Anda di halaman 1dari 9

Pengacara

. Peranan Advokat.
Menurut Soerjono Soekanto seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu, lainnya dinamakan
pemegang peranan (role occupant).Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang untuk berbuat
atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas.Setiap penegak hukum secara
sosiologis mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role) sebagai penegak
hukum.Kedudukan (status) merupakan posisi tertentu di dalam struktur kemasyarakatan, yang
mungkin tinggi, sedang-sedang saja atau rendah.Kedudukan tersebut sebenarnya mempunyai
suatu wadah, yang isinya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiaban tertentu.Hak- hak dan
kewajiban tadi merupakan peranan atau role.
Suatu peranan tertentu, dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur sebagai berikut :
1. Peranan yang ideal (ideal role)
2. Peranan yang seharusnya (expected role)
3. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role)
4. Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role)
Peranan yang sebenarnya dilakukan kadang-kadang juga dinamakan role perfonmance atau
role playing. Dengan demikian dapat dipahami bahwa peranan yang ideal dan seharusnya
datang dari pihak atau pihak-pihak lain, sedangkan yang dianggap oleh diri sendiri serta peranan
yang sebenarnya dilakukan berasal dari diri sendiri.
Seorang penegak hukum sebagaimana halnya dengan warga masyarakat lain juga mempunyai
kedudukan dan peranan. Sebagai seorang penegak hukum pusat perhatian sudah pasti diarahkan
pada perananya, peranan yang seharusnya dan peranan aktual.
Peranan yang seharusnya dari kalangan tertentu seperti advokat telah dirumuskan dalam
Undang-undang.demikian pula halnya dengan perumusan terhadap peranan yang ideal. berkaitan
dengan peranan advokat Undang-undang advokat nomor 18 tahun 2003 tersebut memberikan
pengertian advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum di dalam maupun di luar
persidangan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-undang ini.
Kata advokat, secara etimologis berasal dari bahasa latin advocare, yang berarti to defend, to call
to one,s aid to vouch or warrant. Sedangkan dalam bahasa Inggris advokate berarti : to speak in
favbour of or depend by argument, to support,indicate,or recommanded publicy. Secara
terminologis, terdapat beberapa pengertian advokat yang didefinisikan oleh para ahli hukum,
organisasi, peraturan dan perundang-undangan yang pernah ada sejak masa kolonial hingga
sekarang menurut RUU KUHAP pengertian advokat adalah orang yang memberi jasa hukum,
baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasrkan ketentuan
Undang-undang tentang Advokat.

Advokat dalam memberikan jasa hukumnya dalam praktek dapat dijumpai dalam tingkat
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan dimuka sidang. Dalam semua tingkat tersebut advokat
harus mempunyai surat kuasa yang diperoleh dari pemberi kuasa untuk mendampingi, mewakili,
memberikan nasihat hukum kepada kliennya.
Surat kuasa merupakan sesuatu yang penting dalam menangani suatu kasus tindak pidana
korupsi karena tanpa surat kuasa advokat tidak dapat untuk memberikan jasa hukum di
pangadilan yang mana dalam tingakat pemeriksaan baik ditingkat penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan dimuka sidang surat kuasanya harus berbeda dari beberapa tingkat tersebut.
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya normanorma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan
hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan
dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau
sempit.Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam
setiap hubungan hukum.ditinjau dari sudut objeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini,
pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit.Dalam arti luas, penegakan hukum
itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun
nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat.Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum
itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja.
Penegakan hukum merupakan rangkaian proses penjabaran nilai, ide, dan cita untuk menjadi
sebuah tujuan hukum yakni keadilan dan kebenaran. Nilai-nilai yang terkandung didalamnya
haruslah diwujudkan menjadi realitas yang nyata.Eksistensi hukum menjadi nyata jika nilai-nilai
moral yang terkandung dalam hukum dapat diimplementasikan dengan baik.Penegakan hukum
pada prinsipnya harus memberikan manfaat atau berdaya guna bagi masyarakat.Disamping itu
masyarakat juga mengharapkan adanya penegakan hukum dalam rangka mencapai suatu
keadilan. Kendatipun demikian tidak dapat dipungkiri, bahwa apa yang dianggap berguna (secara
sosiologis) belum tentu adil, juga sebaliknya apa yang dirasakan adil (secara filosopis), belum
tentu berguna bagi masyarakat.
Pada dasarnya, penegakan hukum dapat terlaksana dengan baik jikalau antara unsur masyarakat
dan unsur penegak hukumnya saling berkesinambungan dalam menjunjung tinggi prinsip serta
tujuan hukum.Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak hukum
dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat
dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan
petugas sipir pemasyarakatan. Setiap aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak
yang bersangkutan dengan tugas atau perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau
pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian
sanksi, serta upaya pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana.
Dari unsur penegakan hukum advokat harus memenuhi syarat formil dan syarat materiil. Syarat

formil menentukan sah tidaknya kuasa hukum sedangkan syarat materiil menggambarkan apa
yang dilakukan kuasa hukum benar-benar kehendak dari kliennya. Apabila ada perbedaan antara
pihak formil dan pihak materiil maka yang dimenangkan adalah pihak materiil yaitu klien,
sebagai pihak yang berkepentingan.Dalam ketentuan pasal 5 ayat (1) UU Advokat menyatakan
bahwa status advokat sebagai penegak hukum mempunyai kedudukan setara dengan penegak
hukum lainnya dalam upaya menegakkan hukum dan keadilan.Namun status advokat selain
bermakna sebagai penegak hukum, juga bemakna sebagai profesi.Oleh karenanya sering terjadi
benturan kepentingan antara keduanya.
Apakah statusnya sebagai penegak hukum sama dengan penegak hukum lainnya, ataukah beda.
Ketentuan pasal 5 UU Advokat tersebut memang telah merinci kedudukan dan wewenang
advokat sebagai penegak hukum. Akan tetapi, timbul masalah apakah advokat/pengacara hanya
harus membela kepentingan klien saja sehingga walaupun dia tahu bahwa kliennya salah, ia akan
melakukan apa saja yang dibolehkan agar putusan hakim tidak akan merugikan klien, ataukah
tugas advokat sama dengan tugas hakim atau penegak hukum lainnya yaitu untuk menegakkan
hukum demi kepentingan umum dengan menyandang predikat penegak hukum. Sehingga
konsekuensinya, advokat tidak boleh membela kepentingan klien secara membabi buta karena
juga harus ikut menegakkan hukum.
Menurut sebagian ahli hasil dari lokakarya para advokat di Jakarta, alternatif yang kedualah yang
sesuai dengan tugas untuk menegakkan hukum dan keadilan yang sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman pasal 37 UU No. 14 tahun 1970 yang menetapkan
bahwa dalam memberi bantuan hukum pengacara membantu melancarkan penyelesaian perkara.
Yaitu membantu hakim dalam memutuskan perkara dengan data dan informasi yang ada padanya
yang disampaikan dimuka pengadilan.
Sudikno Mertokesumo menyatakan, bahwa pengacara atau advokat kedudukannya subjektif
karena ia ditunjuk oleh salah satu pihak untuk mewakilinya di persidangan dan penilainyapun
sangat subyektif karena ia harus membela kepentingan kliennya. Akan tetapi perlu diingat bahwa
fungsi pokok seorang pengacara adalah untuk membantu melancarkan penyelesaian perkara
dengan menjunjung tinggi pancasila, hukum dan keadilan. Disamping itu juga sesuai dengan
kode etik advokat bahwa advokat tidak harus mengutamakan kepentingan kliennya saja akan
tetapi lebih pada mengutamakan tegaknya hukum, keadilan dan kebenaran.
Masalah lain timbul jika diihat dari fakta empiris bahwasanya advokat atau pegacara dalam
menangani perkara hanya memahami profesinya sebagai kuasa hukum dari klien dan
mengesampingkan profesinya sebagai salah satu aparat penegak hukum. Sehingga ia akan mudah
menerima dalam bentuk apapun suap dari klien bahkan sampai melakukan perjanjian dengan
aparat penegak hukum lainnya seperti jaksa dan hakim. Sehingga yang dikedepankan bukanlah
prinsip kebenaran dan keadilan tapi kemenangan dalam suatu perkara.Dari sini muncul anggapan
masyarakat bahwa hukum dapat dimanipulasi dan dibeli.Sehingga kepercayaan kepada aparat

penegak hukum ini lebur dengan sendirinya.


Jika kita pandang dari kacamata sosiologi hukum, kita dapat mengasumsikan bahwa ada dua
faktor yang paling menonjol yang mempengaruhi aparat penegak hukum dalam menegakkan
hukum yaitu faktor internal dan eksternal.Adapun faktor internal yang berasal dari penegak
hukum itu sendiri.Salah satu contoh, adanya kecenderungan dari aparat penegak hukum dalam
menegakan hukum berpedoman pada Undang-Undang semata sehingga mengesampingkan nilainilai yang berkembang dalam masyarakat.Selanjutnya faktor eksternal yang berasal dari luar
penegak hukum itu sendiri misalnya ketika terjadi peristiwa hukum adanya kecenderungan
masyarakat yang menyelesaikan dengan caranya sendiri sepertihalnya penyuapan.
Maka dari itu seharusnya para aparat penegak hukum merenungkan kembali apa itu etika profesi
hukum yang akhirnya terejawantahkan dalam kode etik profesi hukum. Agar advokat atau
pengacara dapat menjalankan tugas profesinya dengan baik, kiranya perlu memahami lalu
mengamalkan apa yang menjadi sumpah janjinya advokat, yaitu: Demi Allah saya
bersumpah/saya berjanji : Peran advokat dalam memberikan jasa hukum bagi kepentingan klien
diartikan bahwa bagaimana advokat menjalankan profesinya sesuai dengan tugas dan fungsinya
serta kode etik dan sumpah advokat.
Mengenai sumpah advokat dapat dilihat dalam Undang-undang Nomor18 tahun 2003 tentang
Advokat yang menyebutkan :
Demi Allah saya bersumpah / saya berjanji :
Bahwa saya akan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia;
Bahwa saya untuk memperoleh profesi ini, langsung atau tidak langsung dengan menggunakan
nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu barang kepada
siapapun juga;
Bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pemberi jasa hukum akan bertindak
jujur, adil, dan bertanggung jawab berdasarkan hukum dan keasilan;
Bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi di dalam atau di luar pengadilan tidak akan
memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada hakim, pejabat pengadilan, atau pejabat lainnya
agar memenangkan atau menguntungkan bagi perkara klien yang sedang atau akan saya tangani;
Bahwa saya akan menjaga tingkah laku saya dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai
dengan kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagi advokat;
Bahwa saya tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau memberi jasa hukum di
dalam suatu perkara yang menurut hemat saya saya merupakan bagian dari tanggung jawab
profesi saya sebagai advokat.
Disamping pembaharuan dari sisi penegak hukum dalam hal ini advokat, juga perlu pembenahan
dari unsur masyarakatnya.Masyarakat sebagai pelaksana hukum dan pencari keadilan tidak

seharusnya membungkam para aparat penegak hukum demi kepentingannya, termasuk


membungkam pengacara demi memenangkan perkara yang dihadapinya.
Menurut Amir Syamsudin, bahwa teks sumpah advokat pada point terakhir ini berbeda dengan
teks sumpah yang selama ini telah ada sebagai berikut; bahwa saya tidak akan membela atau
memberi nasihat hukum dalam suatu perkara yang menurut keyakinan dan kepercayaan saya
tidak mengandung dasar hukum untuk diajukan ke pengadilan, bahwa teks ini sangat
interpretatif dan tidak konkret.Dalam menjalankan profesinya Menurut Ropuan Rambe, seorang
advokat harus memegang teguh sumpah advokat dalam menegakkan hukum keadilan, dan
kebenaran. Advokat adalah profesai yang bebas; free profesion;vrijberoep, yang tidak tunduk
pada hirarki jabatan dan tidak tunduk pada perintah atasan, dan hanya menerima perintah atau
order atau kuasa dari klien berdasarkan perjanjian yang bebas, baik yang tertulis maupun tidak
tertulis, yang tunduk pada kode etik profesi advokat, dan tidak tunduk pada kekuasaan publik.
Selain mengenai sumpah advokat.Advokat juga harus mendalami keperanan advokat dengan
kode etik tersebut, maka untuk mudah mendapat pegangan tentang yang wajib ditaati dan
dipenuhi oleh advokat, Kode etik Advokat memberikan lebih jelas kepada anggota-anggotanya
tentang praktek dalam profesi yang harus dilakukan. Karena dalam kode etik advokat telah
diberikan petunjuk kepada anggotanya tentang hal- hal sebagai berikut :
1. Soal tanggung jawab
2. Soal keharusan yang mereka perbuat.
3. Menjaga kelakuan / perilaku sebagai seorang yang profesional dalam menjalankan profesinya
4. Integritas harus dijaga dalam menjalankan profesinya
5.Menjaga reputasi.
Ini berarti yang menjadi sasaran atau obyek adalah agar kode etik ditaati dan dijalankan oleh
para profesional dalam menjalankan profesinya, dan sekaligus pula menjadi tonggak tegaknya
hukum dan keadilan
Dalam peranannya yang pertama, pembela mengambil posisi berhadapan dengan peradilan.
Tujuannya tidak lain adalah untuk mempertahankan hak-hak kliennya. Dalam hubungan ini
kedudukan pembela harus otonom dan tidak bergantung.Ia juga harus menjaga agar tidak terjatuh
dalam suasana kompromi.
Peranan yang kedua advokat sebagai pemberi bantuan hukum, menurut Satjipto Rahardjo
seorang pembela sedikit banyak harus melakukan kerja sama dengan pak Hakim dan pak
Jaksa. Hal ini dilakukan adalah demi kelangsungan hubungan yang teratur antara pembela
dengan para pejabat hukum, ia tidak dapat selalu mengambil sikap yang berlawanan terhadap
mereka, dalam situasi demikian kedudukan pembela seolah-olah berubah menjadi pegawai
pengadilan.
Maksud dari pendapat di atas seorang advokat harus menjalin kerja sama dengan Hakim maupun
Jaksa dengan tujuan untuk demi kelangsungan hubungan yang teratur antara advokat dengan

pejabat pemerintah yang tidak lain adalah untuk tegaknya kebenaran dan keadilan serta advokat
harus menyadari bahwa kedudukanya berbeda dengan pegawai pemerintah karena
advokat/pembela adalah pekerjaan yang memberikan jasa kepada orang lain yang secara materi
didapatkan dari honorarium dari klien.
Peranan advokat dalam menjalankan kode etiknya tidak begitu mudah dan sederhana. Hal mana
pernah digambarkan oleh P.M Trapman dengan keterangannya bahwa betapa sulitnya seorang
advokat dalam proses pidana untuk memperpadukan antara keharusan memihak pada terdakwa
sebagai digambarkan dalam kata Belanda noodzakelijke eezijdigheid dan di samping kewajiban
advokat mengemukakan penilaian yang obyektif terhadap kejadian karena memanfaatkan diri
dalam Ethische Legimitatie.
Kode etik adalah merupakan perangkat moral yang sesungguhnya mesti ada pada semua profesi
termasuk di dalamnya profesi advokat.Obyek material dari etika adalah moralitas yang melekat
pada suatu profesi. Oleh karena itu, pada tanggal 4 April 1996, berdasarkan kesepakatan antar
tiga profesi hukum Indonesia, yaitu Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin), Asosiasi Advokat
Indonesia (AAI), dan Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI) memutuskan untuk menciptakan
dan memiliki suatu kode etik yang berlaku untuk semua penasihat hukum Indonesia tidak
terkecuali penasihat hukum berkebangsaan asing yang berpraktek di Indonesia. Secara
sistematis, kode etik yang telah disepakati oleh asosiasi atau organisasi profesi itu dibagi dalam
ketentuan-ketentuan pokok sebagai berikut yaitu kode etik yang berkaitan dengan sikap,
perilaku, dan kepribadian Penasihat Hukum pada umumnya.
Di sini memuat aturan yang mana sejalan dengan sumpah pengangkatan seorang penasihat
hukum sebagaimana dijelaskan di dalam uraian berikut ini antara lain :
Setiap penasihat hukum adalah warga negara yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
menjalankan praktek profesinya menjunjung tinggi hukum berdasarkan Pancasila dan Undangundang Dasar 1945 serta sumpah jabatannya.
Penasihat hukum dilarang melakukan sikap-sikap diskriminasi, karena itu harus bersedia
memberi nasehat dan bantuan hukum kepada yang memerlukannya tanpa membedakannya suku,
agama, kepercayaan, keturunan, kedudukan sosial atau keyakinana politiknya dan tidak semata
mencari imbalan materi, tetapi harus mengutamakan penegakan hukum, keadilan dan kebenaran
dengan cara jujur dan bertanggung jawab.
Penasihat hukum dalam menjalankan praktek profesinya harus bebas dan mandiri sertsa tidak
dipengaruhi oleh siapa pun dan wajib memeperkuangkan setinggi-tingginya hak asasi manusia di
dalam negara hukum Indonesia. Penasihat hukum wajib memegang teguh solidaritas sesama
teman sejawat dan apabila teman sejawat diajukan sebagai tersangka dalam suatu perkara pidana,
maka ia wajib dibela oleh teman sejawat lainnya secara Cuma-Cuma. Penasihat hukum tidfak
dibenarkan melakukan pekerjaan yang dapat merugikan kebebasan, derajat dan martabat
penasihat hukum dan dalam perilaku sehari-harinya senantiasa menjunjung tinggi profesi
pensasehat hukum sebagai profesi yang terhormat (officium nobile).

Penasihat hukum dalam melakukan praktek profesinya harus bersikap hati-hati dan menjaga
sopan santun terhadap para pejabat penegak hukum,sesama teman sejawat dan masyarakat,
namun berkewajiban mempertahankan hak dan martabat penasihat hukum di mana pun ia
berada.
Kode etik ini dapat dijadikan rambu-rambu bagi advokat dalam menentukan suatu pelanggaran
hukum secara obyektif.Rambu-rambu di sini adalah setiap madvokat harus jujur dan
bertanggungjawab dalam menjalankan profesinya baik dengan klien, pengadilan, negara atau
masyarakat dan terutama pada dirinya sendiri.
Praktek yang professional dalam menjalankan profesinya lazimnya berporos pada kemampuan
dalam menjalankan pengetahuan formal yang dimilikinya kemudian dijalankan dengan
pendekatan etis dalam menjalankan pekerjaannya yaitu kode erik. Arti professional itu sendiri
merupakan profesi yang dilengkapi dengan ilmu pengetahuan dan juga dilengkapi dengan
pelatihan yang mantap bagi seorang profesionla untuk meminta bantuan jasanya itu yakin dan
percaya dan tertarik untuk minta bantuaanya
Sebelum berbicara mengenai pemberian jasa hukum, pengertian jasa menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia jasa adalah perbuatan yang baik / berjiwa dan bernilai bagi orang lain, negara
dsb. Pemberian jasa hukum kepada setiap orang/ klien/korporasi berkaitan dengan tindak pidana
korupsi dapat dilakukan dalam beberapa tingkat yakni tingkat penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan dimuka siding pengadilan Secara yuridis ia juga didukung oleh ketentuan-ketentuan
hukum dan nilai-nilai universal. Selain itu, secara sosiologis pemberian jasa hukum khususnya
bagi masyarakat tidak mampu/miskin merupakan kebutuhan masyarakat dalam upaya mencari
kebenaran, menegakkan keadilan, dan menjamin hak asasi manusia.dalam memberikan jasa
hukumnya, advokat dapt melakukan secara prodeo maupun atas dasar honorarium/fee
berdasarkan kesepakatan bersama dan tingkat kewajaran serta kondisi kliennya.
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (2) memberikan pengertian jasa
hukum adalah jasa yang diberikan advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan
hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum
lain untuk kepentingan hukum klien.
Pengertian jasa hukum tersebut berbeda dengan pengertian bantuan hukum menurut undangundang advokat.Bantuan hukum mempunyai pengertian tersendiri yaitu jasa hukum yang
diberikan oleh advokat secara cuma- cuma kepada klien yang tidak mampu.
Berkaitan dengan Jasa hukum seorang advokat dapat diberikan dalam litigasi dan juga non
litigasi.Nonlitigasi ini dapat berupa konsultasi hukum memberikan memberikan advice hukum
kepada klien berkaitan dengan perkara tindak pidana korupsi. Dalam proses litigasi peran
advokat dapat mengajukan saksi dan saksi ahli yang meringankan terdakwa,eksepsi, pledoi,
banding, kasasi maupun peninjauan kembali
Tugas dan fungsi advokat dalam sebuah pekerjaan atau profesi apa pun tidak dapat dipisahkan

satu dengan yang lain. Karena keduanya merupakan sistem kerja yang saling mendukung. Dalam
menjalankan tugasnya, seorang advokat harus berfungsi :
a. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia;
b. Memperjuangkan hak-hak asasi manusia dalam negara hukum Indonesia;
c. Melaksanakan kode etik advokat;
d. Memberikan nasehat hukum; (legal advice);
e. Memberikan konsultasi hukum (legal consultation);
f. Memberikan pendapat hukum (legal opinion);
g. Menyusun kontrak-kontrak (legal drfting);
h. Memberikan informasi hukum (legal information);
i. Membela kepentingan klien (litigation);
j. Mewakili klien di muka pengadilan ( legal representation);
k. Memberikan bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada masyarakat yang lemah dan tidak
mampu (legal aid).
Mengenai pengertian klien ada beberapa pendapat yang dikemukakan yaitu :
Dalam Kamus umum Bahasa Indonesia, Klien diartikan orang yang minta bantuan atau nasihat
pada pengacara, konsultan dsb. Dalam Kamus hukum klien adalah pelanggan, orang atau lainnya
yang memperoleh bantuan hukum dari seorang pengacara.
Pengertian Klien menurut Undang-undang advokat nomor 18 tahun 2003 adalah orang, badan
hukum, atau lembaga lain yang menerima jasa hukum dari advokat
Berdasarkan definisi klien di atas dapat disimpulkan klien adalah orang/badan hukum yang
membutuhkan jasa hukum dari advokat baik litigasi maupun non litigasi berupa pendampingan,
mewakili ataupun memberikan advice hukum demi kepentingan orang/badan hukum hukum
yang membutuhkan jasa advokat.
Dalam menjalankan perannya, advokat wajib menjalankan hubungan baik dengan para kliennya,
karena menurut Martiman Prodjohamidjojo; pekerjaan penasihat hukum adalah pekerjaan
kepercayaan. dimaksud hubungan baik itu sebagaimana dijelaskan di bawah ini :
1. Penasihat hukum di dalam mengurus perkara mendahulukan kepentingan klien daripada
kepentingan pribadinya;
2. Penasihat hukum dalam perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan
damai;
3. Penasihat hukum tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan kliennya
mengenai perkara yang diurusnya;
4. Penasihat hukum dilarang keras menjamin klien terhadap perkaranya akan dimenangkan;
5. Penasihat hukum dilarang menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan klien untuk
mempercayakan kepentingannya kepada penasihat hukum yang lain;
6. Penasihat hukum harus menentukan besarnya honor dalam batas-batas yang layak dengan
mengingat kemampuan klien;
7. Penasihat hukum dilarang membebani klien dengan biaya- biaya yang tidak perlu;
8. Penasihat hukum dapat menggunakan hak retensi terhadap klien asalkan tidak merugikan
kepentingan klien yang dapat diperbaiki lagi.

9. Penasihat hukum harus selalu memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan
kepadanya oleh klien secara kepercayaan dan wajib menjaga rahasia itu.
Pada dasarnya butir-butir di atas dapat diartikan mengenai hak- hak klien dimana harus dijaga
hubungan baik itu tanpa menimbulkan suatu permasalahan yang bisa terjadi antara advokat dan
klien.Dalam hal ini jangan sampai klien dirugikan oleh seorang advokat atau peran yang
dimainkan oleh advokat harus sesuai dengan sumpah dan kode etik advokat serta menjunjung
tinggi supremasi hukum.
Advokat dalam menjalankan profesinya tidak mematuhi kode etik advokat akan dapat diadukan
ke dewan kehormatan dengan ancaman sanksi seperti peringatan biasa, keras dan dapat di copot
ijin prakteknya sebagai advokat Ketentuan Pasal 5 Ayat (1) UU Advokat memberikan status
kepada Advokat sebagai penegak hukum yang mempunyai kedudukan setara dengan penegak
hukum lainnya dalam menegakkan hukum dan keadilan. Kedudukan tersebut memerlukan suatu
organisasi yang merupakan satu-satunya wadah profesi Advokat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 Ayat (1) UU Advokat, yaitu Organisasi Advokat merupakan satu-satunya wadah profesi
Advokat yang bebas dan mandiri yang dibentuk sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini
dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas profesi Advokat. Oleh karena itu,
Organisasi Advokat, yaitu PERADI, pada dasarnya adalah organ negara dalam arti luas yang
bersifat mandiri (independent state organ) yang juga melaksanakan fungsi Negara.
Dengan demikian, profesi advokat memiliki peran penting dalam upaya penegakan hukum.
Setiap proses hukum, baik pidana, perdata, tata usaha negara, bahkan tata negara, selalu
melibatkan profesi advokat yang kedudukannya setara dengan penegak hukum lainnya. Dalam
upaya penegakan supremasi hukum, terutama praktik mafia peradilan, advokat dapat berperan
besar dengan memutus mata rantai praktik mafia peradilan yang terjadi.Peran tersebut dijalankan
atau tidak bergantung kepada profesi advokat dan organisasi advokat yang telah dijamin
kemerdekaan dan kebebasannya dalam UU Advokat.Baik secara yuridis maupun sosologis
advokat memiliki peranan yang sangat besar dalam penegakan hukum.Peran advokat dalam
penegakan hukum dirasa belum maksimal, hal tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor.
Peran dan tanggungjawab advokat dalam penegakan hukum dalam kenyataannya belum optimal,
hal tersebut dikarenakan adanya benturan kepentingan antara advokat sebagai penegak hukum
yang harus menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran dan advokat sebagai profesi hukum yaitu
kuasa hukum yang bertindak sebagai kuasa atau wakil dari klien (pihak yang
berperkara).Sehingga seharusnya advokat dalam membela klien harus bertindak sebagaimana
kode etik advokat yang bertugas untuk menegakkan keadilan bagi kliennya dan semuanya. Serta
membantu hakim dalam menemukan kebenaran sehingga tidak dibenarkan jika ia kukuh
mempertahankan kesalahan klien, yang dicari adalah keadilan yang bersifat luas, bukan hanya
kepentingan memenangkan perkara di Pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai