Anda di halaman 1dari 7

Jika anda pernah mengunjungi kawasan pantai Selatan Yogyakarta, anda pasti pernah melihat, dan

menginjakkan kaki diatas hamparan pasir hitam yang ada disana. Apakah pernah terlintas difikiran
anda bagaimana pasir-pasir ini bisa terkumpul dan terbentuk menjadi bukit-bukit pasir seperti
sekarang?
Menurut warga di daerah Pantai Parangtritis Yogyakarta, pada zaman pemerintahan Jepang dahulu,
daerah tersebut bukanlah hamparan pasir melainkan danau atau rawa. Jika kita ingin ke pantai, kita
harus melewati rawa lalu hutan mangrove baru bisa menikmati pantai. Namun seiring waktu karena
habisnya hutan mangrove, maka pasir-pasir yang terbawa oleh angin dan ombak masuk dan
tertimbun dipantai. Maka jadilah bukit pasir seperti saat ini. Pada bulan-bulan kemarau biasanya
angin datang ke arah daratan dan membawa pasir.
Darimana sih sebenarnya pasir-pasir ini berasal?
Bukit pasir ini biasa disebut dengan Gumuk Pasir atau Sand Dune. Gumuk Pasir merupakan
sebuah bentukan alam karena proses angin yang disebut sebagai jenis bentang alam eolean
(eolean morphology). Angin yang bertiup kearah daratan akan membawa pasir yang memiliki berat
dan massa jenis yang berbeda-beda sehingga menghasilkan gumuk pasir dengan berbagai ukuran
dan bentuk yang berbeda pula.
Bentang alam (morphology) ini sering dijumpai di daerah gurun yang beriklim sangat kering. Namun
menariknya walaupun Indonesia ini beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi, ternyata ada juga
daerah di Indonesia yang memiliki bentang alam yang unik ini. Karena kita tahu, sulit mendapatkan
daerah yang sangat kering di Indonesia. Pantai berpasir di sebelah selatan Jogjakarta hingga
sebelah Selatan Kebumen adalah satu-satunya tempat di Indonesia yang memiliki bentang alam
atau memiliki topografi eolean ini.
Yogyakarta memiliki tiga sungai utama dan yang terbesa diantaranya adalah Sungai Progo, yang
menoreh bukit-bukit dan gunung-gunung dan akhirnya membawa material dari gunung-gunung api
yang masih aktif. Sungai Progo merupakan sungai utama yang membawa hasil gerusan batu batuan
volkanik yang berasal dari Gunung Merapi-Merbabu.
Material-material itu dibawa oleh sungai-sungai ini dari ujung puncak gunung, dan selama
perjalanan itu terjadi proses pemecahan batu menjadi kerikil, lalu akhirnya pecah menjadi butiranbutiran pasir. Sebagian mengendap di badan sungai dan sebagian ada yang dibawa hingga jauh
oleh arus sungai menuju hulu. Menurut teori tentang sistem sungai, dari sinilah pasir akan terbawa
sampai laut dan diendapkan sebagai endapan delta di muaranya. Secara alamiah delta terbentuk
karena proses-proses sungai ini. Delta merupakan tempat penumpukan material-material yang
dibawa oleh sungai. Karena di muara sungai arusnya sudah sangat lemah maka seluruh barang
bawaan sungai ini cenderung menumpuk di mulut sungai.

Jika di beberapa daerah seperti di Balikpapan dimana lautnya berhadapan dengan Selat Makassar
yang alun ombaknya tenang, maka disana akan terbentuk delta yang disebut dengan Delta
Mahakam. Sedangkan di selatan Pulau Jawa ini alun ombak sangat kuat sehingga batuan atau
sedimen pasir yang baru saja diendapkan akan terkena ombak. Karena ombak Pantai Selatan Jawa
yang cukup besar, maka diselatan disekitar muara Sungai Progo tidak ada delta yang terbentuk. Hal
ini disebabkan semua sedimennya di acak-acak lagi oleh ombak laut selatan.
Pasir yang sudah sampai di pinggir laut tadi tidak tertumpuk di mulut sungai tetapi disebarkan ke kiri
kanan selebar hingga 50-60 Km. Mulai dari Pantai Parang Tritis di selatan Jogja, Pantai Samas,
hingga pantai Congot di sebelah baratnya. Pasir-pasir ini terus bertambah karena Pulau Jawa
memiliki Gunung Merapi, gunung api yang sangat aktif, yang selalu mengeluarkan material berupa
batu, kerikil, dan pasir. Oleh karena itulah Pantai Selatan menjadi sangat kaya dengan pasir
vulkanis.
Pasir-pasir inilah yang membuat Pantai Selatan menjadi indah dan menarik. Pasir-pasir yang sudah
diendapkan di pinggir pantai, ditahan oleh air laut dan ombaknya yang kuat. Namun karena adanya
angin dari Samudera Hindia yang sangat kuat, akhirnya pasir di distribusikan kembali ke utara.
Angin dari laut selatan inilah yang bertugas untuk menata dan mengukir yang akhirnya menjadi
arsitektur-arsitektur alam di Pantai Selatan Jogja. Dan yang sekarang dikenal dengan istilah Gumuk
Pasir.
Banyaknya pasir yang masuk ke kawasan ini membuat pengurangan lahan yang dahulunya sawah
perubahan ini sangat dirasakan oleh petani yang bermukim di bagian selatan kota jogjakarta. Hal ini
diduga dari sejarah yang sudah diuraikan diatas, yang awalnya merupakan muara dan hutan
mangrove. Masuknya pasir-pasir yang dibawa oleh angin membuat rawa dan sebagian daratan
tertutupi oleh pasir. Namun dengan kemajuan teknologi dan kreatifitas, lahan pasir ini bisa
dimanfaatkan menjadi lahan pertanian.
Pemanfaatan Lahan Pasir Pesisir Pantai
Wilayah selatan DI Yogyakarta merupakan bentangan pantai sepanjang lebih dari 70 km, meliputi
wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul. Lahan pasir pantai merupakan lahan
marginal dan belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Sudihardjo (2000), berdasarkan kriteria CSR/FAO 1983 kesesuaian aktual lahan pasir
Pantai Selatan DIY termasuk kelas Tidak Sesuai atau Sesuai Marginal untuk komoditas tanaman
pangan dan sayuran.
Namun beberapa penelitian telah membuktikan potensi lahan pasir pantai Selatan di Yogyakarta
beserta beberapa alternatif perlakuan yang dapat diterapkan untuk mendukung keberhasilan

budidaya tanaman di lahan tersebut. Sudah banyak yang membuktikan menanam tumbuhan seperti
cabai merah, bawang merah, semangka, tomat dan selada, dan hasilnya pun cukup menjanjikan.
Program

Pengembangan

Areal

Tanam

(PAT)

Kabupaten

Bantul,

yang

bertujuan

untuk

mengembangkan kawasan pertanian di lahan pasir pantai selatan, disambut antusias oleh petani.
Kawasan pertanian tersebut diharapkan dapat mendukung wisata pantai.
Karakteristik lahan pasir pantai adalah kandungan pasir melebihi 95%, struktur tanah kurang baik,
konsistensi lepas, kurang kuat menahan air, permeabilitas dan drainase sangat cepat, serta miskin
hara. Pemberian bahan organik atau pupuk kandang, dan perbaikan sifat tanah dapat memperbaiki
sifat fisik tanah, terutama agregat, yang pada nantinya akan meningkatkan kelembapan tanah.
Apalagi kawasannya yang terbuka dengan angin laut yang memiliki kandungan garam dan lembab.
Ada tiga persyaratan minimal yang setidaknya harus diketahui dan dipenuhi untuk bertanam di lahan
pasir, yaitu:
1. Pembuatan

pagar

penahan

air

Laut

Pagar disini berfungsi sebagai pelindung tanaman dari angin laut yang
mengandung garam agar tidak masuk ke lahan pertanian. Ada dua macam
pagar yaitu

Pagar sementara dan Pagar permanen.

2. Pembuatan Sumber Pengairan

Pagar Sementara. Umumnya pagar ini dibuat sebelum pagar permanen selesai
dibuat. Pagar ini terbuat dari susunan pelepah daun kelapa atau daun lain yang
diletakkan berlawanan dengan arah angin datang. Pagar dibuat sepanjang area
lahan.

Pagar

Permanent. Yang

disebut

pagar

permanent

adalah

penanaman

tumbuhan sebagai pemecah/penghalau angin laut. Pembuatan pagar sementara


dipinggir atau disekitar tumbuhan yang dijadikan sebagai pagar permanent tetap
diperlukan

hingga

pagar

permanent

tumbuh

cukup

kuat.

Tumbuhan

yang digunakan sebaiknya tumbuhan yang murah dan tidak mudah roboh, tahan
terhadap angin laut. Selain itu tumbuhan tersebut sebaiknya juga dipilih yang
berguna untuk industri dan pakan ternak. Jadi tumbuhan yang ditanam disekitar

lahan, selain berfungsi untuk melindungi lahan dari angin, berfungsi juga untuk
diambil hasilnya.

Pembuatan

sumur

Pembuatan sumur ini berguna untuk kemudahan mendapatkan air di lahan pasir.
Sumur dibuat dengan menggali lahan sedalam 4-6 m.Cara membuat:
1. Gali sumur seperti biasa
2. Setiap penggalian dengan kedalam satu meter segera pasang buis beton. Hal ini
dilakukan karea karakteristik lahan pasir yang mudah longsor.
3. Setiap sambungan buis beton dilakukan penyemenan supaya pasir tidak ikut
runtuh ke dalam sumur.
4.

Lakukan

penggalian

hingga

mendapatkan

mata

air

yang

cukup

deras.

* Jika tidak ada buis beton, bisa menggunakan srumbung

Sumur renteng

Pembuatan instalasi penyiraman


Pembuatan instalasi bertujuan untuk mempermudah dilakukannya penyiraman

tanaman di lahan pasir. Instalasi ini dikenal juga oleh masyarakat sekitar dengan
nama Sumur Renteng. Sumur renteng ini merupakan instalasi air dari sumbernya
yang ditampug pada bak-bak penampungan yang dibuat dari buis beton yang
dihubungkan dengan pralon.
Cara membuat:
1. Bak penampungan dibuat berdekatan dengan sumur. Buat bak penampungan
dari buis beton yang dasarnya sudah disemen.
2. Untuk menghubungkan dengan bak berikutnya dipasang paralon. Jarak antara
bak satu dengan yang lain sekitar 8-10 m
Cara Kerja :
Pengelolaan air menggunakan teknologi sumur renteng, berupa bak-bak penampungan air yang
antara satu bak dengan bak lainnya dihubungkan dengan pipa paralon yang menyerupai bejana
berhubungan. Air sumur diisikan ke dalam bak (sumur renteng) terdekat dan akan mengalir ke bak
lain sehingga semua bak terisi air. Penyiraman dilakukan dengan embrat atau pompa. Air disiramkan
atau dialirkan ke petak-petak yang bagian pinggirnya ditinggikan sehingga tidak ada air yang
terbuang.
1. 3.

Perbaikan Tanah Lahan

Kita sudah ketahui bahwa pasir memiliki daya tampung air dan pupuk yang
sangat rendah. Untuk ini dilakukan cara untuk memperbaikinya. Bahan yang
digunakan sebagai campuran tanah adalah Zeolit 500 kg, Tanah Lempung 60 m3,
Pupuk Organik 6 ton (Ukuran ini digunakan untuk luas lahan 1 ha selama 2-3
bulan). Bahan-bahan tersebut ditaburkan dan diaduk supaya menyatu dengan
tanah lahan sedalam 20 cm. Untuk menghindari aliran air, dibuat bendengan
setinggi 5-10 cm.Penggunaan atau pencampuran bahan ini tidak selalu pada
ukuran atau takaran yang tetap,karena kebanyakan dari petani menggunakan
pengetahuan pengalaman empirik mereka. Dan mereka menyadari perbaikan

tanah ini tidak semata-mata akan berubah cepat, tetapi perlu adanya proses
bertahun-tahun untuk mendapatkan indeks kualitas tanah yang baik. Menurut
Partoyo (2005), indeks kualitas tanah yang sudah dikelola selama 9-11 tahun
memiliki kualitas tanah yang lebih baik dibandingkan blok tanah yang sudah
dikelola 3 tahun, yang kualitas perbaikan tanahnya belum terlihat nyata. Apalagi
jika dibandingkan dengan blok tanah
asli.

By. Khatarina Amelia

Referensi :
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.
Departemen Pertanian BPTP Yogyakarta. 2004. Teknik

Pengelolaan Lahan Pasir Untuk TanamanHoltikultura.

Yogyakarta.
Partoyo. 2005. Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian Di
Lahan Pasir Pantai Samas Yogyakarta.
Ilmu Pertanian Vol. 12 No.2, 2005 : 140 151. Yogyakarta:
UPN Veteran Yogyakarta
Rovicky. 2008. Gumuk Pasir (Sand Dune), Morfologi Hasil
Ukiran Angin. Disadur dari Dongeng
Geologi.WordPress.com
Sudihardjo, AM. 2000. Teknologi Perbaikan Sifat Tanah
Subordo Psaments dalam Upaya RekayasaBudidaya

Tanaman Sayuran di Lahan Beting Pasir . Prosiding Seminar

Teknologi Pertanian untuk Mendukung Agribisnis dalam


Pengembangan Ekonomi Wilayah dan Ketahanan Pangan.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai