2 - Ratnasari Ramlan - Novita Pradani So Edit Mektek Jan - 08 PDF
2 - Ratnasari Ramlan - Novita Pradani So Edit Mektek Jan - 08 PDF
Abstract
The purpose of this Research is to know sand quality and exploiting go out to sea as smooth aggregate for a
concrete mixture asphalt. Where to determine made by optimum asphalt content 5 object test with asphalt
rate variation, that are 5%, 5,5%, 6%, 6,5% and 7%. After obtaining optimum asphalt content value that is
6,4% hereinafter will be made by object test by using optimum asphalt rate. Sand condition to be used by is
the condition of sea sand influenced by up and down of water sea, condition of sea sand which do not
influenced by up and down of water sea, Sand condition influenced by up and down of water sea which have
washed out. For three conditions of the sand tested by Marshall (measuring tool) with time variation of
submersion that is 30 minutes, 1 hour, 3 hours, 5 hours and 24 hours. The obtained data is the condition of
sea sand that influenced by up and down of sea, do not fulfill the specification of discharge, where sand
discharge go out to sea above 4,5 mm.
Keyword: aggregate, sea sand, optimum asphalt content
1. Pendahuluan
Konstruksi perkerasan jalan terdiri atas
lapis permukaan. Lapis pondasi atas, lapis pondasi
bawah dan lapis tanah dasar. Lapis yang terletak
paling atas (surface course) atau biasa juga disebut
lapis permukaan, umumnya dibuat dengan
menggunakan bahan pengikat aspal sehingga
menghasilkan lapisan yang kedap air dengan
stabilitas yang tinggi dan tahan lama.
Salah satu jenis lapisan permukaan yang
lazim digunakan, termasuk di Indonesia adalah
Lapisan Beton Aspal (Laston). Laston merupakan
lapisan permukaan yang bersifat structural,
berfungsi
sebagai
lapisan
penahan
dan
menyebarkan beban roda dan merupakan lapisan
pada konstruksi jalan, terdiri atas campuran aspal
keras yang mempunyai gradasi menerus, dicampur,
dan dipadatkan pada suhu tertentu.
Agregat halus yang digunakan pada
Laston umumnya berupa pasir sungai, yang relatif
mengandung bahan organik. Pemanfaatan pasir
sungai saat ini dirasakan dapat menganggu
ekosistem sungai tersebut sehingga perlu
memanfaatkan pasir laut yang relative masih
memungkinkan untuk dieksploitasi.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Pasir laut
Secara umum pasir laut dapat dibedakan
atas dua kondisi yaitu pasir laut yang tidak
dipengaruhi pasang surut dan pasir laut yang
terendam atau dipengaruhi oleh kondisi air laut (air
pasang surut). Yang dimaksud dengan pasir laut
yang tidak dipengaruhi oleh air pasang surut adalah
pasir laut yang terdampar 50 meter dari air
pasang dan tidak akan tergenang kembali. Pasir laut
yang tidak dipengaruhi air pasang ini mempunyai
kandungan kadar garam yang lebih kurang dari
pasir laut yang dipengaruhi air pasang. Akan tetapi
bahan-bahan kimia dan limbah-limbah yang ada
pada pasir laut yang tidak dipengaruhi pasang surut
lebih banyak dibandingkan pasir laut yang
dipengaruhi pasang surut.
2.2 Kadar garam
Garam bersifat halit (sodium klorida, NaCl) dimana
setelah garam mengalami pencampuran atau
pelarutan garam akan menghasilkan alkali sodium
hidroksida. Kadar garam mempunyai larutan
sodium klorida yang mampu bereaksi dengan
portlandit dalam perekat semen berdasarkan
persamaan kimia sederhana sebagai berikut :
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Studi Pemanfaatan Pasir Laut sebagai Agregat Halus pada Campuran Beton Aspal
2NaCl
+
Sodium klorida
Ca(OH)2
Portlandit
2NaOH
Alkali
CaCl2
11
Jenis Pemeriksaan
1.
2.
Cara
Pemeriksaan
PB.0206-1976
PB.0205-1976
Persyaratan
Satuan
40
% maks
95
% maks
12
Studi Pemanfaatan Pasir Laut sebagai Agregat Halus pada Campuran Beton Aspal
3. Metode Penelitian
3.1 Pengambilan sampel
1) Agregat
a. Agregat Halus
A
(1)
BC
B
(2)
BC
A
(3)
AC
- Penyerapan
=
B A X 100 % (4)
A
Dimana :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = Berat benda uji kering permukaan
jenuh (gram)
13
500
.(6)
( B + 500 + Bt
ab
X 100 % ....(9)
b
Dimana :
a = Berat sampel semula (gram)
b = Berat sample tertahan saringan No. 12 (gram)
14
Jenis Pemeriksaan
Berat Jenis Bulk
Berat Jenis SSD
Berat Jenis Semu
Penyerapan
dan
Agregat Kasar
Agregat Halus
Abu Batu
2,903
2,956
3,152
1,184
2,553
2,573
2,606
0,786
2,502
-
Studi Pemanfaatan Pasir Laut sebagai Agregat Halus pada Campuran Beton Aspal
Hasil
Pemeriksaan
PA-0301-76
PA-0302-76
PA-0303-76
Percobaan
67,5
48
335
Pemeriksaan
Penetrasi (250C, 5 det)
Titik Lembek (ring%ball)
Titik Nyala (Clev Open Cup)
Kehilangan Berat (1630C, 5
Jam)
Daktilitas
Penetrasi setelah Kehilangan
Berat
Berat Jenis
Spesifikasi
Standar
Min Max
60
79
48
58
200
-
Satuan
0,1 mm
0
C
0
C
PA-0304-76
0,14
0,4
%berat
PA-0306-76
PA-0301-76
138
80,8
100
75
Cm
%
PA-0307-76
1,026
gr/cm3
Spesifikasi
%Lolos
% Tertahan
100
80 - 100
70 - 90
50 - 70
35 - 70
18 - 29
13 - 23
8 - 16
4 - 16
100
90
80
60
42,5
23,5
18
12
7
0
10
10
20
17,5
19
5,5
6
5
7
100
Berat Agregat
(gram)
0
120
120
240
210
228
66
72
60
84
1200
7,0
2,410
2,31
87,77
780,63
4,38
178,23
Spesifikasi
35
75 85
Min 250
2 4,5
81,6 408
15
Tabel 8. Hasil Pemeriksaan karakteristik benda uji (menggunakan kadar aspal optimum)
Kondisi
Lama
Karakteristik campuran
Pasir Laut
Perendaman Stabilitas Flow
MQ
VIM
VFB
Kepadatan
(jam)
(kg)
(mm) (kg/mm) (%)
(%)
(gr/cc)
0,5
1021,30
5,085 200,850 2,665 85,010
2,423
1
948,20
5,100 185,920 3,177 82,550
Dipengaruhi
2,410
Pasang
3
818,88
5,930 138,090 3,225 82,330
2,409
Surut
5
767,15
6,140 124,940 3,579 80,710
2,400
0,5
899,68
3,730 241,200 4,299 77,540
2,382
Dipengaruhi
1
913,93
3,750 243,710 4,219 77,610
2,384
Pasang Surut
3
663,27
3,810 174,090 3,950 78,920
2,390
(dicuci)
5
663,27
3,880 163,950 4,058 78,580
2,388
0,5
969,45
4,090 237,030 3,897 79,278
2,392
Tidak
1
873,52
4,190 208,480 3,174 82,549
2,410
Dipengaruhi
3
814,27
4,380 185,910 3,736 79,989
2, 396
Pasang Surut
5
629,63
5,300 117,540 4,299 77,543
2,381
16
Studi Pemanfaatan Pasir Laut sebagai Agregat Halus pada Campuran Beton Aspal
Gambar 3. Hubungan lama Perendaman dan Kelelehan plastis Campuran beton aspal
17
Gambar 4. Hubungan antara Lama perendaman dengan Nilai MQ Campuran Beton aspal
Gambar 5. Hubungan antara Lama perendaman dengan Nilai VIM Campuran Beton aspal
18
Studi Pemanfaatan Pasir Laut sebagai Agregat Halus pada Campuran Beton Aspal
Gambar 6. Hubungan antara Lama perendaman dengan Nilai VFB Campuran Beton aspal
Gambar 7. Hubungan antara Lama perendaman dengan Kepadatan campuran beton aspal
19
2,41
3,174
82,175
644,64
5,09
126,640
Spesifikasi
35
75 85
Min 250
2 4,5
81,6 408
Spesifikasi
35
75 85
Min 250
2 4,5
81,6 408
Tabel 11. Material pada kondisi dipengaruhi pasang surut yang dicuci bersih
Karakteristik
Nilai
Spesifikasi
Campuran
Pemeriksaan
Berat Isi
2,380
VIM
4,379
35
VFB
75,185
75 85
Stabilitas
585,28
Min 250
Flow
4,80
2 4,5
MQ
121,933
81,6 408
20
Studi Pemanfaatan Pasir Laut sebagai Agregat Halus pada Campuran Beton Aspal
3) Lama
perendaman
mempengaruhi
nilai
karakteristik beton aspal. Dengan variasi
perendaman 30 menit, 1 jam, 3 jam, 5 jam dan
24 jam diperoleh karakteristik cmpuran yang
cukup baik berkisar pada perendaman 1 jam.
4) Dari hasil pemeriksaan pada pasir laut yang
dipengaruhi pasang surut diperoleh data bahwa
kondisi pasir ini tidak memenuhi spesifikasi
terutama pada kelelehannya, dimana kelelehan
pada pasir laut ini diatas 4,5 mm
5.2 Saran
1) Untuk memperoleh data yang lebih akurat
tentang pemanfaatan pasir laut, maka untuk
pengujian selanjutnya dibuat benda uji yang
lebih banyak
2) Sebelum memanfaatkan pasir laut sebagai
bahan agregat halus pada Laston, sebaiknya
dilakukan penelitian yang lebih spesifik
tentang kadar garam dan bahan-ahan organik
lainnya yang terdapat pada pasir laut tersebut.
6. Daftar Pustaka
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal
Bina Marga, 1983, Petunjuk Pelaksanaan
Lapisan Aspal Beton Pondasi Atas
(Laston
Atas)
No
03/PT/B/1983,
Direktorat Jenderal Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum
Bina Marga, 1983,
(Buku III), Proyek
Pengawasan Teknik
Ujung Pandang
Direktorat Jenderal
Spesifikasi Umum
Perencanaan dan
Peningkatan Jalan,
1990,
SNI
Direktorat
Jenderal
Bina
Marga,
1983,
Pengaspalan, Badan Penerbit Pekerjaan
Umum
Silvia Sukirman, 1995 Perkerasan Lentur Jalan
Raya, Nova Bandung
21