Pengetahuan
bidang
studi
Ilmu pengetahuan materi meliputi semua bidang studi yang akan menjadi keahlian atau
pelajaran yang akakn diajarkan oleh guru. Dalam hal ini penguasaan atas pokok-pokok bahasan
materi pelajaran yang terdapat dalam bidang studi yang menjadi bidang tugas mutlak
diperlukan. Penguasaan guru atas materi-materi bidang studi itu seyognyanya dikaitkan
langsung dengan kependidikan khusus terutama metode khusus dan praktek keguruan. Jenis
kompotensi kognotif yang dimiliki seorang guru adalah kemampuan menstransfer strategi
kognitif pada siswa agar belajar secara efisien dan efektif (Laosong 1991).
Guru diharapkan mampu mengubah pilihan kebiasaan belajar siswa yang bermotif enstrinsik
menjadi proferensi kognitif yang bermotif instrinsik. Upaya ini perlu dilakukan sebab siswa yang
bermotif kognitif ekstrensik biasanya memandang belajar sebagai alat penangkal bahay, ketidak
naikan ,atau ketidak lulusan saja, dengan kata lain siswa hanya belajar untuk mencapai cita-cita
yaitu
asal
lulus
semata.
Kompotensi
afektif
Guru
Kompotensi rana afektif guru bersifat tertutup dan abstrak, sehingga amat sukar untuk
diidentifikasi. Kompotensi rana ini meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi seperti cinta,
benci senang, dan sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain. Namun demikian
kompotensi afektif yang paling penting dan paling penting dan paling sering dijadikan obyek
penelitian dan pembahasan psikologi pendidikan adalah sikap dan perasaan diri yang berprofesi
pada
keguruan.
Sikap
dan
perasaan
itu
meliputi
:
a.
Konsep
diri
dan
harga
diri
guru
Konsep diri guru adalah totslitas sika[p dan presepsi seorrang guru terhadap diri sendiri.
Keseluruhan sikap dan pandangan tersebut dapat dianggap deksripsi kepribadian guru yang
bersangkutan. Sementara itu harga diri guru dapat diartikan sebagai tingkat pandangan dan
penilaian seseorang guru mengenai dirinya sendiri berdasarkan prestasinya. Guru yang
professional memerlukan konsep diri yang tinggi. Guru demikian dalam mengajarnya
memberikan peluang luas kepada para siswa untuk berkreasi disbanding dengan guru yang
konsep dirinya rendah. Guru yang konsep dirinya rendah biasanya lebih banyak berkicau
sehingga tidak sempat memberi peluang kepada siswa untuk berkreasi seperti bertanya dan
menyampaikan
pendapat
akibatnya
para
siswa
menjadi
masyarakat
bisu.
Guru yang memiliki konsep diri yang tinggi umumnya memiliki harga diri pula. Dia mempunyai
keberanian mengajar serta membantu sekuat tenaga pada siswanya agar lebih maju. Fenomena
keberanian mengajar dan mendorong para siswa supaya maju itu didasari oleh keyaknan guru
tersebut terhadap kualitas prestais akademik yang telah ia miliki, Oleh karena itu, untuk
memiliki konsep diri yang positif para guru perlu berusah mencari prestasi akademik setunggitingginya dengan cara banyak belajar terus mengikuti perkembangan zaman.
b.
Efikasi
diri
dan
efikasi
kontekstual
guru
Efikasi guru adalah keyakinan guru terhadap keefktifan kemampuannya sendiri dalam
membangkitkan gairah dan kegiatan para siswanya .Kompetensi ranah rasa ini berhubungan
dengan kompetensi ranah rasa lainnya yang disebut teaching efficacy yang berarti kemampuan
guru dalam berurusan dengan keterbatasan factor di luar dirinya ketika ia mengajar.Artinya
keyakinan guru terhadap kemampuannya sebagai pengajar professional bukan hanya dalam hal
menyajikan materi pelajaran didepan kelas saja, melainkan juga dalam hal memanipulasi
keterbatasan ruang , waktu dan peralatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.
c.
Sikap
penerimaan
terhadap
diri
sendiri
dan
orang
lain
Sikap penerimaan terhadap diri sendiri adalah gejalah ranah rasa seorang guru dalam
berkecenderungan positif atau negative terhadap dirinya sendiri berdasarkan penilaian yang
lugas atas bakat dan kemampuannya.Sikap peneriamaan terhadap dirinya sendiri ini diiringi
dengan rasa puas terhadap kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri guru tersebut.Sebagai
pemberi layanan kepada siswa , guru seyogyanya memiliki sikap positif terhadap dirinya
sendiri .Sebab kompetensi bersikap seperti ini akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
kualitas
dan
kuantitas
layanan
kepada
siswa.
Kompetensi
Psikomotor
Guru
Kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampilan atau kecakapan yang bersifat
jasmaniah yang pelaksanaanya berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar.Guru yang
professional memerlukan penguasaan yangprima atau sejumlah keteram[ilan ranah karsa yang
langsung
berkaitan
dengan
budang
studi
garapannya.
Secara garis besarnya , kompetensi ranah karsa guru terdiri atas dua kategori, yaitu ;
I.
Kecakapan
fisik
umum
Kecakapan fisik umum direfleksikan dalam bentuk gerakan dan tindakan umum jasmani guru
seperti duduk, berdiri, berjalan, berjabat tangan dan sebagainya tidak langsung berhubungan
dengan aktivitas mengajar. Kompetensi rtanah karsa ini selayaknya direfleksikan oleh guru
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
tatakrama
yang
berlaku.
II.
Kecakapan
fisik
khusus
Kecakapan ini meliputi keterampilan-keterampilan eksperesi verbal dan nonverbal tertentu yang
direfleksikan guru terutama ketika mengelola proses belajar mengajar .dalam hal ini
merefleksikan ekspresi verbal guru sangat diharapkan terampil , dalam arti fasih dan l;ancar
berbicara baik ketika menyampaikan uraian materi pelajaran maupun ketika menjawab
pertanyaan- pertanyaan para siswa atau mengomentari sanggahan dan pendapat mereka.
Menurut Permendiknas RI Nomor 16 tahun 2007, empat standar kompotensi utama guru yang
mencakup kompotensi inti guru sebagaimana dikemukakan di atas dikembangkan lagi menjadi
kompotensi guru PAUD/TK/RA, guru kelas SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAKIN.
C.Arti
Penting
Mengajar
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai
pemdidikan kkarena keeratan hubungan antara keduanya. Sebagian orang menganggap
mengajar merupakan bagian dari upaya pendidikan. Mengajar hanya dianggap sebagai salah satu
alat atau cara dalam menyelenggarakan pendidikan, bukan pendidikan itu sendiri. Konotasinya
jelas, karena mengajar hanya merupakan salah satu cara mendidik maka pendidikan pun dapat
berlangsung tanpa pengajaran. Anggapan ini muncul karena adanya asumsi tradisional yang
menyatakan bahwa mengajar itu merupakan kegiatan seorang guru yang hanya menumbuh
kembangkan ranah cipta murid-muridnya, sedangkan ranah rasa dan rana karsa mereka
terlupakan.
Sebagaian orang menganggap bahwa mengajar tidak jauh berbeda dengan mendidik. Oleh
karenanya istilkah mengajar dalam bahasa arab adalah taklim dan dalam bahasa inggris artinya
teaching itu kurang lebih sama artinya dengan pendidikan yakni tarbiyah dalam bahasa arab dan
education
dalam
bahasa
inggris.
Meskipun hingga kini masih banyak orang bersikeras mempertahankan ketidaksamaan anatar
mengajar dan mendidik, dalam kenyataan sehari-hari tidak terdapat perbedaan yang tegas
antara keduanya. Dalam menjalankan tugasnya sebagai penyaji pengajaran khusunya di kelas,
guru tidak hanya dituntut mentransfer pengetahuan atau pelajaran yang ia sajikan kepara para
siswa
melainkan
lebih
daripada
itu.
Dalam artian lebih ideal, mengajar bahkan mengandung konotasi membimbing dan membantu
untuk memudahkan siswa dalam menjalani proses perubahannya sendiri, yakni proses belajar
untuk
meraih
kecepakatan
cipta
rasa
dan
karsa
yang
menyeluruh
dan
Untuk dapat menjalankan tugas dan tanggungjawab guru berkewajiban merealisasikan segenap
upaya yang mengarah pada pengertian membantu dan membimbing siswa dalam melapangkan
jalan menuju perubahan positif seluruh rana kejiwaannya. Dalam hal ini, kegiatan nyata yang
paling utama dalam member bantuan dan biombingan itu adalah mengajar.
Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalm bidang-bidang studi
pendidikan ialah bahwa mengajar itu merupakan peyampaian kpengetahuan dan kebudayaan
pada siswa dengan demikian tujuannya pun hanya berkisar sekitar pencapaian penguasaan siswa
atas sejumlah pengetahuan dan kebudayaan dari pengertian semacam ini timbul gambaran
bahwa peranan dalam proses pengajaran hanya dipegang oleh guru sedangkan murid dibiarkan
pasif.
Arifin (1978) mendefenisikan mengajar sebagai suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan
pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapai, menguasai dan mengembangkan
bahan pelajaran itu. Defenisi itu tidak jauh berbeda dengan defenisi orang awam karena samasama menekankan pengetahuan belakang. Sementara tison dan Carel (1970) menyimpulkan
bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal-balik antara siswa dan
guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Sehubungan dengan defenisi itu Tison dan Carel
menetapkan sebuah syarat yakni apabila interaksi antar personal (guru dan siswa) interjadi
dengan baik maka kegiatan belajar akan terjadi. Sebaliknya jika interaksi guru siswa buruk maka
tindakan belajar siswa pun tidak akan terjadi atau mungkin terjadi tapi tidak sesuai dengan
harapan.
Salah satu ciri pembelajaran efektif adalah mengembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya (Dit-PLP, 2003). Ciri inilah yang dikembangkan
dalam
pembelajaran
KTSP
dan
berkaitan
dengan
filsafat
konstruktivisme.
Tugas penting guru pada pendidikan formal di sekolah di antaranya adalah membantu peserta
didik untuk mengenal dan mengetahui sesuatu, terutama memperoleh pengetahuan. Dalam
pengertian konstruktivisme, pengetahuan itu merupakan "proses menjadi", yang pelan-pelan
menjadi lebih lengkap dan benar. Pengetahuan itu dapat dibentuk secara pribadi dan peserta
didik
itu
sendiri
yang
membentuknya.
Peran guru atau pendidik adalah sebagai fasilitator atau moderator dan tugasnya adalah
merangsang atau memberikan stimulus, membantu peserta didik untuk mau belajar sendiri dan
merumuskan pengertiannya. Guru juga mengevaluasi apakah gagasan peserta didik itu sesuai
dengan gagasan para ahli atau tidak. Sedangkan tugas peserta didik aktif belajar, mencerna, dan
memodifikasi gagasan sebelumnya. Dalam KTSP dianut bentuk pembelajaran yang ideal yaitu
pembelajaran peserta didik aktif dan kritis. Peserta didik tidak kosong, tetapi sudah ada
pengertian awal tertentu yang harus dibantu untuk berkembang. Maka modelnya adalah model
dialogis, model mencari bersama antara guru dan peserta didik. Peserta didik dapat
mengungkapkan gagasannya, dapat mengkritik pendapat guru yang dianggap kurang tepat,
dapat mengungkapkan jalan pikirannya yang lain dari guru. Guru tidak menjadi diktator yang
hanya menekankan satu nilai satu jalan keluar, tetapi lebih demokratis. Dalam KTSP, pendidikan
yang benar harus membebaskan peserta didik untuk berpikir, berkreasi, dan berkembang.
Implementasi KTSP sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim pendidikan yang
memungkinkan tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah bagi setiap guru, mulai dari rumah,
di sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini berkaitan adanya pergeseran peran guru yang semula
lebih sebagai instruktor atau selalu memberi instruksi dan kini menjadi fasilitator pembelajaran.
Guru dapat melakukan upaya-upaya kreatif serta inovatif dalam bentuk penelitian tindakan
terhadap berbagai teknik atau model pengelolaan pembelajaran yang mampu menghasilkan
lulusan
yang
kompeten.
Selaku pengolah kegiatan siswa guru sangat diharapkan menjadi pembimbing dan pembantu
para siswa bukan hanya ketika mereka berada dalam kelas saja melainkan ketika mereka berada
di luar kelas. Khusunya ketika mereka masih berada dalam lingkungan serkolah seperti di
perpustakaan, di laboratorium, dan sebagainya. Dalam hal menjadi pembimbing guru perlu
mengaktualisasikan kemampuannya dalam kegiatan-kegiatan membimbing kegiatan belajar para
siswa
dan
membimbing
pengalaman
belajar
para
siswa.
Membimbing kegiatan belajar siswa khusunya ketika belajar tidak hanya berarti berceramah di
muka kelas tetapi juga memberikan peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk melakukan
aktivitas belajar. Contoh : Jika para siswa diajari menulis maka siswa itulah yang lebih banyak
mendapat peluang menulis bukan guru tugas anda yang penting adalah memberi contoh dalam
dorongan persuasif kepada para siswa serta menata lingkungan sebaik-baiknya, sehingga
memungkinkan mereka belajar dengan mudah. Lingkungan dalam hal ini meliputi guru, papan
tulis, pensil, dan buku tulis para siswa serta perlengkapan lainnya yang berada di ruang kelas.
Dari contoh di atas dapat dipahami bahwa tradisi mengajar dengan mendominasi kegiatan kelas
seperti menulis pada papan tulis terus menerus taua mendikteklan teks kepada siswa hingga
akhir jam pelajaran tidak dapat dipandang lagi sebagai kegiatan mengajar yang sesungguhnya.
Sebab cara-cara seperti itu sulit diharapkan dan dapat menimbulkan kegiatan siswa. Padahal
salah satu arti pemting perbuatan mengajara adalah dalam rangka menimbulakan bahkan
memudahkan
belajar
siswa.
Dengan KTSP, guru mengajar supaya peserta didik memahami yang diajarkan dan mampu
memanfaatkannya dengan menerapkan pemahamannya baik untuk memahami alami
lingkungan sekitar maupun untuk solusi atau pemecahan masalah sehari-hari. Kegiatan
mengajar bukan sekedar mengingat fakta untuk persediaan jawaban tes sewaktu ujian. Akan
tetapi, kegiatan mengajar juga diharapkan mampu memperluas wawasan pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, dan menumbuhkan sejumlah sikap positif yang direfleksikan
peserta didik melalui cara berpikir dan cara bertindak atau berperilaku sebagai dampak hasil
belajamya. Oleh karena itu cara guru mengajar perlu diubah. Ditinjau dari esensi proses
pembelajarannya, perlu adanya pengubahan paradigma "mengajar" (teaching) menjadi
"membelajarkan" (learning how to learn) sehingga proses belajarnya cenderung dinamis dan
bersifat praktis dan analitis dalam dua dimensi yaitu: pengembangan proses eksplorasi dan
proses kreativitas. Proses eksplorasi menjadi titik pijak untuk menggali pengalaman dan
penghayatan khas peserta didik, bukan dari pihak luar, bukan dari apa yang dimaui orang tua,
guru, maupun masyarakat bahkan pemerintah sekalipun. Dari proses tersebut dikembangkan
prakarsa untuk bereksperimen-kreatif, berimajinasi-kreatif dengan metode belajar yang
memungkinkan peserta didik untuk melatih inisiatif berpikir, mentradisikan aktivitas kreatif,
mengembangkan kemerdekaan berpikir, mengeluarkan ide, menumbuhkan kenikmatan
bekerjasama, memecahkan masalah-masalah hidup dan kehidupan nyata. Karena itu, dalam
proses pembelajaran seharusnya tampak dalam bentuk kegiatan prakarsa bebas (independent
study), komunikasi dialogis antar peserta didik maupun antara peserta didik dan guru,
spontanitas kreatif, yang kadang-kadang terkesan kurang tertib menurut pandangan pendidikan.
Guru perlu menyediakan beragam kegiatan pembelajaran yang berimplikasi pada beragamnya
pengalaman belajar supaya peserta didik mampu mengembangkan kompetensi setelah
menerapkan pemahamannya pengetahuannya. Untuk itu strategi belajar aktif melalui multi
ragam metode sangat sesuai untuk digunakan ketika akan menerapkan KTSP.
Dalam pendidikan matematika, Marpaung (2003) menyatakan perlunya melakukan
perubahan/ pergeseran paradigma dari paradigma mengajar ke paradigma belajar. Lebih
lanjut Marpaung memerinci karakteristik paradigma belajar, yaitu: peserta didik aktif guru aktif,
pengetahuan dikonstruksi, menekankan proses dan produk, pembelajaran luwes dan
menyenangkan, sinergi pikiran dan tubuh, berorientasi pada peserta didik, asesmen bersifat
realistik, dan kemampuan sebagai suatu penguasaan hubungan antar pengetahuan yang
tersusun dalam suatu jaringan. Untuk itu dituntut komitmen guru untuk berubah, bersikap
sabar, bersikap positif, ramah dan memiliki kompetensi tinggi. Bentuk-bentuk penilaian yang
dapat digunakan oleh guru tidak hanya berupa penilaian "tradisional" yaitu hanya melakukan
kegiatan ulangan harian tetapi perlu dikembangkan penilaian "alternatif", antara lain adalah
portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Sebagai penjabarannya antara
lain, portofolio; merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan peserta didik dalam konteks belajar
dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut
supaya lebih kreatif. Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar sekaligus memperoleh
kesempatan luas untuk berkembang serta merekapun termotivasi. Penilaian ini tidak perlu
mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada proses peserta didik sebagai
pembelajaran aktif. Sebagai contoh, peserta didik diminta untuk melakukan survei mengenai
jenis-jenis
pekerjaan
di
lingkungan
rumahnya.
Tugas kelompok, dalam pembelajaran kontekstual berbentuk pengerjaan proyek. Kegiatan ini
merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi perbedaan gaya
belajar, minat, serta bakat dari masing-masing peserta didik. Isi dari proyek akademik terkait
dengan konteks kehidupan nyata, oleh karena itu tugas ini dapat meningkatkan partisipasi
peserta didik. Sebagai contoh, peserta didik diminta membentuk kelompok projek untuk
menyelidiki
penyebab
pencemaran
sungai
di
lingkungan
peserta
didik.
Demonstrasi, peserta didik diminta menampilkan hasil penugasan kepada orang lain mengenai
kompetensi yang telah mereka kuasai. Demonstrasi ini dapat dilakukan di kelas atau di luar
kelas. Di dalam kelas antara lain dapat dilakukan dalam kegiatan laboratorium IPA, di lapangan
olahraga untuk pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Di luar kelas antara lain peserta
didik diminta membentuk kelompok untuk membuat naskah drama dan mementaskannya dalam
pertunjukan, para penonton dapat memberikan evaluasi pertunjukan peserta didik.
Dalam membimbing pengalaman para siswa, Guru dituntut menghbungfkan meraka dengan
lingkungannya. Hal ini penting karena dalam pengalamana berinteraksi pda alingkunggannya
itulah sesungguhnya para siswa mengalami prises belajar. Dengan demikian maka guru
sepatutnya menjaga ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, dan alain-lain komponen
lingkungan kependidikan agar tetap berada dalam kondisi yang baik dan siap pakai.
Selanjutnya selain membimbing, mengajar seharusnya juga berarti membantu siswa
berkembang dan dapat menyesuaikna diri dengan lingkungannya. Sehingga kegiatan
mengajarkan sebuah materi pelajaran bukan semata-mata menguasai pengetahuan materi
pelajaran lalu naik kelas melainkan juga agar ia memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilannya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Memang sulit disangkal untuk menjadi guru profesional orang harus belajar dan berlatih di
instasi pendidikan dan keguruan bertahun-tahun, Namun kenyataan lain menunjukkan bahwa
dalam mengajar terdapat factor tertentu yang abstrak dan hampir mustahil dipelajari.
Sebagai contoh : seorang pakar yang membidangi bidang studi agama bahkan telah memiliki
ilmu pengetahuan yang cukup belum tentu mahir dalam mengajar agama pada orang lain. Dalam
kenyataan sehari-hari terkadang kita saksikan seorang guru agama atau bahkan seorang yang
terlanjur berpredikat guru agama yang sama sekali membosankan ketika ia berceramah atau
berdiskusi dalam hal keagamaan. Sebaliknya ada pula seorang pengajar madarasah yang hanya
berperikad santribiasa dan tidak pernah mnewgikuti sekolah keguruan tetapi ternyata berhasil
menjadi guru agama yang baik.karena guru tersebut mampui mentransfer pengetahiuan sikap
dan ketermapilan keagamaannya kepada murid-muridnya. Setipa menhgajar ia selalu
berpenampilan menarik dan selalu berbeda dalam gaya dan cara penyampaian pokok bahasan
yang menjadi tugasnya sehingga para siswa tidak bosan dan terpaksa mengikuti proses belajar
yang
dipimpin
oleh
guru
tersebut.
D.
Arti
Penting
Belajar
Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar Belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat pundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis
dan jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu
amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah
maupun
di
lingkungan
rumah
atau
keluarganya
sendiri
dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik
khususnya pada guru. Kekeliruan/ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar
dan hal-hal yang Berkaitan dengannya akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil
pembelajaran
yang
dicapai
peserta
didik
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau
menghapalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi / materi pelajar. Orang yang
beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu
menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks
atau
yang
diajarkan
oleh
guru.
Perbedaan individual dalam belajar disekolah dapat diartikan sebagai perbedaan antara individu
yang satu dengan individu yang lain dalam proses belajar disekolah. Dalam proses belajar
mengajar disekolah, meskipun guru dan materi pelajaran yang dipelajari oleh siswa, serta waktu
dan lingkungan belajar dikelas juga sama, tetapi tetap terjadi perbedaan individual dalam hasil
belajarnya. Hal ini disebabkan karena kondisi setiap siswa berbeda sehingga proses belajar yang
dilakukan
/
dialami
oleh
siswa
juga
berbeda.
Oleh karena kondisi setiap siswa disekolah berbeda dan perbedaan individu dalam proses belajar
juga merupakan realitas yang sulit dihindarkan, maka sudah sewajarnya bagi setiap guru untuk
berupaya mengantisipasi dan mengatasi kondisi perbedaan individual dalam belajar tersebut,
agar
setiap
siswa
memperoleh
hasil
belajar
sebagaimana
yang
diharapkan.
Siswa dengan tingkat kecerdasan yang tinggi membutuhkan waktu dan instruksi yang lebih
sedikit dibandingkan dengan siswa yang tingkat kecerdasannya lebih rendah. Dalam penelitianpenelitian yang dilakukan oleh para ahli terdahulu, mereka mempercaya bahwa kecerdasan itu
hanya satu macam. Misalnya Spearman ( 1972 ), menyebutkan sebagai kecerdasan umum.
Sedangkan Raymond Cattel (1963-1971 ), sebagai seorang murid Spearman kemudian
mengembangkan deskripsi tersebut dan memasukan Fluid Intelligence yang menggambarkan
kemampuan umum untuk beradaptasi terhadap tugas-tugas yang baru dan Crystallized
Intelligence yang menggambarkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh manusia. Selain
itu ada beberapa teori dari pandangan beberapa ahli psikologi tentang kederdasan seperti teori
dari J.P. Guilford, teori Intelegensi ganda Howard Gardner, teori intelegensi dari Robert
Sternberg
dan
lainnya.
Seorang yang cerdas akan belajar dari pengalaman masa lalu dan menghubungkannya dengan
pengalaman baru dan memadukan keduanya menjadi pola baru yang lebih bermanfaat.
Kemampuan untuk menganalisa data berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak
sehingga makin besar seorang anak makin bertambah kemampuannya untuk mengatasi
masalah. Anak yang cerdas akan bisa menguasai pola-pola dan aturan-aturan dengan cepat dan
otomatis.
Suatu pandangan yang sangat ekstrim tentang kecerdasan mengatakan baha kecerdasan sematamata ditentukan oleh keturunan, sementara pendapat yang lain menegaskan bahwa kecerdasan
dipengaruhi oleh lingkungan (tempat seseorang diasuh dan dibesarkan). Para ahli berpihak pada
kedua
pendapat
tersebut.
Hubungan antara genetic dan lingkungan dapat dilihat dengan cara sederhana. Faktor keturunan
merupakan potensi atau modal, dan factor lingkungan membantu kecerdasan untuk
berkembang. Sebuah penelitian membuktikan bahwa seorang anak dari lingkungan keluarga
kurang mampu tinggal dengan keluarga kaya ejak bayi, etelah bear ternyata IQ anak terebut
meningkat 14 poin lebih tinggi dari saudara kandungnya yang maih tinggal berama orang tua
kandungnya. Kecerdasan juga berkembang sepanjang waktu. Dalam kurun waktu 2 1/2 sampai
dengan
17
tahun
kecerdasan
bisa
berkembang
sampai
28
poin
Di samping itu, ada pula yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak
pada latihan membaca dan menulis. Persepsi ini biasanya akan merasa puas bila anak-anak
mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu, walaupun tanpa
pengetahuan
mengenai
arti,
hakikat
dan
tujuan
keterampilan
tersebut.
Untuk menghindari ketidaklengkapan tersebut penyusun akan melengkapi sebagian Definisi
dengan
komentar
dan
interprestasi
seperlunya.
Skiner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology the teaching-learning
process, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F Skimer percaya bahwa proses adaptasi
tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce)
Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam Rumusan.
Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif
menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya belajar adalah proses
memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. Hintzman dalam bukunya
menyatakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan
hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme
tersebut.
With dalam bukunya menyatakan belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi
dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi
belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan,
biasanya sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu
perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat.
Dalam definisi ini terdapat empat macam Istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk
memahami
proses
belajar.
1.
Relatively
permanent,
yang
secara
umum
menetap
2.
Response
potentiality,
kemampuan
bereaksi
3.
Reinforce,
yang
diperkuat
4. Practice, Praktek atau latihan Biggs dalam Pendahuluan teaching for learning mendefinisikan
belajar dalam 3 macam rumusan, yaitu rumusan kuantitatif, rumusan instutisional,rumusan
kualitatif.
KARYA INOVATIF
A. Pengertian Karya Inovatif
Kegiatan PKB yang berupa karya inovatif, terdiri dari 4 (empat) kelompok, yakni sebagai berikut.
ARYA INOVATIF
Macam Karya Inovatif
Lampiran Permenpan No: PER/16/M.PAN-RB/11/2009 , 10 November 2009
3. KARYA INOVATIF
3.1 Menemukan Teknologi Tepat guna (Membuat karya sains/ teknologi )
3.2. Menciptakan Karya Seni
3.3 Membuat/ memodifikasi alat pelajaran/ peraga/ praktikum
3.4 Mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya
ARTI KARYA INOVATIF (Yang Memiliki Sifat Pembaharuan)
Membuat atau menciptakan sesuatu yang baru, yang belum pernah ada sebelumnya
Memperbaharui sesuatu yang sudah ada sebelumnya
LATAR BELAKANG
Menghargai hasil karya guru selain Publikasi Ilmiah yang bermanfaat untuk pendidikan atau
masyarakat
6. Bagian II: Refleksi proses kreatif/penciptaan (bahan, alat, ukuran, lama pengerjaan, des-kripsi
proses kreatif dari prapenciptaan hingga pascapenciptaan dikuatkan dengan foto-foto dan atau
rekaman audio/audiovisual, dan deskripsi kegiatan pameran/publikasi/ pertunjukan disertai
katalog dan foto-foto dan atau rekaman audiovisual)
7. Bagian III: Penutup
6. Referensi/Kepustakaan (kalau ada)
Lampiran:
a. Biodata ringkas pencipta
b. Surat pernyataan kepala sekolah tentang kebenaran keaslian, kepemilikan, dan bukti bahwa
karya seni tersebut belum pernah diajukan untuk kenaikan pangkat sebelumnya
c. Bukti pengakuan/rekomendasi dari dewan kesenian atau organisasi profesi kesenian yang
relevan minimal tingkat kabupaten/kota
d. Bukti lain/pendukung (jika ada), seperti:
Kliping resensi dari media massa cetak/elektronik nasional
Bukti sertifikat/penghargaan memenangkan lomba karya seni dan sebagainya.
3.2. Angka kredit karya seni
a Kategori Kompleks Angka Kredit 4
Kategori Sederhana Angka Kredit 2
3.3. Alat pelajaran, Peraga, Praktikum
Definisi : Alat bantu Proses pembelajaran/BP
Bermanfaat, inovatif, modifikatif,
Jenisnya: alat bantu prsentasi, olahraga, praktik, musik, dll
Kriteria alat bantu pembe-lajaran
Kompleks :
Inovasi tinggi, sulit, alur kerja rumit, modifikasi, biaya, waktu tinggi
Sederhana :
Inovasi rendah, kurang sulit, sederhana, waktu, biaya, relatif rendah
Pembuatan dan Pengunaan ALAT PELAJARAN
Definisi
Alat pelajaran adalah alat yang digunakan untuk membantu kelancaran proses pembelajaran/
bimbingan pada khususnya dan proses pendidikan di sekolah pada umumnya.
Jenis Alat Pelajaran
Alat bantu presentasi (contoh: papan tulis inovatif, proyektor sederhana dan sejenisnya)
Alat bantu olahraga (contoh: alat bantu loncat tinggi, alat bantu senam dan sejenisnya)
Alat bantu praktik (contoh: alat penepat pengeboran (jig), alat penjepit (fixtures), panel listrik,
adjustable power suply dan sejenisnya)
Alat lain yang membantu kelancaran proses pembelajaran/bimbingan atau pendidikan di
sekolah.
Ciri KHUSUS
bermanfaat untuk pelajaran/ bimbingan di sekolah (di dalam maupun di luar ruang kelas)
ada unsur modifikasi/inovasi bila sebelumnya sudah pernah ada di sekolah tersebut.