Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN

Reaksi kimia merupakan proses alam yang selalu menghasilkan satu


atau beberapa zat kimia yang dapat diketahui melalui karakteristik
perubahan kimia yang biasanya memiliki ciri-ciri yang spesifik. Pada
percobaan yang telah dilakukan , kita melakukan beberapa reaksi yang
memperlihatkan perubahan kimia yang berbeda-beda. Reaksi yang
dilakukan pada percobaan ini yaitu reaksi asam basa dan metatesis,
reaksi redoks, reaksi pembentukan kompleks dan substitusi ligan, serta
reaksi katalis.
1. Reaksi asam basa dan metatesis
Reaksi asam basa tentunya merupakan reaksi yang melibatkan
asam dan basa baik asam atau basa kuat maupun lemah. Sedangkan
reaksi metatesis sering disebut juga dengan reaksi penggantian ganda
yang artinya dua senyawa saling berganti ion atau ikatan untuk
membentuk senyawa yang berbeda.

Perlakuan pertama dilakukan

reaksi antara HCl 6 N dengan NaOH 6 N dimana perlakuannya yaitu


larutan HCl 6 N dimasukkan kedalam tabung reaksi yang kemudian
ditambahkan dengan larutan NaOH 6 N. Pada campuran larutan terjadi
kenaikan suhu larutan dimana hal ini disebabkan karena pada reaksi
yang berlangsung terjadi pelepasan kalor. Dengan begitu dapat
dikatakan bahwa reaksi tersebut tergolong dalam reaksi eksoterm.
Produk yang dihasilkan oleh reaksi ini yaitu NaCl dan H 2O. Ketika
campuran larutan dipanaskan, suhu larutan tertinggi pada saat
dipanaskan didapat sebesar 93oC dengan suhu awal larutan yaitu
28oC. Pada saat pemanasan ini terbentuk suatu uap air dan endapan
berwarna putih , uap air ini ditimbulkan dari air (H2O) yang terdapat
dalam larutan sedangkan endapan berwarna putih ini merupakan
endapan NaCl. Endapan ini disebabkan karena pelarut dalam larutan
telah habis menjadi uap air yang mengakibatkan zat terlarut akan
membentuk suatu padatan. Reaksi asam basa disebut juga sebagai
reaksi penetralan dimana ion H+ dari HCl akan bereaksi dengan ion
OH- dari NaOH dan membentuk air (H2O). Sementara, Cl - dari HCl

akan bereaksi dengan ion Na + dari NaCl dan membentuk garam


NaCl.
Pada reaksi selanjutnya yaitu mereaksikan Na 2CO3 5 M dengan HCl
0,005 mol. Campuran larutan yang dihasilkan yaitu larutan tidak
berwarna . Dari reaksi antara senyawa karbonat dengan suatu asam ,
maka akan dihasilkan suatu gas CO2, air dan garam lain . Pada reaksi
ini dihasilkan gas CO2 , H2O , dan garam NaCl. Ketikan reaksi terjadi
antara Na2CO3 dengan HCl akan menghasilkan H 2CO3 dan NaCl , yang
kemudian H2CO3 akan terurai menjadi H2O dan gas CO2. Campuran
larutan dipanaskan dimana suhu tertinggi campuran adalah 90 oC
dengan suhu awal 27oC . Pada saat pemanasan atau penguapan
sampai kering, terbentuk suatu gelembung dan uap yang merupakan
gas CO2 dan H2O selain itu terbentuk juga suatu endapan merah
kekuningan yang merupakan NaCl. NaCl merupakan zat non volatil
sehingga yang akan teruapkan adalah zat yang bersifat volatil yaitu
air.
Reaksi selanjutnya yaitu mereaksikan amoniak dengan asam
asetat dimana campuran yang dihasilkan yaitu larutan tidak berwarna.
Reaksi ini merupakan reaksi netralisasi antara asam lemah dengan
basa lemah dimana yang bertindak sebagai asam lemah adalah asam
asetat dan yang bertindak sebagai basa lemah adalah amoniak. Pada
campuran larutan terjadi kenaikan suhu yang diakibatkan terjadinya
pelepasan kalor atau energi. Dengan begitu reaksi ini termasuk
kedalam

reaksi

eksoterm.

Pada

campuran

larutan

dilakukan

pemanasan atau penguapan dengan suhu tertinggi larutan yaitu 93 oC


dimana suhu awalnya yaitu 29oC. Ketika penguapan sampai kering ini ,
campuran larutan hanya menghasilkan uap dan tidak membentuk
endapan. Hal ini karena pada reaksi tidak terjadi pembentukan garam
yang

akan

menyebabkan

suatu

endapan

seperti

pada

reaksi

sebelumnya. Adapun hasil dari reaksi ini yaitu CH3COO- dan NH4+ .
Reaksi selanjutnya yaitu mereaksikan Na2CO3 dengan CaCl2 yang
menghasilkan campuran larutan tidak berwarna, yang kemudian
dipanaskan atau diuapkan . Pada saat penguapan suhu tertinggi

campuran yaitu 90oC dimana suhu awal campuran yaitu 31oC. Pada
saat

direaksikan

terjadi

kenaikan

suhu

yang

diakibatkan

oleh

pelepasan kalor. Dengan begitu reaksi ini merupakan reaksi eksoterm.


Pada reaksi ini dihasilkan NaCl dan CaCO 3 yang berbentuk padatan,
namun pada percobaannya pada pemanasan tidak terbentuk endapan
yang seharusnya terbentuk endapan CaCO3 karena CaCO3 tidak dapat
larut dalam air. Terjadinya tidak terdapat endapan pada hasil reaksi
dikarenakan kemungkinan terdapat zat pengotor pada larutan yang
dapat menghambat atau mempengaruhi reaksi.
2. Reaksi Redoks
Reaksi redoks atau reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi yang
melibatkan terjadinya perubahan bilangan oksidasi suatu zat. Dalam
percobaan reaksi redoks dilakukan dua perlakuan reaksi . Perlakuan
reaksi pertama yaitu mereaksikan asam sulfat (H 2SO4) dengan sebuah
paku besi, dimana paku besi dimasukkan kedalam larutan H 2SO4.
Perubahan yang terjadi yaitu adanya gelembung-gelembung pada
permukaan paku besi, hal ini diakibatkan karena ketika H 2SO4
direaksikan dengan Fe maka akan timbul gelembung-gelembung gas
yang

membentuk

larutan

FeSO4.

Gelembung-gelembung

ini

diakibatkan oleh produk dari hasil reaksi yang tidak larut dalam air dan
titik didihnya rendah. Larutan H2SO4 yang bersifat asam kuat akan
mengoksidasi besi dalam paku dimana ion oksigen yang akan
mengoksidasi besi. Pada campuran terjadi reaksi elektroanalisis
dimana larutan H2SO4 yang mengandung air, dan oksigen diudara
masuk pada tabung yang menyebabkan adanya oksigen terlarut
dalam campuran. Lama kelamaan paku akan berkarat dimana ditandai
dengan warna kehitaman pada paku. Karat ini terbentuk karena
tingkat keasaman dari asam sulfat, hal ini disebut dengan proses
korosi, selain itu adanya air dan oksigen dalam campuran juga dapat
menjadi penyebab dari proses korosi tersebut.
Reaksi yang kedua adalah reaksi AgNO3 dengan NaCl dimana
campuran larutan terbentuk tiga fasa, fasa atas berwarna putih, fasa
tengah berwarna tidak berwarna dan fasa bawah terbentuk endapan
berwarna putih tulang. Endapan ini terbentuk karena larutan yang

digunakan adalah larutan ion logam yang sukar larut dalam air
sehingga membentuk suatu padatan di dasar tabung reaksi (endapan),
endapan tersebut adalah AgCl. Campuran kemudian disaring untuk
mendapatkan padatan AgCl, dimana padatan ini didapat pada kertas
saring. Padatan atau residu yang didapat kemudian dibagi dua, bagian
pertama ditempatkan ditempat gelap dan bagian kedua ditempatkan
dibawah sinar matahari atau ditempat terang. Hasil padatan yang
disimpan ditempat gelap adalah endapan yang tidak berubah, hal ini
karena pada padatan ini tidak terjadi reaksi redoks. Sedangkan
padatan kedua yang didapat adalah padatan yang berubah warna
menjadi hitam yang diakibatkan adanya reaksi redoks dan penguraian
oleh sinar matahari (UV).
3. Reaksi Pembentukan Kompleks dan Substitusi Ligan
Percobaan selanjutnya yaitu reaksi pembentukan kompleks, yang
pertama FeCl3 ditambahkan dengan aquades dan amoniak dimana
larutan menjadi berwarna jingga dan terdapat endapan merah bata
yang dari awal larutannya berwarna kuning, kemudian penambahan
Mg.EDTA larutan menjadi tidak berwarna namun masih terdapat
endapan. Kedua, larutan FeCl3 ditambahkan aquades dan Mg.EDTA
dimana larutan menjadi kuning cerah dari warna larutan awal kuning
pekat, kemudian penambahan amoniak terjadi perubahan warna
larutan menjadi jingga. Terjadinya perubahan warna pada kedua reaksi
tersebut

menandakan

bahwa

terjadinya

reaksi

pembentukan

kompleks, dimana kompleks yang terbentuk adalah [Fe(NH3)6]Cl.


Penggantian ligan menggunakan Mg.EDTA dan amoniak dilakukan
untuk mengetahui senyawa kupri sulfat lebih membentuk kompleks
dengan ligan mana , dan dapat dilihat bahwa pembentukan kompleks
selalu terjadi pada saat penambahan amoniak. Dengan begitu terjadi
penggantian antara ligan SO42- dengan NH3. Ketiga, larutan CaCl2 tak
berwarna ditambahkan aquades dan amoniak larutan tidak berwarna,
kemudian penambahan Mg.EDTA dimana larutan tetap tidak berwarna.
Keempat, larutan CaCl3 ditambahkah aquades, amoniak kemudian
Mg.EDTA , larutan tetap tidak berwarna. Pada kedua reaksi ini tidak

terjadi perubahan , yang seharusnya pada reaksi terjadi pembentukan


dua fasa yang menandakan terjadinya reaksi pembentukan kompleks.
Hal tersebut karena suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks
yang mantap dengan sejumlah besar ion logam. EDTA yang awalnya
berikatan dengan Mg kemudian mengalami reaksi substitusi ketika
pencampuran larutan terjadi, ion Mg bersubstitusi dengan ion
logam Fe dan Ca.
4. Reaksi Katalis
Reaksi ini dilakukan dengan mereaksikan FeCl 3 dengan natrium
tiosulfat dengan menggunakan katalis, dan tanpa katalis. Katalis
sendiri berperan dalam mempercepat atau mempermudah reaksi
berlangsung yang disebabkan karena energi aktifasi akan menurun
dengan penambahan katalis.
Pertama, reaksi FeCl3 dengan natrium tiosulfat tanpa penambahan
katalis. Larutan mengalami perubahan warna menjadi berwarna hitam
dimana warna awal dari FeCl3 adalah kuning dan natrium tiosulfat
tidak berwarna. Semakin lama warna larutan akan semakin memudar
menjadi kuning kecoklatan, sehingga tanda X yang disimpan dibawah
gelas kimia terlihat pada detik ke 23. Kedua, reaksi FeCl 3 dengan
ditetesi FeSO4 (larutan kuning kehijauan ) dimana larutan menjadi
berwarna hitam. Kemudian direaksikan dengan natrium tiosulfat yang
mengakibatkan larutan berubah warna menjadi hitam yang memudar
menjadi coklat ketika detik ke 13,07. Reaksi ini lebih cepat terjadi
karena FeSO4 bertindak sebagai katalis. Ketiga reaksi FeCl3 yang
ditetesi dengan CuSO4 (larutan berwarna biru) yang menghasilkan
warna larutan berwarna kuning. Kemudian direaksikan dengan natrium
tiosulfat yang menimbulkan warna kuning dan lama kelamaan warna
memudar menjadi kuning pucat pada detik ke 3,33 dimana yang
bertindak sebagai katalis adalah CuSO4 . Keempat FeCl3 ditetesi
dengan FeCl3 kembali yang kemudian direaksikan dengan natrium
tiosulfat. Reaksi ini menghasilkan warna larutan hitam yang kemudian
lama kelamaan memudar dan menjadi cokelat pada detik ke 19,23
dimana yang bertindak sebagai katalis adalah FeCl 3. Dari keempat

reaksi tersebut dapat dilihat bahwa reaksi dengan katalis lebih cepat
dibandingkan dengan reaksi tanpa katalis dimana dapat terlihat pada
detik yang dibutuhkan dalam reaksi.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
-

Pada reaksi asam basa akan terbentuk garam, pada reaski


redoks jika dilihat dari perubahannya menghasilkan suatu gas
dan mengalami perubahan bilangan oksidasi serta perubahan
warna

larutan.

Pada

reaksi

pembentukan

kompleks

akan

terbentuk senyawa kompleks berwarna pada percobaan ini


kompleks yang terbentuk adalah [Fe(NH3)6]Cl yang berwarna
merah bata. Pada reaksi katalis terlihat perbedaan laju reaksi
dengan katalis yang berbeda-beda. Reaksi dengan penambahan
katalis akan lebih cepat dibandingkan dengan reaksi tanpa
-

katalis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi berlangsung adalah

suhu, konsentrasi, dan adanya katalis atau tidak.


Reaksi dengan jenis kendali kinetika adalah reaksi katalis
sedangkan reaksi dengan kendali termokimia adalah reaksi
asam basa metatesis, reaksi redoks, dan reaksi pembentukan

kompleks.
Suhu ruang atau awal reaksi dengan suhu tertinggi reaksi yaitu
pada reaksi HCl + NaOH (20oC ; 93oC) , reaksi Na2CO3 + HCl
(27oC ; 90oC) , reaksi NH3 + CH3COOH (29oC ; 93oC), dan pada

reaksi Na2CO3 + CaCl2 (31oC ; 90oC).


Pengaruh penambahan tiap garam yaitu berpengaruh pada
waktu yang dibutuhkan pada saat reaksi, yaitu :
Larutan
Campuran
Na2S2O3 +
FeCl3

Katalis
Tanpa
Katalis
23 detik

FeCl3

FeSO4

CuSO4

19,23

13,07 detik

3,33 detik

detik

Anda mungkin juga menyukai