Penulis Buku
Penerbit
Cetakan
Tebal
: Sepatu Dahlan
: Khrisna Pabichara
: Noura Books
:
Mei 2012
: 369 halaman
Hidup, bagi orang miskin, harus dijalani apa adanya. Begitu tulisan Dahlan di
awal lembaran Sepatu Dahlan.
Beberapa kali publik dikejutkan dengan tindakan seorang menteri. Publik
memandang bahwa menteri selayaknya bekerja di kantor dan hanya sebagai
instruktur (pemberi instruksi). Dalam pandangan itulah muncul seorang menteri
yang bekerja turun ke lapangan. Turun ke lapangan untuk bekerja, misalnya,
membuka pintu tol. Akibatnya, publik tercengang sehingga media publik pun
mengeksplorasi tindakan menteri itu. Menteri tersebut ialah seorang Dahlan Iskan,
Menteri BUMN.
akhir kisah- akan kita (pembaca) hadapi sebagai daya tarik empati
pembaca. Kepedihan berawal sejak operasi liver hingga usai operasi liver
tersebut. Bahkan, variasi kepedihannya, yang muncul di antara prolog
dan epilog, yaitu keinginan sekolah, keinginan memiliki sepatu,
permasalahan sepeda, olok-olokan yang diterima Dahlan, meninggalnya
ibu, kepergian sang kakak, hingga keinginan kuliah di dalam kondisi
ekonomi yang tidak mencukupi.
Tokoh utama, dengan latar sosial dan latar ekonominya, dibentuk seperti
karakter superhero. Variasi kepedihan tadi menjadi ujian sang
superhero. Persoalan-persoalan dilematisnya pun merupakan cara
menolong orang lain, yang tak lain utamanya ialah keluarganya sendiri.
Senjata ampuhnya ialah kesahajaan. Superhero itu selalu melawan musuh
dengan senjata, tetapi tokoh di dalam kisah ini tidak dengan senjata seperti
senjata umumnya yang kita pahami, melainkan hanya kesahajaan. Berkalikali kesahajaan itu muncul, sebab masalah-masalah ekonomilah yang
akan kita hadapi. Kemiskinan adalah kesenangan, begitulah petikan narasi
yang tertera di halaman 360. Itulah karakter Dahlan dalam kisah sebagai
senjata.