DEPARTEMEN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN HIPERTENSI
MENGGUNAKAN PENDEKATAN HOME VISIT LANSIA BESERTA
KELUARGA
DI RW I KELURAHAN PETUNG SEWU
Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Gerontik
Oleh : Kelompok 11
MUHAMMAD BADRUS SOLIKHIN
ANISA DEVI ROSARI SINAGA
AYU RINDU LESTARI
FATIMAH AZ ZAHRA
ERISKA PRATIWI
TITIK ZAHROTUL AINIYAH
INDAH ANGELICA
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia.
Menjadi
tua
merupakan
proses
alamiah
yang
berarti
individu
yang
bersangkutan
(Nugroho,
2008).
Menua
Jones (2003),
prevalensi
kesehatan
RW 01
profesi
ini,
kelompok
11
mahasiswa
profesi
PSIK
Tujuan
aktivitas
sesuai
toleransi,
hipertensi
dengan
menggunakan
dan
mencegah
asuhan
komplikasi
keperawatan
yang
komprehensif.
1.3
Manfaat
1.3.1 Teoritis
1. Lansia dan keluarga dapat memanfaatkan pengetahuan
yang diberikan perawat untuk meningkatkan kepatuhan
terhadap pengobatan, diet, dan rentang aktivitas lansia
untuk kegiatan sehari-hari
2. Lansia terhindar dari komplikasi
hipertensi.
Sebagai
upaya
memberikan
mengalami hipertensi.
kesehatan
pada
lansia
yang
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Konsep Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Penuaan dapat didefinisikan sebagai suatu hal fisiologis di
mana proses tersebut merupakan hal yang genetik, suatu terminasi
yang tak terelakkan dari pertumbuhan normal (Slamat, 2005).
Menurut Saparinah (2003) lansia yang berusia lebih dari 60 tahun
merupakan kelompok umur yang mencapai tahap pensiun, pada
tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh
atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian
akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Batasan
umur lansia menurut WHO dibagi menjadi 4 yaitu : middle age (4559 tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-90 tahun), very old (di
atas 90 tahun). Ada lagi yang membagi ke dalam : young old (6574 tahun), middle old (75-84 tahun), Old-old (usia 85 tahun ke atas)
(Mauk, 2010).
2.1.2 Proses Penuaan
Ada banyak teori yang mendukung proses penuaan. Namun
pada dasarnya, teori tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu teori biologis dan teori psikologis.
TEORI BIOLOGIS
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan,
termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang
usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk
perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan
kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan
penyakit. Teori biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa
orang mengalami penuaan dengan cara yang berbeda dari waktu
ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi umur panjang,
perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan
seluler.
Suatu
pemahaman
tentang
perspektif
biologi
dapat
faktor resiko
untuk
meminimalkan
atau
menghindari
risiko
dan
waktu ke waktu
untuk
Teori
genetika
terdiri
dari
teori
asam
somatik,
dan
teori
glikogen.
Teori-teori
ini
informasi
genetik.
Adanya
crosslink
ini
sistem
dan
organ
tubuh
gagal
untuk
termasuk
untuk membelah
pada lansia
dilepas dari
bertambah
tua,
pertahanan
mereka
terhadap
imun,
terjadilah
peningkatan
dalam
respon
mengalami
reumatoid
dan
penyakit
alergi
autoimun
terhadap
seperti
makanan
dan
artritis
faktor
tubuh
untuk
diferensiasi
sel
T.
Karena
Selain
itu,
tubuh
kehilangan
kesehatan,
melalui
pemeriksaan
kesehatan
ini
dapat
dan
penyebaran
epidemi
penyakit,
seperti
dan
reproduksi.
Penelitian
terbaru
penelitian
hubungannya
tentang
dengan
sistem
proses
neuroendokrin
penuaan
sistemik
dalam
yang
beberapa
teori
telah
berupaya
untuk
kehidupan
dapat
mempengaruhi
reaksi
manusia
penelitian
yang
pantas
di
pertimbangkan.
pola
penyesuaian
terhadap
penuaan.
Mereka
jumlah
aktivitas
sosial
seseorang,
tetapi
pada
banyak
lansia
yang
secara
aktif
mencari
mampu
melihat
kehidupan
seseorang
sebagai
pertamakali
pada
awal
tahun
1960-an,
apabila
kontak
sosial
telah
berkurang
dan
tetap aktif
hubungan
yang
penuh
positif
arti
antara
dengan
mempertahankan
orang
lain
dan
kehilangan
dan
pemeliharaan
kesehatan
kondisi
mempengaruhi
kecacatan
klinis
kualitas
(Dini,
2013).
pada
hidup
orang
pasien
Sindrom
dan
geriatri
tua
yang
dikaitkan
meliputi
dapat
dengan
gangguan
mungkin
memiliki
kesamaan
patofisiologi
meskipun
(imobilisasi),
Instability
(instabilitas
dan
jatuh),
Insomnia
(gangguan
tidur),
Iatrogenic
disorder
(gangguan
pendengaran,
penglihatan
dan
penciuman)
definisikan
sebagai
keadaan
tidak
faktor
fisik,
psikologis,
dan
lingkungan
dapat
dan
masalah
psikologis.
Beberapa
imobilisasi,
penyakit
yang
mempengaruhi
masalah
iatrogenesis
yang
menyebabkan
sensorik
(penglihatan,
pendengaran,
vestibuler,
vertigo,
hipotensi
antihipertensi,
ortostatik,
antidepresan
obat-obatan
trisiklik,
sedatif,
(diuretik,
antipsikotik,
menyebabkan
gangguan
berkurangnya
kemampuan
untuk
mengenal,
Biasanya
dementia
tidak
didiagnosis
karena
Cognitive
Impairment.
Sebagian
keadaan
dengan
ini
akan
anamnesis,
(50-60%),
dementia
multi
infark
(10-20%),
dementia
tersembunyi,
disebabkan
oleh
keengganan
pasien
on
Incontinence,
WHO
higienis.
Definisi
lain
menyatakan,
Inkontinensia
mengendalikan
pembuangan
feses
melalui
anus.
otot
dasar
panggul,
merupakan
sfingter
transurethral
urethra
dan
setelah
radiasi.
pembedahan
Pasien
mengeluh
terkendali
masalah
(detrusor
neurologis
overactivity).
sering
Masalah-
dikaitkan
dengan
setelah
sehingga
timbul
timbul
keinginan
peristiwa
untuk
berkemih
inkontinensia
urin.
gejala
seperti
inkontinensia
urin
stress,
disebabkan
oleh
obstruksi
anatomis,
seperti
faktor-faktor
obat-obatan.
Pasien
umumnya
keadaan
ini
ditandai
dengan
tidak
adanya
menyebabkan
pasien
sulit
untuk
terjadi
pada
interval
yang
dapat
medulla
dengan
spinalis).
tidak
Inkontinensia
adanya
dorongan
refleks
untuk
ditandai
berkemih,
saraf
medulla
spinalis,
fistula,
Segal,
et
al.,
(2009)
menyatakan
bahwa
penampungan
(panti),
menurunnya
tujuan
karena
perasaan
kehilangan
tidak
identitas
kronik
atau
nyeri
hebat,
penurunan
e. Ketakutan;
takut
akan
kematian
dan
sekarat
menurut
World
Health
atau
mempunyai
energy
sedikit)
dan
8. Infeksi
Infeksi pada usia lanjut (usila) merupakan penyebab
kesakitan dan kematian no. 2 setelah penyakit kardiovaskular
di dunia. Hal ini terjadi akibat beberapa hal antara lain:
adanya
penyakit
menurunnya
komorbid
daya
kronik
tahan/imunitas
yang
cukup
terhadap
banyak,
infeksi,
Batasan konstipasi oleh Holson adalah 2 dari keluhankeluhan berikut yang berlangsung dalam waktu 3 bulan.
Konsistensi feses keras
Mengejan dengan keras saat BAB
Rasa tidak tntas saat BAB, meliputi 25 % dari
keseluruhan BAB
Frekuensi BAB 2 kali semingg atau kurang
11.Insomnia
Pada usia lanjut umumnya mengalami gangguan tidur,
seperti:
Kesulitan masuk tidur (sleep onset problem)
Kesulitan mempertahankan tidr nyenyak
(deep
maintenance problem)
Bangun terlalu pagi (early morning awakening)
Faktor yang dapat menyebabkan insomnia pada usia
lanjut adalah:
Perbuhan irama sirkadian
Gangguan tidur primer
Penyakit fisik (hipertiroid, arteritis)
Penyakit jiwa
Pengobatan polifarmasi
Demensia (Geddes, et al., 2005)
Penatalaksanaan insomnia:
Tingkatkan aktifitas rutin setiap hari
Ciptakan lingkungan yang nyaman
Kurangi konsumsi kopi
Berikan benzodiazepine seperti Temazepam (7,5-15
mg)
Anti depresan seperti Trazadone untuk insomnia kronik
12.Iatrogenik disorder
Karakteristik
yang
khas
dari
pasien
geriatri
yaitu
yang
sering
sekali
ditemukan
pada
geriatri
(Salonen,
2013).
2.3 Hipertensi Pada Lansia
2.3.1 Definisi Hipertensi
Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh
kontraksi jantung untuk mendorong dinding pembuluh arteri atau
nadi sehingga darah dapat melawan gravitasi dan hambatan agar
terus mengalir dalam pembuluh darah. Semakin kuat aliran darah
yang dipompa oleh jantung, maka semakin besar tekanan dari
darah terhadap dinding pembuluh darah (Rahmawati, 2014).
Jantung bekerja memompa darah dan memindahkan darah dari
JNC 6
Kategor
tekanan
i
tekanan
Normal
Prehiperte
Tekanan
Dan/
Tekanan
darah
atau
darah
Sistolik
diastolik
(mmHg)
Optimal
(mmHg)
< 120
120-139
Dan
Atau
<80
80-89
Normal
Normal-
<130
130-139
Dan
Atau
<85
85-89
140-159
>/=160
160-179
>/=180
Atau
Atau
Atau
Atau
90-99
>/=100
100-109
>/=110
nsi
Hipertensi
Derajat 1
Derajat 2
Tinggi
Hiperten
si
Derajat 1
Derajat 2
Derajat 3
primer
(primary
Hipertensi Primer
maupun
berbaring.
sebenarnya
dari
Namun
tekanan
untuk
darah,
mendekati
posisi
nilai
berbaring
yang
sangat
tekanan
darah
menggunakan
untuk
jantung
dengan
Pada
pemeriksaan
fisik,
didapatkan
pembesaran
Pada
elektrokardiogram,
ditemukan
tanda-tanda
pada
hipertensi
lanjut
dibagi
dalam
berat,
intrakranial,
gangguan
retinopati
kesadaran,
dengan
peningkatan
papiledem
dan
tekanan
kejang.
retina.
Kelainan
pembuluh
darah
dapat
berupa
disebabkan
oleh
hipertensi
akibat
gagal
ginjal.
Kehilangan darah pada hipertensi terjadi tidak hanya dari lesi pada
ginjal; epitaksis, hemoptisis dan metroragi juga sering terjadi pada
pasien-pasien ini.
2.3.8 Penatalaksanaan
Pemberian resep obat oleh dokter sangat dipengaruhi oleh
kondisi fisik dari penderita hipertensi. Obat hipertensi menurunkan
tekanan darah dengan beberpa cara:
Membuat pembuluh menjadi besar atau lebar
Menyempitkan saluran-saluran udara dengan menstimulasi
Fungsi
untuk memperlambat
aktivitas dari enzim
ACE, yang mengurangi
produksi dari
angiotensin II
angiotensin II adalah
zat kimia yng sangat
kuat yang
menyebabkan otot-otot
Contoh Obat
enalapril (Vasotec)
captopril (Capoten)
lisinopril (Zestril and
Prinivil)
benazepril (Lotensin)
quinapril (Accupril)
perindopril (Aceon)
ramipril (Altace)
trandolapril (Mavik)
fosinopril (Monopril)
moexipril (Univasc)
yang mengelilingi
pembuluh darah untuk
berkontraksi, jadi
menyempitkan
Angiotensin receptor
blocker (ARB)
pembuluh
untuk menghalangi aksi
dari angiotensin II. ARB
mencegah angiotensin
II mengikat pada
reseptor angiotensin II
pada pembuluh-
losartan (Cozaar)
irbesartan (Avapro)
valsartan (Diovan)
candesartan
(Atacand)
olmesartan (Benicar)
telmisartan
(Micardis)
Beta-blockers
pembuluh darah
eprosartan (Teveten)
Untuk menghalangi
atenolol (Tenormin)
propranolol (Inderal)
metoprolol (Toprol)
nadolol (Corgard)
betaxolol (Kerlone)
acebutolol (Sectral)
pindolol (Visken)
bisoprolol (Zebeta)
amlodipine (Norvasc)
sustained release
norepinephrine dan
epinephrine
(adrenaline) mengikat
pada reseptor beta
pada syaraf.
Calcium channel
Untuk menghalangi
blockers (CCBs)
nifedipine (Procardia
arteri.
(Hydrodiuril)
the loop diuretics
furosemide (Lasix)
dan torsemide
(Demadex)
kombinasi dari
triamterene dan
hydrochlorothiazide
(Dyazide)
metolazone
(Zaroxolyn)
Alpha-blockers
Untuk menurunkan
tekanan darah dengan
menghalangi reseptor
alpha pada otot halus
dari arteri peripheral
diseluruh jaringan
tubuh.
terazosin (Hytrin)
doxazosin (Cardura)
Alpha-beta blockers
carvedilol (Coreg)
labetalol
dan juga
(Normodyne,
memperlambat denyut
Trandate)
menurun.
Penghalang-penghalang
Clonidine
dari tubuh.
Sebagai vasodilators,
Minoxidil
yaitu pengendur
(relaxants) otot yang
bekerja secara
langsung pada otot
halus dari arteri
peripheral diseluruh
tubuh, sehingga arteri
melebar dan tekanan
darah berkurang.
Penatalaksanaan
hipertensi
dapat
dilakukan
dengan
Indonesia
terdapat
pergeseran
pola
makan,
yang
mengarah pada makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita
ketahui mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat
mulai menjamurterutama di kota-kota besardi Indonesia. Dengan
mengetahui
gejala
dan
diharapkan
penderita
faktor
dapat
risiko
terjadinya
melakukan
hipertensi
pencegahan
dan
sehingga
komplikasi
yang
terjadi
dapat
dihindarkan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI RW 01
PETUNG SEWU
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Demografi Lansia di RW 01 Kelurahan Petung Sewu
3.1.1.1Data Lansia Berdasarkan Usia
2%
50-60 tahun
61-70 tahun
28%
54%
71-80 tahun
>80 tahun
48%
Laki-Laki
52%
Perempuan
25
20
15
10
0
42233
42289
42509
42579
10
5
Sa
ki
tM
at
a
H
T
G
as
tr
iti
s
IS
PA
Sa
ki
tG
ig
i
Axis Title
pada
aspek
kognitif
dibagi
menjadi
tiga
kategori
33%
Baik
67%
Diagram
diatas
merupakan
hasil
perhitungan
tingkat
kurang
mengenai
hipertensi,
33,33%
lansia
memiliki
48%
Tahu
52%
Tidak Tahu
20%
80%
43%
57%
Tidak Tahu
bahwa
mengkonsumsi
makanan
asin
berlebih
dapat
makanan
asin
tidak
berpengaruh
terhadap
terjadinya
hipertensi.
Tahu
Tidak Tahu
76%
33%
67%
sangat setuju
38%
setuju
62%
tidak setuju
24%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
76%
29%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
67%
67%
(14
orang)
yang
menyatakan
setuju
untuk
sangat setuju
38%
setuju
62%
tidak setuju
perlu
melakukan
olahraga
ringan
seperti
jalan
pagi,
sangat setuju
33%
52%
setuju
tidak setuju
14%
Penyebab Hipertensi
5%
sangat setuju
48%
48%
setuju
tidak setuju
29%
sangat setuju
setuju
71%
tidak setuju
5%
tidak mengkonsumsi
sayur dan buah
mengkonsumsi sayur
dan buah
95%
24%
minum kopi
38%
62%
minum obat
38%
62%
membeli kembali di
apotek sesuai resep
tidak membeli kembali
100%
tidak mengkontrol
tekanan darah
sering mengkontrol
95%
memeriksakan jika
muncul gejala
29%
71%
tidak memeriksakan
jika muncul gejala
10%
52%
38%
3.2
No.
1.
Analisa Data
Data
Etiologi
mengenai hipertensi.
stroke
Lansia di RW 1 Desa Petungsewu
mayoritas sebanyak 62% yang
meminum kopi >1 gelas perhari
Defisit pengetahuan
Perilaku yang beresiko
membahayakan kesehatan
P
c
b
K
k
m
g
m
k
merokok.
Lansia di RW 2 Desa Petungsewu
100% tidak membeli kembali obat
hipertensi bila gejala tidak muncul.
kurang pengetahuan
tentang program
terapeutik
sikap dan perilaku
manajemen tidak sesuai
pola perilaku kurang
mencari bantuan
kesehatan
tidak melakuakn tindakan
untuk mengurangi faktor
resiko, tidak melakuakn
regimen pengobatan
ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan
K
k
d
t
d
k
r
k
3.3
No
1
2
3.4
NO
Diagnosa Keperawatan
Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
pajanan informasi
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan berhubungan
dengan ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak dan
kurang pengetahuan mengenai program terapeutik
Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko berhubungan
dengan kurang pemahaman dan merokok
1. Defisiensi
Pengetahuan
berhubungan
dengan kurang
sumber
informasi
ditandai
dengan
kurangnya
pengetahuan
mengenai
penyebab
hipertensi.
TUJUAN
KRITERIA
HASIL
INTERVENSI
NOC :
Knowledge:
Hypertension
Management
1.1 Lansia
mengetahui
tekanan
darah
normal,
definisi,
penyebab,
tanda
gejala,
komplikasi,
NIC : Teaching:
Disease Process
1.1.1. Jelaskan
tentang
konsep
penyakit
hipertensi
1.1.2. Identifikasi
penyebab
hipertensi
1.1.3. Jelaskan tanda
gejala
penyakit
akibat
TUM :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2x15
menit defisiensi
informasi
kognitif
mengenai
hipertensi pada
klien dapat
tertutupi
dengan nilai
persentase 80%
TUK 1:
Lansia meng
tetahui
mengenai
konsep penyakit
hipertensi yaitu
definisi,
penyebab,
tanda gejala,
komplikasi,
tatalaksana
hipertensi
ditandai dengan
pencapaian 80%
Paraf
tatalaksana
hipertensi,
dievaluasi
dengan
dapat
menjawab
pertanyaan
tentang
konsep
hipertensi
1.2Lansia
mengetahui
dan
menerapkan
terkait pola
nutrisi yang
boleh dan
tidak boleh
dikonsumsi
oleh
penderita
hipertensi
1.3Lansia dapat
mengetahui
jenis obat
dan cara
kerjanya
hipertensi
1.1.4. Jelaskan
komplikasi
penyakit
akibat
hipertensi
1.1.5. Jelaskan
tatalaksana
penyakit
hipertensi
NIC : Teaching
Prescribed Diet
1.2.1 Jelaskan
tujuan
dilakukannya
diet DASH
1.2.2 Berikan
pilihan
makanan
yang boleh
dikonsumsi
dalam diet
DASH
1.2.3 Ajarkan
pasien
mengenai
makanan
yang
diperbolehkan
dan yang
tidak
diperbolehkan
1.2.4 Ajarkan cara
mengatur
perencanaan
makan yang
tepat
NIC: Teaching
Prescribed
Medication
1.3.1 Nilai
pengetahuan
pasien
tentang obat
antihipertensi
1.3.2 Ajarkan tujuan
dari
pengobatan
hipertensi
1.3.3 Ajarkan
pasien cara
meminum
obat anti
hipertensi
yang benar
1.3.4 Informasikan
pada pasien
apa yang
harus
dilakukan jika
ada dosis
yang terlewat
1.3.5 Ajarkan
pasien
tentang dosis,
rute, dan
durasi setiap
obat sesuai
resep dokter
2. Perilaku
Kesehatan
Cenderung
Beresiko
berhubungan
dengan
Kebiasaan
minum kopi,
konsumsi obat
tidak teratur,
merokok dan
konsumsi
garam berlebih
ditandai
dengan gagal
melakukan
tindakan
mencegah
masalah
kesehatan
TUM :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2x15
menit
kunjungan Klien
mempu untuk
mengubah gaya
hidup dan
perilaku untuk
memperbaiki
status
kesehatan
dengan
persentase
kemampuan
50%
TUK 1 :
Klien mampu
NOC : Health
Promoting
NIC : Health
Education
mengetahui
jenis perilaku
beresiko seperti
minum kopi
berlebih,
merokok dan
konsumsi garam
berlebih serta
bahayanya
dengan
persentase
pengetahuan
80%
Behavior
1.1Lansia dapat
mengetahui
bahaya
minum kopi
bagi
penderita
hipertensi
1.2Lansia dapat
mengetahui
bahaya
merokok
bagi
penderita
hipertensi
1.3Lansia dapat
mengontrol
penggunaan
garam
1.1.1 Ajarkan
pasien
mengenai
bahaya
minum kopi
1.1.2 Ajarkan
pasien
mengenai
hubungan
minum kopi
dengan
hipertensi
NIC : Health
Education
1.2.1 Ajarkan
pasien
mengenai
bahaya
merokok
1.2.2 Ajarkan
pasien
mengenai
hubungan
merokok
dengan
hipertensi
NIC : Health
Education
1.3.1 Ajarkan
pasien
mengenai
bahaya
penggunaan
garam
berlebih
1.3.2 Ajarkan
pasien
mengenai
hubungan
konsumsi
garam
berlebih
dengan
hipertensi
TUK 2 :
Lansia dapat
berpartisipasi
dalam
menentukan
strategi untuk
mengurangi
perilaku
beresiko seperti
minum kopi
berlebih,
merokok dan
konsumsi garam
berlebih serta
bahayanya
dengan
persentase
pengetahuan
65%
TUK 3 :
Lansia dapat
melakukan
strategi yang
telah disepakati
untuk
NOC : Health
Promoting
Behavior
1.1Lansia
mampu
menentukan
perencanaa
n tindakan
untuk
mengurangi
konsumsi
kopi
1.2Lansia
mampu
menentukan
perencanaa
n tindakan
untuk
mengurangi
perilaku
merokok
NIC : Health
Education
1.1.1 Ajarkan
pasien cara
mengurangi
kebiasaan
minum kopi
secara
bertahap
1.1.2 Bimbing lansia
dalam
menentukan
keputusan
1.2.1 Ajarkan
pasien cara
mengurangi
jumlah rokok
yang dihisap
per hari
secara
bertahap
1.2.2 Bimbing lansia
dalam
menentukan
keputusan
1.3Lansia
mampu
menentukan
perencanaa
n tindakan
untuk
mengurangi
penggunaan
garam
1.3.6 Ajarkan
pasien cara
mengurangi
konsumsi
garam per
hari secara
bertahap
1.3.7 Bimbing lansia
dalam
menentukan
keputusan
NOC : Health
Promoting
Behavior
1.1Lansia dapat
menghindari
merokok
NIC : Health
Education
1.1.1 Lansia dapat
menggunakan
beberapa
strategi yang
mengurangi
perilaku
beresiko seperti
minum kopi
berlebih,
merokok dan
konsumsi garam
berlebih serta
bahayanya
dengan
persentase 50%
1.2Lansia dapat
mengurangi
konsumsi
kopi
1.3Lansia dapat
mengurangi
penggunaan
garam
dapat
digunakan
untuk
mengurangi
merokok
1.1.2 Keberhasilan
program
dapat diukur
dengan
jumlah batang
rokok yang
dihisap
perhari
setelah
startegi
dijalankan
NIC : Health
Education
1.2.1 Lansia dapat
menggunakan
beberapa
strategi yang
dapat
digunakan
untuk
mengurangi
konsumsi kopi
1.2.2 Keberhasilan
program
dapat diukur
dengan
jumlah gelas
kopi yang
dikonsumsi
setelah
startegi
dijalankan
NIC : Health
Education
1.3.1 Lansia dapat
menggunakan
beberapa
strategi yang
dapat
digunakan
untuk
mengurangi
penggunaan
garam
1.3.2 Keberhasilan
program
dapat diukur
dengan
jumlah sendok
teh garam
yang
dikonsumsi
setelah
startegi
dijalankan
3. Ketidakefekti
fan
Manajemen
Kesehatan
berhubungan
dengan
ketidakcukupan
petunjuk untuk
bertindak dan
kurang
pengetahuan
mengenai
program
terapeutik
TUM :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
2x15menit
kunjungan klien
dapat
mengintegrasika
n kebiasaan
terapeutik
dalam
kehidupan
sehari-hari
untuk
pengobatan
hipertensi dan
sekuelnya
dengan nilai
persentase 80%
TUK 1 :
Klien mampu
mengetahui
jenis
pengobatan dan
pentingnya
kontrol secara
berkala untuk
menghindari
hipertensi
NIC :
Knowledge
Hypertension
Management
1.1Lansia dapat
mengetahui
jenis
pengobatan
dan efek
samping
NIC: Teaching
Prescribed
Medication
1.1.1 Nilai
pengetahuan
pasien
tentang obat
antihipertensi
1.1.2 Ajarkan tujuan
dari
pengobatan
dengan nilai
persentase 80%
yang dapat
ditimbulkan
dari
konsumsi
obat
hipertensi
NOC : Health
Education
1.1Lansia dapat
mengetahui
manfaat dari
kontrol
secara
berkala ke
petugas
kesehatan
bagi
penderita
hipertensi
1.2Lansia dapat
mengerti
pentingnya
pengobatan
berkelanjuta
n
hipertensi
1.1.3 Ajarkan
pasien cara
meminum
obat anti
hipertensi
yang benar
1.1.4 Informasikan
pada pasien
apa yang
harus
dilakukan jika
ada dosis
yang terlewat
1.1.5 Ajarkan
pasien
tentang dosis,
rute, dan
durasi setiap
obat sesuai
resep dokter
NIC : Health
Education
1.1.1 Jelaskan
kepada klien
pentingnya
menemui
petugas
kesehatan
untuk
mendapatkan
nilai tekanan
darah sesuai
harapan dan
untuk
mengontrol
angka
kenaikan
tekanan darah
NIC: Teaching
Prescribed
Medication
1.2.1 Jelaskan
kepada lansia
efek dari
penghentian
pengobatan
dan manfaat
dari
pengobatan
hipertensi
secara
berkelanjutan
TUK 2 :
Lansia mampu
ikut serta dalam
menentukan
strategi untuk
memenuhi
pengobatan dan
kontrol secara
berkala untuk
menghindari
hipertensi
dengan nilai
persentase 80%
NOC :
1.1Lansia
mampu
menentukan
strategi
untuk
mengakses
pelayanan
kesehatan
NIC : Health
Education
1.1.1 Klien dapat
menggunakan
sistem
dukungan
keluarga
untuk
menngintegra
sikan pola
hidup sehat
dan membuat
janji temu
dengan
tenaga medis
untuk
melakukan
pemeriksaan
rutin dan
melengkapi
pengobatan
TUK 3 :
Lansia mampu
menerapkan
strategi yang
telah disepakati
untuk
memenuhi
pengobatan dan
kontrol secara
berkala untuk
menghindari
hipertensi
dengan nilai
persentase 80%
NOC : Health
Education
1.2Lansia dapat
janji temu
dengan
tenaga
medis untuk
melakukan
pemeriksaan
rutin
NIC : Health
Education
1.2.1 Anjurkan
keluarga
untuk
memberikan
dukungan dan
membantu
lansia untuk
mengakses
tenaga
kesehatan
terdekat
3.5 Implementasi
No.
Dx
Tanggal
Jam
Intervensi
6 Agustus
2016
16.0018.00
16.0018.00
16.0018.00
16.0018.00
16.0018.00
TTD
16.0018.00
16.0018.00
16.0018.00
16.0018.00
16.0018.00
16.0018.00
16.0018.00
16.0018.00
16.0018.00
8 Agustus
2016
Waktu
Evaluasi Formatif
TTD
(Tanggal &
Jam)
1
Sabtu, 6
Agustus 2016
S:
- Klien
Jam 15.30
mengatakan
tentang
konsep
bahwa
dirinya
penyakit
mengerti
hipertensi
dan
O:
-
hipertensi
100% lansia bisa menjawab tentang penyebab
hipertensi
100% lansia bisa menjawab tentang tanda dan
gejala hipertensi
100% lansia bisa menjawab tentang
Sabtu , 6
Agustus 2016
15.30
S:
-
O:
-
48%
Lansia
setuju
untuk
mengurangi
mengurangi
untuk
mengontrol
Senin, 8
Agustus 2016
S:
-
Jam 15.00
-
O:
-
mineral
76% Lansia setuju untuk mengontrol
penggunaan garam dalam kehidupan seharihari
A: masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
3
Senin, 8
Agustus 2016
S:
-
Jam 15.00
kontrol
secara
berkala
ke
petugas
pengobatan berkelanjutan
Klien mengatakan mampu
strategi
untuk
mengakses
menentukan
pelayanan
kesehatan
Klien mengatakan akan bertemu dengan
tenaga medis untuk melakukan pemeriksaan
rutin
O:
-
A : masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
1
Senin, 8
Agustus 2016
S:
-
Jam 15.00
diperbolehkan
dan
yang
tidak
diperbolehkan
Klien mengerti pilihan makanan yang boleh
dikonsumsi dalam diet DASH
O:
-
95%
Lansia
mengetahui
makanan
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
yang
keperawatan
yaitu
defisiensi
pengetahuan
dengan
intervensi
cenderung
beresiko
dengan
intervensi
pendidikan
kesehatan
Topik
Konsep penyakit hipertensi
(Definisi, Penyebab, Tanda dan Gejala,
Persentase
100%
Komplikasi, Penatalaksanaan)
Manajemen penyakit hipertensi
(Diet DASH)
95%
konsumsi
garam
berlebih
ditandai
dengan
gagal
melakukan
Topik
Rata-rata
Observasi
Observasi
ke-1
ke-2
1
2
3
71%
48%
33%
90%
71%
76%
ketidakcukupan
petunjuk
untuk
bertindak
dan
kurang
Topik
Pengobatan penyakit hipertensi
(Jadwal kontrol berkala)
Diagnosa
ketiga,
Ketidakefektifan
Persentase
95%
manajemen
Kesehatan
dengan
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
informasi ditandai dengan kurangnya pengetahuan mengenai
penyebab hipertensi
Pengkajian awal mengenai pengetahuan lansia terhadap hipertensi
didapatkan data bahwa tingkat pengetahuan lansia mengenai konsep
hipertensi
yang
termasuk
kategori
cukup
sebesar
33,33%.
Hasil
sebesar
100%
lansia
memahami
mengenai
konsep
penyakit
lansia minum kopi lebih dari 1 gelas per hari dan ada sekitar 39% yang
tidak setuju untuk melakukan pengurangan konsumsi garam. Oleh karena
itu diadakan penyuluhan door to door terhadap 21 lansia di RW 01 Petung
Sewu agar dapat meningkatkan pengetahuan lansia, dimana peningkatan
pengetahuan lansia dilihat dari hasil pre-test dan post test. Setelah
dilakukan pendidikan kesehatan mengenai modifikasi diet dan gaya hidup
didapatkan peningkatan pengetahuan terkait diet dan nutrisi bagi
penderita hipertensi yaitu dari 48% menjadi 95% lansia memahami
mengenai diet dan nutrisi khusus hipertensi. Peningkatan nilai rata-rata
lansia setelah pemberian pendidikan kesehatan terkait hipertensi di RW 01
Petung Sewu menjadi 80,0 , sesuai dengan penelitian Tirtana (2011) yang
berjudul pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan hipertensi
pada lansia hipertensi di RW 4 Tegalrejo Kelurahan Tegalrejo menyatakan
bahwa setelah dilakukan pendidikan kesehatan terdapat peningkatan
pengetahuan terkait hipertensi dan sesuai dengan penelitian widiasari
(2010) terdapat pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan dan sikap
lansia tentang hipertensi di Desa Makam Haji dengan peningkatan ratarata pengetahuan setelah pemberian pendidikan dari 4,46 menjadi 13,97.
Untuk
hasil
postest
modifikasi
gaya
hidup
didapatkan
hasil
sebanyak 71% lansia yang meminum kopi kurang dari 1 gelas dan
sebanyak 76% yang sudah mengurangi konsumsi garam. Faktor yang
mendukung proses intervensi saat penyuluhan maupun home visit adalah
faktor pendekatan budaya yang dilakukan, yakni komunikasi yang
dilakukan dengan bahasa setempat setempat (Bahasa Jawa) dan keluarga
lansia binaan yang terbuka dan antusias menerima program yang
diberikan oleh mahasiswa.
3. Ketidakefektifan
ketidakcukupan
Manajemen
petunjuk
Kesehatan
untuk
berhubungan
bertindak
dan
dengan
kurang
bertujuan untuk
43%
menjadi
95%
lansia
memahami
mengenai
pengobatan
penurunan
tekanan
darah.
Pengetahuan
atau
kognitif
BAB V
PENUTUP
Proses keperawatan pada agregat lansia RW 1 Petung Sewu dimulai dari
pengkajian, analisa data, perencanaan asuhan keperawatan, implementasi
selama 3 minggu mulai tanggal 25 Juli 2016 - 13 Agustus 2016 didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa:
5.1.1 Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, pengetahuan lansia RW 1
Desa Petung Sewu mengenai hipertensi dapat meningkat.
5.1.2 Setelah dilakukan motivasi kepada lansia untuk selalu kontrol dan
mengurangi konsumsi garam, komitmen lansia meningkat
5.1.3 Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, pengetahuan
lansia
5.2
Saran
Mengacu
dari
kesimpulan
tersebut
di
atas
maka
peneliti
DAFTAR PUSTAKA
Blazer, DG and Steffens, DC. 2009. The american psychiatric publishing textbook
of geriatric psychiatry. America : Psychiatric Pub.
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. Seventh report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure. Hypertension 2003;42(6):12061252.
Cigolle CT, Langa KM, Kabeto MU, Tian Z, Blaum CS. 2007. Geriatric conditions
and disability: the health and retirement study. American College of
Physicians. 147(3):156-164.
Geddes J, Gelder MG, Mayou R. 2005. Psychiatry. Oxford [Oxfordshire]: Oxford
University Press.
Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB, Resnick B. 2008. Essentials of clinical geriatris.
6th ed. New York, NY: McGraw-Hill.
Salonen, Jaakko. 2013. Hearing impairement and tinnitus in the elderly. Turku :
Universitas of Turku.
Setiati S, Harimurti K, Roosheroe AG. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid
III. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Indonesia. hlm. 1335-1340.
Sharon K, Stephanie S, Mary ET, George AK. 2007. Geriatri syndromes: clinical,
research, and policy implications of a core geriatri concept. Journal
compilation, The American Geriatris Society. 55(5): 794-796.
Slamat, T. Pasien prostodonssia lanjut usia : beberapa pertimbangan dalam
perawatan in : Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap dalam Bidang
Prostodonsia pada Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara,
2005 : 2 8.
Stanley Mickey, Gauntlett Beare Patricia.2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Edisi 2. Penerbit EGC Jakarta.
Tambayong, Jan. 2000.Patofosiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Penerbit, EGC Jakarta.