Jtptunimus GDL Jokoyusman 6058 2 Babii PDF
Jtptunimus GDL Jokoyusman 6058 2 Babii PDF
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi
1. Pengertian
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan (Rahmat, 2005). Menurut Robin (1996) yang dikutip
kuswanto (2002), menjabarkan bahwa persepsi adalah suatu proses dimana
individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera
mereka
agar
memberikan
makna
kepada
pengorganisasian,
akan
mempengaruhi
memperbaiki persepsi.
kecermatan
seseorang
dalam
b. Motivasi
Motivasi yang sering mempengaruhi persepsi interpersonal adalah
kebutuhan untuk mempercayai Dunia yang adil artinya kita
mempercayai duna ini telah diatur secara adil.
c. Kepribadian
Dalam psikoanalisa dikenal sebagai proyeksi yaitu usaha untuk
mengeksternalisasi pengalaman subjektif secara tidak sadar, orang
mengeluarkan perasaan berasalnya dari orang lain.
3. Proses terjadinya persepsi
Menurut Walgito (1994) proses terjadinya persepsi melalui tiga proses
yaitu:
a. Proses fisik : Obyek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai
alat indera atau reseptor.
b. Proses fisiologis : Stimulus yang diterima oleh indera dilanjutkan oleh
saraf sensoris ke otak.
c. Proses psikologis : Proses di dalam otak sehingga individu dapat
menyadari stimulus yang diterima.
4. Macam-macam persepsi
Ada dua macam persepsi menurut Sunaryo (2004) yaitu:
a. External perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang
yang datang dari luar individu.
memberikan
asuhan
keperawatan
pada
pasien
dengan
metode
fungsional
dalam
pemberian
asuhan
metode
fungsional
dalam
memberikan
asuhan
metode
tim
ini
didasarkan
pada
falsafah
bantuan
dalam
melaksanakan
tugas
member
asuhan
memberikan
asuhan keperawatan dan ditunjuk oleh perawat kepala ruang (nurse unit
manager). Selanjutnya, ketua tim akan melaksanakan tugas yang
didelegasikan oleh perawat kepala ruang bersama-sama dengan anggota
tim. Tugas dan tanggung jawab ketua tim menjadi hal yang harus
diperhitungkan secara cermat. Tugas dan tanggung jawab tersebut
diarahkan untuk melakukan pengkajian dan penyusunan rencana
keperawatan untuk setiap pasien yang berada di bawah tanggung
jawabnya,
membagi
tugas
kepada
semua
anggota
tim
dengan
Tugas dan tanggung jawab lain yang harus diperhatikan oleh ketua
tim adalah mengontrol perkembangan kesehatan setiap pasien, mencatat
hal-hal yang terjadi pada pasien terutama yang tidak diinginkan,
melakukan revisi rencana keperawatan apabila diperlukan, melaporkan
perkembangan pasien kepada perawat kepala ruang serta kesulitan yang
dihadapi apabila ada. Selain itu, tugas dan tanggung jawab ketua tim, yaitu
memimpin pertemuan tim untuk menerima laporan, memberi pengarahan
serta membahas masalah yang dihadapi, menjaga komunikasi yang efektif,
melakukan pengajaran kepada pasien, keluarga pasien dan anggota tim
serta melengkapi catatan yang dibuat anggota tim apabila diperlukan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua
tim harus memiliki kemampuan untuk mengikutsertakan anggota tim
dalam memecahkan masalah. Ketua tim juga harus dapat menerapkan pola
asuhan keperawatan yang dianggap sesuai dengan kondisi pasien dan
minat pemberi asuhan. Oleh karena itu, pembuatan keputusan, otoritas,
dan tanggung jawab ada pada tingkat pelaksana. Hal ini akan mendukung
pencapaian pengetahuan dan ketrampilan professional.
Dalam ruang perawatan mungkin diperlukan beberapa tim
keperawatan. Pembagian tugas dalam tim keperawatan dapat dilakukan
dengan jalan perawat kepala ruang akan menentukan jumlah tim yang
diperlukan berdasarkan beberapa faktor, antara lain memperhitungkan
jumlah tenaga perawat profesional, jumlah tenaga yang ada, dan jumlah
pasien. Pembagian tugas dalam tim keperawatan dapat didasarkan pada
sebagai
berikut
(1)Mengkomunikasikan
dan
perluasan wawasan kerja bagi pelaksana khususnya anggota dari tim dari
tingkat yang rendah.
Beberapa keuntungan dari metode tim dalam pemberian asuhan
keperawatan adalah (1) Dapat memberikan kepuasan kepada pasien dan
perawat. Pasien merasa diperlakukan lebih manusiawi karena pasien
memilki sekelompok perawat yang lebih mengenal dan
memahami
produktif
melalui
kemampuan
dalam
bekerja
sama
dan
untuk
melaksanakan
tugas
manajerial,
seperti
mengkaji,
memberikan
asuhan
keperawatan
individual,
mengevaluasi
tenaga
baru,
menyusun
jadwal
dinas,
membuat
perencanaan
metode
perawatan
primer
sulit
dilaksanakan
karena
professional
maupun
non-profesional
bekerja
bersama
kedua
model
tersebut,
diharapkan
komunitas
asuhan
pisah dan duplikasi. Di sisi lain, metode kasus keperawatan ini menurut
Tahan dan Cesta (1994) akan memberikan kesempatan untuk komunikasi
di antara perawat, dokter, dan tim kesehatan lain, efesien dalam
manajemen keperawatan melalui monitoring, koordinasi dan intervensi.
Selain itu, Gibson et al. (1994), Tahan dan Cesta (1994) serta Wimpsett
(1994), memberikan tekanan bahwa manajemen kasus meningkatkan
komunikasi multidiciplinair dan kolaborasi tim. Bukti-bukti lain tentang
pengembangan metode manajemen kasus diutarakan oleh Smith (1991)
bahwa tujuan perawat-pasien lebih spesifik, realistik dan bisa diukur.
Rogers
(1991)
menyoroti
bahwa
dengan
pengaplikasian
metode
dengan
mengikuti
metode
pemberian
asuhan
7) Mengorientasikan
pegawai
baru,
residen,
mahasiswa
sistem
pemberian
pelayanan
keperawatan
isu-isu
baru
terkait
dengan
asuhan
keperawatan
15) Melakukan audit terhadap fakta dan temuan yang memerlukan
pembuktian
16) Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan
melakukan penelitian
17) Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam memberi asuhan
keperawatan
18) Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam hal: melakukan
evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan, mengkoordinasi,
mengarahkan dan mengevaluasi mahasiswa praktek, serta
membahas dan mengevaluasi tentang implementasi SP2KP
19) Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan
member masukan untuk perbaikan
20) Merancang
pertemuan
ilmiah
untuk
membahas
hasil
secara
terus-menerus
pada
saat
melakukan
tindakan
keperawatan
yang
bersifat
terapi
D. Kerangka Teori
Tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan
kesehatan bermutu
Perbaikan sistem
Perbaikan manajemen
Peningkatan dan
pengembangan sumber daya
manusia atau tenaga
kesehatan (quality of care)
Pelaksanaan metode
pemberian asuhan
keperawatan moduler:
Peran
Komunikasi
Kepuasan kerja