Anda di halaman 1dari 14

1

PERBEDAAN STRUKTUR PASAR


Pasar adalah bertemunya penjual dan pembeli (permintaan) dalam rangka melakukan
pertukaran berupa barang dan jasa. Pasar dapat dibedakan menurut strukturnya, yaitu terbagi
menjadi Pasar persaingan sempurna dan Pasar persaingan tidak sempurna. Gambar dibawah
berikut menjelaskan pembagian struktur pasar secara lebih jelas.
Gambar 1. Struktur pasar dalam ilmu ekonomi.

Sumber : Pindyck dan Rubinfeld (2010), diolah


Dalam uraian di bawah, pasar persaingan tidak sempurna yang akan dijelaskan lebih lanjut
adalah Monopoli, Oligopoli, dan Persaingan Monopolistik.
A. Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna didefinisikan sebagai industri dimana terdapat
banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual dan pembeli tidak dapat memengaruhi
harga di pasar. Adapun ciri pasar persaingan sempurna sebagai berikut (Sadono,
2011):
1. Perusahaan atau produsen sebagai pengambil harga (price taker) artinya perusahaan di
dalam pasar tidak dapat merubah harga. Karena harga yang terjadi ditentukan oleh
interaksi keseluruhan antara produsen dan konsumen .

2. Barang harus homogen., barang yang homogen ini menimbulkan harga yang sama di
pasar. Akibatnya produsen tidak ada gunanya melakukan persaingan harga.
3. Tidak terdapat hambatan masuk atau keluar pasar. Dalam jangka panjang bagi
perusahaan yang mengalami kerugian dapat dengan mudah untuk keluar dari pasar
dan sebaliknya akan bertahan apabila memperoleh keuntungan.
4. Pembeli mengetahui secara sempurna kondisi pasar. Banyaknya pembeli di pasar
persaingan sempurna membuat dengan mudah para pembeli mengetahui harga di
pasar. Ini berakibat pada produsen tidak dapat menjual harga diatas harga rata rata di
pasar, jika pun penjual melakukan nya maka dalam jangka panjang perusahaan akan
rugi.
B. Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Dikatakan pasar persaingan tidak sempurna, karena beberapa hal seperti
jumlah penjual tidak lebih banyak dibandingkan persaingan sempurna, barang dan
kualitas yang diperdagangkan heterogen. Struktur dalam pasar persaingan tidak
sempurna dideskripsikan sebagai berikut.
1. Monopoli
Bentuk pasar monopoli adalah suatu pasar yang hanya mempunyai satu
penjual dan banyak pembeli. Sebaliknya pasar monopsoni adalah suatu pasar dengan
banyak penjual namun hanya satu pembeli. Antara monopoli dan monopsoni sangat
erat kaitannya. Sebagai produsen tunggal kedudukan monopoli adalah unik. Apabila
pelaku monopoli akan menaikkan harga maka ia tak perlu khawatir mengenai
persaingan . Hal itu disebabkan pelaku monopoli mengendalikan seluruh output yang
akan dijual (Pyndick dan Rubinfeld, 2010). Secara spesifik ciri pasar monopoli
sebagai berikut:
Terdapat satu perusahaan . Karena hanya satu perusahaan maka ia sebagai

penentu harga (price maker).


Tidak mempunyai barng pengganti yang mirip. Artinya barang yang
dihasilkan oleh perusahaan monopoli tidak dapat digantikan oleh barang lain

yang ada di dalam pasar.


Terdapat halangan untuk masuk ke dalam pasar . Halangan ini menyebabkan
kekuasaan penuh dimiliki oleh satu perusahaan, umumnya pelegalan halangan

masuk perusahaan yaitu dibatasi oleh undang undang


Promosi kurang diperlukan. Karena hanya satu perusahaan maka tidak penting
melakukan promosi.

2. Oligopoli

Struktur pasar oligopoli yaitu struktur pasar dimana hanya sedikit perusahaan
yang bersaing satu sama lain dan masuknya perusahaan lain dihalangi.berbeda dengan
oligopsoni yang merupakan struktur pasar dengan jumlah penjual lebih banyak lebih
banyak dan tidak terdapat halangan untuk masuk ke dalam pasar. Industri oligopoli
akhir akhir ini berkembang pesat. Ciri ciri khusus persaingan oligopoli menurut
Bilas (1985) sebagai berikut:
Di dalam pasar terdapat sejumlah kecil perusahaan yaang menguasai pasar.
Menghasilkan produk yang homogen atau diferensiasi produk.
Produsen sebagai penentu harga
Adanya halangan untuk perusahaan yang akan masuk atau keluar pasar
Umumnya untuk memaksimalkan laba perusahaan melakukan promosi iklan.
3. Persaingan Monopolistik
Pada dasarnya pasar monopolistik berada diantara dua jenis pasar yaitu pasar
persaingan sempurna dan pasar monopoli. Ditinjau dari pengertiannya pasar
monopolistik adalah tidak terdapat halangan masuk ataupun keluar dari pasar dan
masing masing perusahaan memproduksi dengan ciri khasnya tersendiri (product
differentiation). Ciri-ciri utama persaingan monopolistik yaitu (Sugiarto dkk, 2007 ) :
Persaingan antar perusahaan dilakukan melalui produk yang terdiferensiasi,
walaupun dapat digantikan oleh produk lain namun bukan pengganti yang

sempurna.
Dapat keluar dan masuk ke dalam pasar secara bebas. Hal ini didasarkan pada

keunikan merek dagang di masing masing perusahaan.


Perusahaan hanya mempunyai sedikit kekuasaan untuk mempengaruhi harga

dibandingakan dengan monopoli dan oligopoli.


Persaingan bukan harga sangat aktif dilakukan untuk mempengaruhi citarasa
pembeli dan lebih mengarah pada mutu dan desain produk melakukan

kegiatan iklan terus menerus.


Perusahaan monopolistik sama-sama memperoleh keuntungan normal, tetapi
biaya produksi per unit akan tergantung dari perubahan permintaan yang
terjadi.

Jika diringkas dalam bentuk tabel maka perbedaan masing masing struktur pasar
sebagai berikut.
Tabel 2 Perbedaan Struktur Pasar
Penjual

Pembeli

Struktur Pasar

Larangan

Jumlah

Masuk

Larangan

Jumlah

Masuk

Persaingan Sempurna

Tidak

Banyak

Tidak

Banyak

Monopoli

Ada

Satu

Tidak

Banyak

Oligopoli

Ada

Beberapa

Tidak

Banyak

Persaingan Monopolistik

Tidak

Banyak

Tidak

Banyak

Sumber : Carlton and Perloff (2006).

MELEMAHNYA NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH TERHADAP DOLLAR


AMERIKA

A. Latar Belakang
Fenomena lemahnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang
terjadi dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan menarik untuk diikuti. Setiap
negara pasti menginginkan nilai mata uangnya stabil terhadap mata uang negara lain,
tak terkecuali Indonesia. Namun, untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah karena
kuat atau lemahnya nilai tukar mata uang tidak hanya ditentukan oleh kondisi dan
kebijakan ekonomi di dalam negeri, tetapi juga kondisi perekonomian negara lain
yang menjadi mitra dagangnya serta kondisi non-ekonomi seperti keamanan dan
kondisi politik.
Nilai kurs dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. Maka, muncullah
istilah apresiasi dan depresiasi. Apresiasi adalah menguatnya nilai mata uang suatu

negara terhadap mata uang negara lain yang ditentukan oleh mekanisme pasar,
sedangkan depresiasi adalah melemahnya nilai mata uang suatu negara terhadap
negara lain yang ditentukan oleh mekanisme pasar.
Saat ini, terjadi fenomena kurs rupiah terhadap dolar AS yaitu terdepresiasinya
nilai rupiah terhadap dolar. Hal ini memang bukan hal yang baru dalam sejarah kurs
rupiah. Namun, yang membuat fenomenal adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar
sempat mencapai 13 ribuan. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, pemerintah telah
bekerjasama dengan Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap
asing yang dampaknya akan dapat terlihat langsung maupun tidak.
Grafik 1. Fluktuasi Nilai Dollar AS terhadap Rupiah

Berdasarkan grafik di atas, nilai rupiah telah terdepresiasi sejak pertengahan


tahun 2014. Rupiah terus melemah hingga pada pertengahan tahun 2015 yang sempat
menembus nilai 14.500. Setelah tahun 2016, nilai tukar terus menurun dan dalam
sebulan terakhir ini nilai tukar dollar AS terhadap Rupiah stabil berada pada level 13
ribu sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 1 Nilai Tukar Dollar AS terhadap Rupiah selama 30 hari terakhir

Sumber : Bank Indonesia


Hal-hal yang menarik untuk dibahas adalah alasan nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS dapat melemah, faktor-faktor penyebab lemahnya nilai tukar rupiah dan
apakah rupiah dapat menguat kembali dibawah Rp. 12.000.
B. Permasalahan
1. Mengapa nilai tukar mata uang rupiah dapat melemah?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi melemahnya nilai tukar mata uang
rupiah?
3. Apakah rupiah dapat menguat kembali dibawah Rp. 12.000,00?
C. Pembahasan
Nilai mata uang Rupiah dan perbandingan dengan nilai mata uang acuan
internasional yaitu Dollar Amerika, merupakan salah satu gambaran pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang

dibentuk oleh berbagai sektor ekonomi yang terjadi. Perbedaan nilai tukar mata uang
suatu negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan
penawaran mata uang tersebut.
Kurs atau nilai tukar merupakan salah satu intrumen penting dalam
perekonomian suatu Negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, dimana
negara tersebut melakukan berbagai kegiatan perkenomian dengan negara lain dalam
bentuk kegiatan ekspor ataupun impor suatu hasil produksi dari sektor yang menjadi
sektor utama dalam perekonomian negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata
uang satu negara terhadap mata uang negara lainnya, dimana nilai tukar adalah harga
sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur dan dinyatakan dengan mata uang
Negara lain. Nilai mata uang dapat didefinisikan sebagai harga relatif dari mata uang
terhadap mata uang negara lainnya (Sukirno, 2011).
Kurs juga dapat didefenisikan sebagai besar atau banyaknya jumlah uang
domestik yang dibutuhkan disuatu negara yang berupa nilai tukar mata uang sebagai
catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang
domestik (domestic currency). Nilai tukar ini mempengaruhi perekonomian dan
kehidupan kita sehari-sehari, karena ketika rupiah menjadi lebih bernilai terhadap
mata uang asing, maka barang-barang impor akan menjadi lebih murah bagi
penduduk Indonesia dan barang-barang ekspor Indonesia akan menjadi lebih mahal
bagi penduduk asing (Mishkin, 2008).
Sejalan dengan dinamika perekonomian global, nilai tukar Rupiah terhadap
dolar AS sampai dengan akhir tahun 2015 mengalami tekanan sehingga realisasi nilai
tukar Rupiah terhadap dolar AS per akhir tahun 2015 mengalami depresiasi.
Pelemahan nilai tukar rupiah dari Rp13.339 per dolar AS diakhir semester I menjadi
Rp13.795,00 per dolar AS di akhir tahun dan naiknya volatilitasi nilai tukar yakni dari
7,1% menjadi 10,2% (Bank Indonesia, 2016). Kenaikan volatilitas tersebut tidak
diikuti dengan perbedaan volume transaksi yang signifikan. Pada semester II 2015,
volume transaksi tercatat sebesar 339,45 miliar dolar AS, sedikit lebih rendah dari
semester sebelumnya 350,64 miliar dolar AS. Penguatan ekonomi di AS menjadi
salah satu faktor pendorong fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dengan
arah yang cenderung melemah. Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah dimana nilai
tukar rupiah terhadap Dollar AS menjelang akhir tahun cenderung melemah.
Grafik 2. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 2015

Sumber : Bank Indonesia


Pelemahan tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal, antara lain,
ketidakpastian timing dan besaran kenaikan suku bunga AS, kekhawatiran negosiasi
fiscal Yunani, serta Yuan yang terus terdepresiasi di tengah perekonomian Cina yang
masih lemah. Sementara itu, dari sisi domestik, tekanan terhadap rupiah terkait
dengan meningkatnya permintaan valas untuk pembayaran utang dan dividen secara
musiman, serta kekhawatiran terhadap melambatnya perekonomian domestik.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa fluktuasi atau perubahan
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sangat tergantung dari banyak faktor makro
ekonomi, baik faktor internal (domestik) maupun faktor eksternal (asing). Jika melihat
hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Kurnia (2006) menjelaskan dengan
menggunakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dengan periode 1997-2004 (data
kuartalan) menemukan bahwa kurs Rupiah terhadap dolar AS dapat dijelaskan oleh
jumlah uang yang beredar, inflasi, tingkat suku bunga SBI dan nilai impor secara
bersama-sama mempengaruhi kurs rupiah terhadap dolar AS.
Nawatmi (2012) melakukan estimasi pengaruh volatilitas nilai tukar terhadap
perdagangan internasional di Indonesia dan menyimpulkan bahwa volatilitas nilai
tukar dipengaruhi oleh volatilitas nilai tukar saat ini dan sebelumnya, serta GDP dunia
dan GDP Indonesia berpengaruh positif terhadap perdagangan internasional, bukan
hanya dalam jangka pendek tetapi juga dalam jangka panjang.
Lalu, hasil penelitian Buhaerah (2016) yang menganalisis data makroekonomi
yang digunakan berupa data runtun waktu periode 2000Q1-2015Q2. Hasilnya, dalam
jangka panjang, uji kointegrasi Johansen dan uji akar-akar unit yang dilakukan
membuktikan bahwa ketujuh indikator ekonomi makro yang dipilih terintegrasi

dengan baik dan memenuhi syarat stasionaritas. Dalam jangka pendek, vector errorcorrection model (VECM) yang digunakan menunjukkan kenaikan cadangan devisa
dan perbaikan dalam neraca perdagangan akan menurunkan nilai tukar USD terhadap
Rupiah atau menguatkan nilai tukar Rupiah terhadap USD. Sementara itu, tingkat
suku bunga pasar uang, indeks harga saham gabungan dan inflasi justru menyebabkan
nilai tukar USD terhadap Rupiah terapresiasi. dalam jangka pendek. Hasil uji
kausalitas Granger mengindikasikan bahwa tidak semua variabel makroekonomi yang
diestimasi memiliki hubungan dua arah dengan pergerakan nilai tukar USD/Rp.
Hanya variabel indeks saham gabungan (SPI) yang memiliki hubungan timbal balik
atau dua arah terhadap volatilitas nilai tukar USD/Rp. Selain SPI, cadangan devisa
juga berkorelasi terhadap variabel nilai tukar USD/R namun korelasi kedua variabel
tersebut tidak berjalan dua arah atau satu arah saja.
Jika mengutip pernyataan pengamat ekonomi dari Institute for Development
of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini, faktor-faktor penyebab
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, khususnya pada kuartal ke-IV
2015 adalah:

Perkembangan ekspor Indonesia sebagai mesin pencetak devisa tidak dapat


dipertahankan minimal pada posisi tetap bertahan. Kondisinya sedang terus
menurun sehingga pelaku pasar masih belum percaya bahwa ekspor bisa
dipulihkan.

Faktor psikologis yaitu kurangnya kepercayaan akan mata uang rupiah,


dimana masyarakat sudah mulai menggeser portofolionya ke mata uang dolar.
Hal ini dilakukan demi mengantisipasi daripada rupiah anjlok lebih baik tidak
dapat suku bunga tinggi dan lebih aman pegang valuta dollar. Hal ini justru
menambah masalah yang tidak seharusnya terjadi.

Paket kebijakan Pemerintah sudah sangat terlambat karena krisis nilai tukar
sudah terjadi sejak dua tahun terakhir, tepatnya masa akhir pemerintahan
Presiden SBY di mana rupiah melemah dari Rp9.000/USD ke Rp12.000/USD.

Bank Indonesia (BI) yang saat itu lemah, BI sekarang paling tidak berdaya dan
tidak memiliki inisiatif kuat untuk menyelesaikan masalah lemahnya nilai
tukar rupiah.

Faktor politik, yaitu kepemimpinan yang lemah dan terlalu banyak pihakpihak di pemerintahan yang mau mengatur sendiri sehingga komando

10

kebijakan untuk stabilisasi perekonomian tidak dapat dilaksanakan secara


efektif.

Pasar melihat bahwa modal sosial tim pemerintah rendah seperti ditunjukkan
dalam perkelahian internal satu sama lain. Satu tim kolektif saling tidak
percaya, tidak akan menghasilkan kebijakan efektif.
Akan tetapi, memasuki kuartal kedua 2016, nilai tukar rupiah terhadap dollar

AS cenderung stabil jika dibandingkan dengan nilai tukar rupiah pada awal tahun
2016. Penguatan rupiah berlanjut sehingga secara rata-rata, rupiah selama triwulan II2016 menguat sebesar 1,59% dan mencapai level Rp13.313 per dolar AS sebagaimana
ditunjukkan pada grafik dibawah.
Grafik 3. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Kuartal II 2016

Sumber : Bank Indonesia


Penguatan rupiah berlanjut seiring dengan persepsi positif atas prospek
perekonomian domestik dan meredanya risiko eksternal. Penguatan rupiah pada
triwulan II-2016 didorong oleh faktor domestik dan eksternal. Dari sisi domestik,
penguatan rupiah didukung oleh persepsi positif investor terhadap prospek
perekonomian domestik sejalan dengan terjaganya stabilitas makroekonomi dan
sentimen positif atas pengesahan UU Pengampunan Pajak. Dari sisi eskternal,
penguatan rupiah didorong oleh meredanya risiko di pasar keuangan global terkait
dengan terbatasnya dampak Brexit dan perkiraan penundaan kenaikan FFR oleh the
Fed. Faktor domestik dan eksternal yang membaik tersebut mendorong berlanjutnya
aliran dana masuk ke pasar keuangan domestik, yang selanjutnya mendorong
penguatan rupiah (Bank Indonesia, 2016).

11

Pada tanggal 27 September 2016, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS


berhasil menembus angka Rp. 12.950 per USD. Ekonom dari PT BCA, David Sumual
menjelaskan bahwa dana repatriasi tax amnesti yang masuk ke dalam negeri sangat
besar. Hal itu menyebabkan rupiah terapresiasi. Selain itu, faktor lainnya dari
penguatan rupiah itu karena didorongnya dengan fundamental ekonomi di Indonesia
yang cenderung menguat. Hal itu dapat dilihat dari angka inflasi yang bisa terjaga
dengan nilai yang sangat baik. Sementara itu, jika melihat faktor eksternal, depresiasi
nilai dollar AS disebabkan oleh penundaan kenaikan suku bunga bank sentral AS, The
Fed yang cukup bisa menekan dolar AS.
Disamping itu, Chatib Basri, Visiting Fellow dari University of California
mengemukakan bahwa ia positif rupiah bisa berada di level 12.000, bahkan di bawah
itu, tergantung dari dana arus asing yang masuk. Hal ini disebabkan faktor eksternal
dimulai dari kondisi di Amerika Serikat (AS) dimana suku bunga acuan negara
tersebut yang kenaikannya didengungkan sejak akhir 2013 sudah terealisasi pada
Desember 2015, dengan realisasi 25 basis poin. Harapannya, ekonomi AS bisa
kembali bergairah dan tumbuh lebih cepat. Oleh karena itu kemudian muncul rencana
kenaikan suku bunga acuan lagi secara bertahap selama 2016. Namun rencana
kenaikan suku bunga acuan tersebut dipatahkan oleh Bank Sentral AS sendiri, yaitu
Federal Reserve (The Fed). Ekonomi global dan AS masih lemah, Yellen (Gubernur
bank sentral AS) belum akan menaikkan bunga tahun ini.

D. Kesimpulan
1. Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar AS dapat melemah karena nilai
mata uang suatu negara terhadap negara lain yang ditentukan oleh mekanisme
pasar. Jika permintaan terhadap mata uang dollar lebih banyak dibandingkan
mata uang rupiah, maka nilai tukar rupiah akan terdepresiasi.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi melemahnya nilai tukar mata uang rupiah
adalah gabungan pengaruh faktor makro ekonomi, baik faktor internal
(domestik) dan faktor eksternal (asing), serta faktor-faktor non ekonomi,
politik, sosial dan psikologis. Faktor internal yang terjadi adalah terjadinya
inflasi dan rendahnya devisa Indonesia, sedangkan faktor eksternal yang
terjadi adalah menguatnya ekonomi AS. Selain itu, faktor lain seperti politik

12

yang belum stabil, kebijakan pemerintah yang tidak efisien, serta pengaruh
psikologis dimana pasar lebih memilih untuk membeli dollar mempengaruhi
terpuruknya nilai rupiah pada saat itu.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi menguatnya nilai tukar mata uang rupiah
juga adalah gabungan pengaruh faktor makro ekonomi, baik faktor internal
(domestik) dan faktor eksternal (asing), serta faktor-faktor non ekonomi,
politik, sosial dan psikologis. Faktor internal yaitu stabilnya inflasi dan
suksesnya program tax amnesti. Sedangkan faktor eksternal yaitu melemahnya
ekonomi AS akibat The Fed dan dampak dari Brexit dinilai mempengaruhi
menguatnya nilai rupiah, dan apabila hal-hal tersebut terus berlangsung dalam
jangka waktu yang lama, bukan mustahil nilai rupiah dapat berada di bawah
Rp. 12.000.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Anzarullah, Arief. Analisis Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Nilai Tukar Rupiah.
Palembang: Universitas Sriwijaya, 2012.
Bilas, Richard A. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Erlangga. 1985.
Boediono. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.2 : Ekonomi Makro. Yogyakarta:
BPFE, 2005.
Carlton DW & Perloff JM. Modern Industrial Organization, 3rd edition. Massachusetts,
USA: Addison Wesley longman, Inc. 2006.

13

Mishkin, Frederic S. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Edisi Sembilan, jilid
2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. 2008.
Pindyck, Robert S. dan Rubinfeld, Daniel L. Mikroekonomi Edisi 6 Jilid 1. Jakarta: Indeks.
2010
Sadono Sukirno. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada. 2011.
Sugiarto, dkk. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta: Gramedia. 2007.
Jurnal
Bank Indonesia, Kajian Stabilitas Keuangan, Edisi No. 26 Maret 2016. Jakarta: Bank
Indonesia, 2016.
Bank Indonesia, Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia, Edisi Triwulan
II. Jakarta: Bank Indonesia, 2016.
Bank Indonesia, Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia, Edisi Triwulan
III. Jakarta: Bank Indonesia, 2016.
Bank Indonesia, Tinjauan Kebijakan Moneter: Ekonomi, Moneter dan Keuangan, Edisi Juli.
Jakarta: Bank Indonesia, 2016.
Macroeconomic Dashboard FEB Universitas Gadjah Mada, Indonesian Economic Review &
Outlook No. 4/Tahun IV/Januari 2016. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Artikel Internet
Dalam Waktu Dekat Rupiah Bisa Menguat Hingga Rp 12 Ribu Per Dolar AS
http://m.harianindo.com/2016/03/07/88348/dalam-waktu-dekat-rupiah-bisa-menguathingga-rp-12-ribu-per-dolar-as/, diakses 3 Oktober 2016
Disfiyant Glienmourinsie Ini Enam Faktor Penyebab Rupiah Semakin Terpuruk
http://ekbis.sindonews.com/read/1048853/33/ini-enam-faktor-penyebab-rupiahsemakin-terpuruk-1443505258, diakses 3 Oktober 2016
Jokowi Mengganas! Tax Amnesty Pukul Dolar AS jadi Rp 12 Ribu, Fundamental Ekonomi
Indonesia

Menguat

http://www.okterus.com/10009-jokowi-mengganas-tax-

amnesty-pukul-dolar-jadi-rp-12-ribu-fundamental-ekonomi-indonesia-menguat>,
diakses 3 Oktober 2016

14

Anda mungkin juga menyukai