18 3 2007 Rindit PDF
18 3 2007 Rindit PDF
1*)
, Murdijati Gardjito
2)
, Slamet Sudarmadji
2)
Abstrak
Ekstraksi produk gambir dengan berbagai jenis pelarut menghasilkan
jumlah yang bervariasi untuk bahan terekstrak, kandungan fenol, dan sifat
antibakterinya. Ekstraksi dilakukan dengan maserasi dan Soxhlet
menggunakan pelarut kloroform, etil asetat, etanol, dan air serta
campurannya. Hasil ekstraksi menunjukkan bahwa pada metoda maserasi
dan Soxhlet, bahan terekstrak paling tinggi diperoleh pada campuran etanol
air 1:1, masing-masing sebesar 84,77 % dan 87,69%. Metoda soxhlet
memberikan hasil yang lebih tinggi dari pada metoda maserasi. Kandungan
fenol tertinggi ditemukan pada bahan terekstrak dari ekstraksi dengan
pelarut etil asetat baik pada metoda maserasi maupun Soxhlet, yakni 88,30
dan 90,85 %. Sifat antibakteri pada ekstrak produk gambir terhadap bakteri
uji Gram-positif Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, dan Bacillus
subtilis menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat lebih kuat dari pada ekstrak
yang lain. Sebaliknya, ekstrak produk gambir tidak memiliki sifat antibakteri
terhadap bakteri uji Gram-negatif. Dari hasil bahan terekstrak tertinggi,
ekstraksi dilanjutkan dengan pelarut campuran etanol-air dengan berbagai
perbandingan dan pada suhu 4 C, 30 C, dan 60 C. Hasilnya menunjukkan
bahwa perbandingan etanol air (1:2) menghasilkan bahan terekstrak
tertinggi tetapi kandungan fenolat total dan sifat antibakterinya lebih rendah
dari pada kandungan fenolat dan sifat antibakteri bahan terekstrak
menggunakan etil asetat.
Kata kunci: antibakteri, polifenol, ekstrak Uncaria gambir Roxb
Abstract
Extraction of gambir product with various solvents gave vary in
amount of yields, phenolic contents, and its antibacterial properties.
Extraction was performed by maseration and Soxhlet methods with some
solvents; chloroform, ethyl acetate, ethanol, water, and their combination.
The results showed that the highest yield of extract obtained from the
solvent combination of ethanol and water (1:1 v/v) both at the maseration
and Soxhlet metods, i.e. 84.77 and 87.69 %, respectivelly. Soxhlet method
gave the yield of extract higher than that of maseration method. The highest
phenolic content was found at the extracts using ethyl acetate both in
maseration and soxlet methods, i.e. 88,30 and 90,85 %, respectivelly.
Antobacterial properties on the Gram-positive bacteria such as Streptococcus
mutans, Staphylococcus aureus, and Bacillus subtilis, indicated that the
extracts extracted by using ethyl acetate gave highest inhibitory properties.
On the other hand, the extracts did not inhibit Gram-negative bacteria.
141
.
Pendahuluan
Gambir merupakan produk dari tanaman
gambir (Uncaria gambir Roxb) mengandung
senyawa fungsional yang termasuk dalam
golongan senyawa polifenol. Senyawa polifenol
dalam gambir terutama adalah katekin (Heyne,
1987). Gambir komersial diperoleh dengan
pengolahan daun gambir dengan metoda
perebusan, pengepresan, dan pengeringan
padatan. Dalam perdagangan, salah satu komponen mutu gambir ditentukan berdasarkan
pada kandungan katekinnya. Untuk gambir
Mutu I, II, dan III kandungan katekin minimal
secara berurut-urut adalah 40 persen, 30 persen,
dan 20 persen (Risfaheri et al., 1993).
Polifenol alami merupakan metabolit
sekunder tanaman tertentu, termasuk dalam
atau menyusun golongan tanin. Tanin adalah
senyawa fenolik kompleks yang memiliki berat
molekul 500-3000. Tanin dibagi menjadi dua
kelompok atas dasar tipe struktur dan
aktivitasnya terhadap senyawa hidrolitik
terutama asam, tanin terkondensasi (condensed
tannin) dan tanin yang dapat dihidrolisis
(hyrolyzable tannin) (Naczk et al., 1994 dan
Hagerman et al., 2002).
Polifenol memiliki spektrum luas
dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus
hidroksil pada senyawa tersebut yang dimiliki
berbeda jumlah dan posisinya. Dengan
demikian, ekstraksi menggunakan berbagai
pelarut akan menghasilkan komponen polifenol
yang berbeda pula. Sifat antibakteri yang
dimiliki oleh setiap senyawa yang diperoleh dari
ekstraksi tersebut juga berbeda.
Ekstraksi suatu bahan pada prinsipnya
dipengaruhi oleh suhu. Makin tinggi suhu yang
digunakan, makin tinggi ekstrak yang diperoleh.
Namun demikian, bahan hasil ekstraksi dengan
berbagai tingkat suhu belum tentu memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap sifat antibakterinya Oleh sebab itu, ekstraksi bahan pada
suhu yang berbeda perlu dilakukan.
142
Metodologi
Bahan
Rindit Pambayun
Indeks polaritas*)
(4,1 + 4,4) = 4,25
4,4
(4,4 + 5,2) = 4,8
5,2
(5,2 + 10,2) = 7,7
Tabel II. Pelarut campuran antara etanol dan air dengan berbagai perbandingannya
Kode
Pelarut
Banyaknya etanol per 100 mL campuran
EA1
Etanol - air = (1:2)
34 mL
EA2
Etanol - air = (1:4)
20 mL
EA3
Etanol - air = (1:6)
14 mL
EA4
Etanol - air = (1:8)
11 mL
EA5
Etanol - air = (0:1)
0 mL
Erlenmeyer 1 L dan ditambah pelarut 300 mL,
digoyang selama satu jam untuk mencapai kondisi
homogen dalam shaker water bath. Selanjutnya,
larutan dimaserasi selama 24 jam pada suhu kamar.
Setelah 24 jam, larutan dipisahkan (difiltrasi) dengan
menggunakan kertas saring, ampasnya dimaserasi
ulang selama 24 jam lagi dan disaring dengan kertas
saring, ulangan dilakukan sampai tiga kali. Filtrat
pertama, kedua, dan ketiga digabung dan dievaporasi
menggunakan rotaevaporator hingga diperoleh ekstrak
kering.
Analisis polifenol
143
Gambar 1. Bahan terekstrak dari gambir dengan berbagai jenis pelarut indeks
berbeda (A=kloroform - etil asetat (1:1), B= etil asetat, C=etil
asetat+etanol (1:1), D=etanol, dan E=etanol - air (1:1)
Gambar 2.
144
Rindit Pambayun
Tabel III. Fenolat total pada bahan terekstrak dari gambir dengan metoda maserasi dan Soxhlet
menggunakan berbagai jenis pelarut berbeda
Pelarut
Fenolat total
Maserasi
60,026,01
88,300,99
79,932,58
76,662,56
73,402,45
Soxhlet
A
66,421,70
B
90,850,59
C
81,450,74
D
79,042,60
E
75,820,18
Keterangan:
A=kloroform - etil asetat (1:1), B=etil asetat, C=etil asetat - etanol (1:1), D=etanol, dan E=etanol - air (1:1)
Tabel IV. Sifat antibakteri bahan terekstrak dari gambir yang diekstraksi dengan maserasi menggunakan
berbagai jenis pelarut berbeda
Pelarut
S. mutans
S. aureus
B. subtilis
A
6,67
7,00
7,00
B
9,67
9,33
8,33
C
9,00
8,33
8,33
D
8,00
7,67
8,00
E
7,67
7,33
8,00
Keterangan:
A=kloroform + etil asetat 1:1, B= etil asetat, C=etil asetat+etanol 1:1, D=etanol, dan E=etanol + air 1:1)
terhadap S. mutans, S. aureus, dan B. subtilis
Sifat antibakteri
Tabel V. Fenolat total dan sifat antibakteri dengan pelarut ekstrak etanol air (1:2) pada suhu 4, 30, dan 60 C.
Suhu (C)
4
30
60
Fenolat total
(%)
60,39
74,70
78,01
Daftar Pustaka
Chaovanalikit, A. and R. E. Wrolstad, 2004. Total anthocyanins and total phenolics of fresh and
processed cheries and their antioxidant properties. JFS: Food Chem. and Technol. 69
(1): 67-72.
Hagerman, A.E. 2002. Condensed Tannin Structural Chemistry. Department of Chemistry and
Biochemistry, Miami University, Oxford, OH 45056.
Hamilton-Miller, J.M.T. and S. Shah, 2000. Activity of the tea component epicatechin gallate and
analogue against methicillin-resistant Staphylococcus aureus. J. of Antimicrob. Chem. 46:
847-863.
Heyne, 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta. Hal. 1767-1775.
Kajiya, K., H. Hojo, M. Suzuki, F. Nanjo, S. Kumazawa, and T. Nakayama, 2004. Relationship
between antibacterial activity of (+)-catechin derivates and their interaction with a
model membrane. J. Agric. Food Chem. 52: 1514-1519.
Naczk, M., T. Nichols, D. Pink, and F. Sosulski, 1994. Condensed tannins in canola hulls. J. Agric.
Food Chem. 42: 2196-2200.
Palleros, D. R., 1993. Experimental Organic Chemistry. John Wiley & Sons. Singapore. P 27.
Risfaheri, Emmyzar, H. Muhammad, 1993. Budidaya dan Pascapanen Gambir. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Industri, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian, Jakarta.
Smith A. H., J.A. Imlay, and R.I. Mackie (2003). Increasing the oxidative stress response allows
Escherichia coli to overcome inhibitory effect of condensed tannins. Appl. and Environ.
Microb. 69 (6): 3406-3411.
Yamamoto, M., S. Nakatsuka, H. Otani, K. Kohmoto, and S. Nishimura, 2000. (+)-Catechin acts as
an infection-inhibiting factor in Strawberry leaf. Biochem. and Cell Biol. 90 (6) : 595-599.
146