Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH BAHASA INDONESIA

A. Perkembangan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi dan bahasa persatuan Republik Indonesia.
Penggunaan Bahasa Indonesia diresmikan setelah proklamasi kemerdekaan bersamaan dengan
mulai berlakunya konstitusi.
Dari segi linguistik, bahasa Indonesia adalah varian dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu
merupakan sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sunda-Sulawesi yang digunakan sebagai
lingua franca atau bahasa perhubungan di Nusantara sejak abad awal penanggalan modern.
Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama
Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya
karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan
antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa
Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan
rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam
perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia
menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia.
Dalam perkembangannya Bahasa Indonesia mengalami perubahan akibat penggunaanya
sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak
awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda
pada tanggal 28 Oktober 1928 yang bertujuan untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa"
apabila nama "bahasa Melayu" tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa
Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung
Malaya atau bagian Sumatera. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup,
yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa
daerah, bahasa asing maupun kata-kata yang tercipta dari lingkungan sekitar.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa
Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan warga Indonesia. Sebagian besar menggunakan
salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia
kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek
Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat
luas di perguruan-perguruan, media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan
berbagai forum publik lainnya.

B. Ejaan
Kata ejaan berasal bari bahasa arab hija menjadi eja yang mendapat akhiran an.
Hakikat bahasa adalah bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka turunan dari bahasa lisan. Perbedaan
antara ragam tulis dan lisan adalah bahasa lisan terutama yang tidak baku, sangat simpel. Setelah
Islam datang, di Nusantara digunakan huruf arab untuk menulis bahasa melayu. Pada 1901
pertama kali penggunaan huruf latin untuk bahasa melayu. Ejaan ini dikenal dengan ejaan Van
Ophuijsen. Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi1

bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf,
kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan
berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata;
sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan.
Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa. Ejaan merupakan kaidah yang
harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam
bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat
sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap
pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang
tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan (EYD).EYD mulai
diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang
merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima
tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik
Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan
huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata
bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang
menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat
kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara
yang baik dan benar.
Fungsi Ejaan
Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata
bahasa maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang sangat penting.
Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut :
Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia
Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan diatas, ejaan sebenarnya juga
mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman
pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis.
Sejarah Perkembangan Ejaan
Kedudukan bahasa Indonesia yaitu sebagai bahasa Nasionalseperti dalam ikrar
sumpah pemuda sebagai alat pemersatu bangsa dalam suku yang berbeda-beda, dan bahasa
negara yang tercantum dalam UUD 45 terutama sebagai bahasa pengantar di dunia
pendidikan. Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, begitupun bahasa
yang terus mengalami perubahan dan perkembangan ragam dan variasi bahasa karena
fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Mulanya bahasa Indonesia ditulis
dengan tulisan latin-romawi mengikuti ejaan Belanda. Hingga pada 1972 Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) dicanangkan. Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa
2

Melayu sudah memiliki aksara sejak beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu. Di
Nusantara ini, bukan saja aksara Arab Melayu yang kita kenal. Kita juga mengenal aksara
Jawa, aksara Sunda, aksara Bugis, aksara Bali, aksara Lampung, aksara Kerinci, aksara
Rejang, dan aksara Batak. Aksara itu masing-masing memiliki nama, seperti aksara Kaganga
dan aksara Rencong (incung).
Ejaan yang diresmikan
1) Ejaan Van Ophuijsen
Aksara Arab Melayu dipakai secara umum di daerah Melayu dan daerahdaerah yang telah menggunakan bahasa Melayu. Akan tetapi, karena terjadi
kontak budaya dengan dunia Barat, sebagai akibat dari kedatangan orang Barat
dalam menjajah di Tanah Melayu itu, di sekolah-sekolah Melayu telah digunakan
aksara latin secara tidak terpimpin. Oleh sebab itu, pada tahun 1900, menurut C.A.
Mees (1956:30), Van Ophuijsen, seorang ahli bahasa dari Belanda mendapat
perintah untuk merancang suatu ejaan yang dapai dipakai dalam bahasa Melayu,
terutama untuk kepentingan pengajaran. Jika penyususnan ejaan itu tidak cepatcepat dilakukan, dikhawatirkan bahwa sekolah-sekolah tersebut akan menyusun
dengan cara yang tidak terpimpin sehingga akan muncul kekacauan dalam ejaan
tersebut. Dalam menyusun ejaan tersebut, Van Ophuijsen dibantu oleh dua orang
pakar bahasa dari Melayu, yaitu Engkoe Nawawi Soetan Mamoer dan
Moehammad Thaib Soetan Ibrahim. Dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan
Latin dan Ejaan Belanda, Van Ophuijsen dan teman-teman berhasil membuat
ejaan bahasa Melayu, yang ejaan tersebut lazim disebut sebagai Ejaan Van
Ophuijsen. Ejaan tersebut diresmikan pemakaiannya pada tahun 1901. Ejaan van
Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan Republik, dan baru
diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka. Beberapa hal yang cukup menonjol
dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain sebagai berikut :
Huruf y ditulis dengan j
Misalnya :
Sayang : Sajang
Saya : Saja
Huruf u ditulis dengan oe
Misalnya :
Umum : Oemoem
Sempurna : Sempoerna
Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas
Misalnya :
Rakyat : Rayat
Bapak : Bapa
Huruf j ditulis dengan dj
Misalnya :
Jakarta : Djakarta
Raja : Radja
Huruf c ditulis dengan tj
Misalnya :
Pacar : Patjar
3

Cara : Tjara
Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch
Misalnya :
Khawatir : Chawatir
Akhir : Achir
2) Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
Beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka yakni pada masa pendudukan
Jepang, pemerintah sudah mulai memikirkan keadaan ejaan kita yang sangat tidak
mampu mengikuti perkembangan ejaan internasional. Oleh sebab itu, Pemerintah
melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengubahan ejaan untuk
menyempurnakan ejaan yang dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, pada tahun 1947 muncullah
sebuah ejaan yang baru sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen. Ejaan tersebut
diresmikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Dr. Soewandi, pada tanggal 19 Maret 1947 yang disebut sebagai Ejaan
Republik. Karena Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan adalah Dr.
Soewandi, ejaan yang diresmikan itu disebut juga sebagai Ejaan Soewandi.
Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik itu
adalah sebagai berikut :
Huruf /oe/ diganti dengan /u/, seperti dalam kata berikut
goeroe menjdi guru
itoe menjadi itu
oemoer menjdi umur
Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan /k/, seperti dalam kata
berikut :
Pa menjadi Pak
malum menjadi maklum
rayat menjadi rakyat
Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan, seperti kata
berikut :
anak-anak menjadi anak2
berlari-larian menjadi ber-lari-2an
berjalan-jalan menjadi ber-jalan2
Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, seperti berikut :
Diluar (kata depan), dikebun (kata depan), ditulis (awalan), diantara (kata
depan), disimpan (awalan), dipimpin (awalan), dimuka (kata depan), ditimpa
(awalan), disini (kata depan).
Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antar suku
kata diftong, seperti kata berikut
Didjoempa menjadi didjumpai
Diharga menjadi dihargai
Moela menjadi mulai
Tanda aksen pada huruf e tidak dipakai lagi, seperti pada kata berikut
ekor menjadi ekor
heran mejadi heran
4

merah menjadi merah


berbeda menjadi berbeda
Di hadapan tj dan dj, bunyi sengau ny dituliskan sebagai n untuk
mengindahkan cara tulis
Menjtjuri menjdi mentjuri
Menjdjual menjadi mendjual
Ketika memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan akhiran dianggap
sebagai suku-suku kata yang terpisah
be-rangkat menjadi ber-angkat
atu-ran menjadi atur-an
3) Ejaan Yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia (Bapak
Soeharto) meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
yang lazim disingkat dengan EYD. Peresmian ejaan tersebut berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Dengan dasar itu, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan yang memuat berbagai patokan pemakaian ejaan
yang baru. Buku yang beredar yang memuat kaidah-kaidah ejaan tersebut direvisi
dan dilengkapi oleh suatu badan yang berada di bawah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, yang diketuai oleh Prof. Dr. Amran Halim dengan dasar surat
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 12 Oktober 1972, Nomor
156/P/1972. Hasil kerja komisi tersebut adalah berupa sebuah buku yang berjudul
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang diberlakukan
dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0196/1975.
Bersama buku tersebut, lahir pula sebuah buku yang berfungsi sebagai pendukung
buku yang pertama, yaitu buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah.Badan itu
bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang sekarang bernama Pusat
Bahasa.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan itu adalah sebagai berikut :
Huruf yang berubah fungsi adalah sebagai berikut
/dj/ djalan menjadi /j/ jalan
/j/ pajung menjadi /y/ paying
/nj/ njanji menjadi /ny/ nyanyi
/sj/ isjarat menjadi /sy/ isyarat
/tj/ tjukup menjadi /c/ cukup
/ch/ achir menjdi /kh/ akhir
Peresmian penggunaan huruh berikut yang sebelumnya belum resmi
adalah :
Pemakaian huruf /f/ dalam kata maaf, fakir
Pemakaian huruf /v/ dalam kata universitas, valuta
Pemakaian huruf /z/ dalam kata lezat, zeni
Huruf yang hanya dipakai dalam ilmu eksakta, adalah sebagai berikut:
Pemakaian huruf /q/ dalam rumus a:b = p:q

Pemakaian

huruf

/x/

dalam

istilah

Sinar-X

Penulisan di- sebagai awalan dan penulisan di sebagai kata depan


dilakukan seperti berikut :
Penulisan awalan di- diserangkaiakan dengan kata yang mengikutinya,
seperti dimakan, dijumpai
Penulisan kata depan di dipisahkan dengan kata yang mengikutinya,
seperti di muka, di pojok, di antara.
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu terdapat
pembicaraan yang lengkap, yaitu:
1. pembicaraan tentang nama dan penulisan huruf
2. pembicaraan tentang pemakaian huruf
3. pembicaraan tentang penulisan kata
4. pembicaraan tentang penulisan unsur serapan
5. pembicaraan tentang pemakaian tanda baca.
Dengan lahirnya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu kini kita
dapat merasakan bahwa ejaan bahasa kita sudah tidak perlu diubah lagi. Jika ada
hal-hal yang perlu dimasukkan ke dalam ejaan yang selama ini tidak diatur dalam
ejaan tersebut, cukup ejaan itu direvisi dalam edisi berikutnya.
Ejaan yang tidak diresmikan
a) Ejaan Melindo
Pada akhir tahun 1950-an para penulis mulai pula merasakan kelemahan yang
terdapat pada Ejaan Republik itu. Ada kata-kata yang sangat mengganggu penulisan
karena ada satu bunyi bahas yang dilambangkan dengan dua huruf, seperti dj, tj, sj,
ng, dan ch. Para pakar bahasa menginginkan satu lamabang untuk satu bunyi.
Gagasan tersebut dibawa ke dalam pertemuan dua Negara, yaitu Indonensia dan
Malaysia. Dari pertemuan itu, pada akhir tahun 1959 Sidang Perutusan Indonensia
dan Melayu (Slametmulyana dan Syeh Nasir bin Ismail, masing-masing berperanan
sebagi ketua perutusan) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal
dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
Konsep bersama itu memperlihatkan bahwa satu bunyi bahasa dilambangkan
dengan satu huruf. Salah satu lambing itu adalah huruf j sebagai pengganti dj, huruf
c sebagai pengganti huruf tj, huruf sebagai pengganti ng, dan huruf sebagai
pengganti nj.
Sebagai contoh :
sejajar sebagai pengganti sedjadjar
mencuci sebagai pengganti mentjutji
meaa sebagai pengganti dari menganga
berai sebagai pengganti berjanji
Ejaan Melindo tidak pernah diresmikan. Di samping terdapat beberapa
kesukaran teknis untuk menuliskan beberapa huruf, politik yang terjadi pada kedua
negara antara Indonesia-Malaysia tidak memungkinkan untuk meresmikan ejaan
tersebut. Perencanaan pertama yang dilakukan dalam ejaan Melindo, yaitu
6

penyamaan lambang ujaran antara kedua negara, tidak dapat diwujudkan.


Perencanaan kedua, yaitu pelambangan setiap bunyi ujaran untuk satu lambang,
juga tidak dapat dilaksanakan. Berbagai gagasan tersebut dapat dituangkan dalam
Ejaan bahasa Indonensia yang disempurnakan yang berlaku saat ini.
Ruang lingkup Ejaan dalam Bahasa Indonesia
Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari hal-hal berikut:
1) Pemakaian Huruf
Nama huruf bahasa Indonesia seperti yang kita kenal dengan huruf abjad dan ada
juga penggabungan untuk melambangkan diftong seperti: Au(harimau), atau
penggabungan khusus, seperti: ng(lambang). Ejaan Indonesia menggunakan ejaan
fonemis dimana hanya ada satu bunyi utuk satu lambang, lain dengan bahasa Inggris
yang satu lambang memiliki beberapa bunyi.
Karena bahasa Indonesia menggunakan satu sistem ejaan, pada dasarnya lafal
singkatan dan kata mengikuti bunyi nama huruf secara konsisten, seperti:
bus(dibaca:bus)
Yang harus diperhatikan dalam persukuan (pemenggalan kata), (1)menggunakan
tanda hubung, (2)tidak memenggal kata dengan garis bawah, (3)hindari penggalan satu
huruf. Begitupun dengan nama orang, hanya dibenarkan dengan memisahkan nama
pertama dan nama kedua. Penulisan nama diri ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku.
2) Penulisan Huruf
Huruf terdiri dari: huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring.
Huruf kapital digunakan sebagai:
-huruf pertama awal kalimat
-huruf pertama petikan langsung
-huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan
-huruf pertama gelar kehormatan atau keturunan yang diikuti nama orang
-huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang.
-huruf pertama nama orang
-huruf pertama hubungan kekerabatan seperti: bapak, ibu, saudara yang dipakai sebagai
kata ganti.
Huruf miring digunakan untuk:
-menulis nama buku, majalah yang dikutip dari karangan
-menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata
-menuliskan nama ilmiyah atau ungkapan asing.
3) Penulisan Kata
Penulisan kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Penulisan kata turunan:
-imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasar
-kalau gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikutinya.
-kalau gabungan kata, awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata tersebut

-kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam unsur kombinasi:
Jika bentuk terikat diikuti kata berhuruf awal kapital, maka antara keduanya diberi
tanda hubung.
Jika jika kata maha diikuti kata esa dan selain kata dasar sebagai unsur gabungan, maka
ditulis terpisah.
Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata hubung.
Penulisan gabungan kata:
-kata majemuk, istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.
-istilah khusus yang mungkin akan menimbulkan salah baca diberi tanda hubung.
-kata yang dianggap sudah satu ditulis serangkai.
Penulisan kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Kata si dan sang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Penulisan partikel:
-partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
-partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah.
Penulisan singkatan dan Akronim:
-singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik.
-singkatan nama resmi lembaga dan nama dokumen resmi , huruf awal ditulis dengan
huruf
kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik, misalnya: BPK, PT, KTP, SLTP.
-singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik, misalnya:dkk.
-singkatan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, dan mata uang tidak diikuti tanda
titik.
- akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan hruruf kapital.
-akronim yang berupa gabungan kata atau huruf dari deret kata ditulis dengan huruf
awal huruf kapital, misalnya: Angkatan Bersenjata RI (Akabri).
-akronim yang bukan nama diri berupa gabungan kata atau huruf dan suku kata dari
deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan angka lambang bilangan:
-Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
-angka digunakan untuk menyatakan : panjang, berat, dan isi, satuan waktu, mata uang,
nomor jalan.
-penulisan lambang bilangan, misalnya: 3/8(tiga perdelapan)
-penulisan kata bilangan tingkat
-penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran an ditulis dengan angka atau dengan
ejaan.
-Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya
mudah dibaca, kecuali dalam dokumen resmi.
-bilangan tidak perlu ditulis angka dan huruf sekaligus kecuali pada dokumen resmi.
-bilangan yang dilambangkan dengan kata dan huruf, penulisannya harus tepat.

4) Penulisan Unsur Serapan


Bahasa arab sebenarnya sudah banyak yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dan
relatif konsisten. Untuk menyerap bahasa arab, kita harus memperhatikan:
-unsur mad (panjang) ditiadakan.
-konsonan yang tidak ada dalam bahasa indonesia sebaiknya diadaptasi dengan fonem
yang berdekatan dengan fonem bahasa indonesia baik lafal maupun ejaannya, seperti:
rizq(rezeki). Jika tidak, maka tulislah sesuai lafal sebenarnya dengan huruf miring.
5) Pemakaian Tanda Baca
Orang sering mengabaikan tanda baca yang sebenarnya sangat membantu orang dalam
memahami bacaan.
1. Tanda titik (.)
2. Tanda koma (,)
3. Tanda titik koma (; )
4. Tanda titik dua (: )
5. Tanda hubung (-)
6. Tanda tanya (?)
7. Tanda seru (!)
8. Tanda kurung (())
9. Tanda garis miring ( / )
10. Tanda petik ganda (" ")
11. Tanda pisah (--)
12. Tanda elipsis (...)
13. Tanda kurung siku ([ ])
14. Tanda petik tunggal ( ' ')
15. Tanda penyingkat ( ' )
Berikut produk yang disajikan untuk melengkapi pemahaman tentang Ejaan :
Bandingkanlah kedua paragraf berikut ini
Kejahatan merupakan suatu peristiwa penyelewengan terhadap norma norma atau
perilaku teratur yang menyebabkan terganggunya ketertiban dan ketentraman kehidupan
manusia perilaku yang dikualifikasikan sebagai kejahatan biasanya dilakukan oleh sebagian
besar warga masyarakat atau penguasa yang menjadi wakil wakil masyarakat seharusnya ada
sesuatu keserasian pendapat antara kedua unsur tersebut walaupun tidak mustahil terjadi
perbedaan perbedaan perbedaan tersebut mungkin timbul kareana kedua unsure tadi tidak
sepakat mengenai kepentingan kepentingan pokok yang harus dilindungi
Dapatkah anda memahami tulisan tersebut diatas?Mungkin dapat tetapi agak sulit.
Cobalah membaca kembali tulisan dibawah ini !
Kejahatan merupakan suatu peristiwa penyelewengan terhadap norma-norma atau
perilaku teratur yang menyebabkan terganggunya ketertiban dan ketentraman kehidupan
manusia. Perilaku yang dikualifikasikan sebagai kejahatan biasanya dilakukan oleh sebagian
besar warga masyarakat atau penguasa yang menjadi wakil-wakil masyarakat. Seharusnya
ada sesuatu keserasian pendapat antara kedua unsur tersebut walaupun tidak mustahil terjadi
perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut mungkin timbul kareana kedua unsur tadi tidak
sepakat mengenai kepentingan-kepentingan pokok yang harus dilindungi.
Kita dapat melihat bahwa tulisan yang sudah diberi tanda baca serta diperbaiki ejaannya jauh
9

lebih mudah dan juga lebih cepat untuk dipahami.Itulah mengapa, kemampuan dalam
menerapkan ejaan dan tanda baca sangat dituntut dalam tulis menulis.
Contoh EJAAN YANG DISEMPURNAKAN
BUNUH DIRI DIKALANGAN REMAJA
Dari waktu ke waktu jumlah kasus bunuh diri terus bertambah. Tidak hanya
dikalangan orang dewasa tetapi juga terjadi pada remaja bahkan anak-anak. Sebenarnya tidak
seorangpun yang menginginkan seperti ini tetapi keinginan manusia sering kali diarahkan
oleh banyak faktor yang terjadi diluar kendali kita sendiri sampai akhirnya seseorang tiba
pada keyakinan bahwa bunuh diri justru adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan
masalahnya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dan bagaimana menghindarinya.
Dalam paragraf di atas ada beberapa kesalahan penerapan EYD, yaitu penulisan kata
dikalangan, seorangpun, dan diluar seharusnya dipisahkan, penulisan kata sering kali
seharusnya digabungkan, dan sebelum kata tetapi seharusnya diberi tanda baca koma.

C. Kedudukan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting yang tercantum didalam :
1
2

Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, Kami putra dan
putriIndonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Undang- Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan lambing Negara, serta Lagu
Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

Maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai :


1. Bahasa Nasional
Kedudukannya berada diatas bahasa- bahasa daerah. Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa
Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 menegaskan bahwa
dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :

Lambang kebanggaan Nasional.

10

Sebagai realisasi kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, harus memakainya tanpa ada rasa
rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga memakainya dengan memelihara dan
mengembangkannya.
Lambang Identitas Nasional.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indonesia.
Berarti bahasa Indonesia akan dapat mengetahui identitas seseorang, yaitu sifat, tingkah laku,
dan watak sebagai bangsa Indonesia.
Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan
bahasanya.
Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial
budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita,
dan rasa nasib yang sama.
Alat penghubung antarbudaya antardaerah.
Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk segala aspek
kehidupan.

2. Bahasa Negara (Bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)


Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai :

Bahasa resmi kenegaraan.


Bahasa pengantar resmi dilembaga-lembaga pendidikan.
Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah.
Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi modern.

C. Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik
yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara.
Pengertian ragam bahasa menurut para ahli adalah:
1. Pengertian ragam bahasa menurut Bachman
Menurut Bachman (1990), ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang
yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
2. Pengertian ragam bahasa menurut Dendy Sugono
11

Menurut Dendy Sugono (1999), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia,
timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi,
seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya
dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa
baku.
3. Pengertian ragam bahasa menurut Fishman ed
Menurut Fishman ed (1968), suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan
hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar
dapat menjadi panutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu yang perlu
diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang
pembicaraan (situasi pembicaraan), pelaku bicara, dan topik pembicaraan.
Macam-macam Ragam Bahasa
Yaitu bisa dibagi 3 berdasarkan media,cara pandang penutur, dan topik pembicaraan.
1. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media
a. Ragam bahasa Media (Lisan)
Bahasa yang di hasilkan menggunakan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai
unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan. Dalam ragam lisan kita berurusan dengan tata bahasa,
kosakata dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah
suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam lisan:

Memerlukan orang kedua/teman bicara.

Tergantung kondisi, ruang, dan waktu.

Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.

Berlangsung cepat
Kelebihan ragam bahasa lisan :

a. Dapat disesuaikan dengan situasi


b. Faktor efisiensi waktu
c. Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsure lain berupa tekan dan
gerak anggota badan agah pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi,
12

mimik dan gerak-gerak pembicara.


d. Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa
yang dibicarakannya.
e. Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian
bahasa yang dituturkan oleh penutur.
f. Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari
informasi audit, visual dan kognitif.
Kelemahan ragam bahasa lisan :
a. Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frasefrase sederhana.
b. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
c. Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
d. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.

b.

Ragam Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan

dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan
tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dengan ragam bahasa tulis, kita
tuntut adanya kelengkapan unsur kata seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat,
ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan dan penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam tulis:
1.

Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara

2.

Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu

3.

Harus memperhatikan unsur gramatikal;

4.

Berlangsung lambat

5.

Selalu memakai alat bantu

6.

Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi


13

7.

Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda
baca.
Kelebihan ragam bahasa tulis :

a. Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi
yang menarik dan menyenangkan.
b. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
c. Sebagai sarana memperkaya kosakata.
d. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau
mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan
pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
a. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada
akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
b. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus
mengikuti kaidah-kaidah bahasa.
c. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena
itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata ):
A. Tata Bahasa :
a.

b.

Ragam Bahasa lisan


1)

Nia sedang baca surat kabar.

2)

Ari mau nulis surat.

3)

Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.

Ragam bahasa tulisan.


1)

Nia sedang membaca surat kabar.

2)

Ari mau menulis surat.

3)

Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.

B. Kosa kata :
a.

Ragam bahasa lisan


1) Ariani bilang kalau kita harus belajar.
2)

Kita harus bikin karya tulis.


14

3)
b.

Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak

Ragam bahasa tulisan


1) Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.

2.

2)

Kita harus membuat karya tulis.

3)

Rasanya masih telalu muda bagi saya, Pak.

Ragam bahasa Indonesia berdasarkan penutur.


Ragam Bahasa Berdasarkan penutur yaitu :
1. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek).
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa
digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang
digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas
yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada
pelafalan/b/pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung,
Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada
kata ithu, kitha, canthik, dll.
2. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda
dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa
asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak
berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas.
Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa,
nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan
awalan yang seharusnya dipakai.
contoh:
1) Ira mau nulis surat = Ira mau menulis surat
2) Saya akan ceritakan tentang Kancil = Saya akan menceritakan tentang Kancil.
3. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur. Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap
penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika
dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau
pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita
dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya.
Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan
digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan
15

bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan
bahasa yang digunakan.
Contoh:
Ragam resmi

: Saya sudah membaca buku itu

Ragam tak resmi : Saya sudah baca buku itu


3.

Ragam bahasa Indonesia menurut topik pembicaraan.


Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa ilmiah, ragam hukum,
ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan ragam sastra.
Contoh:
Ragam hukum

: Dia dihukum karena melakukan tindak pidana.

Ragam bisnis

: Setiap pembelian diatas nilai tertentu akan diberikan diskon.

Ragam sastra

: Cerita itu menggunakan Flashback.

Ragam kedokteran: Anak itu menderita penyakit kuorsior.


Menurut Anton M. Moeliono (dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia,1980), berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya dan yang disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan
kebaikan dan kebenaran.
Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai derajat
keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.
1. Ragam baku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit memungkinkan
keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
2. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato, rapat resmi, dan
jurnal ilmiah.
3. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau
pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang
belum tentu saling kenal dengan akrab.
5. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat akrab
dan intim.
Contoh Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar :
Misalkan dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang baku
16

Contoh :
* Ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang murid
Pak guru : Rino apakah kamu sudah mengerjakan PR?
Rino : sudah saya kerjakan pak.
Pak guru : baiklah kalau begitu, segera dikumpulkan.
Rino : Terima kasih Pak , akan segera saya kumpulkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non


Jurusan. Cetakan ke-16, revisi (3). Jakarta : Diksi Insan Mulia
2. http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/05/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesi
3. http://ibnuhasansibuan.wordpress.com/2011/03/06sejarah-perkembanganbahasa-indonesia
Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta.
:KawanPustaka
4. Hs, Widiono. 2005. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Di
Peruruan Tinggi). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana

17

5. http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan
Depdikbud.
2008.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Hi-Fest
Publishing.
6. Tim Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.
7. http://rahmaekaputri.blogspot.co.id/2010/09/fungsi-dan-kedudukan-bahasaindonesia.html

8. http://tisnajelek.blogspot.com/2013/10/pentingnya-berbahasa-yang-baik-dan.html
9. http://rifqybawazier.blogspot.com/2013/10/ragam-bahasa-dan-pentingnyamenggunakan.html
10. http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa
11. http://naufal101110.blogspot.com/2013/10/artikel-ragam-bahasa-indonesia.html
Diposkan
oleh Candra Rosdianto di 23.31
12. http://sekapursirihpunya.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-ragam-bahasa.html
13. http://www.trigonalworld.com/2013/07/pengertian-ragam-bahasa-menurut-para.html

18

Anda mungkin juga menyukai