2. Barang harus homogen., barang yang homogen ini menimbulkan harga yang sama di
pasar. Akibatnya produsen tidak ada gunanya melakukan persaingan harga.
3. Tidak terdapat hambatan masuk atau keluar pasar. Dalam jangka panjang bagi
perusahaan yang mengalami kerugian dapat dengan mudah untuk keluar dari pasar
dan sebaliknya akan bertahan apabila memperoleh keuntungan.
4. Pembeli mengetahui secara sempurna kondisi pasar. Banyaknya pembeli di pasar
persaingan sempurna membuat dengan mudah para pembeli mengetahui harga di
pasar. Ini berakibat pada produsen tidak dapat menjual harga diatas harga rata rata di
pasar, jika pun penjual melakukan nya maka dalam jangka panjang perusahaan akan
rugi.
B. Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Dikatakan pasar persaingan tidak sempurna, karena beberapa hal seperti
jumlah penjual tidak lebih banyak dibandingkan persaingan sempurna, barang dan
kualitas yang diperdagangkan heterogen. Struktur dalam pasar persaingan tidak
sempurna dideskripsikan sebagai berikut.
1. Monopoli
Bentuk pasar monopoli adalah suatu pasar yang hanya mempunyai satu
penjual dan banyak pembeli. Sebaliknya pasar monopsoni adalah suatu pasar dengan
banyak penjual namun hanya satu pembeli. Antara monopoli dan monopsoni sangat
erat kaitannya. Sebagai produsen tunggal kedudukan monopoli adalah unik. Apabila
pelaku monopoli akan menaikkan harga maka ia tak perlu khawatir mengenai
persaingan . Hal itu disebabkan pelaku monopoli mengendalikan seluruh output yang
akan dijual (Pyndick dan Rubinfeld, 2010). Secara spesifik ciri pasar monopoli
sebagai berikut:
Terdapat satu perusahaan . Karena hanya satu perusahaan maka ia sebagai
2. Oligopoli
Struktur pasar oligopoli yaitu struktur pasar dimana hanya sedikit perusahaan
yang bersaing satu sama lain dan masuknya perusahaan lain dihalangi.berbeda dengan
oligopsoni yang merupakan struktur pasar dengan jumlah penjual lebih banyak lebih
banyak dan tidak terdapat halangan untuk masuk ke dalam pasar. Industri oligopoli
akhir akhir ini berkembang pesat. Ciri ciri khusus persaingan oligopoli menurut
Bilas (1985) sebagai berikut:
Di dalam pasar terdapat sejumlah kecil perusahaan yaang menguasai pasar.
Menghasilkan produk yang homogen atau diferensiasi produk.
Produsen sebagai penentu harga
Adanya halangan untuk perusahaan yang akan masuk atau keluar pasar
Umumnya untuk memaksimalkan laba perusahaan melakukan promosi iklan.
3. Persaingan Monopolistik
Pada dasarnya pasar monopolistik berada diantara dua jenis pasar yaitu pasar
persaingan sempurna dan pasar monopoli. Ditinjau dari pengertiannya pasar
monopolistik adalah tidak terdapat halangan masuk ataupun keluar dari pasar dan
masing masing perusahaan memproduksi dengan ciri khasnya tersendiri (product
differentiation). Ciri-ciri utama persaingan monopolistik yaitu (Sugiarto dkk, 2007 ) :
Persaingan antar perusahaan dilakukan melalui produk yang terdiferensiasi,
walaupun dapat digantikan oleh produk lain namun bukan pengganti yang
sempurna.
Dapat keluar dan masuk ke dalam pasar secara bebas. Hal ini didasarkan pada
Jika diringkas dalam bentuk tabel maka perbedaan masing masing struktur pasar
sebagai berikut.
Tabel 2 Perbedaan Struktur Pasar
Penjual
Pembeli
Struktur Pasar
Larangan
Jumlah
Masuk
Larangan
Jumlah
Masuk
Persaingan Sempurna
Tidak
Banyak
Tidak
Banyak
Monopoli
Ada
Satu
Tidak
Banyak
Oligopoli
Ada
Beberapa
Tidak
Banyak
Persaingan Monopolistik
Tidak
Banyak
Tidak
Banyak
A. Latar Belakang
Fenomena lemahnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang
terjadi dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan menarik untuk diikuti. Setiap
negara pasti menginginkan nilai mata uangnya stabil terhadap mata uang negara lain,
tak terkecuali Indonesia. Namun, untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah karena
kuat atau lemahnya nilai tukar mata uang tidak hanya ditentukan oleh kondisi dan
kebijakan ekonomi di dalam negeri, tetapi juga kondisi perekonomian negara lain
yang menjadi mitra dagangnya serta kondisi non-ekonomi seperti keamanan dan
kondisi politik.
Nilai kurs dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. Maka, muncullah
istilah apresiasi dan depresiasi. Apresiasi adalah menguatnya nilai mata uang suatu
negara terhadap mata uang negara lain yang ditentukan oleh mekanisme pasar,
sedangkan depresiasi adalah melemahnya nilai mata uang suatu negara terhadap
negara lain yang ditentukan oleh mekanisme pasar.
Saat ini, terjadi fenomena kurs rupiah terhadap dolar AS yaitu terdepresiasinya
nilai rupiah terhadap dolar. Hal ini memang bukan hal yang baru dalam sejarah kurs
rupiah. Namun, yang membuat fenomenal adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar
sempat mencapai 13 ribuan. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, pemerintah telah
bekerjasama dengan Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap
asing yang dampaknya akan dapat terlihat langsung maupun tidak.
Grafik 1. Fluktuasi Nilai Dollar AS terhadap Rupiah
dibentuk oleh berbagai sektor ekonomi yang terjadi. Perbedaan nilai tukar mata uang
suatu negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan
penawaran mata uang tersebut.
Kurs atau nilai tukar merupakan salah satu intrumen penting dalam
perekonomian suatu Negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, dimana
negara tersebut melakukan berbagai kegiatan perkenomian dengan negara lain dalam
bentuk kegiatan ekspor ataupun impor suatu hasil produksi dari sektor yang menjadi
sektor utama dalam perekonomian negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata
uang satu negara terhadap mata uang negara lainnya, dimana nilai tukar adalah harga
sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur dan dinyatakan dengan mata uang
Negara lain. Nilai mata uang dapat didefinisikan sebagai harga relatif dari mata uang
terhadap mata uang negara lainnya (Sukirno, 2011).
Kurs juga dapat didefenisikan sebagai besar atau banyaknya jumlah uang
domestik yang dibutuhkan disuatu negara yang berupa nilai tukar mata uang sebagai
catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang
domestik (domestic currency). Nilai tukar ini mempengaruhi perekonomian dan
kehidupan kita sehari-sehari, karena ketika rupiah menjadi lebih bernilai terhadap
mata uang asing, maka barang-barang impor akan menjadi lebih murah bagi
penduduk Indonesia dan barang-barang ekspor Indonesia akan menjadi lebih mahal
bagi penduduk asing (Mishkin, 2008).
Sejalan dengan dinamika perekonomian global, nilai tukar Rupiah terhadap
dolar AS sampai dengan akhir tahun 2015 mengalami tekanan sehingga realisasi nilai
tukar Rupiah terhadap dolar AS per akhir tahun 2015 mengalami depresiasi.
Pelemahan nilai tukar rupiah dari Rp13.339 per dolar AS diakhir semester I menjadi
Rp13.795,00 per dolar AS di akhir tahun dan naiknya volatilitasi nilai tukar yakni dari
7,1% menjadi 10,2% (Bank Indonesia, 2016). Kenaikan volatilitas tersebut tidak
diikuti dengan perbedaan volume transaksi yang signifikan. Pada semester II 2015,
volume transaksi tercatat sebesar 339,45 miliar dolar AS, sedikit lebih rendah dari
semester sebelumnya 350,64 miliar dolar AS. Penguatan ekonomi di AS menjadi
salah satu faktor pendorong fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dengan
arah yang cenderung melemah. Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah dimana nilai
tukar rupiah terhadap Dollar AS menjelang akhir tahun cenderung melemah.
Grafik 2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 2015
dengan baik dan memenuhi syarat stasionaritas. Dalam jangka pendek, vector errorcorrection model (VECM) yang digunakan menunjukkan kenaikan cadangan devisa
dan perbaikan dalam neraca perdagangan akan menurunkan nilai tukar USD terhadap
Rupiah atau menguatkan nilai tukar Rupiah terhadap USD. Sementara itu, tingkat
suku bunga pasar uang, indeks harga saham gabungan dan inflasi justru menyebabkan
nilai tukar USD terhadap Rupiah terapresiasi. dalam jangka pendek. Hasil uji
kausalitas Granger mengindikasikan bahwa tidak semua variabel makroekonomi yang
diestimasi memiliki hubungan dua arah dengan pergerakan nilai tukar USD/Rp.
Hanya variabel indeks saham gabungan (SPI) yang memiliki hubungan timbal balik
atau dua arah terhadap volatilitas nilai tukar USD/Rp. Selain SPI, cadangan devisa
juga berkorelasi terhadap variabel nilai tukar USD/R namun korelasi kedua variabel
tersebut tidak berjalan dua arah atau satu arah saja.
Jika mengutip pernyataan pengamat ekonomi dari Institute for Development
of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini, faktor-faktor penyebab
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, khususnya pada kuartal ke-IV
2015 adalah:
Paket kebijakan Pemerintah sudah sangat terlambat karena krisis nilai tukar
sudah terjadi sejak dua tahun terakhir, tepatnya masa akhir pemerintahan
Presiden SBY di mana rupiah melemah dari Rp9.000/USD ke Rp12.000/USD.
Bank Indonesia (BI) yang saat itu lemah, BI sekarang paling tidak berdaya dan
tidak memiliki inisiatif kuat untuk menyelesaikan masalah lemahnya nilai
tukar rupiah.
Faktor politik, yaitu kepemimpinan yang lemah dan terlalu banyak pihakpihak di pemerintahan yang mau mengatur sendiri sehingga komando
10
Pasar melihat bahwa modal sosial tim pemerintah rendah seperti ditunjukkan
dalam perkelahian internal satu sama lain. Satu tim kolektif saling tidak
percaya, tidak akan menghasilkan kebijakan efektif.
Akan tetapi, memasuki kuartal kedua 2016, nilai tukar rupiah terhadap dollar
AS cenderung stabil jika dibandingkan dengan nilai tukar rupiah pada awal tahun
2016. Penguatan rupiah berlanjut sehingga secara rata-rata, rupiah selama triwulan II2016 menguat sebesar 1,59% dan mencapai level Rp13.313 per dolar AS sebagaimana
ditunjukkan pada grafik dibawah.
Grafik 3. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Kuartal II 2016
11
D. Kesimpulan
1. Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar AS dapat melemah karena nilai
mata uang suatu negara terhadap negara lain yang ditentukan oleh mekanisme
pasar. Jika permintaan terhadap mata uang dollar lebih banyak dibandingkan
mata uang rupiah, maka nilai tukar rupiah akan terdepresiasi.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi melemahnya nilai tukar mata uang rupiah
adalah gabungan pengaruh faktor makro ekonomi, baik faktor internal
(domestik) dan faktor eksternal (asing), serta faktor-faktor non ekonomi,
politik, sosial dan psikologis. Faktor internal yang terjadi adalah terjadinya
inflasi dan rendahnya devisa Indonesia, sedangkan faktor eksternal yang
terjadi adalah menguatnya ekonomi AS. Selain itu, faktor lain seperti politik
12
yang belum stabil, kebijakan pemerintah yang tidak efisien, serta pengaruh
psikologis dimana pasar lebih memilih untuk membeli dollar mempengaruhi
terpuruknya nilai rupiah pada saat itu.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi menguatnya nilai tukar mata uang rupiah
juga adalah gabungan pengaruh faktor makro ekonomi, baik faktor internal
(domestik) dan faktor eksternal (asing), serta faktor-faktor non ekonomi,
politik, sosial dan psikologis. Faktor internal yaitu stabilnya inflasi dan
suksesnya program tax amnesti. Sedangkan faktor eksternal yaitu melemahnya
ekonomi AS akibat The Fed dan dampak dari Brexit dinilai mempengaruhi
menguatnya nilai rupiah, dan apabila hal-hal tersebut terus berlangsung dalam
jangka waktu yang lama, bukan mustahil nilai rupiah dapat berada di bawah
Rp. 12.000.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Anzarullah, Arief. Analisis Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Nilai Tukar Rupiah.
Palembang: Universitas Sriwijaya, 2012.
Bilas, Richard A. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Erlangga. 1985.
Boediono. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.2 : Ekonomi Makro. Yogyakarta:
BPFE, 2005.
Carlton DW & Perloff JM. Modern Industrial Organization, 3rd edition. Massachusetts,
USA: Addison Wesley longman, Inc. 2006.
13
Mishkin, Frederic S. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Edisi Sembilan, jilid
2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. 2008.
Pindyck, Robert S. dan Rubinfeld, Daniel L. Mikroekonomi Edisi 6 Jilid 1. Jakarta: Indeks.
2010
Sadono Sukirno. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada. 2011.
Sugiarto, dkk. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta: Gramedia. 2007.
Jurnal
Bank Indonesia, Kajian Stabilitas Keuangan, Edisi No. 26 Maret 2016. Jakarta: Bank
Indonesia, 2016.
Bank Indonesia, Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia, Edisi Triwulan
II. Jakarta: Bank Indonesia, 2016.
Bank Indonesia, Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia, Edisi Triwulan
III. Jakarta: Bank Indonesia, 2016.
Bank Indonesia, Tinjauan Kebijakan Moneter: Ekonomi, Moneter dan Keuangan, Edisi Juli.
Jakarta: Bank Indonesia, 2016.
Macroeconomic Dashboard FEB Universitas Gadjah Mada, Indonesian Economic Review &
Outlook No. 4/Tahun IV/Januari 2016. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Artikel Internet
Dalam Waktu Dekat Rupiah Bisa Menguat Hingga Rp 12 Ribu Per Dolar AS
http://m.harianindo.com/2016/03/07/88348/dalam-waktu-dekat-rupiah-bisa-menguathingga-rp-12-ribu-per-dolar-as/, diakses 3 Oktober 2016
Disfiyant Glienmourinsie Ini Enam Faktor Penyebab Rupiah Semakin Terpuruk
http://ekbis.sindonews.com/read/1048853/33/ini-enam-faktor-penyebab-rupiahsemakin-terpuruk-1443505258, diakses 3 Oktober 2016
Jokowi Mengganas! Tax Amnesty Pukul Dolar AS jadi Rp 12 Ribu, Fundamental Ekonomi
Indonesia
Menguat
http://www.okterus.com/10009-jokowi-mengganas-tax-
amnesty-pukul-dolar-jadi-rp-12-ribu-fundamental-ekonomi-indonesia-menguat>,
diakses 3 Oktober 2016
14