Anda di halaman 1dari 29

Home

Disclaimer

Kontak

Daftar Isi

Privacy Policy

RSS

Home

Pendidikan

Karya Tulis Ilmiah

Pengertian

Statistika

Artikel

Search...

Home ARTIKEL PENDIDIKAN Artikel Penulisan KTI Contoh Proposal Skripsi Pengaruh
Model Pembelajaran STAD

Contoh Proposal Skripsi Pengaruh Model


Pembelajaran STAD
Taufik Hidayat
Add Comment
Thursday, 9 April 2015
PENGARUH MODEL

PEMBELAJARAN

KOOPERATIF

STUDENT

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR

TEAM

TEMATIK

INTEGRATIF SISWA KELAS IV SUB TEMA MACAM-MACAM SUMBER ENERGI SD


PENDRIKAN LOR 02 KOTA SEMARANG TAHUN 2014/2015

A. Latar Belakang
Dunia pendidikan di Indonesia saat ini sedang dalam masa transisi kurikulum dari KTSP
2006 menjadi kurikulum 2013. Hal tersebut membuat sebagian besar guru di tuntut menguasai
kurikulum tersebut. Dengan kemunculan kurikulum tersebut maka di harapkan akan mewarnai
perkembangan dalam dunia pendidikan, dan mendorong guru untuk berinovasi dalam
pembelajaran. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 2 disebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat, dalam rangkan mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif (Kusdaryani, 2009:80).
Pengembangan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonessia. Menurut UU No. 2 Tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat rencana
dan peraturan, mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakannnya dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (Poerwati dan Amri, 2013: 34). Seahingga penting
bagi guru untuk memahami dan menaplikasikan kurikulum yang dibuat dengan tepat.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terintegrasi (integrated curriculum). Kurikulum
terintegrasi merupakan bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata
pelajaran dan menyajikan bahan-bahan dalam bentuk unit atau keseluruhan (Poerwati dan Amri,

2013: 14). Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak boleh lagi untuk mengkotak-kotakan
pembelajaran antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lainnya lainnya. Penyajian materi
pelajaran yang masih terkotak-kotak akan menyulitkan siswa dalam memahami pelajaran.
Berdasarkan Permendikbud No. 67 tahun 2013 pembelajaran tematik terpadu merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata
pelajaran ke dalam tema tertentu. Tema dalam kurikulum 2013 memegang peran penting dalam
proses belajar di kelas. Belajar sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses seseorang dalam
memperoleh pengetahuan, pengertian, keterampilan, sikap atau nilai yang biasanya diikuti oleh
perubahan tingkah laku. Proses belajar di kelas dapat berlangsung dengan optimal jika proses
belajar didesain melalui prosedur yang sistemik dan sitematik.
Desain sistem pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan proses belajar yang dapat
membantu individual untuk mencapai kompetensi secara optimal. Proses belajar dapat disebut
sukses apabila memenuhi kriteria sebagai berikut, yakni siswa malakukan interaksi dengan
sumber belajar seacara intensif, melakukan latihan untuk penguasaan kompetensi memperoleh
umpan balik segera setelah melakukan proses belajar, emnerapkan kemampuan dalam konteks
nyata dan melakukan interaksi dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan (Benny A,
2009:1).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru harus mampu untuk mendesai progam
pembelajarannya. Hal tersebut dilakukan agar menjadikan proses pembelajaran menjadi efektif,
efisien dan menarik.
Terkait dengan pengembangan krikulum 2013 peneliti mencoba menengok pembelajaran
yang terdapat pada kelas 4 dengan tema selalu berhemat energi sub tema macam-macam energi
pada pembelajaran satu. Dari hasil observasi di SD Pendrikan Lor 02 Kota Semarang kelas IV
menunjukan bahwa pembelajaran tematik terintegratif yang dilakukan tidak mampu membuat
siswa menguasai kompetensi dari tiga mata pelajaran yang ditematikan yaitu IPA, Matematika
dan Bahasa Indonesai. Terdapat beberapa materi kompetensis yang tdak diajarkan, guru terlalu
terfokus pada buku siswa dan buku guru sehingga pembelajaran tampak monoton dan siswa
jenuh serta bosan dengan pembelajaran. Akibatnya keterampilan siswa memahami kompetensi
rata-rata Bahasa Indonesia hanya mencapai 60%, IPA 65% sementara Matematika 50%. Hal
tersebut menunjukan kurang optimal pembelajaran tematik terintegratif yang disampaikan oleh
guru.
Kegiatan pembelajaran yang baik berdasarkan kurikulum 2013

adalah kegiatan

pembelajaran yang mampu mengembangkan tiga aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan

dari peserta didik. Atas dasar hal tersebutlah guru harus mengembangkan kegiatan pembelajaran
yang sistematis dan sistematik berdasarkan model-model pembelajaran tertentu. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif
Achievement Division (STAD). Model

tipe Student Team

pembelajaran menjadi salah satu upaya untuk

menciptakan kondisi kelas yang mampu mengembangkna ranah sikap, pengetahuan dan
keterampilan dari peserta didik. Seperti teori belajar yang dikemukakan oleh Bloom dalam
(Suprijono, 2009: 6-7) dalam proses pembelajaran siswa harus mencapai tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan pembelajaran yang disusun berdasarkan sintak dari
model koperatif maka pembelajaran akan menjadi menyenangkan dan menantang bagi siswa.
Menurut Salvin (2005: 4) Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif sebagai
salah satu model pembelajaran yang menyenangkan dan siswa akan lebih paham. Pembelajaran
kooperatif memungkinkan siswa belajar dengan berkelompok untuk saling berdiskusi dan
bersaing. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa lebih aktif dalam belajar. Ada banyak jenis
dari pembelajaran kooperatif dan salah satunya adalah Student Team Achievement Division
(STAD). Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan model yang paling baik bagi para guru yang
baru menggunakan pendekatan kooperatif (Salvin,2005: 4).
Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah, penelitian yang sudah dilakukan oleh
Selvia Yeni (2012) dengan judul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams-Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester
II Pada Mata Pelajaran Ipa SD Negeri Dukuh 02 Salatiga Kecamatan Sidomukti Tahun Pelajaran
2011/2012. Untuk nilai rata-rata siswa untuk kelas eksperimen yaitu 79 dan nilai rata-rata kelas
kontrol yaitu 69 maka dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Division (STAD) efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
STAD meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam memahami pembelajaran IPA di kelas IV
SD. Maka peneliti mencoba melakukan penelitian menggunakan model kooperatf learning tipe
STAD. Penelitian ini diharapkan mampu mengoptmalkan kemampuan peserta didik dalam
belajar, mampu mengaktifkan peserta didik dan mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran
tematik terintegratif. Dari model tersebut peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh
penerapan model tersebut terhadap tercapainya seluruh kompetensi mata pelajaran IPA,

Matematika dan Bahasa Indonesia dalam tema hemat energi sub tema macam-macam energi
pembelajaran satu.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dan berdasarkan hasil observasi awal
di SD Negeri Pendrikan Lor 02, Identifikasi masalah yang didapat adalah :
1. Guru kurang kreatif dalam mengembangkan dan menggunakan model pembelajaran pada proses
pembelajaran.
2. Siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran, padahal pada kurikulum 2013 menuntut siswa harus
aktif.
3.

Proses pembelajaran yang membosankan, perhatian siswa tidak bisa fokus pada guru dan
konsentrasi siswa mudah terpecah.

4. Kompetensi rata-rata yang dicapai bahasa Indonesia hanya mencapai 60%, IPA 65% sementara
Matematika 50%.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan diatas, maka peneliti akan
membatasi permasalahan agar penelitian yang dilakukan lebih spesifik dan fokus. Menurut
Soegeng (2008: 32) tidak semua masalah yang telah diidentifikasi dapat diteliti, melainkan perlu
dipilih yang cocok dengan kemampuan sebagaimana tersebut di atas. Jadi masalah yang akan
dikaji itu hendaknya sesempit dan sesederhana mungkin. Agar penelitian yang direncanakan
dapat tercapai sesuai dengan keinginan dan memperoleh hasil yang memuaskan. Dengan
mempersempit dan menyederhanakan masalah yang ingin diteliti ini maka secara tidak langsung
penelitian yang dilakukan pun terbatas. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini hanya memfokuskan untuk menggunakan model kooperatif tipe STAD untuk
meningkatkan hasil belajar. Dalam Kurikulum 2013 menekankan pada hasil belajar berupa aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Permasalahan yang hendak dikaji adalah hasil belajar yang
meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik dengan tema hemat energi subtema macammacam energi, pembelajaran satu yang ditematikkan mata pelajaran Bahasa Indonesia,

Matematika, dan IPA pada siswa kelas IV SDN Pendrikan Lor 02 Kota Semarang Tahun
2014/2015.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka penulis
merumuskan masalah yaitu apakah ada pengaruh model pembelajaran Kooperatif Learning tipe
Student Team Achieved Division (STAD) terhadap hasil belajar tematik integratif siswa kelas IV
tema hemat energi subtema macam-macam energi, pembelajaran satu yang ditematikkan mata
pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA pada siswa kelas IV SDN Pendrikan Lor 02
Kota Semarang Tahun 2014/2015

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah : untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Kooperatif
Learning tipe Student Team-Achieved Division (STAD) terhadap hasil belajar tematik integratif
siswa kelas IV tema hemat energi subtema macam-macam energi, pembelajaran satu yang
ditematikkan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA pada siswa kelas IV SDN
Pendrikan Lor 02 Kota Semarang Tahun 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoretis maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
Jika dalam penelitian ini terdapat pengaruh model Kooperatif Learning tipe Student Team
Achieved Division (STAD) terhadap hasil belajar tematik integratif kelas IV tema hemat energi
subtema macam-macam energi, pembelajaran satu yang ditematikkan mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, dan IPA pada siswa Sekolah Dasar maka peneltian ini dapat dijadikan
landasan teori untuk kegiatan-kegiatan inovasi pembelajaran, penelitian ini juga dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan menambah wawasan bagi pengkajian inovasi
pembelajaran.
2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :


a. Bagi Sekolah
Sebagai referensi dalam menerapkan model-model pembelaajran yang mampu meningkatatkan
efektifitas pembelajaran tematik terintegratif Serta sebagai masukan untuk meningkatkan
keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik terintegratif.
b. Bagi Guru
Dapat digunakan oleh guru sekolah dasar dalam uoaya pengembangan inovasi pembelajaran dan
dapat menjadi pengetahuan baru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dalam pembelajaran tematik terintegratif.
c. Bagi Siswa
Memudahkan siswa dalam mengikuti pembelajaran tematik integratif sebagaimana yang terdapat
dalam kurikulum 2013. Memberikan keuntungan bagi siswa agar dapat bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas akademis dan meningkatkan hasil belajar, motivasi dan minat siswa dalam
belajar.
d. Bagi peneliti
Peneliti memperoleh dan menambah wawasan serta pengetahuannya tentang model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. dan mendapatkan pengetahuan tentang cara memodifikasi
dan mengembangkan model pembelajaran yang sesuai karakter siswa

G. Definisi Operasional Variabel


1. Pengaruh
Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari suatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang (Alya, 2009: 536). Dalam penelitian ini
pengaruh yang dimaksud adalah Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student TeamAchieved Division (STAD) terhadap hasil belajar tematik integratif siswa kelas IV sub tema
macam-macam energi SDN Pendrikan Lor 02 Kota Semarang
2. Model Pembelajaran Kooperatif Learning tipe STAD
Kerja kelompok merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan minat siswa dalam
kegiatan belajar, karena strategi ini banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
bersama dan bekerja bersama memecahkan masalah untuk mencapai tujuan. Pembelajaran
kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai

sebuah teman dalam menyelesaikan suatu masalah. Dengan metode kooperatif juga dapat
meningkatkan pengembangan sikap sosial.
Menurut Lie (2004: 12) pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugastugas yang terstruktur. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam suatu kelompok
kecil dan dikehendaki untuk saling memberi penjelasan yang baik, menjadi pendengar yang baik,
mengajukan pertanyaan yang benar.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitik beratkan pada
pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok
kecil, dimana menurut Sartono (2003:32), Siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus
agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman
sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai
membantu yang lebih lemah, dan sebagainya.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa saling membantu, memotivasi, serta menguasai ketrampilan
yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari siklus kegiatan
pengajaran biasa yaitu 1) Presentasi kelas, 2) Kegiatan kelompok, 3) Tes, 4) Perhitungan nilai
perkembangan individu, dan 5) Pemberian penghargaan kelompok (Slavin, 1995:34). STAD
merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Menurut Nurhadi (2004:116), bahwa : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa
kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang
memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun
kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang). Tiap anggota tim menggunakan lembar
kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab
atau diskusi antar sesama anggota tim.
3. Hasil belajar
Menurut Nana Sudjana (2005: 3) hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain itu Nana Sudjana
(1989: 38-40) mengatakan hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama

yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan.
Menurut Gagne dalam Purwanto (2009 : 42) hasil belajar adalah terbentuknya konsep
yaitu kategori yang kita berikan pada lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi
untuk mengasimilasi yang menentukan stimulus- stimulus baru dan menentukan hubungan
diantara kategori- kategori. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar merupakan hal yang
penting karena dapat menunjukan ketercapaian tujuan pembelajran yang telah ditentukan. Hasil
belajar siswa dapat diketahui melalui evalusi untuk menilai dan mengukur apakah siswa telah
menguasai ilmu yang telah disampaikan.

4. Tematik integrative
Kurikulum SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I
sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan
dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan.
Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar
secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya

memberikan makna

yang utuh kepada

peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. (Kemendikbud, 2013: 137).

H. Kajian Teori
1. Kajian Teori Variabel Terikat
a.

Hasil belajar
Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 114-115) hasil belajar merupakan segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak (proses berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam jenjang, mulai dari yang terendah sampai dengan
jenjang tertinggi. Keenam jenjang tersebut adalah: (1) Pengetahuan (knowledge) yaitu
kemampuan seseorang untuk mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus- rumus
dan lain sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. (2) Pemahaman

(comprehension) yakni kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat melalui penjelasan dari kata- katanya sendiri. (3) Penerapan (application)
yaitu kesanggupan seseorang untuk menggunakan ide- ide umum, tata cara atau metode- metode,
prinsip- prinsip, rumus- rumus, teori- teori, dan lain sebagainya dalam situasi yang baru dan
kongkret. (4) Analisis (analysis) yakni kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan
atau keadaan menurut bagian- bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara
bagian- bagian tersebut. (5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memadukan bagianbagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur. (6)
Evaluasi (evaluation) yang merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif
menurut Taksonomi Bloom. Penelitian disini adalah kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian menentukan
pilihan nilai atau ide yang tepat sesuai kriteria yang ada (Anas Sudijono, 2005: 50- 52).
Senada dengan Suharsimi Arikunto, Bloom dalam rusmono (2012 : 8) mengatakan bahwa
hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu; ranah kognitif, psikomotor dan
afektif. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
1.

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Tujuan aspek kognitif
berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut
siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur
yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah
subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

2.

Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup
watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan
bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam
berbagai tingkah laku.

3. Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil

belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).


Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,
menari, memukul, dan sebagainya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku
individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut
diperoleh setelah siswa menyelesaikan program pembelajarannya melali interaksi dengan
berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.
b. Tematik integratif
Pembelajaran

tematik

dapat

diartikan

suatu

kegiatan

pembelajaran

dengan

mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo
dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha
untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta
pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan
bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum.
Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih
menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran
ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar
yang perlu diperhatikan yaitu 1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan, 2) bentuk belajar
dirancang agar siswa menemukan tema, dan 3) efisiensi. Agar diperoleh gambaran yang lebih
jelas berikut ini akan diurakan ketiga prinsip tersebut, berikut ini.
a. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan.
Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya
pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa
menemukan masalah dan memecahkan masalah yang nyata dihadapi siswa dalam kehidupan
sehari-hari dikaitkan dengan topik yang dibahas.
b. Bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan
tema pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan pembelajaran

tematik siswa didorong untuk mampu menemukan tema-tema yang benar-benar sesuai dengan
kondisi siswa, bahkan dialami siswa.
c. Efisiensi
Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban materi,
metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan
kompetensi secara tepat.
2. Kajian Teori Variabel Bebas
a.

Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada
anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugastugas yang terstruktur (Lie,
2004:12). Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar yang terstruktur (Lie, 2004:12). Dalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam suatu kelompok kecil dan dikehendaki untuk saling
memberi penjelasan yang baik, menjadi pendengar yang baik, mengajukan pertanyaan yang
benar.
Salah satu faktor penunjang dalam usaha peningkatan prestasi belajar adalah penggunaan
metode dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu menerapkan penggunaan metode
dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu menerapkan metode yang tepat agar
diperoleh hasil belajar yang maksimal. Menurut Nurhadi metode yang tepat agar diperoleh hasil
belajar yang maksimal. Menurut Nurhadi (2004:103) bahwa :
Ada berbagai model pembelajaran yang memenuhi keriteria dalam mendukung
pelaksanaan kurikulum 2004, antara lain adalah pendekatan kontekstual, pengajaran berbasis
masalah, pengajaran kooperatif, pengajaran berbasis inkuiri, pengajaran berbasis proyek,
pengajaran berbasis kerja, PAKEM, Quantum Teaching & Quantum Learning, CBSA, serta
pengajaran berbasis melayani.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada
pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok
kecil, dimana menurut Sartono (2003:32), Siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus
agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman
sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai
membantu yang lebih lemah, dan sebagainya.

Pada dasarnya semua pendekatan dan strategi belajar yang memberdayakan siswa
merupakan suatu pendekatan dan strategi yang dianjurkan diterapkan dalam kurikulum 2004.
tidak ada strategi dan pendekatan khusus yang dianjurkan, kecuali guru tidak menggunakan
metode konvensional sebagai satu-satunya pilihan dalam metode pembelajaran. Menurut
Nurhadi (2004:112) bahwa :
Dalam pendekatan konstruktif, atas dasar teori bahwa pengajaran menerapkan
pembelajaran kooperatif secara ekstensif dengan harapan siswa akan lebih mudah menemukan
dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsepkonsep tersebut dengan temannya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk
mengembangkan interaksi yang saling asah, asih, dan kooperatif siswa dilatih untuk
mengembangkan interaksi yang saling asah, asih, dan Menurut Ibrahim (2004:6) pembelajaran
yang menggunakan metode kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda
4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah suatu kumpulan strategi pembelajarn dimana siswa bekerja sama dalam kelompokkelompok kecil agar lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit melalui
diskusi.
b. Unsur-unsur Metode Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen atau unsur-unsur yang saling
terkait. Unsur-unsur tersebut, menurut Nurhadi (2004:12) adalah saling untuk menjalin hubungan
antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Sedangkan unsur-unsur
metode pembelajaran kooperatif menurut Roger dan David Johnson dalam Lie (2004:31) yaitu
meliputi saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi
antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Kelima unsur tersebut akan dijabarkan sebagai
berikut :
1)

Saling ketergantungan yang positif


Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian
rupa sehingga tiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa

mencapai tujuan mereka. Keberhasilan kelompok tergantung dari usaha setiap anggota. Setiap
siswa dapat memberikan kontribusi kepada kelompok. Hal ini disebabkan pola penilaian yang
unik, yaitu nilai kelompok dibentuk dari poin yang disumbangkan oleh tiap anggota.
2)

Tanggung jawab perseorangan


Nilai kelompok dibentuk dari poin yang disumbangkan oleh tiap anggota. Dalam tanggung
jawab perseorangan siswa akan merasa bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing.
Hal ini akibat dari pola penilaian cooperative learning. Pembagian tugas yang jelas akan
mengatasi sikap kurang bertanggung jawab siswa, kerana dapat diketahui dengan mudah siswa
tesebut dapat melaksanakan tugasnya atau tidak. Sehingga rekan-rekannya akan menuntutnya
untuk melaksankan tugas agar tidak menghambat yang lainnya.

3)

Tatap muka
Interaksi antar anggota aan menciptakan sinergi yang menguntungkan kepada semua anggota.
Inti sinergi adalah mnghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan
masing-masing anggota.

4)

Komunikasi antar anggota


Setiap siswa perlu dibekali ketrampilan berkomunikasi yang efektif seperti bagaimana
menyanggah pendapat orang lain tanpa menyinggung perasaannya. Ketrampilan ini memerlukan
proses panjang, namun siswa perlu menempuh proses ini untuk memperkaya pengalaman belajar
dan membina perkembangan mental dan emosional siswa.

5)

Evaluasi proses kelompok


Pengajar perlu mengevaluasi proses kerja kelompok agar selanjutnya siswa bisa bekerjasama
dengan aktif.

c.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD


Metode pembelajaran STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa saling membantu, memotivasi, serta menguasai ketrampilan yang diberikan
oleh guru. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran biasa yaitu
1) Presentasi kelas, 2) Kegiatan kelompok, 3) Tes, 4) Perhitungan nilai perkembangan individu,
dan 5) Pemberian penghargaan kelompok (Slavin, 1995:34). STAD merupakan metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.

Menurut Nurhadi (2004:116), bahwa : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD


merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa
kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang
memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun
kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang). Tiap anggota tim menggunakan lembar
kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab
atau diskusi antar sesama anggota tim.
Sedangkan menurut Rahayu (2003:13) bahwa STAD adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan sebuah model yang bagus untuk memulai bagi seorang
guru yang baru untuk mendekatkan pendekatan kooperatif. Jadi, inti dari tipe STAD ini adalah
bahwa guru menyampaikan materi, kemudian siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri
atas 4 sampai 5 orang untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru.
Beberapa komponen dalam pembelajaran kooperatif STAD adalah sebagai berikut:
1)

Presentasi kelas
Sebelum menyajikan materi, guru menekankan arti penting tugas kelompok dan untuk
memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan dipelajari. Materi pelajaran
yang disajikan sesuai dengan yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Selama kegiatan ini,
siswa diberi pertanyaan-pertanyaan dan guru memberi umpan balik terhadap jawaban-jawaban
siswa.
Penyajian materi dilakukan dengan menggunakan media, dengan metode ceramah dan
diskusi serta tanya jawab. Siswa harus benar-benar memperhatikan materi yang disajikan, karena
akan membantu siswa dalam mengerjakan tes/kuis. Nilai tes/kuis setiap siswa akan menentukan
nilai kelompok.

2)

Tahap kegiatan kelompok


Selama kegiatan kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator dan memonitor setiap
kegiatan kelompok. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) diberikan kepada setiap kelompok untuk
dipelajari, bukan sekedar diisi dan diserahkan kembali. Siswa mengerjakan tugas secara mandiri
atau berpasangan, kemudian saling mencocokan jawaban dan saling memeriksa ketepatan
jawaban dengan teman sekelompok. Jika ada anggota yang kurang memahami maka teman
sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan sebelum meminta bantuan kepada guru.
Dalam metode pembelajaran ini siswa belajar secara kelompok yang akan membantu siswa

dalam memahami konsep-konsep ekonomi yang sulit, disamping itu belajar kelompok juga
berguna untuk menumbuhkan kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, dan dapat membantu
teman yang kurang memahami materi. Dalam Suparno (1996) Pieget juga mengemukakan bahwa
lingkungan sosial juga berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran seseorang. Dalam
perkembangan kognitif yang lebih rendah, pengaruh lingkungan sosial menjadi lebih berperan
dengan teman dan berdiskusi bersama berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran anak.
Pieget juga mengemukakan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan
yang sama, namun berbeda-beda kecepatannya. Oleh karena itu, guru mengatur kegiatan kelas
dalam kelompok kelompok kecil.
3)

Tahap hasil tes belajar


Setiap akhir pembelajaran suatu pokok bahasan dilakukan tes secara mandiri untuk
mengetahui tingkat pemahaman dan kemajuan belajar individu. Setiap siswa tidak diijinkan
untuk saling membantu satu sama lain selama mengerjakan tes. Setiap siswa bertanggung jawab
secara individual untuk mengerjakan materi tes.

4)

Tahap perhitungan nilai perkembangan individu


Nilai perkembangan individu bertujuan untuk memberi kesempatan setiap kelompok untuk
meraih prestasi maksimal dan melakukan yang terbaik bagi dirinya berdasarkan prestasi
sebelumnya (nilai awal). Setiap siswa diberi nilai awal berdasarkan nilai rata-rata siswa secara
individual pada tes yang telah lalu atau nilai akhir siswa secara individual dari semester
sebelumnya.

5)

Tahap penghargaan kelompok


Setelah melakukan tes dan perhitungan nilai perkembangan individu dilakukan perhitungan
dengan cara menjumlahkan nilai individu setiap anggota kelompok dibagi dengan jumlah
anggota. Langkah-langkah bagaimana mengantar siswa dalam STAD:

d. Kelemahan dan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD


Setiap metode pembelajaran tidak ada yang sempurna, karena masing-masing memiliki
kelemahan dan kelebihannya tersendiri. Oleh karena itu peran pendidik penting dalam
menyesuaikan metode mana yang sesuai untuk di terapkan dalam menyampaikan materi tertentu.
Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21) cooperative learning mempunyai kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut:
1) Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku.

2) Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan
akademisnya.
3) Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada hubungan interpersonal
diantara anggota kelompok yang berbeda etnis.
Sedangkan keuntungan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Soewarso
(1998:22) sebagai berikut :
1)

Metode pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang
dibahas.

2)

Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai rendah,
karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.

3)

Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan


pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.

4)

Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga
diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.

5)

Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk
mencapai hasil yang lebih tinggi.

6)

Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan.

7)

Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor.


Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning mempunyai kekurangan
sebagai berikut:

1) Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilanketerampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet.
2) Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka
seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila
kelompok lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya
membonceng dalam penyelesaian tugas.
3) Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara konstruktif,
maka kerja kelompok akan kurang efektif.
Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut Soewarso
(1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk

memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan,
menyebabkan siswa yang lambat berfikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga
penbelajaran koopertaif memerlukan waktu yang lama sehingga target mencapai kurikulum tidak
dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap
individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi kelemahankelemahan dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, sebaiknya dalam satu
anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat
berkumpul dan bertukar informasi.
Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara
inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar
berhasil mencapai tujuan dengan baik
3. Hipotesis penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitiannya
adalah Pengaruh model pembelajaran tipe Kooperative Learning tipe Student Team-Achieved
Division (STAD) terhadap hasil belajar tematik integratif siswa kelas IV tema hemat energi
subtema macam-macam energi, pembelajaran satu yang ditematikkan mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, dan IPA pada siswa kelas IV SDN Pendrikan Lor 02 Kota Semarang
Tahun 2014/2015.
Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:
Ha : Ada Pengaruh Pengaruh model pembelajaran Kooperative Learning tipe Student TeamAchieved Division (STAD) terhadap hasil belajar tematik integratif siswa kelas IV tema hemat
energi subtema macam-macam energi, pembelajaran satu yang ditematikkan mata pelajaran
Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA pada siswa kelas IV SDN Pendrikan Lor 02 Kota
Semarang Tahun 2014/2015.
Ho : Tidak ada pengaruh model pembelajaran Kooperative Learning tipe Student Team-Achieved
Division (STAD) terhadap hasil belajar tematik integratif siswa kelas IV tema hemat energi
subtema macam-macam energi, pembelajaran satu yang ditematikkan mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, dan IPA pada siswa kelas IV SDN Pendrikan Lor 02 Kota Semarang
Tahun 2014/2015.

Apabila thitung < ttabel maka Ho ditolak. Sebaliknya apabila thitung >ttabel maka Ho diterima, dengan
taraf signifikan 0,05.

I.

Metodologi Penelitian

1.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di SDN Pendrikan Lor 02 Kota Semarang. Untuk kelas IV
terdapat kelas A dan B. Karena kurang 1 kelas untuk uji coba instrumen maka peneliti memilih
SDN Bugangan 03 Kota Semarang untuk melakukan uji coba instrumen soal di kelas IV.
Penelitian ini akan dilakukan pada semester gasal tahun ajaran 2014/2015 dan dilaksanakan
sekitar bulan awal Agustus 2014 sampai akhir Agustus 2014.

2.

Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 60) mengatakan bahwa variabel penelitian pada dasarnya
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel
dalam penelitian ini terdapat dua variabel yakni satu variabel bebas yang diberi simbol X dan
satu variabel terikat diberi simbol Y.
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) sedangkan variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menajdi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
2010: 61).
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaraan kooperatif tipe Student team
Achieved-Division.
b. Variabel terikat
Variable terikatnya dalam penelitian ini adalah hasil belajar tematik integratif siswa kelas IV
tema selalu berhemat energi SDN Daleman 02 Kabupaten Demak

3.

Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen.
Menurut Sugiyono (2010: 14) penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu.
Penelitan ini menggunakan desain penelitian menggunakan True Experimental Design
dengan bentuk Posttest only Control Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang
masing masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama yang diberi perlakuan (X) dan
kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan
kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.
1.
R

Gambar Posttest only Control Design (Sugiyono, 2010 : 112).


4.

Populasi dan Sampel

a.

Populasi
Menurut Sugiyono ( 2008: 117 ) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek / subyek yang mempunyai kulalitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Penelitian ini mengambil populasi adalah siswa kelas IV SD N Pendrikan Lor Kota
Semarang.

b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono,
2008: 118). Sutrisno Hadi ( 2000: 221 ) Sampel adalah wakil dari populasi dimana pengambilan

sampel ini harus benar-benar dapat mewakili populasi. Teknik yang digunakan pengambilan
populasi ini adalah cluster proporsional random sampling, yaitu dari populasi ditentukan jumlah
sampel sebagai obyek, yaitu kelas IV SD N Pendrikan Lor 02 Kota Semarang.

5.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a.

Validitas Item
Menurut Arikunto (1990 : 69), instrumen penelitian dikatakan valid pabila mampu
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui validitas item soal digunakan rumus korelasi
product moment sebagai berikut:
N xy-( x)(Y)

rxy =
NX2-()2 (nY2-(Y)2
Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi item


N = Jumlah siswa
x = Skor item nomor tertentu
y = Skor total
( Arikunto, 1996 : 162 )
Kriteria :
Apabila rxy>r(table) maka dikatan item tersebut tidak valid
b. Reliabilitas Instrumen
Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat dipercaya dan konsisten (ajeg).
Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus kuder and richardson (K-R 21) seperti yang
tercantum dalam Arikunto (1990 : 96) sebagai berikut:

r 11 = ( k )( k-M )
k-1 - k Vt
Keterangan:
R11 = reliabilitas instrumen
K = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
M = skor rata-rata
Vt = varians total
Nilai r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikan 5 %. Jika
nilai r11 > rtabel maka instrumen tersebut reliabel.
Pengolahan data untuk uji reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan SPSS
15.00. dari hasil perhitungan menunjukkan hasil sebagai berikut :

6.

Uji Pesyaratan Analisis


Sebelum menganalisa data maka perlu dilakukan pengujian persyaratan analisis yang
meliputi uji normalitas, uji linearitas, danuji multoltikoliner

7.

Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengtahui apakah data dalam penelitian berdistribusi
Normal atau tidak.
Dalam uji normalitas ini menggunakan analisis SPSS 15.0
Kriteria normalitas apabila p 0,005 dan batas toleransi = 0,005

8.

Teknik Analisis Data


Pada prinsipnya metode analisis data digunakan untuk mengolah data dengan
menggunakan metode statistic yang dapat untuk mencari kesimpilan dalam penelitian
tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti, yaitu :

a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara diskriptif. Dalam hal ini
peneliti menggunakan analisis statistik diskriptif, misalnya mencari persentase keberhasilan
belajar, dan lain-lain.
b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran
tentang ekspresi siswa mengenai tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif),
pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa
mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan
sejenisnya, dapat dianalisis secara kualitatif Data-data yang diperoleh dihitung dengan teknik
kuantitatif dengan langkahlangkah sebagai berikut :
c.

Data hasil tes dapat dihitung dengan mengguanakan rumus sebagai berikut :
Pencapaian = Skor yang dijawab benar X100%
Skor maksimum
( Arikunto, 2002 : 242)
Nilai = Skor yang dijawab benar X 100%
Skor maksimum
(Arikunto, 2002:242)
Nilai tes merupakan hasil belajar kognitif siswa, yang merupakan perbandingan antara
hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa sesudah tindakan.

9.

Data hasil observasi dihitung dengan menggunakan rumus :

% Pencapaian = Skor yang diperoleh X100%


Skor maksimum

Nilai yang diperoleh dari hasil observasi merupakan hasil belajar psikomotorik dan efektif.
Menghitung keberhasilan kelas (ketuntasan belajar secara klasikal), yaitu persentase siswa yang
tuntas belajar sesuai dengan indikator keberhasilan, dihitung dengan rumus :
% Ketuntasa Belajar Siswa =Siswa yangtuntas belajarnya X 100%
Banyaknya siswa dalam satu kelas
10. Membuat rekapitulasi nilai hasil belajar siswa
Hasil perbandingan ini akan menggambarkan mengenai persentase peningkatan
kemampuan siswa dalam pelajaran ekonomi pokok bahasan jurnal khusus melalui pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan pemanfaatan media pembelajaran inovativ.
Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data-data non tes, yaitu data observasi,
data angket dan data wawancara. Data observasi dan angket digunakan untuk siswa yang
mengalami kesulitan dalam wawancara. Sedangkan data wawancara pada penelitian ini bertujuan
untuk mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 2003. Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UU SISDIKNAS. Jakarta : Depag RI.
Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme tenaga
Kependidikan. Bandung : Pustaka setia.
Mulyasa, E. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung :
Remaja Rosda Karya.
Nuri, Amat. 2004. Undang-Undang Guru dan Peningkatan Kompetensi Profesional Guru, Jurnal Insania.
Volume 9, Nomor 3, hlm 185-201.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosda Karya
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004. Malang:
Bayumedia Publishing.
www. pppg tertulis.or.id. Pembelajaran Tematik
www.p3gmatyo.go.id.Pembelajaran Tematik

Lipatan lemak
perut menghilang
dalam 3 hari!
Sebelum tidur
saya minum

Teknik
pelangsing kuno!
Turun 2 kg setiap
hari, jika sebelum
jam 12:00 Anda

Saya turun 26 kg
dalam 7 HARI!
Sangat mudah!
Lihat panduannya
DI SINI >>>

Tag : ARTIKEL PENDIDIKAN, Artikel Penulisan KTI

SHARE THIS ARTICLE :


+
Next
Prev Post
Previous
Next Post

Makanan ini
musuh terburuk
lemak! Turun 23
kg dalam satu
bulan! Di pagi
hari

Lipatan lemak
perut menghilang
dalam 3 hari!
Sebelum tidur
saya minum

Related Post

Abstrak Penelitian Pendidikan diKutip dari Jurnal Penelitian Pada kesempatan kali ini
penulis mencuba untuk merangkumkan beberapa hasil penelitian tentang pendidikan,
rangkuman has

Contoh Proposal Skripsi Pengaruh Model Pembelajaran STAD v\:*


{behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:*
{behavior:url(#default#VML);} .shape {beha

Cara Membuat Latar Belakang Skripsi, penelitian, atau KTI Bagaimana cara
membuat latar belakang yang baik? Mungkin teman-teman ada yang bingung, karena
pada awalnya saya juga b

Contoh Artikel Ilmiah : MENYEMAI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS


BUDAYA DALAM MENGHADAPI TANTANGAN MODERNITAS 800x600 Normal 0
false false false IN X-NONE X-NONE

Contoh Artikel Ilmiah Penelitian dan Pengembangan (R&D) v\:*


{behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:*
{behavior:url(#default#VML);} .shape {behav

0 Komentar untuk "Contoh Proposal Skripsi Pengaruh Model Pembelajaran STAD"

Post a Comment

Cara Menulis KTI


* Cara Lengkap Membuat Proposal Penelitian Kuantitatif Pendidikan
* Cara Membuat Latar Belakang yang Baik
* Teknik Pengumpulan Data (Wawancara, Angket dan Observasi)
* Validitas dan Reliabilitas Instrumen
* Pengertian dan Macam Macam Variabel Penelitian
* Cara Menulis Artikel, Makalah dan Laporan Penelitian

Makalah
* Makalah Model-Model Pembelajaran beserta Sintaknya
* Makalah Penerapan Model Quantum Learning Dalam Pembelajaran

* MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN IPA SD (STAD, TGT, JIGSAW)


* Makalah Manusia Seni dan Teknologi
* MAKALAH KETRAMPILAN BERBAHASA DI KELAS RENDAH KEMAMPUAN
BAHAS
* Makalah Tahap Pengajaran Bahasa Indonesia
* KETRAMPILAN BERBAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH
* Makalah Komunikasi
* Makalah Biogeografi
* Makalah Cara Mengatasi Dampak Global Warming melalui Greevourrecom
* Makalah Biosfer
* MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK
* Makalah Infusi Isu-Isu Global
* Makalah Teori Piaget dan Penerapannya dalam Pembelajaran di SD
* Makhluk Hidup dan Perkembangannya
* MAKALAH Aliran-aliran Psikolinguistik
* Makalah Quantum Learning dan Penerapan dalam Pembelajaran
* INFUSI ISU GLOBAL WARMING DALAM PEMBELAJARAN IPS SD
* MAKALAH LITOSFER
* Penelitian " mengkaji teori-teori tentang perkembangan kognitif,motorik dan
* PERAN GURU DALAM MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
* Penerapan Model Pemebelajaran Cooperative Learning Pada Sekolah Dasar
* Penerapan Model Pemebelajaran Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning) Pada
Sekolah Dasar
* KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA ENAM SAMPAI DUAB

Pasang Iklan Melalui

Karya Tulis Ilmiah

Artikel Penulisan KTI

Cara Menulis KTI

Makalah

Pengertian

Statistika

Seng Anyar

Apa Saja Instrumen Penelitian Kuantitatif? (Wajib Baca)


...

Cara Lengkap Membuat Proposal Penelitian Kuantitatif Pendidikan


...

Prinsip-Prinsip Belajar dan Implikasinya Bagi Siswa dan Guru Serta AsasAsas Pembelajaran
...

Jenis-Jenis Aktifitas Belajar Menurut Ahli


...

Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran Teori dan Pembahasannya


...

get this widget here

Administrasi Guru

RPP

SILABUS

Area Download

Skripsi

Unduh Artikel Ilmiah

Kumpulan Soal

Soal Kelas 1

Soal Kelas 2

Soal Kelas 3

Soal Kelas 4

Soal Kelas 5

Soal Kelas 6

Kritik dan Saran


Name
Email *
Message *

Follow
Copyright 2016 Kang Topik - All Rights Reserved - DMCA
Template By Kunci Dunia
v

Anda mungkin juga menyukai