Anda di halaman 1dari 5

KONSERVASI BURUNG DAN HABITATNYA

Pendahuuan
Konservasi didefiniskan sebagai penggunaan sumber daya alam secara bbijaksana
dan bberkelanjutan
Burung adalah kelas vertebrata yang memiliki ciri berbbulu, memiliki sayap untuk
terbang, tulang berpneumatisasi, telurnya memiliki cangkang.
Habitat adalah tempat atau lingkungan yang didalamnya hidup organisme tertentu,
misalnya hutan mangrove.

Kasus di Amerika
Pada tahun 1950-an dan 1960-an di sepanjang pantai Atlantik, popullasi elang
bondol dan elang kaki bererrigi (meduanya pemakkan ikan) menurun secara
menyolok. Ketika diketahui, menghilangnya burung itu akibat DDT.
DDT engubah proses reproduksi dan menyebabkan telur yang dikeluarkan menjadi
steril atau cangkangnya begitu tipis hingga pecah sebellum piyiknya dapat menetas
(Peterson, 1978)

Alasan perlunya konservasi burung


Suatu jenis burung dapat menjadi rawan punah, bahkan punah, karena dalam
memannfaatkan burung dan ruang, manusia tidak memperhitungkan dampak
perubahan yang terjadi terhadap rantai makanan dalam suatu ekosistem maupun
batas toeransi persyaratan hidup dan daya regenerasi masing-masing jenis
penyusun ekosistem yang mendukungnya (Noerdjito et al, 2005)

Faktor yang menyebabkan burung menjadi langka (Noerdjito et al, 2005)


Faktor perubahan ekosistem oleh manusia
a. Pertambahan penduduk tak terkendali
b. Perencanaan tata ruang
c. Masuknya modal
d. Perdagangan burung secara luar
Tekanan langsung terhadap populasi burung
a. Dinikmati suaranya (Geopelia striata)
b. Dinikmati keindahan bulunya (Pavo muticus, Paradisea minor)
c. Memenuhi kebutuhan rumah makan (Dendrocygna arculata di sulawesi
selatan)

d. Untuk kebanggaan (Leucopsar rotschildi)


e. Memenuhi permintaan pasar (Cacatua sp.)
f. Pembunuhan iseng (Pycnonotus aurigaster)
Tekanan karena penggunaan habitat
a. Tekanan terhadap tempat tinggal dan berlindung
b. Tekanan teradap ketersediaan pakan
c. Tekanan terhadap perkembangbiakannya
d. Introduksi jenis pesaing atau pemangsa
e. Pencemaran lingkungan
f. Tekanan kesehatan satwa
g. Penggunaan teknologi tak ramah lingkungan

Upaya penyelamatan jenis burung


Batas minimal jumlah satwa yang dapat diselamatkan secara genetis dari bahaya
kepunahhan minimal terdiri dari 500 individu dewasa produktif dengan nisbah
kelamin berimbang dan dapat saling berhubungan. Jenis yang mempunyai sifat
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menjadi dewasa, serta jenis yang
rendah kemampuannya membesarkan anak

Batas burung yang perlu dilindungi


a.
b.
c.
d.
e.
f.

Memiliki pupoasi rendah atau cenderung turun (Cacatua sulphurea)


Memiliki sebaran semput (Leucopstar rotschildi)
Migrasi (Hirundo rustica, Pernis ptilorhynchus)
Memiliki ekosistem spesifik
Pemasok energi dan gizi (Aerodarmus fuciphagus)
Adaptasi rendah terhadap perubahan lingkungan (Lophura bulweri, berbiak
membuat sarang di bawah lindungan banir pohon besar di Kalimantan)
g. Berpasangan tetap, berbagai jenis Psitacidae
h. Sex ratio terbatas, Paradisea minor betina hanya memiliki seekor pejantan
tetapi dalam pemilihan, betina memerlukan beberapa ekor pejantan. Jika
hanya ada satu maka betina tidak akan mau berpasangan.
i. Stabilitas ekosistem, Accipiter nisus merupakan karnivor puncak berperan
dalam keseimbangan lingkungan.
j. Burung penyerbuk, Nectariniidai
k. Burung pemencar biji, Bucerotiidae.
Strategi Konservasi
Usaha konservasi Sumber Daya Alam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1880
sampai sekarang
Upaya pengawetan keanekaragaman flora dan fauna dilakukan
1. Didalam kawasan konservasi
2. Diluar kawasan konservasi

3. Pengawasan terhadap pedagangan dengan ekspor

Peraturan Perundang-perundangan

Perundang-undangan konservasi SDA tahun 1909


UU perlindungan binatang liar 1931
UU Perburuan Jawa dan Madura 1940
UU Perlindungan Alam 1941
UU No 5/1967 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan
UU No 4/1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU No 5/1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan (Anonim, 1992)

Aturan agama:
Tidakkah mereka melihat burung-burung yang disuruh terbang di udara? Tidak ada
yang menahannya, selain Allah. Sesungguhnya hal itu menjadi keterangan bagi
kaum yang berman (QS An-Nahl: 16:79)
Pendapat Atmawidjaja (1997):
Pelestarian burung yang endemik di ambang kepunahan hendaknya dipelopori oleh
unsur perguran tinggi dan lembaga penelitian.

Istilah kelangkaan Flora dan Fauna


Nyaris punah (Endangered) yaitu taxa yang anggotangnya telah berkurang
sampai ke kritis atau habitatnya telah menjadi sempit secara drastis
sehingga berada dalam keadaan kritis sekali.
Menuju bahaya punah (vullnerable) taxa yang populasinya merosot akibat
eksploitasi yang berlebihan dan kerusakan habitat
Jarang (rare) taxa yang populasinya berkurang meskipun belum menuju
bahawa punah.

Kriteria Kawasan Konservasi (Anonim, 1976)


Cagar Alam
a. Kawasan darat
b. Semua unsur alamai (flora, fauna, daerah lingkungan) dilestarikan
c. Perkembangan diserahkan kepada lam
d. Peruntungan ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan
Suaka margasatwa
a. kawasan daratan

b. satwa dilindungi (hampir punah dikhawatirkan punah dan jarang)


dilestarikan,
c. perlakuan ditunjukkan untuk kesejahterahan dan perkembangan satwa
tersebut,
d. peruntukan ilmu pengetahuan, pendiikan dan kebudayaan
Taman laut
a. Kawasan hutan
b. Selanjutnya sama dengan cagar alam
Taman Nasional
a. Kawasan daratan
b. Semua unsur alami (flora, dauna derah lingkungan) dilestarikan,
c. Diperlengkapi dengan sarana selengkap-lengkapnya,
d. Peruntukkan ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan rekreasi dan
pariwisata
e. Luas minimal 500ha
Taman wisata
a. Kawasan daratan,
b. Semua unsur alami (flora, fauna, daerah lingkungan) sebanyak mungkin
dipertahankan keadaan asli
c. Dilengkapi dengan sarana selengkap-lengkapnya untuk rekreasi dan
pariwisata
d. Luas kurang dari 500 ha
Taman Buru
a. Kawasan darat
b. Tempat pembinaan satwa buru
c. Perlakuan ditujukkan pada pembinaan populasi
d. Untuk kepentingan perburuan terpimpin (boleh diburu siapa saja)

Penutup
Untuk kegiatan konservasi burung dan habitatnya diperlukan usaha yang sungguhsungguh dilaksanakan oleh para pengambil keputusan dari atas sampai ke bawah,
dan masyarakat yang terdidik maupun tidak terdidik.
Setumpuk aturan aperundang-undangan itu hanya akan menjadi sampah , jika tidak
dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten di lapangan yang sebenarnya.

Rujukan
Anonim. 1976. Kumpulan Kerja Loka Karya PERLINDUNNGAN DAN PELESTARIAN
ALAM. MAB Indonesia-LIPI. Bogor
Anonim. 1992. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemny. Biro Humas
Sekjen Dephut. Jakarta.

Atmawidjaja, R. 1997. Pelesterian burung melalui penangkaran. Makalah . Seminar


Nasional Pelestarian Burung dan Ekosistemnya. IPB-LIPI. Bogor
Noerdjito, M. et al. 2006. Kriteria Jenis Hayati Yang Harus Dilindungi Oleh dan Untuk
Masyarakat Indonesia. Puslibat LIPI-World Agroforestry Center-ICRAF. Bogor
Peterson, R.T. 1978. Burung. Pustaka Alam Life. Tiara Pustaka. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai